It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Di pagi hari Karen berbaring di sampingku di tempat tidur, Arya berada di sisi lain, nyenyak. Aku berbisik kepada karen bahwa aku akan pergi ke kamar Rama dan Chandra dan menggangu mereka berdua. Karen melompat – lompat, antusias.
“ ssssssttttttttt ! “ aku membisikkan peringatan,, “ Vather masih harus tidur !! “
“ Oh,, Yeah,, “ Karen berkata dengan pelan, dengan tangan menutup mulutnya.
Aku pergi ke kamar yang ditempati Chandra dan rama, Chandra masih tidur. Rama membaca sambil rebahan, mengenakan kaus panjang. Kelihatannya ia tidak mengalami malam yang liar,, sayang sekali,, Rama melambai ke arah Karen, yang melompat – lompat kegirangan di atas badan Rama.
Aku pergi lagi ke lantai bawah, dan merayap ke tempat tidur Arya, Ia masih tidur. Aku menatapnya penuh kasih sayang, dengan lembut meraih tanganya dan memegangnya erat – erat, sepelan mungkin. Desahan napasnya kedengaran berat. Pelan –pelan, dengan jeda yang tidak teratur. Apakah itu imajinasiku saja, ataukah memang benar jedanya terasa semakin lama ?? Jika ia meninggal sekarang, di dalam tidurnya, itu sangat menyenangkan bagi dirinya, Arya kelihatan damai. Mendadak dan menyadari bahwa aku tidak memiliki pengalaman dengan kematian. Apa yang terjadi dengan Arya ?? kapankah tubuhnya memutuskan untuk berhenti bernapas, atau menghentikan detakan jantungnya ?? Apakah hal itu terjadi dengan sangat lambat ?? Apakah ada hal lain yang terjadi sebelumnya ?? Dan apakah aku harus menelepon dokternya langsung, atau hanya membiarkan kematian itu terjadi dengan sendirinya ?? Aku tidak punya gagasan bagaimana etika kematian, atau lebih tepatnya membiarkan orang meninggal. Aku hanya harus mempercayai perasaanku, dan perasaanku mengatakan bahwa Arya terlalu damai saat ini sehingga bisa saja ia meninggal sejauh yang ku khawatirkan. Desahan napasnya yang pelan berlangsung selama sepuluh menit. Dan kemudian Arya mulai bernapas secara normal lagi, seperti yang dilakukannya saat ia masih hidup. Itu juga oke. Ayo jalani satu hari yang menyenangkan lagi.
Saat Arya bangun aku bertanya apakah ia ingin makan sesuatu.
“ Ya,,setengah pil morfin,, “
“ Apa kau merasa sakit lagi sayang ?? “
Arya mengangguk,, “ Sangat sakit,, punggungku,, “
“ Kalau begitu aku akan memberimu satu pil utuh,, ‘
“ Apakah kita boleh melakukannya ?? “
“ Bagaimana lagi ?? Kau takut pil itu akan membunuhmu ya sayang ?? ‘
Arya tertawa terbahak – bahak,, “ Semoga saja,,,,,,,,,, “
Sekonyong – konyong wajahnya menegang,, “ Bukankah sekarang saat yang tepat untuk memberitahu Karen bahwa sebentar lagi aku akan tiada ?? “
“ Aku sudah sedikit mempersiapkanya untuk itu tadi pagi,, “
“ Apa yang dikatakannya ?? “
“ Bahwa,,,,, “ Glek.................... “ Ia bilang ia tidak apa – apa asalkan itu artinya kau tidak menderita lagi dan kau tidak pernah sakit,, “
Bersama – sama kami menangisi cahaya mentari kami.
“ Merasa lumayan baikkan ?? “ aku bertanya beberapa saat. Arya mengangguk,, “ Mau kubacakan e-mail e-mail mu ?? “ Arya mengangguk lagi, seperti seorang bintang sungguhan ,Arya menjawab surat – surat penggemarnya. Aku seperti sekretarisnya, aku mengetikan jawaban yang dikatakan Arya. Dalam semua balasannya ia menjawab betapa bahagianya dirinya sekarang,, “ kau juga telah menulis penggalan – penggalan indah dalam diarimu untuk Karen,, “ Aku berkata,,, “ Aku ingin membacakannya pada saat waktunya tiba,, “
“ Oh,,, Yang mana ?? “
Aku membawa diari Arya yang dipersembahkan bagi Karen, membuka halaman dengan pesan kuning post-it yang kutempelkan, dan mulai membacanya,,
“ Vather berharap Vather akan meninggalkan sesuatu di belakang bersama orang – orang dan mereka akan memberitahukannya kepadamu nanti. Jika kami menginginkan sesuatu dalam hidup-mu kamu harus mengejar dan melakukannya. Kamu harus menikmati setiap hari, karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Sekarang hal itu mungkin kedengaran sebagai klise mengerikan, namun itu adalah satu – satunya cara yang bisa Vather pikirkan untuk menggambarkannya. Dulu saat vather kuliah di munchen menjadi pelayan toko, sering bersenang – senang dengan teman – teman. Vather masih ingat pada suatu titik Vather memiliki satu pasang sepatu dengan lubang di solnya. Vather tidak mempunyai uang untuk memperbaikinya. Setidaknya, jika ada pilihan antara membeli sepatu atau bersenang – senang dengan pasangan Vather, maka Vather akan memilih yang terakhir. Vather berpikir di dalam hati ; Vather akan merasa lebih bahagia jika Vather berhura – hura dan melakukan sesuatu yang menyenangkan bersama orang lain dari pada jika Vather tetap di asrama sendirian dengan sepatu baru. Setelah itu Vather berkelana keliling dunia. Vather mendengar banyak orang mengatakan bahwa mereka berharap melakukan hal itu, namun tidak pernah bergerak satu langkah pun melakukannya, Karen,, sering kali ada ratusan alasan untuk melakukan sesuatu, namun satu alasan saja untuk melakukannya sudah cukup, sangat menyedihkan bila kamu menyesali sesuatu yang belum pernah kamu lakukan, karena pula akhirnya kamu hanya dapat belajar dari semua yang kamu lakukan,, “
“ Pesanya dalam sekali, jika aku mengatakannya sendiri,, “ Arya berkata, wajahnya merona.
Setelah itu aku menyelesaikan koper penuh suvenir tentang Arya yang kubuat untuk Karen. Aku membacakan beberapa surat dari teman – teman, keluarga dan rekan sejawat yang menulis kepada putri kami.
Anggoro menulis bahwa ia hanya pernah berjumpa dengan Arya satu atau dua kali, pada pesta – pesta di agen ketika papa dan dirinya bekerja pada satu waktu, jadi ia tidak dapat mengungkapkan banyak hal mengenai karakter Vather, namun ia memiliki kenangan kuat mengenai Arya,, “ Aku masih ingat bagaimana papa-mu bangga terhadap dirinya, saat ia memperkenalkan aku kepada Vather. Dan betapa aku cemburu kepada dirinya, Karen aku tidak akan berputar – putar, aku akan mengatakan tepat apa yang kurasakan ; Vather mu adalah laki – laki yang sungguh tampan. Aku memberitahu Papa-mu bahwa kamu tidak akan membaca ini sampai kamu cukup dewasa. Vather-mu memiliki badan yang sungguh – sungguh membuat orang terpesona termasuk para laki – laki seperti diriku, begitulah, setidaknya kau mengetahui hal itu,,Anggoro,,Sahabat Papa-Mu,, “
Arya tertawa terbahak – bahak, “ Betapa baiknya ia mau menuliskan hal itu,, ‘
Aku membaca surat-surat yang datang kemarin dan hari ini. Saat aku membacakannya keras – keras, sekali – sekali Arya tertidur. Kadang –kadang ia sontak tersadar lagi.
“ Sayang, apakah kau sudah memperbesar foto saat kamu mengajakku hidup bersama ?? “
“ Apa,,, ??
“ Foto yang biasa kusebut foto pernikahan yang sangat besar diatas meja TV dibawah,, ‘
“ Ah,,, belum,, “
“ Aku khawatir begitu,,, “ Arya tersenyum,,, “ Morfin ini hebat,,, “
Hening.......................
