It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
089513937136
Sms gw dani
Sm2 lmpung kan
tapi kek nya edo ga beneran suka sama almer. ga pernah jadiin almer prioritas dia.
***
Malam harinya gw dan Rizky bikin api unggun di halaman belakang rumah Rizky. Kita gelar tikar di sana sambil ngupasin jagung. Sumpah, gak ada seru-serunya sama sekali. Bakar-bakar berdua aja, sepiii. Jadi gak gw rekomendasiin deh buat lu semua, kecuali kalo lu berdua statusnya sebagai pasangan. Mungkin bakal asyik dan bisa mesra-mesraan di dekat api unggun. Uuhh, pasti hot deh.
Untuk membunuh kebosanan, satu-satunya yang bisa gw lakukan cuma OL. Tapi lihat postingan Bang Albert sama Mbak Vida atau Mbak Aline sama Bang Geri dan akun-akun lain di beranda bikin gw jadi baper sendiri. Seharusnya malam ini gw juga sama pasangan gw, yakni Kak Edo. Menikmati sepi nan romantis ditemani api unggun berdua melewati malam pergantian tahun.
Ahhh... Kenapa gw masih aja ingat-ingat dia sih. Udah jelas-jelas dia nyakitin gw. Tapi kenapa begitu susah untuk melupakan?
"Bantuin gw, jangan ngelamun!"
Gw noleh ke Rizky yang sudah sibuk lagi nyalain arang. Mimik wajahnya nampak serius. Ah, apa gw pacaran sama dia aja ya? Dia berkelas. I mean, dia cakep, lucu meskipun lebih sering konyol menurut gw, gentle, mandiri... Cuma brondong aja. Meskipun dia brondong, kayaknya dia lebih dewasa dari Kak Edo. Gw gak mau pacaran sama brondong, karena gw malas ngemong. Gw pengen pasangan dewasa yang bisa ngebimbing gw. Tapi nyatanya, saat gw pacaran sama Kak Edo malah lebih banyak gw yang ngalah. Sementara kalo sama Rizky, kayaknya lebih banyak dia yang ngalah.
Masalahnya, gw gak punya getar-getar cinta saat gw dekat sama dia. Beda ketika gw dekat sama Kak Edo atau Kak Rivo si dosen itu dulu. Nyebutin nama mereka aja udah bikin gw deg-degan. Kenapa ya? Apa sih kurangnya Rizky? Kenapa gw gak bisa suka sama dia? Dia itu tipe brondong idaman banget sebenarnya. Apa karena dia udah suka sama gw duluan, makanya gw ngerasa dia gak ngasih gw tantangan buat naklukin dia?
"Lu nggak mau bantuin gw nih?" Rizky duduk di samping gw. Tubuhnya bau asap.
"Cuma nyalain arang doang juga..."
"Jagungnya belum kelar lu telanjangin..."
"Telanjangin! Telanjangin!!! Kupas!"
"Hehehe..."
Oh, iya, kayaknya si Rizky ini agak cabul. Apa karena dia masih masa pubertas? Kalo gw sama dia, bisa-bisa dia minta yang macem-macem...
"Jagung segitu udah cukup. Yang makan cuma lu aja ntar. Gw nggak mau."
"Gw aja? Lu?"
"Nggak suka."
"Lu sukanya sama gw sih..."
"Norak!"
Tuh kan, dia suka konyol.
"Ahhh, gw ngerasa terasing di sini..." desah gw sambil menatap langit.
"Kenapa?"
"Menurut lu, selain kita, ada gak yang ngerayain tahu baru senorak ini?" tanya gw.
"Maybe, someone in somewhere..."
"Gw rasa nggak ada. Ngerayain tahun baruan kek gini nggak berkelas banget."
"Apa karena lu ngerayainnya sama gw?"
"Salah satu faktornya sih itu..."
"Lu maunya sama Kak Edo?"
"Gak usah sebut-sebut nama dia deh..."
"Kayaknya ada yang galon nih. Gagal move on!"
Gw gak jawab. Gw gak bisa menyangkal hal itu emang benar adanya.
"Gw ngerti kok perasaan lu kayak gimana. Lu udah bayangin banyak hal yang bisa lu lakuin berdua sama Kak Edo di malam ini dan hari-hari setelahnya..." kata Rizky sambil ikut-ikutan menatap langit.
Gw menelan ludah. Apa yang Rizky bilang barusan itu benar. Selain ngerayain tahun baruan bareng, rencananya kita bakal ngerayain ulang tahun gw yang terpaut cuma satu hari dari tahun baru.
"Kamu mau kado apa, Sayang?" tanya Kak Edo waktu itu.
"Kamu aja cukup. Kamu pulang udah jadi kado istimewa buat aku."
"Itu pasti. Selain itu?"
"Apa ya...?"
"Coba pikir-pikir dulu apa yang kamu pengen banget dan belum kamu punya."
