It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Emmmuuuaaachh
Upp
Uppp
Upppp
Uppppp
Upppppp
Uppppppp
Upppupppp
Uppppppppp
"Girang banget lu?" tegur Nandra.
"Ya dong. Jarang-jarang dapat kesempatan berharga ini."
"Lebay deh. Emang ada apa?"
"Ada lah pokoknya. Gw cabut duluan ya!"
"Ya. Hati-hati!"
Gw gak menggubris peringatan Nandra. Gw langsung merogoh HP di kantong celana dan menghubungi Rizky.
"Halo, Sayang..." sapa Rizky.
"Brondong! Kamu lagi di mana?"
"Di rumah. Tapi mau siap-siap mancing. Ada apa?"
"Aku ke sana sekarang."
"Eh? Kamu gak kuliah?"
"Udah pulang."
"Tapi sekarang baru pukul---"
"Udah jangan nanya mulu," potong gw. "Tunggu aja aku di rumah."
"Oke."
Gw pun langsung meluncur ke rumah Rizky. Beberapa saat kemudian gw udah nyampe di rumahnya. Tuh anak lagi duduk di teras nunggu gw. Gayanya santai banget. Kaos oblong panjang dipadu celana jeans pendek.
"Kamu bolos ya?" tanya Rizky.
"Nggak. Jam terakhir dosennya gak ada."
"Oohh..."
"Kamu mancingnya sama siapa?"
"Tadi mau ngajakin teman. Tapi karena ada kamu... Ya terserah."
"Kok terserah?"
"Ya terserah kamu, maunya di rumah atau kita jalan-jalan. Kamu ada waktunya berapa lama?"
"90 menit."
"Jalan-jalan aja yuk? Akhir pekan."
"Kemana?"
"Kemana ya...?"
"Udah, ke rencana awal kamu tadi aja. Kita mancing aja. Tapi mancingnya di danau Bestari aja."
"Oke. Kita pergi sekarang?"
"Boleh," gw berjalan menuju motor.
"Boncengan aja."
"Sendiri-sendiri aja. Biar ntar aku bisa langsung pulang."
"Nggak! Apaan... Nggak seru! Di mana romantisnya?"
"Ya udah, motornya aku masukin ke garasi dulu."
"Oke sip."
Setelah motor gw dimasukin ke garasi, kita berdua langsung menuju pemancingan umum yang letaknya di pinggir danau Bestari. Danau Bestari adalah salah satu objek wisata andalan kota ini. Di sini kita bisa mancing secara gratis sambil menikmati sejuknya alam, birunya air dan hijaunya tetumbuhan.
Kami berdua mencari tempat yang strategis dan gak terlalu ramai. Untuk mencari tempat yang demikian, kita berdua terpaksa berjalan sedikit lebih jauh dan menyebrangi jembatan gantung.
"Di sebelah sana aja, ya, Yang..." Rizky mengarahkan telunjuk ke arah timur.
"Oke."
Kita berdua menuju salah satu anjungan yang berada di tepi danau. Tempatnya sejuk. Selain dipayungi dengan atap anjungan, juga dinaungi sama pohon Kemiri yang rindang. Di sekitar anjungan terdapat banyak buah-buah kemiri masak yang berjatuhan.
Gw mengeluarkan cemilan yang tadi kita beli di pinggir jalan sesaat menuju ke sini. Sementara Rizky mengeluarkan alat pancingnya.
"Kamu mau mancing juga?" tanya Rizky. "Ada satu pancing lagi tuh."
"Nggak. Aku mau santai aja."
"Ish, kamu itu hobinya apa sih? Gak ada yang suka..."
"Hobinya macarin brondong," jawab gw asal.
Rizky terkekeh.
"Satu lagi, aku ada hobi baru. Mau tahu nggak?"
"Apa?" tanya Rizky sambil memasang umpan berupa ulat bambu pada kail.
"Mancing perhatian kamu."
Rizky mencebikkan bibirnya.
"Serius. Wajahmu mengalihkan perhatianku."
"Gombal!" Rizky melempar kail ke air.