“ Apa yang kau katakan verza ?? “
‘ Tidak ada sayang,, benar tidak ada,, “
Arya menghela napas,, “ Aku lelah,, aku mau tidur dulu sebentar ya,, nanti bila ibu datang bangunin aku ya sayang,, Oh Iya Apakah kalian akan makan disini lagi ?? “
Aku mengirimkan sms kepada Ridhy saat Arya tertidur,,
“ Morfin itu masih membuat Arya berhalusinasi kadang – kadang, namuan ia masih menikmati segalanya. Aku bangga kepadanya dan berbahagia untuknya,, “
Siang menjelang sore Ibu datang dari Yogya, Ibu tidak mau menganggu Arya, Mamah dan Ibu terlihat perbincangan yang serius. Sebelum melihat Arya, ibu mengajakku berbicara. Banyak hal yang ibu katakan kepadaku, Ia bertanya kepadaku tentang kehidupanku selama Arya sakit. Aku tahu ada raut kecewa di muka ibu, ia mengatakan agar aku memperbaiki diriku sendiri. Aku mengantarkan Ibu ke kekamar Arya dan meninggalkan mereka berdua di dalam kamar.
Saat aku sedang didapur sendirian ibu tiba – tiba sudah dibelakang ku, ia berkata,,,,,
“ Kanker itu mengerikan, tapi saat dulu Ayah mu terkena kanker ibu sadar bahwa kanker tidak membuat kami tak berdaya dan tidak seluruhnya buruk. Beberapa kenangan yang paling tragis bisa menjadi sangat indah, Ibu selalu menyimpan kenangan itu dengan penuh cinta untuk selamanya,, “
Aku hanya memeluk ibu kandungku,, dengan berurai air mata aku meminta maaf karena telah menjadi seorang anak yang tidak amanah dengan ucapan ibunya saat pertama kali Ibu ku tahu Arya menderita Kanker.
Sambil memelukku ibi berkata “ Tidak setiap perjalanan berakhir seperti yang kita inginkan dan kita harus yakin bahwa kehidupan yang berada di tangan Tuhan pasti sesuai dengan yang dikehandaki-Nya,, Banyak orang yang mungkin bangga dengan kamu nak, tapi Ibu kecewa dengan kamu,, “
“ Iya bu,, Verza tahu,, verza tidak bisa memegang janji verza ketika dulu berjanji untuk berubah saat memilih Arya,, Aku benar – benar manusia buruk bu,,,,”
” Apa dan bagaimana siapapun yang hadir dalam hidup kita, entah begitu kelamnya sejarah yang ia miliki, bukan kita yang pantes mengatakan ia baik/buruk. hanya Tuhan yang menilai dan waktu yang membuktikan akan jadi apa ia dalam hidup kita sebagai takdir,, ibu hanya kecewa sayang,,kamu bukan manusia buruk,, “ Ibu tersenyum kepadaku,,,
Setelah berbicara dengan ibu didapur, aku kembali ke kamar Arya, Ibu malam ini menginap di rumah. Arya sudah tertidur di kamarnya, aku pergi ke kamar Karen dan melihat putri ku sayang yang dengan pulas tertidur, aku mengecup kening anakku, dan kembali ke kamar Arya.
Tukang sayuran langganan kami sudah seperti layanan jasa boga, yang selalu memenuhi kebutuhan kami yang melonjak tajam. Sementara toko klontong didekat rumah kami setiap hari memenuhi kebutuhan susu, kopi, teh, cemilan dan kebutuhan lainnya. Apotek langganan kami berpikir kami akan membuka apotek sendiri, setiap hari seseorang datang untuk mengambil resep baru bagi Saudara Arya Wirasena Putra Sasongko, mereka harus memisahkan prednison, kytril, parasetamol dengan kodeina, temazepam, primperan, minuman bervitamin, morfin dan batang kapas beraroma lemon untuk menahan rasa muntah Arya. Setiap kali aku turun ke lantai bawah ada orang – orang baru yang duduk di taman, ruang duduk, dan dapur. Mereka semua . menginginkan kudapan,, “ Penantian suatu akhir hidup seperti itu jelas sangat bersifat sosial, namun membutuhkan biaya yang cukup besar. Sekarang aku mengerti dari mana frase ‘ Mahal Setengah Mati “ berasal.
“ Uang tidak membuatmu bahagia, namun kau bisa bersenang – senang sesuka hati dengan uang yang kau miliki, “,, kata Arya. Arya menikmati fakta bahwa kami membuka rumah kami, setiap orang ingin melihat Arya sesering mungkin. Tak ada yang mau melewatkan apa pun. Panggung penantian kematian ini sudah berlangsung selama satu minggu sekarang, namun Arya merasa luar biasa, malah lebih baik daripada yang dirasakannya pada awal minggu. Morfin membuatnya melewati hari tanpa rasa sakit,, “ Dan kau dapat melihat banyak hal dengan semua halusinasi itu,, “ Arya memaparkan. Bahkan muntah pun tidak mengganggunya lagi. Arya terbiasa dengan hal itu sama seperti membersitkan hibungnya.
“ Jadi haruskah aku menunda racun dari apoteker selama beberapa hari ?? “ dokter Frans bertanya.
“ Ya,, sebut saja sebagai tambahan waktu frans,,” aku berkata,,
“ Atau waktu ekstra dengan kematian mendadak frans,,!! “ Arya menambahkan sambil tertawa.
Dokter Frans menatap kami dengan pandangan agak ganjil, namun ia sampai pada satu kesimpulan bahwa eutanasia dalam keriangan ini,,mungkin sedikit menyenangkan.
Arya bertanya apakah aku ingin menyiapkan daftar pengunjung untuk beberapa hari ke depan. Terlepas dari beberapa kunjungan berulang dari Mamah, Kakak Arya dan sahabat – sahabat Arya. Arya benar – benar ingin bertemu dengan rekan – rekan kerjanya di LIPI, Beberapa teman dari masa SMP, SMA, Kuliah di Semarang, sahabat satu tim nasional Baseball, dan teman – temannya di Elgeka, beberapa Mahasiswa yang pernah menjadi bimbingannya. Aku menelepon setiap orang dan menerapkan jadwal yang cukup ketat, saat teman – teman satu kantor Arya di LIPI datang aku mendengar ledakan tawa sekali – sekali. Setelah satu setengah jam aku pergi ke lantai atas untuk memberitahu mereka bahwa acara temu sapa itu sudah berakhir. Sang bintang harus beristirahat. Satu jam kemudian teman – teman Arya di Komunitas Elgeka berdiri didepan pintu depan kami, dan sore ini sepupu Arya dari solo juga datang.
Sepupu Arya duduk disamping ranjang, Arya ingin mendiskusikan “ pesta perpisahannya-nya , Kami menunjukkan rancangan dan teks untuk undangannya.
“ Coba lihat itu,, “ sepupu Arya berkata dengan takjub,, “ Mas Arya sudah menyelesaikan rancangan untuk kartu – kartu berduka.
“ Undangan bukan kartu ucapan,, “ Arya mengoreksinya.
“ Ehmm,, Iya iya Undangan,, “
Kami memberitahu sepupu Arya bahwa kami ingin Arya dikuburkan di solo, tepat disamping makam Ayahnya Arya. Kami juga menunjukkan CD Arya kepada sepupunya, yang sudah siap selama berbulan – bulan dan memberitahukan lagi – lagu mana yang ingin kami dengar nanti.
Malamnya kami makan di ranjang Arya lagi. Hari ini Arya makan dengan lahap ia meminta dipesanka Pizza dan Ia ingin makan mie instan. Rama dan Chandra pergi ke salah satu restoran Pizza dan membawa banyak makanan lezat. Namun baru beberapa menit Arya sudah merasa mual, Arya terlihat bersusah payah agar tidak muntah, namun ia gagal. Arya mencolokkan jari telunjuk ke tenggorokannya dan muntah, namun tak ada yang keluar.
“ Kenapa tidak ada yang keluar,, ?? “ Arya mengumpat.
Tiba – tiba semua makanan keluar, saat Arya muntah aku mencium kepalanya. Aku menyerahkan tisu kepadanya. Semua orang terdiam. Setelah Arya muntah terakhir suaranya terdengar dari dalam ember,, “ Ya Allah, rasanya seperti di dalam kubur di sini !! Apakah ada seseorang yang mati atau sebagainya ?? “
Hening selama sesaat, dan kemudian semua orang tertawa terbahak – bahak.
