It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@d_cetya - hehehehehe,, sama-sama belajar kita
@lian25 - makasih ya mas sudah membaca cerita ini,, dan mohon maaf kalau tokoh Gulid jadinya seperti ini,,
@jamesfernand084 - Ya mohon maaf kalau cerita ini jauh dari yang kamu harapkan,, ini sudah maksimal yang aku buat,, tapi terimakasih ya masukannya,, makasih juga sudah mau membaca cerita ini
@jokerz - semoga mas,, hehehehe,, makasih sudah mau membaca
@arieat - maaf sudah membuat kehilangan,,
@bayumukti - terimakasih mas sudah mau membaca ya,,
@handikautama - heheheheh,, sabar ya,, agak lama update,,
@CL34R_M3NTHOL - iya mas Rivi juga ODHA,, oh jadinya mau sama Dirga nie?? Dirga kan bukan dokter mas,, hehehehe
@GeryYaoibot95 - maaf jadi membuat sedih,,
@andre_patiatama - iya mas maaf ya jadi sedih,,
@erickhidayat - hehehehehe,, bisa aja nie mas??
@Klanting801 - waduh lagi sekolah baca beginian,, hehehehehe,,
@OlliE - iya pasti lanjut,, tapi sabar ya
@Just_PJ - amin,, makasih ya mas sudah mau membaca,,
@lian25
@jokerz
@khieveihk
@Brendy
@Just_PJ
@nakashima
@timmysuryo
@adindes
@Bonanza
@handikautama
@kiki_h_n
@rendifebrian
@dak
@Zazu_faghag
@ramadhani_rizky
@Gabriel_Valiant
@Syeoull
@totalfreak
@Yogatantra
@erickhidayat
@adinu
@z0ll4_0II4
@the_angel_of_hell
@Dhika_smg
@LordNike
@aii
@Adra_84
@the_rainbow
@yuzz
@tialawliet
@Different
@azzakep
@danielsastrawidjaya
@tio_juztalone
@Brendy
@arieat
@dhanirizky
@CL34R_M3NTHOL
@don92
@alamahuy
@jokerz
@lian25
@drajat
@elul
@Flowerboy
@Zhar12
@pujakusuma_rudi
@Ularuskasurius
@just_pie
@caetsith
@ken89
@dheeotherside
@angelsndemons
@bayumukti
@3ll0
@jamesfernand084
@arifinselalusial
@GeryYaoibot95
@OlliE
@callme_DIAZ
@san1204
@d_cetya
@andre_patiatama
@Klanting801
@shuda2001
Maaf update hanya sedikit,,
Sebulan telah berlalu sejak kepergian Gulid. Rutinitas kehidupan kembali berjalan seperti biasa. Beban kerja di Asian Care Center kembali meningkat mendekati masa akhir proyek. Berarti waktu dua tahun hampir berlalu. Ada yang berubah, ada juga yang tetap seperti dulu. Tapi buat Dirga, semuatak sama seperti dulu lagi. Ada yang hilang dari hidupnya. Hari demi hari, kehilangan itu terasa semakin menyesakkan. Apa lagi ia masih menempati ruangan yang sama dengan meja yang sama. Bedanya, ada sebuah meja di ruangan ini yang kini selalu kosong. Tak ada lagi lemparan kertas atau obrolan di sela kerja. Tak ada janji untuk makan malam di luar atau jalan-jalan bersama. Terkadang Dirga masih saja menoleh ke kanan seakan Gulid masih ada di mejanya. Tapi lagi-lagi ia harus kecewa. Meja itu kosong.
Dirga memerhatikan kalender di meja. Helaan napasnya terasa berat. Kenapa lama sekali waktu berlalu?? Sementara ia mulai merasa tidak betah berada di ruangan itu. Tak sanggup lagi. Dirga menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Abang, kamu dimana?? Aku ingin sekali bercerita denganmu!! Rintihnya piulu.
