It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Tapi di mana ya ???
Di RK atau AAH ya ?
Ah aku lupa ..
Pokoknya aku minta di mention dua"nya ..
Kalau nggak di mention aku timpuk pake bakiak .. Wkwkwkaboooor
Lanjut yaa TS hehe
Lanjut
isi ceritanya skitar 70 pertarungan 30 romance.
pengennya sih adegan andra-agungnya di banyakin. hehe
lanjoooooot!!!
"Perisai Pelangi" Gak kena. Lempar lg gih. wekkk
@boyzfath Sadar diri ternyata. Patut dicontoh SR yg lain. Thanks ya bro. Semoga tetap betah walaupun updatenya sebulan sekali. *eh
@jokerz Berharap kamu tetap setia baca cerita ini. Pelangi api itu adalah tittttttt *sensor
@kizuna89 Andra Agung kan gak pacaran gt loh. Kl skrg bromance kali yakkk. Nantinya gmn ya? Hmmm
*Lempar piring*
Minta nasi , aku mau makan hahahaha
danielsastrawidjayuzz )
seruuu sukak dweh!
1. Aku suka karakternya agung
2. Aku ga' suka karakternya Andra.
3. Aku mau request, buatin gambar mereka donk pas berubah jadi superhero. Ga' ada bayangan sama sekali niel.
4. Lebih suka saat andra dan agung bersama.
Tq
Maaf Niel,,, bru bisa baca. Dari kmrn gx bisa buka forum,,,,
Mention ya kalau update
Kembali membangkai dan berbelatung
lanjutkan bang
@LittlePigeon Nyebelin banget. Entar lapak ini bisa jadi bangke beneran loh. *eh
Selamat datang buat @arieat n @Bintang96 yang dah mau mampir. Semoga betah.
@Ariel_Akilina n Yayang @yuzz dah gak lupa ku mention yakkk. Jadi jangan kesal lagi. Hihi
@Abyan_AlAbqari @Adhikara_Aj @Adra_84 @adzhar @aglan @alfa_centaury @arieat @Ariel_Akilina @arixanggara @Bintang96 @BinyoIgnatius @christianemo95 @danar23 @DItyadrew2 @DM_0607 @Duna @hantuusil @joenior68 @jokerz @kizuna89 @Klanting801 @mr_Kim @obay @pectoralismajor @per_kun95 @pokemon @Sicnus @suck1d @The_angel_of_hell @ularuskasurius @yubdi @yuzz @z0ll4_0ll4 @Zhar12 @zeamays
Met baca semuanya. Jangan lupa kritik n saran yang membangun ya... Kalo gak mau komen entar ku sumpahi gak bisa buka akun bf n selamanya gak bisa buat akun lagi. Wkwkwkkkk.
PELANGI VI
Agung masih berlatih bersama tiga orang lainnya. Dia sesekali melirik Andra yang sedang menunggunya di pinggir lapangan. Dia merasa tak enak pada Andra karena harus menunggu lebih lama akibat penambahan waktu latihan. Rencananya sore ini mereka akan menjenguk Bella yang sedang sakit. Sedangkan sahabat-sahabat Agung yang lain langsung menuju rumah Bella setelah jam pelajaran usai.
Agung segera menghampiri Andra setelah pelatihan selesai memberikan arahan. Senyum menghiasi wajahnya yang nampak lelah. “Sorry... Kamu jadi kelamaan nunggu.” Agung duduk di samping Andra sambil mengelap keringatnya.
Andra hanya membalas senyuman Agung. “Ini...” Dia menyodorkan sebotol air mineral yang telah dibuka tutupnya.
“Thanks ya. Seneng punya asisten kayak kamu. Hehe...” Cengiran Agung dibalas Andra dengan mengacak-acak rambut Agung yang menjadi semakin berantakan. “Kamu tu gak sopan banget. Seenaknya megang-megang kepalaku.” Agung menyingkirkan tangan Andra.
“Kalo kamu cemberut gitu buat aku jadi makin gemes.” Kata-kata Andra dibalas Agung dengan dengusan kesal. “Iya dech aku janji gak sembarangan megang kepalamu.”
“Awas kalo ingkar janji!”
“Sebagai gantinya aku bakalan sering-sering cubit pipimu yang ngegemesin.” Andra langsung mencubit pipi Agung.