Sudah seminggu Arya tidak mandi,
“ Aku akan memanjakanmu,, Kau akan mandi sayang..’
“ Verza Tidak,, itu tidak akan berpengaruh,,, “di lemari dan menyiapkan
“ Percaya saja kepadaku,, “ Aku berkata dan pergi ke kamar mandi. Aku mengisi bak dan menungakan minyak mandi kesukaannya. Aku mengambil handuk paling lembut yang bisa kutemukan di lemari, sepasang pakaian dalam dan piama bersih. Agar pantat tipisnya tidak terasa sakit , aku meletakkan tiga handuk yang dilipat dua di dasar bak. Setelah itu aku kembah lagi ke kamar tidur.
“ Sekarang angkat bokong mu sebentar,, “ aku melepaskan celana piamanya dan merasa kaget. Tubuh Arya terlihat semakin kurus selama beberapa hari terakhir. Bokongnya rata tidak seperti dulu, dan dede kecil itu yang selalu ku anggap seksi, sudah tidak seperti dulu. Aku melepaskan jaket piyamanya dan tersentak mundur. Kau dapat menghitung tulang rusuknya dengan mata telanjang mu. Dan sederat bekas jahitan di belakang tubuhnya. Arya menggigil kedinginan, cepat – cepat aku memakaikan handuk, kemudian aku menggendongnya ke kursi dorong dan membawanya ke kamar mandi. Aku meletakkan kursi dorong itu secara pararel dengan bak. Arya ketakutan.
“ Jangan khawatir, Aku tidak akan membiarkanmu jatuh terbenam,,”
Aku melepaskan celana ku, meletakkansatu kaki di dalam bak dan kaki yang lain di sebelahnya. Saat aku memastikan tubuhku stabil, aku mengangkat Arya dan mengatakan bahwa ia hanya perlu meletakkan satu kaki ke dalam bak, dan tidak perlu bertumpu dengannya. Kemudian satu kaki lagi, Aku menekuk lutut dan meminta Arya untuk melakukannya juga. Beberapa saat kemudian ia sudah berbaring di tengah – tengah air hangat. Matanya dipenuhi air mata bahagia. Aku mencelupkan handuk wajah di air hangat, menggosoknya dengan sabun dan mulai membasuh Arya.
“ ooooohhhhhhh,, rasanya menakjubkan,,” Arya berkata, matanya terpejam, sangat lelah, hatinya luar biasa senang. Aku membiarkan handuk wajah itu menggelincir diatas tubuh kurusnya. Dari kaki aku bergerak ke tungkainya. Lewat selangkangannya menuju ke perutnya. Aku memainkan pentil Arya, ia terkejut. Aku melepaskan bajuku, aku ingin membuatnya bahagia. Aku kembali membersihkan bagian belakang Arya yang penuh dengan bekas jahitan dengan halus. Aku memainkan kembali pentil Arya. Arya membuka mata dan berkata dengan lembut kepadaku,, “ kemarilah sayang,,”
Aku mencondongkan tubuhku ke arahnya,, Arya mencium bibirku,, aku memainkan lidahnya,, Arya merasa senang,,Aku bermain – main di penis Arya, membuat Arya merasa senang,, Arya mencium kepalaku, mencium seluruh badanku,, Aku merasa terangsang, Aku tahu Arya juga ingin membahagiakan ku,, Karena Arya merasa kedinginan Aku kemabali mencium bibirnya, memainkan lidahnya lalu Ia berkata “ Aku mencintaimu,,,”
Setelah selesai memandikanny, aku mengeringkan tubuh Arya, melakukan hal yang sama berkebalikan. Di kamar tidur aku memakaikannya piama bersih. Dalam waktu dua menit Arya sudah tertidur. Di toilet aku mengirimkan pesan kepada Ridhy..
“ Aku benar – benar lelah Dhy, Aku senang sekali bila dapat berbicara denganmu,, “
Ridhy langsung meneleponku. Aku menceritakan kepadanya apa yang baru saja kulakukan, dan menangis. Ridhy menghiburku dan mengatakan bahwa minggu – minggu ini, setelah kejadian itu, akan terlihat seperti sebuah berkah bagi kehidupanku. Dan bahwa Chandra meneleponnya sore ini dan memberikan laporan mendetail mengenai apa yang terjadi di sini. Ridhy bilang ia bangga kepadaku. Saat aku mengakhiri percakapan, aku akan pergi ke kamar tidur dan mengecup Arya-ku yang tertidur dengan lembut di puncak kepalanya. Namun tiba – tiba Arya bangun dan berkata,,
“ Bawalah dia kemari sayang,,Aku ingin bicara dengannya “,, kau terlihat begitu mencintainya,,
Aku kaget,, Hening,, lalu Arya melanjutkannya,,
“ Bagaimanapun keadaan kita dan siapapun yang memiliki keadaan sulit, janganlah merasa kamu akan sulit karenanya. Karena kita tidak bisa memilih apapun dalam hidup kita, selain bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan di masa lalu. Tapi percayalah masa depan akan indah bila kita beusaha untuk menerima keadaan kita,, coba kamu renungkan itu sayang,, aku mau tidur lagi,,”
Hmmmm, penulis pnya memory d semarangkah?
Saya org semarang lho
Hehehehe, arya ingin ketemu ridhy? Dan threesome? Goodd!!
Sementara Verza manusia terbuat dari apa dia?
“ Verza,,Sayang,,,”
“ Ya,,”Kataku mengantuk. Aku menyadarinya lampunya menyala, Aku melihat jam, satu dua puluh lima menit dini hari. Semua orang di rumah ini tertidur.
“ Aku lapar sayang,, “
“ Kau ingin makan apa Arya sayang ?? “
“ Ehmmm,,Apakah di kulkas masih ada puding kelapa ?? “
“ Tunggu sebentar ya aku lihat,,”
Beberapa saat kemudian kami duduk di tempat tidur sambil makan puding kelapa di tengah malam.
“ Kupikir aku akan memakan sepatu Baseball ku,, sudah lama aku tidak pakai,, “
“ Hmmm,,,,,,,,”
“ Di lemari, dengan seragam Tim Nasional ku ya sayang,,”
Beberapa saat kemudian aku mengambilkan sepatu yang dikatakannya, kemudian aku meledak dalam tawa. Aku tidak dapat berhenti tertawa, Arya juga histeris.
“ Hentikan, hentikan,, bisa – bisa aku kencing di celana,, “,,Arya berkata terisak – isak karena tawa. Organ sfingternya juga tidak berfungsi dengan seharusnya,,
“ Maukah kusetelkan musik ?? “ aku bertanya, saat aku berhenti tertawa,, “ CD mu sendiri ?? Kuatkah kau mendengarnya ?? “
Arya mengangguk, kami ikut bernyanyi mengikuti alunan lagu, seraya makan puding. Enam judul lagu yang merupakan lagi spesial kami berdua,,” Maukah kau berdansa denganku ?? “ aku bertanya.
“ Dasar gila,,!! “
Aku mengangkatnya. Kakinya hanya menyentuh lantai, Arya menggelantung di lenganku, dan aku memutar tubuhnya, menggoyangkan dengan lembut. Kami berdansa lebih pelan dari yang kami lakukan pada saat pertama kali kami hidup bersama, namun tetap saja ini namanya berdansa. Aku hanya dalam balutan celana dalam , Arya dalam balutan piyama nya,, Saat lagunya berakhir, aku memberi Arya ciuman, ciuman itu terasa lebih intim daripada hubungan seks.
Aku terbangun setengah jam kemudian, Puding yang dimakan Arya dimuntahkan lagi.
“ Aku baik – baik saja,, “ Arya berkata dengan kepala di dalam ember,, “ Puding ini sebenarnya benar – benar lezat,, “
Arya mengambil selembar tisu dan mengelap mulutnya,, Aku kembali tidur dengan Arya didekapan ku.
