It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
sunyi senyap sedih dan bahagia menyeruak dalam kalbu ketika hubungan dirga dan rivi menyatu dalam cerita
Di part ĭп̥̥̲̣̣̣ĭ ga dapet gregetnye
kalo nanti rivi sama dirga... kasian dhio..
Mudah mudahan cinta Dhio ama Rivi tetap bertahan
Ditunggu mention mas Dokter @rendensyah
dtunggu next chapterny :-bd
@d_cetya - hehehehehehe,, namanya juga Dhio sudah ambil spesialis kesehatan jiwa,, harus bisa mengontrol sabar,,
@danielsastrawidjaya - wah aku belum ada apa2nya mas,, ini juga hanya ketika senggang aja ko nulis cerbung,, secara teoritis cerbungku juga masih jauh dari sempurna,, masih amburadul,, hehehehe,,
@Just_PJ - semoga endingnya berkesan ya mas nanti,,
@bayumukti - hehehehe,, maaf kalau membuat dirimu kecewa mas dengan cerita ini,, semoga endingnya berkesan ya mas,,
Terimakasih buat kalian semua yang dengan setia masih mau membaca ceritaku ini,,
@arieat - hehehehe,, iya mas kurang greget ya,, maaf ya,, pasti saya lanjutkan ko,,
@elul - hehehehe,, semoga endingnya berkesan ya mas,,
@Klanting801 - okeh,, okeh,, sabar ya mas lanjutannya,,
@GeryYaoibot95 - hehehehe,, maaf ya nanggung updatenya kemarin,, wah mas @rendifebrian itu sudah sangat-sangat maestro jadi penulis,, aku mah masih banyak harus belajar dengan beliau2,,
@tio_juztalone - heheheheh,, iya mas secara teoritis cerita ku ini emang membingungkan dari sudut pandang,, aku nulis hanya apa yang ada dipikiran aku tulis saja,, hehehehe
@Brendy - iya semoga nanti endingnya cukup berkesan ya mas,,
@OlliE - hehehehe,, iya maaf nanggung updatenya,,
Terimakasih semuanya masih mau membaca cerita ini,, sekali lagi terimakasih,,maaf cerbung ku memang sangat jauh dari sebuah kesempurnaan sebuah cerita,,
@hantuusil
@lian25
@jokerz
@khieveihk
@Brendy
@Just_PJ
@nakashima
@timmysuryo
@adindes
@Bonanza
@handikautama
@kiki_h_n
@rendifebrian
@dak
@Zazu_faghag
@ramadhani_rizky
@Gabriel_Valiant
@Syeoull
@totalfreak
@Yogatantra
@erickhidayat
@adinu
@z0ll4_0II4
@the_angel_of_hell
@Dhika_smg
@LordNike
@aii
@Adra_84
@the_rainbow
@yuzz
@tialawliet
@Different
@azzakep
@danielsastrawidjaya
@tio_juztalone
@Brendy
@arieat
@dhanirizky
@CL34R_M3NTHOL
@don92
@alamahuy
@jokerz
@lian25
@drajat
@elul
@Flowerboy
@Zhar12
@pujakusuma_rudi
@Ularuskasurius
@just_pie
@caetsith
@ken89
@dheeotherside
@angelsndemons
@bayumukti
@3ll0
@jamesfernand084
@arifinselalusial
@GeryYaoibot95
@OlliE
@callme_DIAZ
@san1204
@d_cetya
@andre_patiatama
@Klanting801
@shuda2001
Pembicaran Dhio dan Dirga masih berlanjut di hotel.
“ Jadi itu yang ada di pikiranmu, bahwa aku cemburu?? “ tanya Dhio.
Dirga mengangguk seperti terhipnosis. Dhio tertawa merdu.
“ Bukankah sudah kukatakan bahwa aku justru ingin menyatukan kalian?? Aku sama sekali tidak cemburu!! “ Ujar Dhio.
Sesaat Dirga terdiam menatap Dhio, tapi kemudian ia berkata,, “ Tapi.... Kenapa.... “
“ Kenapa aku menemuimu?? Karena aku tahu sesuatu menghalangi kalian untuk bersatu. Aku tahu apa keberatan Rivi. Tapi aku tidak tahu keberatan apa yang menghalangimu menerima Rivi. Rivi sangat mencintai........”
“ DHIO!! DIAMLAH!! “ Potong Rivi tiba-tiba dengan suara keras.
Dirga seketika menoleh ke arah Rivi. Lelaki itu memandang Dhio tajam dengan rahang mengeras, Mirip seperti cara Rivi memarahi Dirga di kantor. Hanya kali ini sedikit berbeda.