"Ehmm..."
"Tapi yang terjangkau ya. Entar minta mobil lagi..."
Gw ngakak.
"Uhmmm... Aku minta barang yang bisa aku pakai setiap hari dan barang itu bisa bikin aku ingat terus sama kamu. Pokoknya barang itu bisa jadi pengobat rindu deh..."
"Duh, apaan tuh?"
"Nggak tahu. Pikir aja sendiri..."
"Uhmmm... Apa ya? Susah amat sih... Tinggal bilang aja mau barang A atau B gitu..."
"Masalahnya aku juga gak tahu barang apa. Itu tugas kamu."
"Aku pikirin dulu ya. Pokoknya kalo udah ada ide ntar aku kasih tahu kamu."
"Sip."
"Oh, iya, barangnya boleh apa aja kan?"
"Ya."
"Warnanya?"
"Putih aja deh..."
"Putih?"
"Ah, jangan! Ntar cepat kumal. Merah aja. Merah, membara, hot. Xixixix."
"Merah ya..."
Akh, rasanya seperti baru kemarin percakapan itu terjadi. Kata per kata begitu jelas dalam ingatan gw. Tapi sepertinya hadiah itu gak akan pernah ada. Pun dalam mimpi.
***
Tiga menit lagi akan berganti tahun. Bunyi kembang api mulai terdengar bersahutan dari segala arah.
Rizky sedari tadi sibuk memanggang ayam sendiri dan dimakan sendiri. Sementara gw sibuk dengan HP dan pikiran gw sendiri. Gw gak berselera untuk ikut makan ayam ataupun jagung yang dipanggang Rizky. Selera gw semakin hilang ketika lihat di Facebook Kak Edo baru saja mengaploud foto dirinya tengah menikmati malam tahun baru di jembatan Ampera bareng Bang Victor. Ngelihat kebersamaan mereka hati gw kembali sakit. Seharusnya dia sama gw. Sama gw, bukan sama Victor.
"Aahhh, kenyaanggg..." Rizky mengelus-elus perutnya sambil duduk di sebelah gw.
Gw ngelirik dia sekilas lalu kembali fokus ke layar HP.
Kak Edo dan Bang Victor sekarang statusnya apa ya? Apakah Kak Edo berhasil menaklukkan Victor? Mereka terlihat bahagia di dalam foto barusan. Berbeda dengan suasana hati gw saat ini yang terasa hampa...
***
3 menit berlalu. Kembang api warna warni menghiasi langit disambut bunyi terompet tahun baru dari segala penjuru mata angin.
Tahun telah berganti. Perayaan tahun baru terburuk sepanjang hidup gw.
Gw menoleh ke arah Rizky yang bergeming. Tumben dia gak kasih komentar apa-apa...
Dia tertidur rupanya. Gw tersenyum tipis. Ia nampak tenang dalam tidurnya. Meskipun dari samping, siluet wajahnya terlihat sempurna. Gw langsung memotretnya dan kemudian gw aploud ke facebook dengan keterangan : "Ada yang ketiduran tepat diangka 00.00 "
Akhirnya, berangsur-angsur bunyi terompet dan kembang api mereda. Langit kembali gelap. Hanya sinar rembulan pucat yang tergantung di atas sana ditemani bintang yang tak seberapa jumlahnya.
Di samping gw Rizky gak menunjukkan tanda-tanda bakal terjaga. Gw bangkit untuk mematikan api unggun dan arang bekas memanggang. Setelah itu gw langsung membangunkan Rizky yang nampak pulas.
"Oey! Oey!! Bangun!!" gw mengguncang-guncang bahu Rizky dengan kuat.
Rizky langsung membuka mata dan sedikit terkesiap. "Gw ketiduran ya...?"
"Tahun barunya udah kelarrr..."
Rizky melirik jam di pergelangan tangannya. "Kenapa lu gak bangunin gw..."
"Lu tidurnya pulas banget," jawab gw sambil berdiri dengan tangan disilang di dada.
Rizky bangkit dan menggulung tikar tempat kami duduk berdua tadi.
Gw berjalan duluan masuk ke rumah dan langsung menuju kamar mandi untuk bersih-bersih badan sebelum tidur. Saat gw keluar, Rizky udah berdiri di depan pintu kamar mandi. Gw ke kamar dan dia masuk ke kamar mandi.
Sesampai di kamar, gw kembali OL. Foto yang gw aploud barusan udah dapat banyak like dan komentar. Rata-rata kasih komentar geli karena Rizky ketiduran tepat di moment pergantian tahun baru.
Gak berapa lama kemudian, Rizky juga masuk kamar dan langsung melompat ke tempat tidur.
"Lu lagi apa?" tanya Rizky.
"OL aja."
"Sorry tadi lu gw tinggal tidur."
"Kayak ular aja. Habis makan tidur..."
"Hehehe..."