Hari kedelapan dan kesembilan penantian kematian Arya berlalu begitu saja. Sesekali Arya menangis, saat rasa sakit di punggungnya terasa tidak tertahankan selama sesaat. Saat ia harus batuk dan menyadari ia mengeluarkan sedikit urin, saat ia sedikit bingung akibat morfin, karena ia membutuhkan pil itu lagi dan lebih lagi untuk meredakan rasa sakit. Pada sebagian besar hari Arya linglung. Hal lain yang membuatnya menangis adalah karen, anak yang hanya bisa diberinya limpahan kasih sayang selama empat tahun. “ Andai saja ia anak manja, “ Arya tertawa di sela sela air matanya saat ia menonton film kartun dengan Karen di samping tempat tidurnya.
Di kamar tidur pada malam harinya, saat yang lain berkumpul di lantai bawah sambil makan kemilan dan minuman, kami kadang – kadang menangis bersama. Saat kami mengenang masa – masa liburan yang kami lalui bersama, mengenai teman – teman kami, mengenai saat – saat indah yang kami nikmati, kami lebih sering tertawa.
Setiap pagi Arya dengan bersemangat bertanya apa rencana kami hari ini. Siapa yang datang menjenguknya hari ini. Pada saat ini Arya sudah menemui orang yang ingin ditemuinya. Aku baru saja menghitungnya dan dalam sembilan hari, 76 orang sudah berada di sisi tempat tidurnya, beberapa dari mereka hanya datang sekali dan yang lain begitu sering, ada pula yang datang sendiri atau beramai – ramai. Kadang – kadang para teman Arya turun ke lantai bawah sambil berurai air mata.
“ Ia bilang ia merasa sedih karena membuat kami menyaksikan semua penderitaan ini,, “ Isak kara,, setelah ia bersama – sama Arya selama sekitar satu jam. Aku pergi ke lanati atas untuk mengecek keadaan Arya, apakah ia sama emosionalnya. Saat aku berjalan ke dalam kamar tidur, Arya sedang duduk diatas ranjang sambil menulis di laptop. Tangannya mengetik di laptop dengan bergetar. Cengerinnya terpampang di seluruh wajahnya. Seolah – olah tak ada yang tidak beres secara mental, Arya adalah orang paling kuat daripada kami semua selama beberapa hari belakangan. Hari – hari berlalu menurut pola yang serupa. Kami makaya dan orang –orang n siang dan makan malam bersama di lantai atas, Arya muntah dengan riang, Mbok meni sangat bekerja ekstra selama ini, Rama, Chandra dan mamah terkadang Andri atau Mas Dika menerima tamu – tamu dan bermain dengan Karen, dan aku mengangkat Arya ke tempat buang air beberapa kali dalam satu hari, dan mengambil ember muntah ke toilet.
Organ hati Arya sekarang benar – benar berhenti berfungsi. Ember kotarannya berwarna kelabu, urinnya cokelat gelap. Mata Arya sekuning kertas post-it. Rongga matanya cekung. Hari ini aku mengumpulkan foto – foto yang kuambil yang merupakan foto Arya dan Orang –orang yang datang menjenguk minggu ini. Kupikir tak seorang pun menginginkannya nanti. Hampir di semua foto, khususnya foto – foto yang diambil dua hari terakhir, Arya kelihatannya mengerikan. Tampaknya beratnya kurang dari empat puluh kilogram. Kupikir demikian. Saat aku ada di toilet untuk mengosongkan ember muntah untuk kesekian kalinya pada hari itu, aku mendengarnya berteriak.
“ SAYANG,,!! Cepatlah,, aku kebelet pipis,,, “ Pembalut Khusus yang kubelikan untuknya kemarin mungkin berfungsi untuk menampung urine yang keluar karena terbatuk atau karena tertawa, tapi tidak berfungsi untuk aliran deras urin. Aku bergegas menghampirinya. ‘ Tetap di tempat tidur sayang, aku akan meletakkan pispot di bawah mu,,”
“ Tidak,, aku tidak dapat menahannya lebih lama lagi,,” Arya berseru dengan panik,, “ Oh,,,hampir keluar Verza,, “
Dengan cepat aku mengambil beberapa handuk dari lemari, menurunkan celana piyama Arya dan menyorongkan selembar handuk yang dilipat dua di bokongnya dan menekan selembar lagi di selangkangannya. Arya membuatnya basah kuyup dengan air kencingnya. Jadi disinilah aku berada, dengan selembar handuk menekan organ kenjantanannya. Organ yang selalu membuatku tergila – gila, Organ yang selalu kujilat ratusan kali, Organ yang telah kujelajahi dengan lidahku, jemariku, semua yang dapat kau bayangkan ke dalamnya. Organ yang telah membuatku puas berkali – kali sejak pertama aku berkencan dengannya. Organnya, yang dulu sesekali masuk ke dalam anusku dan membuatku bergairah daripada sebelumnya. Hanya dengan Arya aku mau disodomi. Organ itu kini kuseka sampai kering dengan selembar handuk lebar karena kekasihku tidak dapat menahan pipisnya lagi, Arya menatapku karena malu.
“ Ini bukan masalah,, sayang,, “ aku berbisik, Aku memeluknya erat dan menciumnya, potongan kehidupan kecilku yang fantastis.
Saat aku mencuci selangkangan dan pahanya, aku beranjak dan berbaring di sebelahnya lalu membelai wajahnya . Arya merasa sengsara,, “ kau tidak dapat menahan hal ini lagi kan Verza ?? Aku takut aku harus berbaring di sini seperti ini selama berminggu – minggu dan keadaannya akan semakin buruk,, “ Arya terisak ,,, ‘ Aku tidak tahu apakah aku mau meneruskannya,,,, “
Sedikit sengatan mengalir di dalam diriku. Selama sesaat aku berpikir keras bagaimana cara mengungkapkannya. “ Sayang ,,aku selalu bisa mendiskusikan semua ini denganmu, tetapi pada akhirnya kaulah yang harus memutuskan. Aku senang dapat merawatmu, dan aku ingin melakukkan hal itu selama berminggu – minggu, berbulan – bulan atau seumur hidupku. Namun jika kau tidak mau melanjutkan, aku pun memahami hal itu,,aku baik baik saja dengan apa yang kau putuskan,, “
Arya menganngguk,, “ Alhamdulliah,, Aku telah menemui semua orang yang ingin kutemui, dan melakukan apa yang ingin kulakukkan. Aku telah mengatakan apa pun yang ingin kukatakan. Aku ingin berhenti besok,, “
“ Apakah kau yakin sayang ?? “
“ Ya,,,”
“ Kalau begitu aku akan pergi dan menelepon dokternya sekarang juga,, “
Dokter Frans berjalan dengan perlahan menaiki tangga didepanku,, Aku membujuk Dokter Frans agar Arya membatalakannya.
“ Halo dokter Frans,,, “ Arya berkata,,,
“ Kau yakin dengan ini ?? “
“ Sangat yakin Frans, aku akan membatalkannya jika kau memberiku undangan menikah sekarang juga,,, “ Arya tertawa lepas,,
“ Apa yang kau rasakan sekarang ?? “
“ Ya,,rasa sakitnya lebih buruk daripada kemarin, dan ada rentang panjang yang aku tidak dapat mengingat apa pun sama sekali. Aku tidak mau meneruskan. Aku mau menghentingkannya besok,, “ Arya berkata dengan tegas.
Frans mengamati Arya dengan lekat,,, “ Baiklah,, Aku akan memberitahu mu apa yang akan terjadi. Besok aku akan membawa racunnya. Kau harus meminumnya, setelahnya akan ada waktu tiga puluh detik kau bernapas, dan tidak akan merasakan apa pun,, “
“ Kedengarannya hebat,, “ balas Arya
Frans tertawa,, “ Apakah kau ingin didampingi seseorang saat kau meregang nyawa ?? “
“ Hanya Verza,, “ Kata Arya tanpa ragu.
Sejak peristiwa malam Arya menyuruhku membawa Ridhy ke rumah, hingga hari ini pula Arya tidak membahasnya. Aku tahu Ia berusaha agar diriku tidak merasa bersalah.