"Serius..." kata gw seraya membuka snack.
"Masa?"
"Huum."
"Makasiiihhh..."
"Macama..."
"Sssttt...! Berisik. Ikannya pada pergi tuh..."
"Iya. Gak tahan melihat kemesraan kita."
"Hahaha. Ikannya baperan ya."
"Pasti ikan jomblo."
"Iya... Hehehe... Eh, bagi dong..." Rizky mengangakan mulutnya.
"Mau apa?"
"Ituuu..."
"Ini?" gw menunjuk selangkangan.
Rizky menggeram.
Gw terkikik, gw ambil satu iris kentang goreng dan memasukkan ke mulutnya.
"Kalo di tempat umum kamu suka banget mancing-mancing. Giliran berduaan gak mau," kata Rizky.
"Kalo lagi berduaan aku kayak gitu, kayaknya udah lama deh aku habis sama kamu. Seminggu aja depan belakang udah turun mesin kayaknya..."
"3 hari. Seminggu mah kelamaan."
"Emang aku barang KW apa..."
"Bukan. Oplosan!"
"Enak aja."
Selama mancing, kami berbincang ringan. Sesekali saling lempar gombalan dan rayuan. Waktu pun berlalu begitu cepat. Gw harus pulang. Ikan yang berhasil Rizky dapatkan kami berikan ke Bapak-bapak yang mancing gak begitu jauh dari tempat kami.
"Kalo kita tinggal berdua, ikannya tadi bakal aku masak untuk kita," kata Rizky.
"Kapan-kapan ya..."
"Heeh."
"Papa aku juga suka mancing. Kayaknya kalian pasti bakal suka mancing bareng deh nanti..."
"Pastinya. Biasanya Om mancing di mana?"
"Di mana-mana. Ke sini juga sering," jawab gw. Saat itu kita sudah menyebrangi jembatan gantung.
"Kalo Tante sukanya apa?"
"Bertani. Mama itu suka tanam-menanam. Bunga, TOGA, buah-buahan..."
"Sama kayak Mama. Tapi kalo mama sih bunga-bungaan..."
"Kayaknya ortu kita hobinya sama. Kalo mereka jadi besan kayaknya cocok deh, xixixi..."
"Iya nih. Kayaknya kode alam nih..."
"Hahaha..."
***
Sebelum pulang kita berdua mampir dulu di salah satu cafe dan makan. Karena waktu makin mepet, jadi kita gak pake lama. Kelar makan langsung cabut ke rumah Rizky.
Sesampainya di sana, kita berdua kaget ada Bang Albert nangkring di sana.
"Kok abang kamu ada di sini?" tanya Rizky.
"Nggak tahu. Gawat nih..."
"Dia tahu rumah aku dari siapa ya?"
"Kamu sendiri. Waktu kenalan pake nyebutin jalan, nomor, RT/RW segala macem!" semprot gw.
"Hehe..."
"Ketawa lagi...!"
Kita berdua turun. Jujur, dada gw berdebar cemas. Apa lagi nih yang bakal terjadi?
"Nggak kerja lu, Bang?" tanya gw.
"Halo, Bang Albert..." sapa Rizky.
"Udah pulang. Dari mana lu?" Bang Albert cuma jawab pertanyaan gw.
"Pergi."
"Gw tahu lu pergi! Kemana?!"
"Mancing."
"Ha? Mancing?"
"Ya. Tuh..." gw nunjuk pancing yang dibawa Rizky.
"Kita masuk aja dulu yuk..." ajak Rizky.
"Lu pikir lu udah pinter bisa ngibulin kita? Gw tadi ketemu Nandra di jalan. Jadi gini kerjaan lu? Kalo ada jam kosong nggak pulang?!"
"Ky, tolong keluarin motor aku ya..."
"Oke," jawab Rizky sambil membuka pintu gerbang.
"Bang Albert masuk dulu," kata Rizky sekali lagi yang dibalas wajah sinis dari Bang Albert. Sumpah gaya Bang Albert nyebelin banget! Dia kira dia lagi main sinetron apa!