“Andra!” Agung memukul lengan kanan Andra. “Lo kira gak sakit dicubit kayak gitu!” Agung mengusap-ngusap pipinya.
“Atit ya? Sini biar kakak usapin.”
“Huh! Makan ni!” Agung mendengus sambil melempar handuk kecil yang telah digunakan untuk mengelap keringatnya. Andra masih saja menebarkan senyuman.
“Ehmmm.”
Agung dan Andra mengalihkan perhatian mereka ke arah suara itu. Sikap Agung menjadi agak canggung sedangkan Andra nampak tak senang dengan kehadiran Randy.
“Ini jadwal latihan kita yang baru.” Randy mengulurkan tangannya yang memegang selembar kertas. “Jangan lupa besok sore kita latihan.”
“Minggu juga?” Agung bertanya setelah melihat jadwal latihan yang ada di tangannya. Pelatih memang telah mengatakan bahwa waktu latihan mereka akan ditambah. Tetapi Agung tak menduga jika waktu istirahatnya pada Sabtu sore dan Minggu pagi akan dihabiskan di lapangan tennis.
“Kalo lo gak suka silahkan protes ke pelatih.” Jawab Randy kemudian meninggalkan Agung dan Andra.
“Songong banget tu orang. Pengen banget nonjok mukanya yang sok cool.” Andra geram dan terus memandang Randy yang menjauh.
“Kalo belum kenal kesannya sombong banget tapi sebenernya dia gak sombong. Sikapnya memang kayak gitu. Mungkin dah bawaan lahir kali ya...” Agung seperti menerawang. “Tau ga Ndra? Kak Randy itu punya banyak fans loh. Banyak banget cewek-cewek yang ngejar-ngejar dia.”
“Yang penting kamu gak ikutan ngejar-ngejar dia!”
“Hah?” Agung terkejut dengan pernyataan Andra. “Gila lo. Gak mungkin lah.”
“Bagus lah.” Tampang Andra datar.
Tak ada obrolan saat Agung merapikan perlengkapannya. Satu per satu barang dimasukkan ke dalam tas. “Amit-amit.” Agung bergumam. Tanpa sadar dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
Andra mengernyit saat melihat Agung yang kelihatan aneh. “Kenapa Gung? Kamu sakit?” Andra langsung menyentuh kening Agung dengan punggung tangannya.
“Apaan sih Ndra?” Agung menyingkirkan tangan Andra dan langsung berdiri.
“Kamu sih keliatan aneh gitu. Jangan-jangan salah minum obat.” Andra tersenyum mengejek.
Lagi-lagi Agung mendengus kesal. Dia menjauhi Andra lalu berpamitan pada teman-teman dan pelatih. Kemudian mereka berdua berjalan beriringan menuju tempat parkir. Namun ada momen yang tak mengenakkan saat tatapan Andra bertemu dengan tatapan Randy. Mereka berdua sama-sama menunjukkan tidak suka seakan-akan mereka adalah musuh.
Agung meminta agar Andra mengantarnya ke rumah terlebih dahulu. Dia ingin mandi agar tampil fresh saat menjenguk Bella. Sebenarnya Agung bisa saja membersihkan diri di sekolah namun dia tak membawa pakaian ganti.
Pagi tadi Agung baru mengetahui Bella yang sedang sakit. Dia memperoleh kabar itu dari Andra saat mereka berangkat ke sekolah. Agung sempat heran karena Andra yang memberitahunya. Namun Andra dapat menghilangkan kebingungan Agung dengan mengatakan bahwa informasi itu didapat dari temannya yang bersahabat dengan Bella. Sebenarnya Agung masih kurang puas dengan penjelasan Andra tetapi dia tak mau terlalu mempermasalahkan hal itu.
Andra dan Agung tiba di rumah Bella ketika sahabat-sahabat Agung hendak pulang. Matahari telah terbenam. Langit senja nampak kemerahan dan malam pun telah datang.
“Lama amat Gung? Kenapa baru datang?” Tanya Dika. Dia mengedipkan matanya ke arah Andra dan Agung tanpa sepengetahuan teman-temannya yang lain. Dan langsung dibalas Agung dengan memelototkan matanya.