“ Okeh,,” Dokter Frans menyimpukan,, ‘ kalau begitu aku akan menelepon kau besok pagi ,, aku tanya lagi Arya sahabatku,, Apakah kau tetap teguh dengan keputusan ini dan akan bertemu dengan ku lagi besok dipenghujung siang ?? “
Aku sudah mulai gugup mengenai saat – saat ketika aku mendengar dering bel besok sore. Seoalah – olah tukang jagallah yang datang,, Di lantai bawah aku memberitahu semua orang bahwa Arya telah memilih untuk melakukan eutanasia esok hari. Semuanya lega, sekarang keadaannya bisa dipastikan. Rama dan Chandra, Mamah, Ibu, Mas Dika, Andri, Graha dan Kara akan menginap semua malam ini disini. Mamah juga mengajak kami untuk berdoa. Aku mengambil laptopku aku ingin membuat sebuah pidato untuk esok,,
Dipenghujung siang , aku pergi ke kamar tidur,,
“ Aku sudah membuat pidato,, “
“ Bolehkah aku mendengarnya ?? “ Arya berkata, matanya berkilat – kilat,,
“ Ya ,, “ Aku mulai membacanya,,Arya mendnegarkan dengan mata terpejam,,
“ Kau ingin memberikan sesuatu kepada orang – orang, begitu tulismu untuk karen,, kau ingin mereka menikmati setiap hari. Untuk menikmati pemakamanmu. Untuk menikmati sisa hidup mereka. Untuk menikmati cinta, persahabatan, pakaian indah, hal – hal sepele, benda – benda terbuang. Menikmati adalah sebuah seni kehidupan. Dan kau adalah Profesor atau pakar professional dalam seni Kehidupan,, “
“ Dan setelah itu aku akan membacakan tulisan yang kau buat untuk Karen,, “
Aku memandang Arya,, Arya menyeka air matanya,,
“ Kau Pahlawanku,, “ Bisiknya,,
Arya dengan setia selalu mengajakku untuk sholat berjamaah mulai Shubuh hingga Sholat isya, dan itu dilakukan setiap harinya. Aku selalu menjadi Imam nya, bebeda dengan sebelum ia sekarat seperti sekarang, dimana ia yang selalu menjadi imam ku.
Aku terjaga sepanjang malam ini. Karena aku memikirkan sesuatu yang tidak berani kuungkapkan kepada siapa pun. Aku tidak yakin aku dapat menghadapi pengalaman pertamaku menonton kematian Arya secara langsung. Aku telah melihat beberapa orang mati, saat Ayah ku wafat, satu kali di dalam peti jenazah dan satu di jalanan, namun untungnya yang terakhir berada di bawah sebuah mobil, jadi aku tidak dapat melihatnya dengan jelas. Jadi yang terakhir itu tidak benar – benar dihitung. Saat Ayah ku meninggal usia ku masih kecil, aku belum mengerti betul hakikat dari meninggal, dan yang di peti jenazah adalah saat nenek ku meninggal, saat itu aku benar – benar tidak bisa menahannya. Dan melihat seseorang meninggal secara langsung bukan cara ku untuk bersenang – senang.
Nah, aku mendapati kegelisahanku ini cukup memalukan, Arya tidak takut dan dialah yang mempraktekkan kematian secara langsung. Aku hanya menonton. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku akan melihat seseorang meninggal dan diatas segalanya yang merupakan pasangan hidupku. Aku bertanya mengapa dan mengapa harus Arya yang harus kulihat meregang nyawa besok,, Dan hal lain adalah alu harus menelepon sepupu Arya yang disolo untuk mempersiapkan pemakamannya esok hari. Aku benar – benar gelisah malam ini.
Arya membangunkanku saat Adzan Shubuh berkumandang,, Arya menangis. Aku menariknya ke dalam pelukan dan menekankan tubuhnya kepadaku.
“ Ini hari terkahir ku,,, “
“ Apakah kau ingin membatalkannya ?? “
“ Tidak,, tapi rasanya sangat aneh,, Mau kah kau melakukan satu hal lagi untukku ?? “
“ Apa sayang.......?? “
“ Maukah kau membatalkan para penjenguk tambahan yang akan datang hari ini ?? Aku merasa sulit melakukannya sendiri,, dan aku tidak ingin kehilangan satu waktu pun bersama karen dan dirimu,,dan tolong ambilkan laptop sayang, aku ingin menulis ”
Arya menulis dengan gemetaran,,
“ Tak ada lorong yang begitu gelap,,,Tak ada jalan yang terlampau Terjal,,,Tak ada gunung yang begitu licin,,Sehinggs orang lain belum pernah sampai ke situ sebelum aku dan berhasil mengatasinya,,Semoga saat – saat gelapku mengajarkan seseorang untuk menolong orang lain yang dikasihinya menempuh perjalanan yang sama,,,”
Kemarin Arya sendiri yang menentukkan berapa banyak waktu yang ia inginkan bersama setiap orang, siapa yang datang bersama – sama, dan siapa yang datang sendirian. Seperti bintang terkenal yang mengatur jadwal wawancara. Kami melakukan Sholat Shubuh seperti hari – hari biasanya, namun saat selesai Sholat entah mengapa aku menangis dalam doa ku. Arya mendekatiku, memelukku agar aku merasa nyaman.
“ Za,, maukah kau menelepon Frans .. Katakan kita akan tetap melakukannya,, “
Pukul enam pagi Arya meminta Graha dan Kara utuk pergi kekamarnya. Mereka duduk bersama Arya selama sekitar satu jam. Kemudian mereka turun ke lantai bawah, Kara tetap tenang, Graha memintaku untuk ikut bersamanya sebentar. Kami berdiri di dapur. Matanya merah,, “ Belum apa – apa aku sudah merindukannya,, “ Graha memelukku, meraih kepalaku di dalam tangannya yang besar dan mengecuppuncak kepalaku. Untuk pertama kali sejak aku mengenalnya, ini pertama kalinya Graha mencium ku.
“ Verza,, aku,,emmm,,, aku harus berkata bahwa selama ini aku tidak selalu menjadi teman yang baik bagimu selama bertahun – tahun belakangan ini. Aku bukan tipe orang yang suka membicarakan masalah itu. Dan,, dan,, mungkin aku mengabaikanmu. Arya memberitahuku soal laki – laki itu, siapa ya namanya,,, Tony dari komunitas Elgeka. Bagaimana ia dan istrinya bercerai, dan mengenai kemonya, dan bagaimana hanya kalian yang pada akhirnya pergi bersama – sama. Za bagaimana kau menggendongnya selama waktu itu, betapa kau membuatnya bahagia selama beberapa minggu belakangan,, Aku,,,Aku bangga padamu Bung,,, “
Graha memelukku sangat erat sehingga aku khawatir cedera, namun saat ini terlalu indah untuk mengeluh. Kami menangis, ya kami berdua menangis. Selajutnya kami meledak dalam tawa.
“ Sudah cukup kali ini, dasar kau banci besar,, “ Aku terengah – engah ,, tertawa,,
“ Yeah,, kau mesum,,”
“ idiot,,,”
“ Tolol,,”
Dengan tangan saling merangkul kami berjalan menuju kebun. Rama menatap kami aneh,,Chandra tersenyum lebar saat ia muncul dari lantai bawah,, “ Benar – benar menyenangkan , kami tertawa bersama – sama,, “
Rama kembali sambil terisak – isak,, “ Benar – benar luar biasa, ia sendiri kelihatan cukup lega,, “
Sebagian besar dari kami tidak kembali ke bawah atas kemauan mereka sendiri, dan aku harus memaksa mereka dengan lembut untuk mengakhiri sesi pertemuan masing – masing. Arya berbaring di sana seperti seseorang raj, menikmati semua hal baik yang orang katakan untuk dirinya, semua percakapan indah itu. Segera saja kami melalui satu setengah jam waktu di luar jadwal, aku tidak tega meminta sekelompok orang untuk keluar dari kamar, seperti seseorang petugus polisi, sebelum mereka siap. Namun aku juga tidak terlalu senang menjadi yang terakhir dalam penutupan buku Arya, sehingga tidak punya waktu bersamanya.
“ Apakah kau tidak keberatan aku menelepon dokter frans untuk mengatakan bahwa kita memundurkan jadwalnya ?? “ aku bertanya
“ Yeah lakukan itu, ini semua menyenangkan, tidak perlu terburu – buru bukan ?? “
Aku menelepon dokter Frans dan meminta apakah ia bisa datang pada pukul delapan malam alih – alih pukul enam.