“ Kenapa Riv?? Dirga sudah ada di sini. Tidaklah itu memberi suatu arti untukmu?? “ Ujar Dhio seperti membantah.
“ Dhio, diamlah!! Sudah kukatakan tadi................”
“ Aku tidak mau kamu menyerah!! Kamu..........”
“ Dhio!! “
Dirga terdiam dan heran dengan perkembangan yang tidak disangkanya ini. Matanya silih berganti menatap Rivi dan Dhio yang saling membantah. Tapi sekeras apa pun suara Rivi, Dhio selalu membalasnya dengan lembut dan meyakinkan. Benar-benar motivational speaker sejati atau lebih mirip penjual ulung??
“ Atau kamu ingin aku keluar dari ruangan ini dulu?? “ bujuk Dhio.
“ Tidak....” jawab Rivi.
“ Jadi apa yang kamu inginkan?? Ingatlah, ini untuk hidupmu. Untuk cintamu!! “ Dhio masih bertahan.
“ DHIO!! “ Suara Rivi semakin keras membentak.
“ Rivi sayang, kamu masih punya masa depan...........”
“ Demi Allah, aku HIV positif. Apa kamu lupa?? “ Teriakan Rivi seketika membuat Dhio terdiam. Termasuk Dirga. Lelaki itu menatap Rivi dengan pandangan nanar. Pikirannya masih mencoba mencerna apa yang didengar oleh telinganya, tapi ia masih sulit untuk menerima. Namun respons Rivi yang menggeram keras dan langsung meninggalkan kamar hotel membuat Dirga yakin ia tidak salah dengar.
Dirga menoleh ke arah Dhio, Laki-laki itu pun kelihatan terpukul. Bukan karena ia baru mengetahui hal itu seperti Dirga, tapi mungkin ia tidak menyangka Rivi akhirnya akan mengatakan hal itu.
Tidak tahu harus bagaimana lagi, Dirga bangkit dan melangkah ke pintu. Tapi suara Dhio menghentikannya. Dirga menoleh. Dhio menatap Dirga dengan sungguh-sungguh.
“ Saat kukatakan ada sesuatu yang menghalangi Rivi untuk mencintaimu, itulah alasannya. Dia sangat mencintaimu, Dirga.......” Ujar Dhio.
Dirga tercenung. Ia masih tak bisa berpikir. Tapi ada sesuatu yang selalu ingin diketahuinya. “ Dhio, apa status Rivi dalam kehidupanmu?? “
Dhio tersenyum ,, “ Rivi segalanya bagiku. Kami dulu memang pernah berpacaran, namun akhirnya kami memutuskan untuk bersahabat dengannya hingga hari ini. Rivi sudah seperti kakakku sendiri........”
Dirga balas tersenyum lega,,, “ terimakasih!! “
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Rivi mencintainya!! Rivi HIV positif!!
Dari dua kenyataan di atas, Dirga tidak tahu harus melonjak gembira atau menangis. Dua fakta itu seperti satu paket yang membuatnya dilema karena ia pun mencintai Rivi. Tapi HIV positif?? Ya Tuhan, kenapa nasibku buruk seperti ini?? Kahlil Gibran bisa berkata,, “ Ikutilah cinta meski jalan berliku..” Tapi Dirga takkan sanggup. Bagaimana ia nanti akan menjalani hidup jika memiliki pasangan seorang HIV positif?? Belum lagi reaksi yang akan diterima Dirga dari saudara dan masyarakat. Apakah Papa akan setuju?? Mungkin saja, karena Papa orang yang baik dan sangat mencintai Dirga. Tapi bagaimana pendapat kolega Papa dan pasien Papa?? Bagaimana kalau memiliki seorang menantu gay dan seorang HIV positif?? Bagaimana kalau tidak ada lagi pasien yang mau mendatangi klinik bersalin Papa?? Pasti Papa akan sangat sedih, dan mungkin terpukul. Dirga menggigit bibir, ngeri membayangkan hal itu.
Belum lagi masalah lain yang akan muncul bila nanti memutuskan hidup bersama. Bagaimana rasanya sebuah kehidupan bersama jika kedua pihak saling berjaga-jaga untuk tidak menularkan atau ditulari virus HIV?? Dengan semua sikap waspada dan selalu berjaga-jaga itu, betapa melelahkannya. Tiba-tiba semua sikap aneh Rivi menjadi jelas bagi Dirga. Sikap Rivi yang tidak mau ditolong saat tangannya terluka dan berdarah di pantry waktu itu. Dirga menepuk kepalanya gemas. Seharusnya saat itu ia bisa menebak alasan keberatan Rivi.