“Waktu latihan gue ditambah. Makanya kami telat.” Jawab Agung.
“Kak Andra...” Nadia yang baru keluar dari rumah langsung berteriak girang saat melihat Andra.
“Berisik banget sih lo!” Hardik Julian. “Ganjen lo gak ilang-ilang ya Nad. Malu-maluin tau gak.” Katanya saat melihat Nadia yang sudah menempel pada Andra.
Nadia tak mempedulikan ucapan Julian. “Kak Andra ke mana aja sih kok gak pernah keliatan? Chat aku juga jarang dibalas. Kalo diajak jalan selalu gak bisa.” Dia menggulung rambutnya dengan jari telunjuk.
“Sorry Nad. Gue lagi sibuk.” Andra bersikap cuek dan terlihat risih dengan sikap Nadia.
“Emang kakak sibuk apa sih? Nadia mau loh bantuin kalo kakak butuh bantuan.”
“Andra lagi sibuk sama gebetannya. Lu jangan kegatelan! Andra gak mungkin suka sama cewek centil kayak lu.” Sahut Dika ketus.
“Dika nyebelin banget.” Nadia manyun. “Kak Andra beneran dah punya gebetan? Aduh... Aku jadi patah hati dong.”
“Makanya Nad kalo jadi cewek jangan keganjenan biar cowok-cowok gak illfeel.” Sahut Galang. Langsung disambut dengan kepalan tangan Nadia.
“Ayo jalan! Dah mau maghrib ni. Kami duluan ya Gung, Ndra.” Galang pamit dan langsung menuju mobilnya.
“Jangan ngebut Lang!” Jawab Andra.
“Dahh Kak Andra. Dahh Agung.” Nadia masih saja centil.
“Awas Nad entar lo jadi korban perkosaan.” Agung meledek sambil tertawa. Nadia pun menjulurkan lidahnya.
“Duluan ya bro.” Julian menepuk pundak Agung.
“Teman-teman lu udah nunggu di atas.” Dika berkata pada Andra. “Lu punya kontak Toni kan? Boleh gua minta?”
Andra mengerutkan keningnya. Dia heran mengapa Dika meminta nomor Toni. “Hmmm... Boleh.” Andra segera mengambil ponsel di sakunya dan mendektekan nomor Toni. Dia berusaha bersikap wajar walau hatinya belum bisa tenang dan masih merasa Dika adalah rivalnya.
“Thanks ya...” Dika menepuk pelan lengan Andra. “Kalian serasi loh...” Bisik Dika pada Agung namun Andra masih dapat mendengarnya.
“Resek lo!” Agung meninju bahu Dika.
“Haha...” Dika berlari menuju teman-temannya yang sudah berada di dalam mobil. “Dadah sayang. Muuuaaach...” Dia memoyongkan bibirnya lalu mengedipkan mata sebelum masuk ke dalam mobil.
Agung melangkah masuk ke dalam rumah Bella setelah mobil yang dikendarai Galang keluar dari gerbang. Langkahnya terhenti sebelum sampai di teras karena Andra menahan lengannya. “Kenapa Ndra?” Agung menoleh dan memandang dengan penuh tanya.
“Anu... Mmmm...”
“Anu anu! Anu kamu kenapa? Sakit? Ato...” Agung cengengesan menggoda Andra.
“Dasar piktor!” Andra menjitak kepala Agung.
“Aww.” Agung memegang kepalanya lalu membalas jitakan pada Andra. “Sekarang impas.”
“Kagak.” Andra kembali berusaha menjitak kepala Agung namun Agung memegang tangan Andra. “Orang yang lebih muda pantang megang kepala yang lebih tua. Gak sopan!” Andra ngotot.
“Jadi kamu boleh jitak kepalaku gitu? Enak di lo gak enak di gua. Nyawa dibalas nyawa. Jitak dibalas jitak. Itu baru adil.”
“Oh... Berarti semua harus ada balasan. Benci dibalas benci. Sayang dibalas sayang. Cinta dibalas cinta.” Andra memegang kedua lengan Agung. Mereka saling menatap dengan debaran yang semakin kencang.
“Lepasin Ndra! Gak enak kalo diliat orang.” Agung gugup. Jarak wajah mereka kini semakin dekat, kurang dari 20 cm. “Ndra...” Ucapnya lirih, takut dengan apa yang mungkin akan terjadi.