“ Arya sangat menikmati saat – saat ini,,”
Mamah, Mas Dika dan Andri merupakan orang terkakhir yang menemuinya sebelu Karen dan aku,, Mereka kembali satu jam kemudian, Mamah memelukku, namun Mamah tidak tampak emosional, ia terlihat bahagia.
“ Kami telah mengatakan segala yang perlu kami katakan,, “ Mamah berkata,, “ yang dikatakannya hanya sampai jumpa hari Jumat di pemakaman,,”
Karen menghabiskan sepanjang pagi di sekolah PAUD nya. Aku tidak ingin ia berpapasan dengan orang yang berlinang air mata sepanjang hari. Dalam perjalanan ke sana aku menjelaskan kepadanya bahwa dokter tidak dapat membuat Vather sehat lagi. Reaksi karen tampak tenang,, “ Oh,,,,,,,,, “ Aku mengatakan bahwa ia akan menemui Vather untuk terakhir kalinya sore ini. Dan setelah itu Vather akan meninggal.
“ Seperti burung kecil ya pah ?? “ tanyanya,,
“ Ya,,” Aku terisak,, “ Tepat seperti burung kecil ,, “
“ Dan seperti Dipsy dan Lala ?? “
“ Ya,, “ Aku tertawa,,,, “ Tepat seperti Dipsy dan Lala,, “
“ Tapi Vather tidak akan pergi ke toilet, Ia tidak akan pergi ke surga ikan,,”
“ Ya,, Vather akan pergi ke surga manusia, dan pada saat Vather di sana ia akan menjadi malaikat paling tempan yang pernah ada,, “
Aku baru saja menjemputnya, Guru Karen yang kuberitahu tentang semua perkembangan selama beberapa minggu belakangan, berkata bahwa Karen dengan bangga memberitahu anak – anak lain bahwa Vathernya akan meninggal malam ini, dan berubah menjadi malaikat. Mendadak saja Karen menjadi balita paling populer di kelompok itu.
Perut ku terasa sakit saat aku berjalan ke kamar tidur bersama Karen. Arya mulai menangis pada saat ia melihat kami.
“ maukah kau menjelaskannya ?? “ Arya bertanya kepadaku dalam suara yang gemetaran.
Aku mengangguk.
“ karen,, maukah kau kemari dan duduk di pangkuan papa ?? “ aku bertanya. Kami duduk di samping tempat tidur Arya, Karen sangat tenang, Ia mengamati Vather-nya dengan saksama, Ia tidak memalingkan wajah, hanya menatap ke arah Arya.
Aku mulai
“ Papa sudah memeberitahu bahwa Vather sangat sakit, dan Vather akan meninggal hari ini,, “
Karen mengangguk,,
“ nanti dokternya akan datang, dan ia akan membawa ramuan bersamanya. Vather akan meminum ramuan itu, dan kemudian ia akan jatuh tertidur. Namun itu bukan tidur sungguhan, karena Vather tidak akan bangun lagi setelahnya. Setelah itu Vather tidak akan merasakan sakit lagi, Vather tidak akan menderita,,”
“ Vather tidak akan muntah – muntah lagi ?? “
“ Ya,,Lalu,,,,,,,,,,,,,” Aku harus berhenti sejenak, karena aku melihat air mata Arya mulai menitik,,,, “ Lalu Vather tidak akan muntah – muntah lagi,,,”
Sementara itu Arya meraih tangan Karen dan mulai membelai – belainya.
“ Kemudian Vather akan meninggal, dengan sangat damai,,”
Karen mengangguk lagi, kelihatannya Karen melihat semuanya dengan logis.
“ Nanti kita juga akan menguburkan Vather, seperti burung kecil di buku, apa kamu ingat ?? “
Aku melihat Karen agak murung,,
“ Tapi bukankah Vather akan pergi ke surga ?? “
Arya tertawa,,,,,,
“ Ya sayang,, tapi ini sulit untuk dijelaskan, bahkan orang dewasa pun tidak akan memahaminya secara tepat,, “ aku berkata
“ Papa pikir tubuh vather akan dikuburkan, tapi Vather akan mendapat tubuh lain di surga,,”
“ Tubuh malaikat,,,” seru karen dengan antusias
“ Ya,,” aku berkata, menggigit bibirku.
“ Aku sayang Vather,,aku sedih kalau Vather dikubur,,”
“ Vather juga,,, sayang kamu,,” bisik Arya,, “ Vather Juga,,”
“ Apakah aku tidak akan bertemu dengan Vather lagi ?? “
“ Ya,, nanti saat kamu sudah tua, dan kamu juga meninggal dan berubah menjadi malaikat, pada saat itu menurut vather kita akan bertemu satu sama lain,, “ kata Arya,,
“ Oh,,,,,,,,,,”
“ Itu sebabnya kita menaruh banyak benda Vather di dalam peti di sana, nanti saat kamu sudah agak besar kamu dapat membacanya dan melihatnya,, “
“ dan papa akan menceritakan kepadamu soal Vather dan setelahnya, mungkin kamu akan mendapat Vather baru juga,, “ kata Arya,,
Hening,,,,,,,,,,,,,,,,,
“ Bagaimana menurut mu ?? “ aku bertanya kepada Arya, karena aku tidak tahu bagaimana lagi menanyakan apakah Arya siap mengucapkan selamat tinggal kepada putrinya,,
“ Ayo kita lakukan,,” Arya meratap
Arya merentangkan kedua lengannya, aku meletakkan karen di lantai. Sekarang Karen berdiri di sebelah ranjang Arya.
“ vather mencintaimu sayang,, “ kata Arya
“ Aku mencintai vather,, “ kata Karen tiba – tiba kebingungan.
Dan kemudian Arya mulai mencium Karen. Di seluruh wajahnya. Di mana – mana, seolah – olah ia belum pernah melakukannya. Karen mencium pipi, mata, kening, pipi yang satu lagi, bibir Arya,, Karen menyeka air mata dari pipi Arya. Hatiku terasa sakit, aku akan memberikan apa pun untuk mengubah ini semua, aku akan,,,,, aku akan,,,,,,
Tak ada apa pun yang dapat kulakukan untuk mengubahnya. Kecuali berlutut di samping Arya dan Karen untuk pelukan terakhir kami. Kemudian aku memisahkan diri dan berjalan menuju pintu bersama Karen.
Arya mengangguk,,,,,,,,
“ Selamat tinggal putri kesayanganku yang mungil,,” Arya berkata lagi, sangat menderita.
Karen tidak mengatakan apa – apa, ia melamabi kepada Arya dengan satu tangan memegang tanganku. Dan Karen meniupkan ciuman kepada Arya, Arya mengangkat tangan ke mulutnya, menangis. Karen dan aku berjalan ke luar kamar, Arya tidak akan pernah melihat Karen lagi.
Tuhan, kumohon biarkan di sana ada surga, supaya mereka dapat bertemu lagi,,
Kumohon
Kumohon
Kumohon, Tuhan
Kami sudah mengatakan semua hal yang perlu dikatakan terhadap satu sama lain, namun kami masih memiliki sisa empat jam sebelum dokter frans datang. Rasanya seperti sedang liburan dan kau harus menghabiskan empat jam terakhir menunggu bus yang akan mengantar mu ke bandara. Aku ingin melakukan perpisahan dengan Arya. Aku beranjak dan mengambil kamera video, menyalakannya, dan memutar film teks yang dilukiskan Rama dan Chandra di dinding ruang keluarga pagi ini. Aku melepaskan celana panjangku dan kausku dan memakai kemeja biru yang kusiapkan tadi pagi. Kemudian aku mengeluarkan setelan krem dan memakainya juga. Dikmar tidur aku pergi dan berdiri di samping ranjang, lalu merentangkan tanganku.