Tiba-tiba Rizky bangun lagi dan berjalan menuju lemari. Dia kembali lagi ke tempat tidur dengan kado (?) di tangan.
"Happy Birthday, Al..."
Gw mengernyitkan dahi. "Gw gak ulang tahunnn...!"
"Gw tau lu ultahnya tanggal 2. Tapi gw yakin bisa ngasih kado ini tepat di hari ultah lu," dia masih nyodorin kado ke hadapan gw.
"T--thanks..." gw terima kado itu dengan perasaan campur aduk.
"Kenapa gak ngasih pas ultah aja?"
"Gw gak ada alasan lagi buat ketemu sama lu. Lu kan susah banget kalo diajak ketemu..."
"Kalo soal hadiah gw pasti gak nolak," canda gw.
"Matre."
"Sekali lagi thanks ya. Gw harus buka sekarang atau ntar saat tanggal dua?"
"Sekarang aja."
"Uhmmm, isinya apa nih?? Kotaknya gede banget..." gumam gw sambil mulai membuka bungkus kado.
"Sesuatu yang bisa lu pake tiap hari dan bikin lu selalu keingat sama gw."
Gerakan tangan gw seketika berhenti. Kata-kata itu...
***
Kata-kata itu....
Kok sama persis dengan yang pernah gw bilang ke Kak Edo?
"Kenapa?" tanya Rizky.
Gw geleng kepala dan kembali melanjutkan membuka kado meskipun benak gw dipenuhi seribu tanya.
"Coba tebak kira-kira isinya apa?" tanya Rizky.
"Kalo gede gini harapan gw sih laptop..." kata gw asal.
"Hhh..."
"Bukan ya?"
"Bukan."
"Sepatu?"
"Bukan."
"Tas? Lemari?
"Kulkas dua pintu."
Gw terkekeh.
Dan ternyata isinya....
BEDCOVER.
Gw langsung kasih pandangan manyun ke Rizky. Tuh anak malah ngakak.
"Lu ngasih gw ginian? Kayak kado pengantin baru..." gw membolak balik bedcover berwarna merah itu.
"Kenapa? Seharusnya gw kasih kado bingkai ya?"
"Sekalian aja gelas Mama Papa."
"Eh, gak boleh gitu. Kita harus terima apapun hadiah dari orang. Yang penting ketulusannya..."
"Gw ngerti. Tapi gw cowok, lajang dan modern. Masa lu kasih badcover sih???"
"Itu ada artinya."
"Apa?"
"Badcover itu bisa lu pake tiap hari sebagai alas lu tidur. Badcover itu bakal jagain lu saat tidur. Badcover ini bakal bikin lu selalu ingat sama gw. Pokoknya dijamin tiap lu tidur dengan badcover ini tidur lu bakal nyenyak dan bermimpi indah."
Mendengar penjelasan Rizky barusan, gw urung berkomentar lagi. Rizky gak salah sih. Penjelasan dia masuk akal.
"Gw ngerasa de javu. Apa Kak Edo pernah bilang sesuatu ke lu tentang ulang tahun gw?"
Rizky geleng kepala.
Gw mendesah. Apa semua kebetulan? Gw rasa nggak. Tapi ah, sudahlah...
"Sorry kalo hadiahnya gak berkenan..."
"No, no. Gw senang banget..." gw melirik ke Rizky dan kasih dia senyum tipis.
"Hadiahnya norak dan gak berkelas."
"Hadiahnya unik..." kata gw sambil beringsut mendekati Rizky. Secara spontan gw mendaratkan ciuman di pipinya. Rizky terkejut. Gw aja terkejut dengan tindakan gw barusan. Semuanya diluar kendali.
Rizky menyentuh pipinya yang barusan gw cium dan memandang gw dengan seribu tanda tanya di bola matanya.
"Cuma ucapan terima kasih aja untuk semuanya," kata gw.
Rizky tersenyum.
"Oh, iya, gw mau buktiin apa omongan lu tadi benar. Kalo gw tidur dengan badcover ini tidur gw bakal nyenyak dan mimpi indah. Kita ganti badcovernya!"
"Harus ya di sini?"
"Kenapa?"
Rizky mangut-mangut.
***
Badcovernya terasa dingin. Aromanya sedikit asing. Lu tahu gimana bau pakaian yang baru dibeli? Ya begitulah kira-kira baunya. Sedikit apak.
"Baunya aja gak enak kayak gini, gimana mau tidur nyenyak..." desis gw.
"Makanya harusnya dicuci dulu."
Gw terkekeh.
"Lu nggak lapar, Al? Dari sore tadi nggak makan..."
"Nggak," jawab gw. "Lagian kalo gw lapar, gw mau makan apa? Di kulkas lu gak ada apa-apa..."
"Kita bisa beli di luar. Pasti masih ada rumah makan yang buka 24 jam."
"Mendingan gw balik ke rumah aja. Di jamin makanannya enak dan sehat."