Agung memperhatikan wajah Andra yang perlahan-lahan semakin mendekat. Dia menyentakan tangan namun genggaman Andra sangat kuat. Ada bisikan yang menginstruksikan agar dirinya menerima apa pun tindakan Andra selanjutnya. Akal pikirannya tak setuju dan memerintahkan untuk segera melepaskan diri dari Andra. Andra tidak boleh mencium bibirnya. Ciuman pertamanya harus bersama orang yang dicintai. “Jangan gila Ndra!” Agung berkata pelan dan tegas namun tak mampu menyembunyikan kegugupannya.
Andra dapat merasakan hembusan nafas Agung yang mengenai wajahnya. Wajahnya nampak sangat serius. Dia terus menatap tajam orang yang selama ini sangat dicintainya. Sorot matanya seperti predator yang hendak menghabisi mangsanya.
“Wkwkkkk...” Tiba-tiba Andra tertawa keras. Dia melepaskan kedua tangan Agung. “Muka kamu lucu banget Gung. Hahaha.” Dia menunjuk-nunjuk wajah Agung yang mulai memerah. “Kocak banget. Makanya otak kamu jangan piktor mulu. Jangan mikir macem-macem!”
Wajah Agung semakin memerah karena malu. Tetapi pantang baginya membiarkan Andra mengolok-olok dirinya. Dia segera memeluk Andra. “Syukur lah Ndra kamu gak apa-apa. Aku tadi takut banget. Ku pikir kamu kesambet jin jahat. Mata kamu nyeremin.” Seketika tubuh Andra langsung membatu. Dia tak menduga akan mendapatkan pelukan dari orang yang dicintainya. Perasaan senang kini bersemi di hatinya diiringi oleh detakan jantung yang semakin cepat beserta perasaan gugup yang tiba-tiba muncul.
“Cuit cuit... Mesra banget sih.”
“Kami mau dipeluk juga dong...”
Agung cepat-cepat melepaskan pelukannya. Dia mendongak untuk melihat ke atas balkon. Tampak dua orang cowok yang tak dikenalnya. Dia kembali menunduk lalu cepat-cepat melangkah masuk ke dalam rumah. Kini wajahnya benar-benar merah. Dia sungguh menyesal. Seharusnya dia tak memeluk Andra.
“Aghhh! Sialan lo. Gak bisa liat temen seneng. Awas! Gue bales.” Ancam Andra.
“Takuttt.” Jawab Jaka dan Toni berbarengan kemudian mereka tertawa.
Andra membuat gerakan memotong leher sebelum dia berlari menyusul Agung. “Gawat.” Gumamnya saat menyadari kemungkinan Agung akan mendiamkannya. Dia semakin kesal pada kedua temannya yang telah merusak momen indah bersama Agung. Tapi dia langsung senyum-senyum sendiri saat mengingat Agung baru saja memeluknya.
***
Andra mencoba fokus mengemudi motornya namun selalu gagal. Dia terus memikirkan orang yang duduk di belakangnya. Sedari tadi tak ada pembicaraan di antara mereka. Bahkan Agung seperti menjaga jarak agar tubuhnya tak menempel pada Andra.
Tiba-tiba Andra menghentikan motornya di pinggir jalan. Agung terkejut hingga tubuhnya membentur punggung Andra. Agung hendak protes dan memarahi Andra tetapi entah mengapa dia mengurungkan niatnya.
Andra turun dari motor saat Agung masih duduk di belakangnya. Dia menatap Agung yang tak mau menatapnya. “Gung... Jangan diem aja dong! Kamu kenapa sih? Dari tadi jarang ngomong. Bella aja sampe heran ngeliat kamu. Emang kamu masih marah gara-gara temen aku tadi?”
“Andra bego’.” Agung tiba-tiba berkata cukup keras. Dia tak mampu lagi menahan geram “Ughhh.” Dia memamerkan gigi putih yang dirapatkan.
“Kamu kenapa Gung?” Andra bertanya sambil menahan senyumnya. “Kamu benaran marah?”