Di kamar tidur aku pergi dan berdiri di samping ranjang lalu merentangkan tanganku,,
“ Dengar,,belanja itu menyenangkan,,” aku berkata
“ kau membelinya !! “
“ Untukmu,, lalu ?? “
“ Menawan sekali,,, “ Arya tersentuh. Arya tertawa dan tersenyum pada saat bersamaan. Arya memberi isyarat agar aku berputar,, “ benar – benar fantastis,, pakaian itu tampak sesuai untukmu,, Maukah kau selalu memikirkan ku saat kau mengenakannya ?? “
“ Selalu, pada setiap pesta yang kuhadiri,,”
“ kalau begitu aku tahu pasti kamu akan banyak memikirkanku,, “ Arya tertawa,,
Aku beranjak dan berbaring di sebelahnya, lalu memeluknya sebaik yang kubisa. Selama beberapa menit kami tidak mengatakan apa pu,,
“ Aku penasaran bagaimana keadaan di sisi lain,, “ kata Aray tiba – tiba, Arya mengatakannya seolah – olah ia berniat menonton film yang sering ditontonnya,, “ Aku senang ini, akan segera terjadi, dan biarpun aku akan sangat merindukanmu dan karen, aku senang aku tidak berada di dalam pisisimu, ditinggalkan berdua bersama Karen, tanpa dirimu,, aku tidak akan memiliki kekuatan, aku tidak ingin bertukar tempat denganmu,, “
“ Begitu pula aku,,,,”
“ Kita cukup beruntung bukan ?? “ Arya tertawa
Kami berbincang – bincang, seperti yang sering kami lakukan selama beberapa minggu terakhir, menegani kami, mengapa kami jatuh cinta kepada satu sama lain, apa yang kami hargai di diri yang lain, apa yang kami saling pelajari, semua hal yang kami lakukan bersama – sama. Kami bahagia, kami telah menjadi seperti ini.Persetan dengan semua pertengkaran, semua masalah, persetan dengan kanker, persetan dengan malam kecelakaan mobil, persetan dengan semua orang yang pernah kutiduri, terlepas dari Ridhy dan rama.
“ Apakah kita harus mencopot cincin kita ?? “ tanyaku
“ ya,,,” tangan kami saling menggenggam erat dan mengulang ritual pada hari aku melamar Arya. Hanya saja kebalikannya, aku meletakkan kedua cincin dalam sebuah kotak dan meletakkannya di dalam peti suvenir untuk Karen.
Arya menatap cincin di jari manisku yang lain,,
“ Bolehkan aku memakaikan cincin itu lagi ?? “ Arya bertanya malu – malu.
Aku melepaskan cincin yang diberikannya kepadaku enam bulan lalu dan menyerahkannya kepada Arya. Arya mencoba membaca kata – kata yang telah diukirnya di bagian dalam cincin. Arya tidak dapat melakukannya.
“ Untuk cinta dalam hidupku,, Arya,,” aku membcakannya keras – keras.
“ Oh,,, Iya,,” Arya berkata, menatap cincin itu dengan puas.
Arya mencoba mendorongnya masuk ke jari manisku, tapi tidak mempunyai kekuatan. Kami melakukannya bersama – sama.
“ Apakah kau akan memakainya ?? “
“ Selalu,,,”
“ Bagus,, “ katanya dengan lembut
Hening
“ Aku punya sesuatu untuk membuatmu ceria,,” Aku berkata
Aku mengambil kamera video, selama beberapa hari belakangan aku merekam kegiatan di seluruh rumah dalam video. Rumah yang kami beli bersama – sama. Satu – satunya bagian rumah, selama sebelas hari terakhir, terlepas dari seperempat jam di kamar mandi, yang dilihat Arya hanyalah kamar tidur saja. Suaraku di kaset tersebut menyediakan ulasan :
“ Hai Arya. Sudah beberapa lama kau selalu dikamar, jadi kau mungkin tidak dapat mengenali ini. Ini taman kita. Disini kau dapat melihat banyak tanaman yang menyejukkan dan kau dapat melihat payung parasol baru yang dibawahnya ada Mamah, Rama, Chandra, Mas Dika dan Andri berbuat gila – gilaan, mengobrol, menangis secara bergantian dari pagi hingga seterusnya, sementara sahabatm adik dan putri mereka terbaring karena penyakit yang yang mematikan,, Mungkin kalian bisa bersulang untuk Arya ??- mereka semua mengangkat gelas masing – masing ,, bersulang,, - Kau akan mencatat bahwa Rama hampir tidak bisa mengangkatnya, dan Mamah terlihat berusaha untuk tegar,,”
Arya tersenyum................
“ .................... Dan sekarang kita menuju ke ruang utama, dan lihatlah : digantung dengan tergesa – gesa oleh Mas Dika, kandelar yang kau beli berminggu – minggu lalu. Namum Mas Dika terlalu malas untuk memasangnya. Kita dapat melihat – aku pergi ke lantai atas – foto-foto indah yang kita beli disaat kita berlibur, akhirnya terpajang di dinding, yang menurutmu semua foto tersebut tidak akan kelihatan bagus bila di sana, sementara menurutku sebaliknya – kupikir, ayo ambil keuntungan dari fakta bahwa kau tidak dapat turun dari tempat tidur,,,,,,,,,,,,, “
Arya tertawa terbahak – bahak.............
“ ................yang membawa kita ke ruang keluarga,, nah disinilah Kara dan Graha tengah duduk, makan sebuah risol,, oh kukoreksi,, Graha memakan dua buah risol, aku dapat melihatnya, mungkin untuk mengisi kekurangan setelah begadang semalaman.. - “ Hai Arya !!! “ mereka berteriak ke kamare dengan mulut penuh – Kita dapat melihat dengan jelas bahwa sopan santun telah merosot drastis karena teman – teman kita telah datang kemari. Makan dengan mulut tertutup masih merupakan hal yang normal di sini, dan kemudian kita memiliki foto telanjang dirimu yang kudapat sebagai kado ulang tahunku, yang kelihatannya membuat Chandra bergairah,,,,,,,, “
Arya tertawa dan menggelengkan kepala...............
“ ............Dan akhirnya – kamare berbalik ke sisi lain ruangan berbentuk L, kami melihat sebuah ruang kosong, dengan vas – vas bunga di sekitarnya, setengahnya masih kosong – kau lihat tempat kehormatan di mana – suara di kaset video tergagap selama beberapa saat dan menjadi sedikit lebih lembut – kau akan dibaringkan,,,,,, “
Arya terisak dan meraih tanganku, aku bertanya apakah ia ingin aku menghentikan kaset tersebut, tapi ia menggelengkan kepala.
“ .................Di sini kita bisa melihat sebuah foto kau, aku dan Karen yang baru kita ambil sebelum kau botak untuk kedua kalinya. Aku menggantungkannya disini di ruang duduk kemarin......... “
Arya mengangguk puas dan berkata dengan lembut,,,,, “ Tempat yang bagus,,,,,”
“...................selanjutnya yang terakhir tapi bukan yang paling tidak berarti – kamera berbalik dari satu dinding di atas meja dekat jendela, tempat vas – vas berdiri siap untuk diisi, ke dinding yang lain – sebuah teks yang digambarkan Chandra dan Rama didinding atas permintaanku sore tadi, dan yang mana akan selalu mengingatkanku akan dirimu selama Karen dan aku tinggal dirumah ini. – kamera itu memperbesar gambar dan memperlihatkan dua kata yang disemprot sepanjang dinding, dalam huruf kapital raksasa dengan cat perak, suara menjadi hening saat kamare memperlihatkan dua kata dan tetap disana................. “
“ RAIHLAH HARI “,, bisik Arya, menatap tanpa bergerak ke arah layar di kamare. Arya mengangguk dan menatapku dengan lembut. Raihalah Hari..........
“ fantastis....bahkan rumah ini pun sudah siap,,,,,”
Setelah aku sholat Ashar berjamah dengan Arya, tiba – tiba Arya drop. Semua orang kaget karena euthanasia baru malam namau keadaan Arya mengkhawatirkan. Ada sesuatu yang tidak dapat terelakkan. Aku bersiap menghadapi akhiran tetapi hal itu tidak pernah datang segera. Sore ini yang terelakkan itu adalah segala yang kami miliki. Aku dan semua orang disini tidak berdaya bergulat dengan penyakit Arya. Tidak berdaya ketika aku duduk di sisinya memegangi tangannya. Aki tidak berdaya ketika kami melihatnya berjuang untuk bernapas. Aku berbaring di sebelah Arya dan meletakkan kepalaku di sampingnya, menatap ke dalam matanya.