"Kalo lu balik ke rumah, lu gak bakal mau balik ke sini lagi."
"Lagian gw juga gak laper kok..."
"Kan kalo lu lapar. Kalo gak lapar ya bagus. Kita bisa langsung tidur."
"Ya silahkan kalo mau tidur. Gw belum ngantuk."
"Lu biasa begadang ya?"
"Nggak kok."
"Al..."
"Ya?"
"Mau ya nge-les gw?"
"Nggak."
"Ayo dong."
"Murid gw SD dan SMP. Kalo lu mau gw kasih materi SMP sih silahkan..." kata gw sambil noleh ke Rizky yang manyun.
"Ah, lu mah gitu!" Rizky langsung tutupin mukanya pake selimut.
"Emang!" balas gw sambil kembali melototin layar HP.
Ternyata Rizky ini tipe orang yang gampang tidur. Baru aja beberapa menit setelah dia nutupin tubuh sebadan-badan pake selimut, udah terlelap aja.
Orang kayak gini dibiarin sendirian di rumah. Kalo ada bandit masuk gak bakal kebangun..., gumam gw dalam hati.
Bandit.
Sekelabat imajinasi menakutkan hadir di kepala gw. Rumah Rizky disantroni maling dan Rizky dianiaya. Dia ditusuk sama pisau berkali-kali.
Gw langsung geleng-geleng kepala dan mengerjap berkali-kali buat menghilangkan bayangan buruk itu. Amit-amit deh. Jangan sampai terjadilah. Gw gak mau dia kenapa-kenapa.
Gw pelan-pelan membuka selimut yang menutupi wajah Rizky. Hembusan nafasnya tersengar teratur. Seperti sebelumnya, wajah itu nampak tenang banget kalo lagi tidur. Gak percaya aja kalo wajah tenang itu suka banget bikin gw naik darah.
Pandangan gw berhenti di pipinya yang tadi gw cium. Saking kilatnya ciuman tadi, gw gak bisa ngerasain gimana lembut kulitnya. Yang jelas kulitnya halus tanpa noda dan jerawat bak bintang iklan facial wash di televisi.
Apa gw pacaran aja ya sama dia? Hati gw kembali bertanya. Dia bahkan lebih cakep dari Kak Edo. Dia jago main bola. Messinya SMANPAT. Setahun lagi dia bakal menginjak bangku kuliah. Dia bakal jadi cowok matang dan bibit unggul.
Oh God, pliiisss buka hati gw buat Rizky. Kasih gw getar-getar asmara buat Rizky..., gumam gw.
Hhhh. Apa ada ya orang yang berdoa kayak gw barusan? Biasanyakan seseorang minta Tuhan membukakan hati orang yang dia suka supaya suka sama dia. Sementara gw kebalikannya. Meminta supaya hati gw bisa kebuka supaya bisa menerima seseorang yang suka gw. Gw benar-benar udah kacau!
Arrgghhh!
Gw kembali online. Dan langsung disuguhkan dengan foto terbaru Kak Edo dengan Bang Victor. Mereka berdua selfie di satu ruangan cuma pake singlet doang.
TIDAAAKKK!!!
Sumpah! Gw gak rela banget ngelihatnya. Gak ridho banget mata gw barusan ngelihatnya. Kalo bisa pengen gw cuci mata gw pake tanah tujuh kali plus pasir biar suci kembali.
Gw harus punya pacar juga! Harus!
Rizky bergerak. Mungkin terganggu dengan hentakan tubuh gw barusan.
Gw memandangi Rizky. Rizky aja deh gw jadiin pacar. Bodoh amat mau brondong atau bukan. Gw cinta atau nggak. Yang penting gw gak boleh kalah sama Kak Edo!
***
Gw menon-aktifkan HP dan menaruhnya di atas kepala. Setelah itu gw merapatkan tubuh gw ke Rizky.
Aroma tubuhnya campuran parfum dan sedikit asap. Kombinasi yang pas di indera penciuman gw. Aromanya jadi seksi. Entahlah. Seksi beneran atau gw yang sudah sinting!
Gw mencium pipinya lagi. Kali ini gw bisa merasakan lembut dan kenyal kulitnya.
Gw harus menyamankan diri dengan brondong yang satu ini mulai sekarang. Besok pagi gw bakal bilang kalo gw juga suka sama dia.
***
Pagi harinya...
Gw terbangun dan langsung membuka mata. Gw mengangkat kepala sedikit dan langsung sadar dengan posisi tidur gw saat ini. Gw tidur berbantal lengan Rizky dan tangan kanan gw berada di atas perutnya seolah-olah gw tengah memeluk tubuhnya. Yang bikin gw kaget lagi, ternyata Rizky sudah bangun dan sedang memandangi gw entah sudah berapa lama.
"Kok gak bangunin gw..." gw pindah posisi setengah berbaring di samping dia.