“Aku gak marah tapi malu. Gimana kalo temen-temen kamu mikir kita pacaran? Terus kalo mereka bilang ke Bella gimana? Bisa gawat kan? Bisa-bisa aku diintrogasi. Mampus dah.” Agung nampak kalut sedangkan Andra tersenyum padanya. “Ihhh. Temen pusing dia malah cengengesan.”
“Kamu gak usah bingung. Temen-temen aku gak mungkin mikir kita pacaran.”
“Tau dari mana?” Agung ragu dengan pernyataan Andra.
“Karna mereka semua udah tau kamu nolak aku.”
“Hah? Kamu cerita ke mereka? Ke Bella juga?” Pertanyaan Agung dijawab dengan anggukan Andra. “Kamu gila ya? Cowok nembak cowok itu gak lazim. Kalo temen-temen kamu homophobia gimana? Bisa gawat kan. Emang kapan kamu ngasi tau mereka? Pantes tadi Bella sering senyum-senyum waktu ngeliat aku. Tadi aku parno banget. Aku gak mau...”
“Hussh.” Andra meletakkan jari telunjuk di bibirnya sendiri. “Kamu gak perlu takut. Kan kamu tau Bella fujo. Toni sama kayak aku, Jaka bi, Donna lesbian. Awalnya aku gak mau cerita ke mereka tapi kemarin Toni maksa aku karena mereka semua udah nyeritain kisah cinta mereka.”
“What? Jadi mereka belok juga?” Agung cukup kaget. “Trus reaksi Bella gimana?”
“Bella gak terlalu terkejut. Kayaknya dia udah curiga.”
“Oh...” Agung tiba-tiba merasa takut jika Bella menyadari orientasi seksualnya. Dia khawatir jika Bella sampai marah karena dirinya tidak jujur.
“Udah lah jangan tegang lagi. Senyum dong...” Bujuk Andra. “Haha...” Dia tertawa ketika melihat Agung menunjukkan senyum yang terpaksa.
Andra kembali menggoda Agung yang masih kurang rileks. Beberapa kali Andra melontarkan kata-kata konyol hingga akhirnya Agung benar-benar bisa tersenyum.
Mereka hendak kembali melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Kini keduanya sudah kembali berada di atas motor. “Oh ya Gung. Kamu ngerasa aneh gak waktu Dika minta nomor Toni?” Andra batal menyentuh kunci motornya.
“Nggak aneh.”
Andra menoleh dan memperhatikan Agung. Sorot matanya nampak sangat penasaran, seperti menyelidik. “Dika sama kayak kamu.” Lanjut Agung.
“Bener dugaanku. Ternyata firasatku selama ini gak salah. Dari dulu aku gak pernah suka liat Dika dekat-dekat kamu. Aku paling kesel waktu dia curi kesempatan peluk cium kamu. Pokoknya aku sebel banget sama dia. Oh iya, Dika kan keliatan tertarik sama Toni. Kayaknya aku harus nyomblangi mereka. Kalo mereka dah jadian pasti Dika gak akan macem-macem lagi sama kamu.”
“Siapa bilang?” Sanggah Agung. “Dika tu tengil banget. Sifatnya yang usil gak akan hilang walaupun dia punya pacar. Ngapain juga kamu yang sewot. Kamu gak perlu takut. Aku gak mungkin jatuh cinta sama Dika. Kalian berdua selamanya tetap jadi sahabatku. Sampe kita jadi kakek-kakek.” Agung tersenyum manis.
Andra tetap tersenyum walaupun hatinya sakit setelah mendengar pernyataan Agung. Dia tak ingin sekedar jadi sahabat. Dia ingin lebih dari itu. Sampai kapanpun dia tak akan pernah berhenti mengharapkan cinta Agung. Dia ingin terus berjuang demi cintanya.
Namun ada satu hal yang membuat Andra senang ketika menyadari Dika bukanlah ancaman untuknya. Mulai sekarang dia tidak boleh cemburu pada Dika, bahkan seharusnya dia meminta dukungan dari Dika. Dia berharap Dika mau membantunya. Setidaknya bisikan Dika pada Agung tadi dianggap sebagai sebuah dukungan.
***
Berita pembunuhan banyak pemuda yang akhir-akhir ini marak terjadi membuat masyarakat semakin khawatir. Hingga saat ini pihak kepolisian belum mampu menemukan titik terang mengenai motif dari kasus-kasus itu. Banyak sekali dugaan-dugaan yang berkembang di masyarakat. Mayoritas masyarakat menduga pelaku pembunuhan adalah pemuja setan atau penganut ilmu hitam maupun sekte sesat.