"Baru sekali ini kok ada jam kosong. Lagian gw sama dia cuma mancing, Bang..."
"Mancing apa? Mancing maksiat?"
"Udahlah, Bang... Gw tahu gw salah. Tapi plis, gak usah mojokin kita lah..."
"Lu sadar gak sih kalo Tuhan lebih memihak ke siapa? Gw. Karena nggak tahu kenapa setiap lu sama dia macem-macem pasti selalu ketahuan. Contohnya tadi aja. Tiba-tiba aja gw ketemu Nandra sehingga kebejatan lu berdua ketahuan! Coba aja terus. Semuanya bakal ketahuan."
"Terserah lu mau bilang apa. Tapi gw minta sama lu gak usah bilang ke mama - papa. Gw gak mau berantem lagi sama mereka."
"Lu yang mulai kok."
"Gw cuma mau mereka gak segitunya sama gw, Bang. Kalian terlalu berlebihan memperlakukan gw kayak gini. Kalo lu di posisi gw, lu dilarang ketemuan sama Mbak Fida, lu bakal berontak juga kok..."
"Kasusnya bakal beda. Lu sama cowok."
"Gw tahu ini bukan karena cowok atau bukan. Tapi karena mereka salah paham sama Rizky. Dan itu juga gara-gara lu dan Mbak Aline..."
"Kalo lu pacaran sama cewek, gw pasti bela lu. Tapi karena ini sama cowok, sorry yah...mati mampus deh lu sana!"
"Oke, oke. Tapi sekali lagi gw minta jangan bikin gw sama keluarga berantem lagi. Pliiisss...."
"Oke. Gw bisa aja bantu lu. Tapi lu harus bayar untuk itu."
"Apaan sih... Gak banget deh lu."
"Udah. Buruan lu pulang kalo gak mau gw laporin."
"Iya." gw langsung menghampiri Rizky yang baru aja ngeluarin motor gw dari garasi.
"Aku langsung pulang ya..."
"Iya. Kamu nggak apa-apa kan?"
"Nggak. Love you..."
"Love you too..."
Gw pergi meninggalkan rumah Rizky, mengikuti Bang Albert yang udah pergi duluan. Gw berharap Bang Albert nggak ngelaporin gw ke keluarga.
***
Gw senang banget ternyata Bang Albert nggak bohong. Entah kesambet malaikat mana dia bisa baik ke gw dengan gak ngelaporin gw ke Mama-Papa. Tapi kalo dengar omongan dia tentang gw harus bayar kalo nggak mau dilaporin, gw jadi bertanya-tanya apa sih maksud perkataan dia. Apa yang dia mau dari gw? Tapi untuk saat ini gw gak mau ambil pusing. Yang jelas gw saat ini gak perlu berantem lagi sama keluarga.
***
Dua hari kemudian...
Sekitar pukul enam sore Rizky telepon gw. Dia gak pernah telepon gw jam segitu. Kalo dia telepon pasti ada apa-apa nih.
"Hai, brondong...!" sapa gw.
"Ayang, ada yang mau ngeroyok aku."
"Hah?!" gw kaget banget. "Kamu serius?!"
"Iya..."
"Kamu di mana sekarang?! Kamu tahu mereka siapa? Aku ke sana!" gw bergegas bangkit dari duduk.
"Tenang, Sayang... Kejadiannya udah lewat kok..."
"Udah lewat? Terus kamu gimana? Kamu babak belur? Luka-luka?"
"Nggak... Aku baik-baik aja..."
"Serius?" gw masih gak percaya. Ingatan gw langsung ke keadaan muka dia saat berantem sama adiknya teman Bang Albert.
"Wait..." katanya. Entah dia mau ngapain. Tapi yang jelas gw masih sedikit gak karuan karena belum tahu keadaan dia yang sebenarnya.
"Sayang..." tiba-tiba suara dia muncul lagi.
"Kamu ngapain sih...?"
"Cek WA."
"Kenapa?" belum sempat pertanyaan gw di jawab, ada getaran yang menandakan ada pesan WA masuk. Gw pun langsung membuka isi pesan WA itu. Ternyata Rizky ngirim gambar dirinya yang sedang topless ke gw.