"Tidurnya gimana? Kayaknya nyenyak banget..."
"Jam berapa sekarang?" gw balik nanya.
"Masih pagi kok. Silahkan kalo masih mau lanjut tidur. Lengan gw masih kuat buat jadi bantal lu..."
"Berapa lama kekuatannya?"
"Seharian juga boleh..."
"Kalo tiap hari?"
"Tiap hari...? Kuat lah! Eh---maksudnya? Lu mau tiap hari tidur di lengan gw???"
"Ya. Kenapa?"
"Hahaha. Lu ketagihan tidur sama gw? Pasti tadi malam lu tidur dengan nyenyak. Makanya lu ketagihan..."
"Yup. Semalam gw tidur nyenyak. Saking nyenyaknya gak pake mimpi dan gak terbangun barang sedetikpun."
"Wow...!"
"Kayaknya magic badcover ini bekerja dengan sempurna."
"Apa juga gw bilang..."
"Kebaikan macam apa yang udah gw lakukan di masa lalu ya, sampai-sampai gw dapat hadiah diberi kesempatan tidur sama lu..."
"Dan sebesar apa dosa yang pernah gw lakuin di masa lampau sampai gw harus berada di sini, terjebak sama lu..." balas gw.
Rizky terkekeh.
"Tapi gw gak nyesel kok..." gw beringsut mendekat dan lagi-lagi mencium Rizky. Tapi kali ini tepat di bawah bibirnya.
"Eh! lu udah dua kali nyipok gw. Maksudnya apa???"
"Lu maunya apa?"
"Udah jelas banget gw maunya apa."
"Like you wish."
"Be my boyfriend?"
"Hu-um."
"Serius?"
"Ya. Lu nggak mau?"
"Maulah!"
"Ya udah."
"Jangan becanda. Sakit tahu rasanya."
"Apa perlu gw cium lagi supaya lu yakin?" gw monyongin bibir.
"Gak perlu. Gw butuh jawaban pasti."
"Gw mau kita pacaran."
"Kok tiba-tiba? Mencurigakan..."
"Tiba-tiba cinta datang..." gw bersenandung. "Apapun bisa terjadi."
"Boleh gw peluk?"
Gw gak jawab, tapi gw yang langsung meluk dia.
"Al..." desis Rizky dengan tubuh kaku.
"Ya?"
"Lu beneran Almer kan?"
"Huum."
"Gak lagi kesambet?"
"Kesambet cinta lu."
Rizky melingkarkan tangannya ke pinggang gw perlahan-lahan.
"Gw boleh cium lu...?" Sebelum gw ngejawab, bibirnya udah mendarat di pipi gw.
"Boleh. Gw aja udah tiga kali cium lu."
"Tiga? Baru dua kali."
"Tiga kali. Saat lu tidur, gw juga cium lu."
"Masa? Aish... Sambil grepe-grepe juga nggak?"
"Ya. Lu gw telanjangin semalam..." jawab gw sambil melerai pelukan.
Rizky terkekeh. Ia kembali menghempaskan tubuhnya ke ranjang.
"Ini awal tahun baru yang luar biasa. Thanks God!" gumam Rizky sambil menatap langit-langit kamar.
Gw tersenyum. Rizky nampak sangat bahagia. Gw udah melangkah terlalu jauh dalam permainan ini. Kepalang basah, gw bakal nyebur sekalian.
***
@haha_hihi12 , @jjsssan , @awi_12345 , @fikh_r , @steveanggara , @rizkhylicious , @cevans , @riyand , @lebes , @ramadhani_rizky @bladex @lulu_75 @susukacan9 @algibran26 @conqiy @firman9988_makassar @the_angel_of_hell @eshanadhikajaya13 @balaka @3ll0
***
Gw diantar pulang sama Rizky. Tapi dia gak gw izinkan masuk ke rumah.
"Kenapa?" tanya Rizky.
"Gak boleh."
"Alasannya?"
"Waktunya belum tepat."
"Bilang aja kita temenan..."
"Gw mau memperkenalkan lu sebagai pacar gw, bukan teman."
"Pacar? Emang mereka udah tahu kalo lu---"
"Kalo lu mau jadi pacar gw, lu harus nurut apa kata gw!" potong gw.
"Kok gitu..." gerutu Rizky.
"Udah... Pergi sana!"
"Iya..."
Gw sengaja gak mau bawa Rizky atau siapapun teman cowok ke rumah karena gw gak mau dapat ribuan pertanyaan kepo dari seluruh anggota keluarga. Apalagi si Rizky ini orangnya suka ember dan kadang-kadang polos. Gw takut dia kejebak sama pertanyaan yang diajukan anggota keluarga gw yang setajam silet itu.
Saat gw masuk ke rumah, Mbak Aline tengah duduk di ruang TV. Gw duduk di sampingnya.
"Ngerayain tahun baru dimana?" tanya Mbak Aline.
"Sama teman."