Pihak kepolisian terus memperketat penjagaan di berbagai titik. Mereka semakin kewalahan dengan kasus pembunuhan yang korbannya terus bertambah. Tak ada petunjuk yang bisa diperoleh dari hasil otopsi jenazah korban. Pembunuhan-pembunuhan itu sangat aneh karena tak ada tanda kekerasan di tubuh korban yang meninggal. Korban-korban yang selamat juga tak dapat dimintai keterangan karena mereka menjadi penderita gangguan mental.
Suasana kota di malam hari semakin sepi jika dibandingkan malam-malam beberapa bulan yang lalu. Banyak remaja laki-laki lebih memilih berdiam diri di rumah jika tidak ada keperluan penting di malam hari. Sebagian dari mereka menyiasatinya dengan pergi secara berkelompok.
Para remaja laki-laki dan orang tua mereka lah yang paling takut dengan serangkaian pembunuhan itu. Seluruh korban adalah laki-laki yang berumur antara 14 - 25 tahun dan belum menikah. Hal itu lah yang memperkuat dugaan pembunuhan itu berkaitan dengan mistik yang mengorbankan jiwa para perjaka.
Ada isu yang berkembang di beberapa komunitas LGBT tentang korban pembunuhan yang seluruhnya kaum gay. Hanya segelintir saja yang yakin akan hal itu. Sebagian besar menganggap isu tersebut hanya isapan jempol belaka. Menurut mereka wajar jika kebetulan ada kaum gay yang menjadi korban pembunuhan.
Para Pelindung Pelangi semakin sibuk melaksanakan tugas mereka. Aksi ketiga pengikut Dewi Kegelapan sangat merepotkan. Astaroth, Astarte dan Octo palsu sering mengecoh para Pelindung Pelangi dan Pelangi Api.
Sebuah mobil berhenti di sebuah villa yang cukup jauh dari villa lainnya. Dua orang pemuda berada di dalam mobil itu. Mereka saling menatap dan berpegangan tangan. Senyuman selalu menghiasi bibir mereka yang sedang kasmaran. Perlahan-lahan wajah keduanya semakin mendekat seperti dua kutub magnet yang saling menarik hingga akhirnya bibir mereka menyatu. Mereka sangat menikmati cumbuan yang semakin panas dan meningkatkan gairah.
Julian menghentikan cumbuan pada kekasihnya. Dia terengah-engah dan berusaha mengatur nafasnya. “Ki...ta lanjutin di dalam ya...” Dia membelai rambut kekasihnya lalu mengecup pipi remaja yang cute itu. “Ayo...” Dia hendak turun namun ditahan oleh kekasihnya.
“Apa kita harus ngelakuinnya?”
Julian tersenyum sambil memegang wajah kekasihnya. “Kamu cinta kan sama aku?” Pertanyaan Julian dibalas dengan anggukan. “Buktikan kalo kamu memang mencintaiku. Kamu mau kan?” Kekasihnya kembali mengangguk dengan wajah yang nampak pasrah.
Julian memeluk kekasihnya untuk memberikan kehangatan di tengah udara dingin. Mereka menaiki beberapa anak tangga menuju pintu utama villa yang terlihat sangat sepi. Beberapa kali Julian mencium kening pujaan hatinya itu.
“Pasangan yang romantis.”
Julian dan kekasihnya sangat terkejut dengan kehadiran pria berkepala botak dan menyeramkan yang ada di hadapan mereka. “Si...apa lo? Pergi! Jangan ganggu kami.” Tiba-tiba tubuh Julian terasa kaku. “Akkk.” Mulutnya menganga lebar tetapi tak mampu berbicara. Urat-urat di lehernya mulai terlihat. Tangannya yang kaku tak mampu memegang lehernya walaupun usahanya sangat keras.
“Sayang. Kamu kenapa Yang?” Sang kekasih luar biasa panik melihat orang yang disayanginya kesakitan. “Lo apain dia? Gue mohon jangan sakiti dia.” Air mata telah menetes di pipinya. Badannya bergetar hebat. Perasaan takut dan sedih melebur menjadi satu.