Dirga keluar dari kantor. Sesekali kepalanya digerakkan ke kiri dan kanan mencoba menghilangkan pegal. Setelat apa pun dia pulang dari kantor, pekerjaan seperti tak ada habis-habisnya. Hanya beberapa bulan lagi, tapi rasanya lama sekali. Entah kenapa Dirga sangat ingin proyek ini cepat selesai supaya ia bisa melanjutkan lembaran hidup yang baru. Kalau sekarang apa pun yang ia lakukan, selalu ada bayangan Rivi dan Gulid yang mengikutinya. Terlalu banyak kenangan bersama mereka. Dirga sudah tak mampu lagi menyimpan gejolak emosi itu. Cinta, persahabatan dan rasa kehilangan.
Dirga menghela napas berat. Kakinya menyusuri pelataran parkir dengan kepala setengah tertunduk. Pikirannya berkelana ke mana-mana.
“ Dirga......!! “
Sebuah panggilan seperti terdengar dari jauh. Dirga tetap meneruskan langkah.
“ Dirga.......!! “
Kali ini pangggilan itu terasa dekat. Dirga berhenti dan mengangkat kepala. Dan hal pertama yang dilihatnyaadalah sosok laki-laki yang tampan. DHIO!! Dirga terbelalak kaget.
“ Dhio?? “ Dirga terteguntak percaya. Kenapa dia ada di sini?? Pikir Dirga heran.
“ Hai, Ga. Kamu sudah mau pulang?? Apakah kamu keberatan menemaniku makan malam?? Aku ingin sekali ngobrol denganmu,,” ujar Dhio dengan sopan.
Dirga seketika menyipitkan mata, tak percata. Untuk apa Dhio ingin mengobrol dengan dirinya?? Mau melabrakku karena mengira aku merebut Rivi darinya?? Pikir Dirga waswas. Tapi entah dorongan apa yang membuat Dirga menganggukan kepala.
“ Karena Rivi selalu bercerita tentanf ikan bakar. Bagaimana kalau kita makan disana?? Usul Dhio.
Lagi-lagi Dirga mengangguk. Dhio tersentum puas. Beriringan mereka menuju jalan raya dan menyeberang. Sesekali Dira mencuri pandang ke arah Dhio, tapi tak berhasil menebak apa yang akan mereka bicarakan.
“ Kapan kamu datang kemari?? “ tanya Dirga akhirnya sesaat setelah pesanan mereka datang.
“ Tadi pagi. Kebetulan aku ada tugas ke Jayapura, jadi sekalian kusempatkan mampir ke Merauke. Kebetulan ada direct flight,,”
Dirga mengernyit heran.. “ Rivi tidak tahu kamu kemari?? “ tebaknya.
“ Hm,, tepatnya belum kuberi tahu,,” Dhio tersenyum.
Keheranan Dirga semakin menjadi. “ Lantas ada hal penting apa yang ingin ingin kamu sampaikan?? Pasti sangat penting, sampai kamu memilih untuk menemuiku dulu sebelum bertemu Rivi,,”
Dhio menghela napas lembut. Senyumanya sedikit memudar.
“ Kalau soal penting atau tidak, maka ya, tebakanmu benar,,Ini soal Rivi. Dan dia sosok yang sangat penting buatku,,”
Seketika Dirga melenguh samar. Benar dugaanku tadi!! Pikirnya kecut.
“ Mmm,,,, Dhio, maaf kalau aku memotong. Tapi, sebelum kamu salah paham, aku hanya ingin menegaskan bahwa hubunganku dengan Rivi hanya sebatas hubungan kerja,,” shut Dirga buru-buru.