Lantas apa yang harus dilakukannya kini?? Mengorbankan cintanya pada Rivi?? Berarti juga mengorbankan cinta Rivi padanya?? Padahal Rivi dan dirinya saling mencintai. Bukankah seharusnya mereka bisa hidup bahagia??
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Nada tinggi Andrea Bocelli dan Sarah Brightman dalam Time to Say Goodbye mengalun dari laptop Rivi. Lagu ini selalu jadi favoritnya tanpa alasan yang pasti. Mungkin karena suara indah kedua penyanyi itu. Atau aransemen musiknya yang menghanyutkan. Mungkin juga karena liriknya yang sesuai dengan perasaan Rivi saat itu.
Sebenarnya bukan hanya saat itu, tapi sudah beberapa tahun terakhir ini Rivi membiasakan diri dengan kata “ perpisahan ‘. Tepatnya sejak hasil pemeriksaan darah yang menyatakan bahwa dirinya HIV positif. Rasanya sejak saat itu kehidupannya mendadak jungkir balik. Sedikit demi sedikit ia menarik diri dari pergaulan. Status HIV adalah rahasia pribadinya dan ia ingin memastikan hal itu tetap menjadi rahasia pribadinya dan ia ingin memastikan hal itu tetap menjadi rahasianya selamanya. Ia bahkan tak ingin menceritakannya kepada saudara-saudaranya yang lain.
Dalam setiap kegalauan emosinya, Rivi selalu ditemani Dhio. Bahkan saat beberapa orang yang akhirnya mengetahui status Rivi bersikap sinis dan menjauh, Dhio tetap ada di sisi Rivi untuk memberi semangat. Dukungan seorang sahabat dan keluarga memang penting dibutuhkan oleh penderita HIV. Namun dalam beberapa kasus, justru sahabat atau keluarga sendiri yang masih mendiskriminasikan mereka. Untunglah Dhio dan keluarga Rivi tidak begitu.
Dhio selalu menmdukung keputusan Rivi. Hingga suatu hari Rivi saat itu ingin memutuskan hubungan dengan Dhio dan lebih memilih untuk menjadi seorang sahabat dan saudara. Rivi merasa nyaman ketika Dhio menjadi seorang sahabat atau saudara dibanding sebagai kekasih. Rivi selalu beralasan perilakunya dulu yang ingin bercinta dengan Dhio disaat ia sudah bertunangan dengan Boggi selalu muncul dipikirannya, rasa bersalah Rivi inilah yang akhirnya mengakhiri hubungan sebagai kekasih dengan Dhio.
Tapi entah kenapa, saat ini justru Dhio yang terus mendorong Rivi mendekati Dirga. Apa Dhio lupa mengenai status HIV Rivi?? Sekarang, karena kecerobohan Rivi sendiri, Dirga pun mengetahui rahasia yang selama ini selalu dipendamnya. Rivi tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Rivi tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah Dirga akan menjauhinya karena jijik?? Rivi masih mengingat jelas reaksi Dirga akan memuntahkan makanan jika mereka makan bersama di ikan bakar lagi?? Mungkin saja. Rivi tahu dan Dhio juga bisa melihat bahwa Dirga pun menyukainya, tapi itu kan dulu. Sebelum Dirga tahu mengenai status Rivi.
Rivi meremas rambutnya dengan gemas.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Dr. Poernomo memerhatikan diam-diam tingkah laku Dirga yang berubah beberapa hari terakhir ini. Anak tunggalnya itu jadi lebih pendiam. Tidak pernah bercerita panjang seperti dulu lagi. Ia tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan putranya. Bahkan setelah kematian Gulid, Dirga tidak seperti ini. Saat itu Dirga memang sangat terpukul karena Gulid sahabat dekatnya. Tapi rasa kehilangan Dirga disalurkan melalui cerita dengan Papanya atau menziarahi makam Gulid. Dr. Poernomo pun melihatnya. Gulid memang orang yang memiliki semangat hidup tinggi yang tidak hanya untuk dirinya sendiri, bahkan mampu ditularkannya pada orang-orang yang ditinggalkannya. Hanya satu hal yang masih tidak dimengerti Dr Poernomo. Kenapa saat acara pemakaman, tidak ada satu pun keluarga Gulid yang muncul?? Bahkan hingga saat ini, tidak ada seorang pun yang datang dari Jakarta. Setiap kali Dr Poernomo bertanya, Dirga selalu angkat bahu. Menurut Dirga, Gulid tidak membutuhkan keluarga. Yang dibutuhkannya hanya sahabat dan teman yang lebih mampu menerima dirinya apa adanya, tanpa melihat status gay dan HIV.