“Manusia lemah. Menyedihkan.” Tatapan Octo sangat menakutkan.
Pemuda cute itu semakin ketakutan. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Dia mundur selangkah saat melihat Octo mendekatinya. “Mau apa lo?”
“Berikan jiwamu!”
“Jiwa?” Gumamnya. Dia buru-buru berbalik lalu melangkah untuk menuruni tangga. Baru saja dua anak tangga namun langkahnya terhenti karena Octo tiba-tiba muncul di hadapannya dengan tubuh melayang di udara. Dia hendak mundur kembali ke arah villa namun kakinya tak mampu digerakkan. Tubuhnya kaku dan terasa semakin dingin hingga menusuk sampai ke tulangnya.
Octo melayang ke sebelah kirinya. “Ucapkan selamat tinggal pada dunia ini.” Dia menyeringai lalu menjilat pipi pemuda yang semakin pucat. “Hahaha...” Tawanya membahana dan terdengar menyeramkan. Dalam sekejap mata, cermin jiwa telah berada di tangan Octo. Dia mengarahkan cermin itu tepat di hadapan kekasih Julian. “Ambil jiwanya!”
Tubuh pemuda malang itu semakin menegang. Raut wajahnya menunjukkan bahwa dirinya sedang merasakan sakit yang luar biasa. Dia hanya bisa pasrah membiarkan jiwanya tersedot perlahan-lahan ke dalam cermin sang iblis. Cahaya putih bergerak dari tubuhnya masuk ke dalam cermin. Semakin lama tubuhnya semakin lemas dan tak bertenaga. Di sisi lain nampak tubuh Julian yang sudah tak bernyawa terkulai di lantai.
Perisai berwarna biru muncul dari kejauhan lalu mengelilingi tubuh pemuda itu. Sedetik kemudian Pelindung Biru telah berada di dekat mereka. Octo masih terlihat santai. Tak lama Cermin Jiwa telah lenyap dari genggamannya. “Sayang sekali kau melewatkan puncak acara. Kau tidak bisa melihat saat mereka meregang nyawa.” Octo tetap tenang dan tersenyum licik.
“Banyak omong.” Pelindung Biru langsung memukulkan gadanya ke arah Octo, kekuatan warna-warni pelangi langsung meluncur. Octo menghilang, namun tiba-tiba tubuhnya sudah berada di belakang Pelindung Biru. Pelindung Biru berputar dengan cepat dan kembali memukulkan gadanya tetapi lagi-lagi Octo menghilang. “Bangsat.” Pelindung Biru kesal.
“Hahaha... Kau bukanlah tandinganku jika hanya seorang diri. Rasakan ini! Bintang mati.” Octo menangkupkan tangannya ke atas dan muncul lah bola hitam cukup besar lalu dihantamkan ke arah Pelindung Biru yang kembali memukulkan gadanya. Terjadi ledakan besar ketika bintang mati dan kekuatan pelangi beradu.
Octo nampak segar bugar sedangkan Pelindung Biru ngos-ngosan seperti kehabisan tenaga. Octo tak mau menyia-nyiakan kesempatan dan kembali menyerang dengan gelombang hitam pekat yang melesat dari kedua matanya. Pelindung Biru dengan sisa-sisa tenaganya mampu menghindar dan terjadilah ledakan di belakangnya. Namun Octo kembali melakukan serangan berkali-kali secara brutal hingga mengenai Gada yang kemudian terlepas dari genggaman Pelindung Biru.
“Tamatlah riwayatmu! Bintang mati.” Dengan cepat Octo kembali menyerang. Terjadi ledakan dahsyat saat bintang mati menghantam tubuh Pelindung Biru. Octo tertawa penuh kemenangan. Dia terlampau senang karena merasa berhasil memusnahkan salah satu Pelindung Pelangi. “Sialan!” Gumamnya begitu terlihat samar-samar pendar cahaya biru di tengah asap ledakan. Ternyata Pelindung Biru berhasil lebih dulu melindungi diri dengan perisainya.
Octo terkejut saat cahaya pelangi berupa anak panah kembar dengan ukuran besar meluncur cepat ke arahnya. Salah satu anak panah pelangi nyaris menghantam kepalanya yang plontos itu. Dia kembali menghindar karena banyak anak panah ajaib menyerangnya bertubi-tubi sebelum dia sempat menarik nafas.