Dhio mengangguk,, “ Aku tahu itu,,”
Dirga melongo.. “ kamu tahu?? “
“ Ya,,”
“ Lalu kenapa sekarang kamu menemuiku?? “
“ Dirga biarkan aku cerita dulu. Dan jangan merasa ketakutan seperti itu. Aku kemari hanya ingin ngobrol denganmu sekaligus melihat Rivi. Itu saja,,” Ujar Dhio menenangkan.... “ Dirga aku sudah mengenal Rivi sangat mendalam, aku sangat menyayanginya. Sangat mencintainya. Aku mengerti semua isi hati dan perasaannya. Beberapa bulan terakhir ini kusadari Rivi sedang jatuh cinta padamu. Dan dari yang kulihat saat kedatanganku kemarin. Kalau tebakanku tidak salah, kamu juga menyukainya. Karena itulah aku datang,,”
Dirga tersenyum tipis menahan malu. Apa kata Rivi dulu?? Dhio seorang dokter dan motivational speaker?? Menurut Dirga, laki-laki ini lebih miip cenayang.
Dirga diam dam memilih mendengarkan saja, meski sebenarnya ia tak yakin akan menyukai apa yang didengarnya dari Dhio.
“ Tapi asumsiku berdasarkan cerita Rivi, kalian berdua sama-sama menahan diri dan tidak mau melanjutkan hubungan itu. Aku tahu alasan di balik sikap Rivi. Tapi aku tidak tahu alasanmu. Kemudian kupikir-pikir, apakah mungkin karena kehadiranku?? Bagaimana menurutmu?? “
Dirga tergagap menerima pertanyaan seperti itu.
“ Aku tidak tahu. Aku masih bingung, apa sebenarnya tujuanmu menemuiku. Kalau kamu marah karena mengira aku dan Rivi pacaran, kamu salah besar. Tidak ada apa-apa diantara kami!! “ tandas Dirga. Ia tak mau terpengaruh dengan gaya bicara Dhio yang berbelit-belit. Mungkin bagi Rivi, Dhio seorang motivational speaker. Tapi dikuping Dirga, laki-laki ini lebih mirip penjual yang sedang menjebak calon pembeli.
Dhio tersenyum. “ Tujuanku adalah ingin menyatukan kalian. Aku datang menemuimu karena kamu menganggapku penghalang hubungan kalian. Kamu boleh mengingkarinya, tapi aku yakin yang kukatakan tadi benar semua,,”
Dirga tak menyahut. Dhio melirik jamnya.
“ Sepertinya sudah terlalu lama aku menahanmu di sini. Kita bisa mengobrol besok atau lain kali. Oh iya, aku turut berduka cita atas kepergian Gulid. Aku tahu beberapa hal mengenai dia dan menurutku Gulid sangat tegar!! “
“ Ya sangat tegar!! “ angguk Dirga setengah termangu.
Dhio menganggaukkan kepala mengajak pergi. Mereka bangkit dari kursi dan kembali ke tempat parkir. Di depan mobil Dirga mereka berpisah. Dirga melihat Dhio masuk ke Kijang Krista, tapi bukan Kijang Krista milik Asian Care Center yang sering dipakai Rivi. Mungkin laki-laki itu menyewa mobil, pikir Dirga sambil masuk ke mobilnya.
Disepanjang perjalanan, benak Dirga sibuk mencerna isi pembicaran mereka tadi. Apa sih sebenarnya maksud Dhio??
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Dirga menyusuri jalan setapak dari batu bata. Matanya sedikit merah, dan ada bayangan gelap di sekeliling matanya. Sesekali ia nyaris menguap, tapi sebelah tanganya ckatan menutup mulut. Sepanjang malam tadi ia tak bisa tidur karena memikirkan maksud Dhio menemuinya. Apakah Dhio cemburu?? Tapi kenapa dia tidak bersikap sebagaimana layaknya orang yang cemburu?? Dhio bahkan tidak membentak atau berteriak-teriak menuduh Dirga merebut Rivi. Eh, kenapa dia malah ingin menyatukan mereka?? Apakah Dhio menyindirnya?? Kalau memang iya, sayang sekali Dirga tidak peka dengan sindiran itu. Seharusnya Dhio mengerti, kalau berbicara dengan orang merauke khususnya Dirga lebih baik terus terang saja. Tidak usah pakai kiasan atau sindiran lainnya.