"Cowok?"
"Ya."
"Pacar?"
"Bukan."
"Coba kamu ikut sama Mbak semalam. Ada yang nanyain kamu."
"Siapa?"
"Rivo."
"Si dosen itu?"
"Heeh."
"Nanyain apa?"
"Kabar kamu gimana."
"Ah, kirain apaan..."
"Dia minta nomer telepon kamu."
"Masih nomer yang lama. Berarti nomer gw didelete sama dia? Ishh..."
"Katanya dia mau telepon kamu," beritahu Mbak Aline. "Kayaknya dia tertarik sama kamu," sambung Mbak Aline sambil nyondongin kepala ke arah telinga gw.
"Udah deh. Tuh orang PHP."
"Kamu aja yang kege-eran waktu itu. Dia gak ngasih harapan apa-apa kali."
"Bilang sama dia gak usah ganggu-ganggu gw lah."
"Dia minta maaf karena udah nolak kamu. Dia bilang sebenarnya bukan karena dia gak mau sama kamu, tapi takut kalo pacaran hubungan kalian gak bakal bertahan lama..."
"Kalo gak dicoba gimana bisa tahu."
"Dia senang kamu jadi guru. Mbak bilang sama dia, kalo sekarang kamu udah jauh lebih dewasa. Apalagi semenjak jadi guru. Kamu makin matang. Kayaknya dia makin tertarik buat kontek-kontekan lagi sama kamu."
"Ish, Mbak apa-apan sih..."
"Kenapa? Bukannya kamu juga suka sama dia?"
"Masa lalu."
"Coba lagi dari awal. Kalo kamu sama Rivo, Mama pasti langsung setuju."
"Tapi sampai sekarang dia belum ngontak gw."
"Mungkin dia lagi sibuk. Tunggu dia punya waktu senggang..."
Gw menghembuskan nafas.
Tiba-tiba HP gw bunyi.
"Mungkin itu Rivo."
Gw cek. Ternyata Rizky.
"Bukan," jawab gw sambil angkat telepon dan pergi menjauhi Mbak Aline.
"Halo...Ada apa?"
"Baru aja kamu balik. Aku udah kangen," kata Rizky.
"Lebay deh."
"Beneran."
"Sekarang lu dimana?"
"Rumah."
"Beneran?"
"Ya."
"Gak usah keluyuran. Jangan lupa makan siang."
"Siap, Bos!"
"Sekarang lagi apa?"
"Lagi ngangenin kamu."
"Selain itu?"
"Cuma itu."
"Udah dengar suara gw kan? Udah terobati kangennya."
"Masihh..."
"Bodoh amat. Tutup gih teleponnya."
"Ntar du--"
Tut!
Rizky kayaknya benar-benar tengah kasmaran sama gw. Akh, seandainya gw bisa ngerasain hal yang sama juga ke dia...
***
Sejak gw berstatus sebagai pacar Rizky, tuh anak selalu menghubungi gw sampai gw kewalahan dan kebosenan ngeladeninnya. Pertanyaannya atau topik yang dia omongin gak penting dan klise banget. Gw ingat saat awal-awal pacaran sama Kak Edo, kita berdua juga begitu. Ngobrol ngalur ngidul. Tapi bedanya saat itu gw enjoy ngelakuinnya.
Dua-tiga hari gw masih bisa nahan diri. Tetap ngejawab semua sms dia atau ngeladenin dia di telepon. Tapi lama-lama gw kebosenan juga. Sms dia mulai gak gw balas dan telepon dia gw angkat!
Ternyata usaha gw jitu juga. Rizky gak tiap menit lagi telepon gw. Dia lebih banyak nge-chat lewat WA di waktu-waktu tertentu. Semisal pagi, jam makan siang atau sebelum tidur.
Pernah satu hari dia gak telepon dan WA gw. Pokoknya gak kasih kabar. Gw jadi bertanya-tanya. Terakhir dia kasih kabar sehabis shalat Maghrib. Setelah itu gak ada kabar sampai maghrib lagi. Karena dia gak pernah ngilang gitu, gw jadi khawatir dia kenapa-kenapa. Akhirnya gw yang telepon dia. Panggilan gw gak diangkat. Gw makin khawatir. Sebelum isya akhirnya gw pamit pergi ke rumah teman lantas pergi ke rumah Rizky.
Seperti pertama kali gw kesana, rumah Rizky nampak sepi. Dari luar rumahnya nampak gelap. Bahkan lampu taman dan lampu teras gak nyala. Kayaknya dia gak ada di rumah. Gw deg-degan banget. Tapi pintu pagar gak dikunci. Harusnya kalo dia keluar pintu pagar digembok. Akhirnya gw pergi ke teras dan memencet bel. Gak ada tanda-tanda bakal ada yang bukain pintu. Gw coba telepon lagi. Aktif tapi gak diangkat. Rasa khawatir gw berubah jadi panik. Rizky di mana???