Mendengar jawaban seperti itu, Dr. Poernomo tersenyum senang. Siapa sangka dalam setahun lebih ini kematangan pribadi dan kedewasan Dirga berkembang sangat cepat. Padahal putranya itu yang dulu ingin mengundurkan diri karena dimarahi bosnya.
Dr. Poernomo menghela napas. Waktu berjalan dengan cepat. Putra kecilnya itu telah tumbuh menjadi laki-laki dewasa.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Dirga mengemasi barangnya dan mematikan laptop. Jam tangannya masih menujukkan pukul setengah lima kurang, tapi rasanya ia sudah ingin cepat-cepat pulang. Semakin hari ia semakin tak betah berada di kantor ini. Apalagi setiap saat ia selalu sadar ada seseorang yang berada tepat di ruangan sebelah. Dulu hal itu selalu menyenangkannya. Apalagi setiap ia bercanda dengan Gulid, Rivi selalu muncul tiba-tiba dengan komentarnya yang membuat Gulid dan Dirga terdiam malu. Tapi sekarang semuanya berbeda. Tidak ada Gulid yang menemaninya bercanda. Jangankan muncul, Rivi bahkan selalu memasung muka dingin setiap melihat Dirga. Dirga meraih tas dan keluar ruangan.
“ Pulang, Kak?? “ sapa Luna ketika mereka berpapasan di depan pintu ruangan Dirga.
Dirga mengangguk.
“ Wah, sekarang ka Dirga selalu pulang cepat ya,,!! “ cetus Luna lagi.
Dirga tertawa masam. Bergegas ia menuju pintu keluar. Ia tak ingin berpapasan dengan Rivi atau siapa pun. Mood-nya pasti berantakan setiap melihat muka dingin lelaki itu. Menyebalkan. Apa sih yang ada dipikiran Rivi?? Kenapa lelaki itu jadi menganggapku musuh?? Pikir Dirga dari gedung kantor dan melangkah ke area parkir. Dibukanya pintu mobil dan segera dipacunya kembali ke rumah.
Sepanjang perjalanan, pikiran Dirga mengembara tak tentu arah. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana sekarang. Sejenak pikirannya melayang ke masa lalu saat Gulid masih ada. Gulid selalu saja memiliki jawaban untuk semua masalah Dirga. Gulid, menurutmu langkah apa yang harus kuambil?? Batin Dirga bertanya.
Mendekati rumah, Dirga melihat sebuah taksi berhenti di depan pagar di belakang mobil Papa. Mungkin teman Papa, pikir Dirga. Segera ia turun dari mobil dan masuk lewat pintu depan. Dilihatnya Fani sedang berbicara dengan seorang perempuan. Kening Dirga mengernyit. Perempuan bertubuh langsing dan berkulit putih ini tidak mungkin teman Papanya.
Fani melihat kedatangan Dirga segera melambai,, “ Kak ini ada yang mencari Kak Dirga,,”
Dirga mendekat, perempuan itu tersenyum. Pipinya terlihat kurus dan jika diperhatikan lebih dekat, wajah perempuan itu tampak pucat. Dirga jadi bertanya-tanya.
“ Ya, Anda mencari saya?? “ tanya Dirga ramah. Entah kenapa ia menjadi merasa iba melihat raut wajah perempuan ini.
Perempuan itu tersenyum lemah,,, “ Maaf mengganggu. Saya Reza, adiknya Gulid..............”
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Matahari sudah condong ke barat ketika Dirga dan Reza berjalan beriringan menyusuri jalan setapak. Setelah tiba di depan pusara Gulid, keduanya berhenti dan berjongkok. Reza memarhatikan tulisan yang terdapat di batu nisan. Bibirnya bergerak-gerak tanpa suara. Perlahan tetes air mata jatuh ke pipi putihnya yang pucat. Dirga memerhatikan semua itu dengan haru. Gulid, akhirnya kamu bisa bertemu dengan adikmu juga. Bisik Dirga dalam hati.
“ Maafkan aku Mas. Aku sudah janji mengenalkan suami ke Mas, tapi Mas nggak sabar menunggu...........” bisik Reza lirih diantara desiran angin.
Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Hanya ada suara lirih Reza. Sesekali tangan halusnya menghapus air mata yang jatuh ke pipi. Kepalanya tertundukdengan bibir berkomat-kamit memanjatkan doa. Ada keharuan sekaligus iri tumbuh di hati Dirga melihat rasa kehilangan yang terpancar di sepasang mata Reza. Betapa berbahagianya Gulid memiliki seorang adik yang menyayanginya seperti Reza. Mungkin rasa sayang yang sama juga dimiliki Dhio terhadap Rivi di sana, meskipun mereka bukan saudara kandung, pikir Dirga iri.
Sekitar setengah jam mereka berada di sana. Ketika hari mulai gelap, Dirga dan Reza menyusuri jalan setapak keluar TPU. Reza duduk tanpa suara di sebelah Dirga yang mengemudikan mobil. Dirga pun memilih diam. Dibawanya mobil menuju rumah.
Melihat kedatangan Reza tadi yang naik taksi dengan sebuah koper kecil, Dirga yakin Reza belum mampir ke hotel mana pun. Lebih baik Reza menginap di rumah saja, pikir Dirga.
“ Mas Dirga, terima kasih karena telah mengurus Mas Gulid hingga dia dimakamkan,,” ujar Reza memecah keheningan di antara mereka.
Dirga melirik sambil tersenyum. “ Gulid sahabatku, aku menyayanginya sebagaimana kamu menyayanginya,,”
Reza mengangguk.. “ Maaf karena tidak bisa datang saat itu juga. Waktu Mas Dirga telepon, saya agak ketus menjawabnya karena ada Ayah dan Ibu di rumah. Mereka masih belum memaafkan Mas Gulid. Mungkin Mas Gulid sudah bercerita mengenai hal itu,,”
Dirga mengangguk sebagai jawaban.
“ Sebenarnya minggu ituaku sudah ingin kemari tapi aku keguguran........” ujar Reza lirih.
Dirga tersentak kaget. Spontan ia menoleh ke perut Reza yang memang terlihat ramping. Gulid pernah mengatakan bahwa adiknya sedang hamil. Kenapa aku tidak memerhatikannya tadi?? Runtuk Dirga kesal.
“ Maaf, aku tidak menyangka. Padahal waktu itu Gulid pernah cerita. Dia sangat menantikan memiliki ponakan dari kamu,,”
Reza tersenyum,, “ Iya. Mas Gulid juga mengatakan hal yang sama/ Mas Gulid sangat menyayangiku. Sayangnya kami tidak bisa sebebas dulu untuk bertemu sejak dia jatuh cinta pada Mas Nuris dan hidup bersama. Keluarga kami sangat marah. Apalagi saat mereka tahu Mas Gulid terinfeksi virus HIV. Padahal menurutku, Mas Gulid sama sekali tidak salah. Siapa yang bisa mengatur kapan cinta akan tumbuh dan kepada siapa cinta itu tertuju?? Tidak ada. Cinta ya cinta. Datang begitu saja.........”
Dirga tercenung mendengar penuturan Reza. Sesaat wajah Rivi berkelebat dikepalanya.
“ Mungkin kalau waktu bisa diputar kembali, Gulid tidak akan memilih Nuris, ya?? “ cetus Dirga samar.
Reza tertawa tipis. Dilemparkannya pandang ke luar jendela.. “ Belum tentu juga. Mas Gulid hidup bahagia bersama mas Nuris . Menurutku, Mas Nuris memberikan rasa cinta yang mampu membahagiakan Mas Gulid walaupun singkat. Seharusnya keluarga kami bisa melengkapi kebahagian itu dengan cinta dalam bentuk lain. Tapi yah, semua sudah terjadi. Aku yakin Mas Gulid pun tak mau menyesalinya,,”
Dirga mengangguk. Mobil yang dikendarainya mulai memasuki ruas jalan utama menuju rumahnya. Dirga menoleh ke arah Reza.
“ Sudah pesan hotel?? Nginap di rumahku saja ya!! “
Reza menoleh. Sesaat dipandangnya Dirga sebelum mengangguk.
“ Terima kasih, Mas. Besok aku sudah kembali ke Jakarta lagi,,”
“ Kenapa cepat sekali?? “
“ Kedatnganku memang hanya ingin melihat pusara Mas Gulid dan bertemu Mas Dirga. Lain kali akan kusempatkan kemari lagi bersama suamiku,,”
“Ya sudah. Kapan saja kamu mau datang, telepon aku ya,,” ujar Dirga sambil melambatkan laju mobil yang sudah hampir sampai tujuan.
“ Terima kasih, Mas Dirga,,” senyum Reza tulus.