Udara pagi berembus segar, Minggu pagi seperti ini biasanya dilewatkan Dirga bersama Gulid. Langkah kakinya mulai mendekati tempat yang dituju. Setelah sampai, Dirga tersenyum membaca tulisan yang terukir rapi di batu nisan
Telah berpulang ke Rahmatullah
Gulid Aditya Pamungkas
Dirga jongkok dan membuka plastik berisi bunga setaman dan menaburkannya ke gundukan tanah. Diambilnya sebotol air dan disirimkannya ke batu nisan di kanan dan kiri. Beberapa butir tanah yang menempel di sana jatuh tersapu air dan batu nisan menjadi lebih bersih.
Dirga menundukkan kepala beberapa menit dengan khusyuk. Tak dapat dicegah, sebutir air mata keluar dari sudut mata Dirga.
Abang saat seperti ini biasanya kita pergi berdua. Kita selalu bertukar cerita. Tapi sudah beberapa hari ini aku selalu bingung. Terlalu banyak yang ingin kubagi, tapi aku tidak tahu harus bercerita pada siapa. Masa aku harus cerita tentang Rivi ke Papa?? Abang, karena kamu sudah tak di dunia ini lagi, mungkin kamu bisa pergi ke tempat Rivi dan mengintip apakah sebenarnya Rivi menyukaiku?? Dan ada hubungan apa di antara Dhio dan Rivi??
Sehelai daun kering jatuh menyentuh ujung kepala Dirga dan akhirnya jatuh ke tanah. Dirga menghapus sudut matanya yang berani, kemudian ia membuka mata. Angin semilir berembus menyejukkan. Betapa damainya di sini, pikir Dirga. Sesaat kemudian ia merasa ada langkah kaki yang berhenti disampingnya. Dirga mengangkat kepala dan tersenyum melihat yang baru datang tadi.
“ Hai, Ga!! “ Dini tersenyum dan merengkuh bahu Dirga.
Saat membalas pelukan Dini, Dirga baru menyadari ada seorang lelaki berdiri beberapa langkah di belakang Dini.
“ Apa kabar Din?? “ tanya Dirga sambil menjabat tangan Dini.
Dini tersenyum. “ Baik, Ini aku makin gemuk, padahal aku ngurus anak sendirian. Oh iya, itu suamiku. Kami sudah menikah,,”
Dirga mengangguk. Hatinya dipenuhi kebahagian melihat segalanya berakhir bahagia buat Dini dan anaknya.
“ Syukurlah, akhirnya kalian bertiga bisa hidup bersama,,”
“ Syukurlah. Akhirnya kalian bertiga bisa hidup bersama,,”
Dini mengangguk. “ Sayangnya, Gulid tidak sempat mendengar kabar gembira ini..........” Ujar Dini sedih.
“ Gulid pasti bisa melihatnya. Dan aku yakin dia juga gembira,,” yakin Dirga.
Hening diantara mereka. Dirga merengkuh bahu Dini. Keduanya berdiri tepekur menatap gundukan tanah yang membisu. Sama sekali tak terbayangkan, di balik tanah itu terbujur tubuh kaku Gulid. Gulid, sahabat yang selama ini selalu melontarkan canda, tawa, serta ledakan. Tenggorokan Dirga terasa tersekat setiap kali terbayang senyum Gulid.
“ Kenapa kamu jarang kelihatan di kantor lagi, Din?? “ tanya Dirga sambil melirik Dini.
“ Setelah cuti melahirkan, aku mengajukan pengunduran diri ke Rivi. Tidak ada yang menjaga anakku di rumah. Saat pamitan dengan teman-teman, kamu tidak ada di kantor. Katanya sedang training di luar. Jadi kita tidak ketemu,,”
Dirga mengangguk.