“Biru. Kamu baik-baik saja?” Pelindung Kuning menghampiri Pelindung Biru yang baru saja berhasil mengambil gada miliknya.
Pelindung Biru mengangguk. “Terima kasih. Bukankah kamu masih harus beristirahat?”
“Aku sudah baikan. Bagaimana mungkin aku terus beristirahat dan membiarkan teman-temanku berjuang di saat situasi semakin kacau.”
“Sayang sekali aku tak bisa terus bermain bersama kalian.” Teriak Octo. Dia baru saja menerima panggilan Astarte yang telah siap dengan korban selanjutnya. Kini Octo lah yang berwenang mengambil jiwa pemuda kaum pelangi. Dia yang bertanggung jawab memegang Cermin Jiwa dan mengambil jiwa para pemuda.
“Jangan melarikan diri!” Pelindung Kuning kembali melesatkan anak panahnya. Octo telah menghilang sebelum kekuatan pelangi menghantam tubuhnya. Pelindung Kuning nampak kesal karena kembali gagal memusnahkan pengikut Dewi Kegelapan.
“Ayo kita lihat pemuda itu.” Pelindung Biru yang tenaganya hampir pulih secepatnya menghampiri korban. “Lagi-lagi kita terlambat.” Kepalanya tertunduk lesu setelah memastikan sang pemuda telah meninggal dunia.
“Kita sudah berusaha keras. Mereka sangat licik dengan beraksi bersamaan di beberapa tempat. Kita harus mencari cara untuk mengatasi masalah ini. Aku tak mau semakin banyak korban berjatuhan.” Pelindung Kuning tak kalah sedih. Walau demikian mereka harus tetap berjuang melawan Dewi Kegelapan.
“Itu.” PandanganPelindung Kuning tertuju pada tubuh Julian yang hanya berjarak kurang dari 10 meter. Dia segera berlari mendekati tubuh Julian. Mulutnya menganga lebar. Wajahnya nampak sangat syok. Dia terduduk di hadapan mayat Julian. Air mata menetes membasahi pipinya namun tak ada suara tangisan.
“Bella. Kamu kenapa?” Pelindung Biru bingung dan segera menghampiri Pelindung Kuning. Dia berjongkok dengan tangan yang kokoh memegang pundak Pelindung Kuning. Dia belum mengenali Julian yang baru sekali ditemuinya.
Bella alias Pelindung Kuning bergerak maju dengan tubuh sangat bergetar. Dia merengkuh tubuh Julian lalu memeluknya. “Julian...” Tangisan Bella pun terdengar nyaring. “Bangun Jul! Aku mohon bangun.” Bella semakin mengeratkan pelukannya. “Maafin aku. Seharusnya aku datang lebih cepat. Hiks hiks...” Dia merasa sangat terpukul karena tak mampu melindungi temannya.
“Udah Bel. Kamu jangan nyalahin diri sendiri! Ini udah takdir.” Jaka sang Pelindung Biru mengusap punggung Bella.
“Seharusnya aku bisa ngelindungi sahabatku. Untuk apa aku jadi Pelindung Pelangi kalo aku gak bisa nyelamatin orang-orang terdekatku. Aku sahabat yang buruk. Aku gak berguna.”
Jaka membiarkan Bella terus menangisi kepergian Julian. Dia tidak bisa membayangkan gimana sedihnya dirinya jika orang-orang yang dia sayangi menjadi korban pengikut Dewi Kegelapan. Benar yang dikatakan Bella, Jaka juga akan merasa sangat tak berguna jika dia kehilangan sahabat baiknya.
***
Bersambung
Tokoh yang telah muncul : Agung, Randy, Pangeran Pelangi, Pelangi Api, Seorang Kakek, Pendeta.
Pelindung Pelangi : Andra = Merah, Toni = Hijau (Cowok berkacamata), Jaka = Biru (Cowok bertubuh tinggi besar), Bella = Kuning, Donna = Jingga (Cewek tomboy)
Sahabat Agung yang lain : Dika, Julian (sudah mati), Galang dan Nadia.
Tokoh Antagonis : Dewi Kegelapan, Astarte dan Astaroth, Octo.