“ Aku senang aku menjadi pendamping hidup mu,,” Arya berbicara dengan tertatih,, “ Aku bahagia sekarang,,,’
“ Tak seorang pun yang belum pernah berada di rumah kita akan mempercayainya,,,,,,,,,,,, “
“ Tapi aku bersungguh – sungguh,,,,,,,,,,, terimakasih untuk segalanya, Verza,, Aku mencintaimu selamanya,,,,,,,,, “
Aku terisak,,,,,,,,,,, “ Aku akan selalu mencintaimu Arya,,, ‘
Tiba – tiba dokter Frans sudah datang dan memasang oksigen agar Arya lebih mudah berbicara,,,
“ Nikmati saja hidup mu,,,,,,,, “ Arya berkata dengan lembut dan membelai pipiku,,,
“ Aku akan melakukannya, dan aku akan merawat Karen dengan baik – baik,,,, ‘
Kami berciuman,,
Tepat pukul setengah lima sore Perlahan – lahan Arya menyerah dan mengalami koma. Rasanya seperti seumur hidup, kami melihat helaan napasnya ketika Arya tampak ragu dan terbatuk. Hari ini Aku tahu rasanya, perasaan kosong itu, yang tak dapat ditenangkan dan sangat ingin diisi. Sepanjang sore itu Arya dalam kedamaian, Sesekali Arya meregang untuk bernapas di bawah kanker itu, tetapi selama itu Arya terus tertidur. Aku berbaring disisinya dan membacakan ayat – ayat suci Al Quran hingga akhirnya Arya menyerah. Semua orang menangis, Mamah terlihat berusaha tegar, dokter Frans berkata bahwa Arya seakan – akan tahu kapan dirinya akan pergi. Arya akan tetap menjadi seseorang yang berarti dalam hidupku, segala jejak persedian medis dan peralatannya diletakkan di luar pintu rumah kami dalam beberapa jam saja. Fotonya akan selalu menghiasi dengan indaj di dinding – dinding rumah ini sebagai kenangan akan ilham dirinya terhadap aku dan Karen.
Banyak sahabat – sahabat Arya yang tiba ke rumah untuk melayat, pukul delapan malam kami menerbangkan Arya ke Solo setelah sebelumnya ia di Sholatkan di masjid dekat rumah. Untuk hari ini dan esok, kenangan dan air mata terus ada. Kami semua menatap ke arah sang bintang yang dulunya dikenal sebagai Arya. Ya apa yang dapat kukatakan ?? Arya tidak kelihatan seperi seseorang yang tadinya bernama Arya. Arya telah menghilang, Tuhan tahu kemana perginya.
Aku benar – benar berduka sekarang, kematian Arya tidak mudah bagiku, Kukira aku sibuk memperlihatkan kesan kuat kepada Arya selama beberapa hari ini namun dalam lubuk hatiku aku berduka. Tentu aku bertanya – tanya seberapa besar keinginannya untuk berjuang, tetapi jauh dilubuk hatiku aku tidak ingin melawannya. Sekarang aku nyaris tidak mampu bertahan satu jam saja tanpa mendekap fotonya erat – erat atau memandang tempat tidur kami dan mengenangnya, keindahan matanya, tubuhnya, dan semuanya.
Setelah semua selesai aku dan Karen untuk pertama kali duduk sebagai kelurga hanya berdua di dalam kamar di solo. Aku telah diberitahu bahwa terapi terbaik untuk kehilangan orang yang tercinta adalah dengan melihat pengaruh mereka terhadap orang – orang sekelilingnya. Mereka Benar, saat kami membacakan Yasin malam kedua rumah eyang di solo terlihat penuh, bahkan banyak tamu dari Jakarta tiba. Kami melewatkan malam itu dengan memeluk keluarag Arya, Keluarga ku, sahabat – sahbat Arya dan Aku dan Orang – Orang lain, dengan sekejap mereka berbagi denganku bagaimana mereka terhubung dengan Arya sehingga mereka melihat kehidupan mereka sendiri dengan cara yang berbeda.
Saat Arya berbicara dengan Andri di dalam kamar tentang kehidupan,, Arya berkata bahwa Hidup adalah cerita, saat itu aku bertanya – tanya apakah pandangn hidup hanya sebuah cerita ??Aku tidak memahami arti hidup saat itu,, menurutku dengan menganggap hidup sebuah cerita Aku takut semua kenanganku akan memudar dan aku akan melupakannya. Bearapa lama sebuah cerita bisa bertahan ?? Mungkinkah cerita mampu hidup lebih lama daripada kenangan ?? Namun saat pemakaman kemarin aku akhirnya memahami apa yang dimaksudkan Arya tentan hidup. Hidup terdiri atas berbagai cerita yang menjadi inti keberadaan kita, jumlahnya tidak terbatas dan masing – masing dimiliki seseorang. Semua cerita ini dikisahkan berulang kali, dihargai dan disimpan baik – baik,, Ini adalah kisah Arya Wirasena Putra Sasongko.
Saat Hening Tiba,, Aku meulis,,,
Aku merindukan senyumannya
Aku merindukan rasa usapan rambutnya
Aku merindukan kesukaannya untuk selalu tampil sangat menawan.
Aku merindukan pelukkannya.
Aku merindukan sifat mengayominya yang diperlihatkannya ketika bersama Karen.
Aku merindukan kecupannya.
Aku merindukan mendengarkannya bercerita pada ku tentang segala kegiatan hari itu.
Aku merindukan saat ia membangunkan sholat shubuh.
Aku merindukan melihatnya memilih pakainnya setiap pagi.
Aku merindukan caranya membuat semua orang merasa menjadi penting, siapapun dia.
Aku merindukan sifatnya yang tak pernah menyerah mengejar mimpinya.
Aku merindukan saat ia berkata “ Aku sayang kalian,, “
Aku merindukan betapa ia ingin memegang tanganku
Aku merindukan betapa ia ingin bermanja dengan ku
Aku merindukan tawa menularnya
Aku merindukan saat ia marah
AKU MERINDUKANNYA
Aku bertanya – tanya apakah aku akan berhenti menghitung hari, atau mengingat – ingat hari tertentu, Aku sangat yakin aku tidak akan pernah berhenti merindukannya. Arya Wirasena Putra Sasongko telah meninggalkan sebuah kisah tentang ketabahan hati, harapan dan terutama cinta. Aku tidak bisa tidak mendekapnya dalam hati aku dan membawa keteladanannya ke dalam kehidupan aku,,
Terimakasih untuk semuanya yang selalu membaca cerita ini, banyak yang bertanya – tanya adakah cerita ini,, aku hanya bisa bilang yang namanya VERZA MAHAWIRA ADITYA sudah berubah dalam menjalani hidupnya, setelah peristiwa kematian Arya ia memang sangat terpukul, entah mengapa aku menjadi dekat dengannya, ia hanya satu kali bertemu dengan Ridhy dan mengakhiri segalanya setelah Arya meninggal. Rasa bersalah itu membuatnya berubah. Aku sudah tinggal bersamanya selama dua tahun dengan Verza, menjaga Karen, Mamah Arya dan keluarga masih sering berkunjung, Aku melakukan mutasi pekerjaan yang tadinya sebagai dokter di rumah sakit dengan pasien, dan sekarang aku menjadi Peneliti kanker di Badan penelitian dan Pengembangan di salah satu kementerian. Verza sekarang sudah memiliki sebuah perusahaan sendiri bersama Rama dan Chandra. Jadi kalau kalian bertanya aku adalah bagian dari tokoh ini yupz tepat,, tapi aku bukan Ridhy, Arya atau Verza,, aku yang berperan sebagai Bryan Immanuel Frans Lumain,, dan aku menjadi muslim satu tahun yang lalu dengan nama pemberian dari mamahnya Arya.
Semua nama tokoh dalam cerita ini hanya nama samaran saja. Banyak orang yang tidak suka atau suka dengan cerita ini,, kadang aku menghibur diriku sendiri dengan pemikiran bahwa sebuah cerita bersambung atau novel adalah menurut definisinya, sebuah karya fiksi. Sekali lagi terimakasih semuanya,,
it's not a sad ending, it's a happy ending saat arya akhirnya ketemu sama kedamaian
@rendesyah, thanks buat cerita keren ini.
@yuzz, cerita keren ini udah tamat, bisa dimasukkan dlm list nih.
iyaw ntar bareng yg laen om @adinu ,lewat proxy ga bs edit komen jd ga bs apdet list..heuu