“ Waktu itu aku ingin mampir ke rumahmu, tapi belum sempat. Aku juga baru pertama kali ini ziarah kemari. Syukurlah, malah bisa ketemu denganmu di sini,,”
Lagi-lagi Dirga mengangguk.
Dini menggenggam tangan Dirga yang memegang bahunya.
“ Dirga, jangan bersedih lagi. Gulid pasti tak ingin kamu terus memikirkannya seperti sekarang,,”
Dirga tersenyum tipis. Dini melirik jam tangannya sebelum menatap Dirga lagi.
“ Aku pulang dulu ya. Soalnya anakku kutitipkan sama mertua,,”
“ Keluarga suamimu sudah bisa menerima kehadiran kalian?? “
Dini mengangguk.
“ Semoga selamanya akan tetap begitu,,”
Dini memeluk erat Dirga,,” Terima kasih Dirga, untuk semuanya. Kamu dan Gulid adalah sahabat terbaik buat kami,,”
“ Jangan seperti itu, aku adalah orang yang sama yang kamu marahi karena memuntahkan makanan di yayasan dulu,,” canda Dirga.
Dini tertawa haru.
Sepeninggalan Dini dan suaminya, Dirga berbalik menatap pusara Gulid.
Semuanya, sepertinya memiliki akhir yang bahagia. Termasuk Abang. Entah bagaimana akhir ceritaku sendiri. Abang, I need your help, I really do, bisik Dirga resah.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Mobil Dirga memasuki area parkir hotel. Diliriknya jam. Ah, belum terlalu sore. Dirga turun dari mobil dan menguncinya. Seorang doorman membukakan pintu dan Dirga melemparkan senyum terimakasih. Dilangkahkannya kaki menuju lift. Luna mengatakan kamar Rivi nomor 316, pikir Dirga sambil menekan angka 3. Saat lift bergerak keatas, pikiran Dirga semakin dipenuhi berbagai hal. Harinya pun mulai bergerumuh. Kalau dipikir-pikir, langkah yang diambilnya ini termasuk nekat. Tapi ia tak tahu bagaimana lagi. Ia juga perlu kepastian. Terlebih lagi, ia perlu tahu apa alasan Dhio menemuinya tadi malam.
Hm, sebenarnya aku menuruti saran Gulid dan aktif mengejar Rivi nih, pikir Dirga. Ah, tapi ini kan bukan mengejar. Lebih tepatnya, aku hanya ingin tahu di mana posisiku dan di mana posisi Dhio dalam kehidupan Rivi, Dirga buru-buru mengoreksi.
Lift berhenti di lantai tiga dan pintu segera terbuka. Seketika kepanikan menyergap Dirga. Tapi dipaksanya juga kakinya melangkah kelur dari lift. Dirga menyusuri lorong hotel mencari kamr 316. Semakin mendekati , kebimbangan semakin menguasai. Ia betul-betul tidak tahu harus mulai dari mana.Apakah ia hanya akan mengatakan “ Hai “ terus apa?? Jangan lupa, sampai detik ini status Rivi masih project manager, ingat sudut hatinya.
Mendadak Dirga menciut. Astaga, tampaknya beberapa hari atau beberapa bulan terakhir ini fakta itu seakan terlupakan. Bagaimana kalau Rivi justru tersinggung dengan kedatangan Dirga dan malah memecatnya?? Dirga meringis. Tapi setelah itu hidupnya akan tenang dan ia tak perlu memendam pertanyaan mengenai cinta Rivi dan keberadaan Dhio, sudut hatinya membela. Yah, semoga saja kedatanganku ke hotel ini tidak menjadi bumerang, harap Dirga.