"Halo...! Maksudnya apa???"
"Udah di buka? Aku gak apa-apa kan??"
"Hahaha. Segitunya. Kamu apa-apa deh kayaknya..."
"Apa-apa gimana?"
"Makin cakep. Gak kayak habis dikeroyok..."
"Hehehe. Mereka yang mau ngeroyok yang lari, Yang..."
"Emang mereka ada berapa orang?"
"Cuma dua orang. Gak tahu deh kenapa mau cari masalah sama aku. Mau malak kayaknya."
"Emang mereka minta duit?"
"Iya. Tapi malah dapatnya bogem mentah."
Kita berdua terkekeh.
"Ya udah. Syukur deh kalo kamu gak apa-apa. Kamu harus hati-hati yah. Siapa tahu mereka datang lagi dan balas dendam..."
"Iya, Sayang."
"Udah. Kamu mandi gih. Bentar lagi maghrib."
"Oke. Love you, Sayang."
"Love you too..."
Gw menghela nafas lega karena Rizky gak kenapa-kenapa. Untung brondong gw jagoan, jadi dia gak apa-apa. Tapi gw masih cemas sih sama dia. Gw takut yang mau malakin dia lain hari beraksi lagi.
Ternyata rasa cemas gw itu beralasan. Dua hari kemudian tepatnya saat selesai maghrib Rizky telepon gw. Tapi saat gw angkat, yang ngomong bukan Rizky tapi perempuan.
"Halo, ini benar Saudara Almer?"
"Ya, benar... Ini siapa? Kok nomor..."
"Saya bidan Eva---"
Bidan?
Perasaan gw udah nggak enak.
"Adik saudara lagi di puskesmas Meranti Indah untuk pengobatan---"
"Puskesmas? Rizky kenapa...???!"
"Tenang dulu, Dik. Adek saudara baik-baik saja. Dia cuma luka-luka sedikit. Dia dikeroyok sama preman."
"Oohh, syukurlah. Makasih ya, Bu. Uhm, saya bisa bicara sama adik saya?"
"Oh, tentu. Silahkan..."
"Halo, Bang..." terdengar suara yang amat gw kenal di seberang sambungan.
"Halo, Ky! Kamu gak apa-apa, Sayang?"
"Cuma lecet dikit aja kok, Bang."
"Siapa yang keroyok? Yang kemarin itu?"
"Kayaknya sih iya..."
"Aduuuhhh, mereka mau ngapain sih??? Kamu ada urusan apa sama mereka?"
"Gak ada."
"Coba kamu ingat-ingat dulu. Mereka ada ngomong apa gitu?"
"Gak ada. Habis mukulin aku langsung pergi."
"Pergi? Aneh.... Mereka ada berapa orang?"
"Lima-enam oranganlah. Kayaknya balas dendam karena gak bisa malakin aku deh, Yang, eh, Bang..."
"Ya udahlah. Terus gimana? Kamu bisa pulang sendiri?"
"Bisa kok. Ini baru aja mau pulang."
"Hati-hati ya, Sayang. Kalo ada apa-apa langsung hubungi aku."
"Iya."
Meskipun Rizky dan Bidan Eva bilang kalo Rizky baik-baik aja, tapi gw masih belum tenang selagi belum ngelihat dengan mata kepala gw sendiri. Tapi gw gak bisa berbuat banyak. Selain gw gak dibolehin keluar, saat ini hari udah beranjak malam. Gw cuma bisa berdoa semoga brondong gw sampai ke rumah dengan selamat.
Selagi gw dirundung cemas dan gelisah, tiba-tiba Mbak Aline datang menemui gw di kamar.
"Buruan makan malam."
"Ya. Ntar, Mbak."
"Kamu mau pergi kan?"
"Pergi kemana?"
"Kamu gak mau menjenguk Rizky?"
"Eh?" gw kaget dengan pertanyaan demikian dari Mbak Aline. Gw gak menyangka dia bakal memberi pertanyaan seperti itu.
@boyszki
Makasih my bebeb @Lebes