Gw pencet lagi bel rumahnya sambil tetap coba telepon dia. Beruntung panggilan gw dijawab.
"Hal---"
"RIZKY!!! Lu di mana?!"
"Di rumah..." jawabnya dengan suara berat.
"Jangan bohong!"
"Beneran. Aku ketiduran..."
"Buka pintunya kalo gitu."
"Eh?"
"Gw di depan rumah lu."
"Beneran?!"
"Iya. Nih, gw pencet lagi belnya. Dengar gak lu?"
"Ya. Ya. Bentar ya, Sayang...!"
Kurang dari semenit, Rizky sudah berdiri di depan gw masih dengan seragam bola.
"Kenapa kesini?"
"Cari lu lah. Gak ada kabar, telepon gak diangkat... Kirain lu kenapa-kenapa..." gerutu gw.
"Maaf ya. Aku lagi sibuk."
"Sibuk apaan sih lu? Sibuk tidur?!"
"Sebentar lagi bakal ada kejuaraan futsal antar SMA. Aku dan tim latihan sehabis pulang sekolah. Jadinya kecapean sampai ketiduran..."
"Dasar...! Kiran kenapa-kenapa..."
"Kamu khawatir ya?"
"Jelaslah."
"Takut kehilangan aku gitu?"
"Ge-er. Wajar gw khawatir kalo orang yang tiap hari membombardir gw sama WA dan telepon tiba-tiba ngilang..."
"Hehehe..."
"Eh, lu udah mandi belum?"
"Belumlah. Gak lihat aku masih pake seragam?"
"Ya udah. Mandi sana. Gw pulang."
"Gak boleh!" Rizky langsung genggam lengan gw.
"Apa deh..."
"Sekarang udah malam. Nginap di sini aja."
"Gw tadi pamitnya cuma pergi sebentar."
"Tinggal telepon aja. Bilang kamu lagi honeymoon gitu..."
"Cih!"
"Jangan pulang ya... Pliisss...."
"Iya, iya. Buruan mandi sana."
"Janji dulu kamunya gak bakal pulang."
"Iya!"
"Oke. Kalo kamu pulang, lihat aja apa yang bakal terjadi!" ancam Rizky.
"Emang gw takut!"
"Lihat aja!" kata Rizky sambil berjalan ke kamar mandi.
Selagi tuh anak mandi, gw nge-cek dapurnya dia. Gak ada makanan sama sekali. Isi kulkas masih kayak kemarin.
"RIZKYYY!!! LU UDAH MAKAN BELUM?!!" seru gw sekencang mungkin.
"BELUUUMMM!!! KENAPA?! KAMU MAU MASAKIN AKU YA SAYANG?!"
"AMIT-AMIT!"
"MASAK DONG. SUAMIMU INI LAPAR TAUK!"
"MAKAN SABUN AJA!" balas gw sambil berjalan keluar rumah.
Mumpung tuh anak lagi mandi, gw cabut sekarang aja deh!
***
Gw kembali ke rumah Rizky dengan makanan di tangan. Saat gw masuk, kita hampir aja tabrakan di depan pintu.
"Al?!"
"Lu mau kemana?"
"Kamu dari mana sih?!"
Gw nunjukin makanan yang tadi gw beli.
"Lu mau kemana?" gw nanya lagi.
"Mau ke rumah kamu."
"Ngapain?"
"Kirain kamu pulang..."
Gw natap Rizky dengan kesal. "Lu gak percaya sama gw?!"
"Maaf, Sayang. Eh, ini kamu beli apa sih?"
"Buat makan malam lu."
"Thankyou Sayang."
"Iya."
Rizky yang diikuti gw langsung menuju meja makan.
"Gw kan udah beliin lu makan nih. So, gw boleh minta satu permintaan dong?"
"Apaan?" tanya Rizky sebelum nyendokin nasi ke mulut.
"Boleh dong gw pulang...?"
Rizky langsung berhenti nguyah dan natap gw dengan tatapan menusuk.
"Becanda, becanda..."
"Kamu bikin nafsu makan aku hilang."
"Gitu aja kok ngambek..."
Rizky kembali nyendokin nasi ke mulut dengan bibir manyun.
"Gw pulang beneran kalo kamu masih manyun."
Rizky makin manyun. Dia kelihatan imut dengan ekspresi begitu. Bibir merahnya sangat menggemaskan.
"Tadinya gw mau masakin lu lho... Tapi gak ada yang bisa dimasak..."
"Emang kamu bisa masak?" Rizky udah gak manyun lagi.
"Kalo cuma dadar telur sih bisa."
"Gw juga bisa mah kalo itu."
"Masak air gw juga bisa."
"Semua orang juga bisa."
"Masak mie instan juga bisa!"
"Apa susahnya?"
"Oke. Cuma itu yang gw bisa."
"Jadi tadi kamu rencananya mau masakin aku apa?"