Kakinya sudah berdiri di depan pintu kamar 316. Tangannya sudah mau memencet bel. Tapi samar-samar Dirga mendengar suara Dhio, Dirga menempelkan kupingnya ke pintu. Suara itu semakin jelas. Kekecewaan menyelusup ke hati Dirga. Kenapa ia bisa begitu bodoh?? Tentu saja Dhio menginap di hotel ini. Toh dia baru tiba kemarin sore.
“ I’m really sorry, dear. But, I Just want the best for you. You might not like the way I helped you,,,,” suara Dhio.
Kemudian terdengar suara lelaki lain. Suara Rivi. Dirga semakin menajamkan telinga. Untung kamar mereka terletak di ujung dan suara mereka cukup keras untuk didengar saksama dari luar.
“ I Told you in the e-mail, didn’t I?? Look, I don’t want to do this anymore. I got no energy left for such things. I,m sorry too Dhio!! “
Kenapa mereka saling minta maaf?? Apa Rivi merasa melakukan sesuatu yang membuat Dhio marah?? Atau kalau memang Rivi menyukai Dirga, lelaki itu sedang meminta maaf karena merasa berselingkuh?? Dirga semakin bingung.
“ Ada yang bisa dibantu?? “ sebuah suara mengagetkan Dirga. Spontan ia berdiri tegak dan menoleh. Seorang petugas hotel, mungkin dari bagian housekeeping, sedang memandangnya curiga. Dirga tersenyum sambil menggeleng.
“ Menginap disini atau mau bertamu?? “ Tampaknya petugas ini masih curiga.
“ Ngg............. bertamu.......!! “
“ Ke kamar yang ini?? Mari, saya bantu menekan belnya. Tadi ada orangnya kok,,” Tanpa sempat mencegah, petugas hotel itu maju dua langkah dan menekan tombol kamar Rivi. Jantung Dirga serasa copot melihat kelancangan petugas itu. Lancang atau ingin membantu, entahlah. Yang jelas Dirga masih belum berniat memberitahukan kedatangannya ke Rivi.
Pintu kamar terbuka dan seraut wajah Rivi muncul. Lelaki itu terkejut melihat Dirga.
“ Dirga?? “ seru Rivi heran. Dirga mengangguk kikuk.
Petugas tadi, mungkin melihat tamu yang mencurigakan dan si pemilik kamar saling mengenal, segera pergi meninggalkan Dirga yang berdiri di depan pintu.
“ Ayo masuk!! “ Rivi membuka pintu lebih lebar.
Dirga melangkah masuk dengan canggung. Dilihatnya Dhio sedang duduk di depan TV dengan kaus tanpa lengan dan celana selutut. Tampan dan segar. Dhio menoleh ke arah pintu dan raut mukanya berubah kaget melihat Dirga.
Rivi menutup pintu di belakang Dirga. Beberapa saat berlalu tanpa suara. Kecanggungan terasa jelas di dalam ruangan itu. Dirga berdiri kikuk. Rivi pun bingung harus menanyakanapa. Lelaki itu masih tak percaya melihat kedatangan Dirga.
Dhio yang akhirnya mengambil inisiatif untuk mulai bersuara. Ia bangkit dari sofa dan melambaikan tangan mempersilakan Dirga duduk.
“
" duduk dulu Ga. Ingin kuambilkan minuman panas atau dingin?? “ tawar Dhio.
“ Tidak usah. Terima kasih,,” tolah Dirga spontan.
“ Kuambilakan cola dingin saja ya!! “ ujar Dhio berkeras sambil membuka kulkas.
Rivi melangkah ke jendela. Sedikit pun ia tidak menoleh ke belakang. Dirga merasa sakit hati diperlakukan seperti ini. Kenapa Rivi tidak mengajaknya bicara??
“ Ini minumannya,,” Dhio menyodorkan kaleng minuman yang sudah dibukanya.
“ Makasih,,” sahut Dirga.
Sekali lagi Dhio melambaikan tangan menyuruh duduk. Akhirnya Dirga memilih menurut.
“ Kelihatannya baru sekali ini kamu menemui Rivi di hotel ya?? “ tanya Dhio.
Dirga mengangguk, curiga. Apa maksud pertanyaan Dhio?? Menganggapku sering mengejar Rivi hingga ke hotel?? Pikir Dirga sedikit tersinggung.
“ Maaf kalau kedatanganku mengganggu. Aku kemari hanya ingin....ng.......” Dirga bingung mencari kata yang tepat. Uh, andai si Dhio ini tidak ada di sini, pasti akan terasa lebih mudah.
“ Ingin ketemu Rivi atau ketemu aku?? “ tanya Dhio, membantu.
Tapi bantuan itu malah membuat Dirga semakin sulit menjawab. Ketemu Rivi sementara Dhio ada di ruangan yang sama?? Yang benar saja!!
“ Ketemu kamu,,” sahut Dirga akhirnya.
Dhio kelihatan terkejut, tak menyangka sama sekali jawaban Dirga,, “ Oh, ada yang bisa kubantu?? “
Ah, sudah kepalang basah!! Diselesaikan saja sekarang, pikir Dirga akhirnya,, “ soal pembicaraan kita tadi malam,,”
Sudut mata Dirga menangkap gerakan tubuh Rivi yang berputar ke arah mereka. Hm, pasti lelaki itu juga ingin tahu, pikir Dirga, senang dengan kalimat yang dipilihnya tadi.
“ Oke......” Dhio kelihatan masih menunggu kalimat Dirga.
Dirga menguatkan hati dulu sebelum mengeluarkansebuah kalimat. Jangan sampai salah bicara.
“ Kalau tujuanmu menemuiku tadi malam karena cemburu, aku ingin menegaskan bahwa tidak ada apa-apa antara aku dan Rivi. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan hubungan kami,,” Akhirnya keluar juga kalimat dari bibir Dirga.
Rona muka Rivi terlihat terkejut mendengarnya. Sementara Dhio hanya tersenyum dengan ekspresi yang sulit ditebak. Dirga jadi bingung sendiri. Apa sih sebenarnya yang ada di kepala Dhio ini??
Aku nggak tau kamu nulis buat hobi atau pengen nulis aja, tapi dari sudut pandangku sebagai pengamat tulisan dan suka editorin tulisan orang, aku ngerasa kamu org yg suka bgt tell tapi nggak ada show. Sebenernya nggak apa-apa kalau bisa dieksekusi dengan baik oleh karakter-karakter yg kamu buat, tapi di beberapa adegan malah jebol dan terlewat.
Dari awal aku baca-baca ceritamu, kamu memang suka bgt ngasih tanda petik dua terus spasi, padahal itu nggak perlu. Tapi kalo kamu memang nulis cuman untuk fun ya masukkan yg ini lewatin aja.
" Aku lupa memakannya." <--- Itu khasmu.
Yg bener itu begini ---> "Aku lupa memakannya."
Nggak perlu spasi kok, setelah tanda " lanjut aja, gak usah dikasih spasi nggak akan masalah. Tapi ya terserah penulisnya sih. Kalau nulis untuk fun aja yah gak masalah.
Ini kamu pakek POV ketiga kan, tapi entah kenapa aku ngerasa kamu agak lalai dan malah POV ketiga itu kadang jadi POV kedua. Yah, nggak apa-apa sih, tetep enak dibaca kok.
Keep writing, dan jangan bosen sama komen-komenku ya. Aku bermaksud baik lho.
Gulid setelah meninggal masih belum diterima ma keluarganya ya?kok dimakamkan di Merauke bkn di Jakarta.Kasian Gulid.
Entah kenapa aku kurang sreg kalau Dirga n Rivi berhubungan/pacaran.
Semangat mas... Hebat bgt mas bs menyelesaikan bbrp cerbung di sela pekerjaan. Ditunggu lanjutannya sampe ending.