"Gak ada sih sebenarnya..."
"Hmmm..."
"Emang lu bisa masak?!"
"Bisa."
"Masa? Masak apa emang?"
"Air, nasi, telur rebus, telur---"
"Sama aja boong!" potong gw.
"Nasi goreng juga bisa."
"Udah, udah, udah. Makan aja dulu, ntar ngomongnya."
Rizky kembali fokus ke makanannya.
***
Setelah Rizky kelar makan, kita berdua beranjak menuju kamar.
"Al, main game yuk...!"
"Game apaan?"
"Bola."
"Nggak ngerti."
"Game apa yang kamu bisa?"
"Solitaire."
"Jiah!"
"Zuma juga bisa."
"Game yang sekarang?"
"Gw bukan gamer."
"Nggak asyik ah..."
"Gw bukan anak game, tapi anak soleh."
"Aseeekkk...!" timpal Rizky sambil membereskan stick PS-nya yang tergeletak di lantai.
"Kamu main game gak bisa... Terus kita ngapain?"
"Kalo lu main nge-game silahkan."
"Gak asik main sendiri kalo ada kamu."
"Emang biasanya lu main sama siapa?"
"Sendiri."
"Nah, itu lu main sendiri..."
"Kalo ada kamu gak mungkin dong kamu aku anggurin..."
"Ya udah, kalo gitu lu belajar aja. Gw gak pernah lihat lu buka buku selama gw di sini."
"Gak ada PR, gak ada ulangan. Lagian kamu ke sini itu baru aja dua kali. Pertama waktu malam tahun baru, kedua ya malam ini. Malam-malam biasanya aku belajar kok."
"Boong. Apa bedanya sama malam ini."
"Ya udah kamu ajarin aku yah..."
"Belajar aja sendiri."
"Aih, kamu gimana sih? Nyuruh belajar tapi diminta ngajarin gak mau..."
"Huaaaammmm.... Gw mau tidur aja aahhh..."
"Belum juga jam sembilan."
Gw gak jawab. Gw bungkus seluruh tubuh pake selimut dan pejamin mata. Ternyata gw benar-benar tertidur.
***
Entah sudah berapa lama gw tidur, saat gw bangun Rizky belum ada di samping gw. Gw lihat jam di HP sudah menunjukkan pukul 23.38. Gw cek Rizky lagi ngapain, ternyata lagi asyik melototin layar TV main game!
Ish!
Gw bangun pelan-pelan dan berjingkat menghampirinya. Setelah cukup dekat, gw jewer kupingnya dengan keras.
"Adaaoowwww...!"
"Hayo!!! Begadang cuma buat nge-game!!!"
"Sakit banget, Yaaanggg..." Rizky mengelus-elus telinganya yang memerah bekas jeweran gw.
"Buruan tidur!"
"Belum ngantuk, makanya aku main game."
"Gak ada alesan. Cepat!"
"Aku kan habis maghrib tadi baru bangun."
"Buruan!"
"Bentar lagi ya? Jam nol nol lewat nol nol ntar aku tidur."
"Gak boleh."
"Lagi asyik..."
"Asyikan main game apa asyikan tidur sambil gw peluk?" gw kasih opsi.
"Akh, kamu mah suka gitu."
"Peluk terus kepalanya gw elus-elus..."
"Oke, oke. Tidur, tidur," Rizky langsung melompat ke tempat tidur.
"PS-nya diberesin dulu!"
"Besok pagi aja."
"Apa deh..."
"Ayo buruan, udah ngantuk iniiii..."
"Cih..."
Rizky menggeliat.
Gw matiin TV dulu setelah itu ikut naik ke ranjang.
Rizky langsung mengubah posisinya menghadap gw.
"Buruan tidur," kata gw.
"Peluk dong."
Gw melingkarkan tangan ke pinggang Rizky.
"Kakinya naikin ke paha aku," pinta Rizky.
Aku menuruti keinginannya.
"Uhhmmm... Nyaman banget, Yang," desis Rizky sambil deketin kepalanya ke leher gw. Tanpa canggung gw belai rambut dia.
"Seharusnya dari jam sembilan tadi kamu nawarin treatment ini, Yang," gumam Rizky.
"Tinggal lu putar balik aja jarum jamnya."
Rizky nyengir.
"Oh, iya, lu tiap pagi sarapan nggak sih?" tanya gw.
"Sarapan di warung depan."
"Menunya enak?"
"Lumayanlah."
"Lu sering bangun kesiangan?"
"Hampir nggak pernah."
"Meskipun begadang?"
"Heeh..."
Gw mangut-mangut.
Dan seperti biasa, gak butuh waktu lama Rizky udah terlelap.
Huh! Katanya belum ngantuk tadi. Tapi baru sebentar aja udah ngebo, gerutu gw dalam hati sambil nyabut sehelai rambutnya dengan gemas.
***
Pertamax