It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Siapa tau si papa maksa anline eh Aline.
btw aku juga di mention ya bang @Locky kalo ada updatean
ps. mb aline bisa aja narik papa ke camp Rizky, hehe, alky terlalu unyu buat dipisahin bang, gua harap mereka bisa langgeng, makasih buat bacaan yang keren ini, aku bacanya maraton dari jam 7 pagi ampe sekarang nyaris jam 7 malem, puas dan sedih karena udah mentok dan harus sabar nunggu updatean.
"Berani ya kamu...!" kata Papa saat mereka berdua salaman.
"Maaf, Om..." kata Rizky.
Sumpah, gw deg-degan banget. Papa kayaknya benar-benar marah. Gw gak tahu apa yang bakal terjadi.
Gw kembali menatap Mbak Aline yang berdiri dengan wajah penuh kemenangan. Sialan! Selama ini ternyata dia pura-pura baik sama gw. Kok dia tega banget sih? Dia lebih jahat dari Bang Albert.
"Ngapain kalian di sini?" tanya Papa.
"Cuma mancing, om..."
"Mancing beneran apa cuma kedok doang supaya bisa pacaran, eh?"
Gw dan Rizky gak jawab.
"Kamu hobi mancing?" tanya Papa dengan suara mulai melunak.
"Ya, Om..."
"Sama kayak Om. Om juga suka. Kamu bawa pancing berapa buah?"
"Dua, Om," Rizky bergegas mengambil tas peralatan mancingnya dan dikasih ke Papa.
"Umpannya apa, Ky?"
"Ulat bambu."
"Di sini banyak cacing..."
"Ya. Tapi males nyarinya, Om..."
"Udah dapat berapa ekor?"
"Ada empat ekor..."
Papa melihat wadah ikan Rizky.
"Mujaer semua. Lumayan gede, Ky..."
"Iya, hehehe..."
Gw mengerutkan kening. Gw bingung dengan situasi yang berubah tiba-tiba.
"Tuh, Papa percaya kan sama Aline? Mereka pasangan yang imut banget..." tiba-tiba Mbak Aline angkat suara dan ikutan naik ke anjungan.
Gw dan Rizky serentak menoleh ke Mbak Aline.
"Kenapa? Mbak yang ngajakin Papa ke sini. Mbak pengen nunjukin ke Papa kalo kalian itu pasangan yang serasi. Kalo hubungan kalian itu positif. Rizky gak seperti yang kami sangka selama ini..."
Gw menghela nafas lega mendengar penjelasan Mbak Aline. Gw sempat salah paham sama dia.
"Jadi tadi itu Papa cuma akting aja?" tanya Gw.
"Gimana? Bagus gak akting papa?"
"Ish!"
"Meyakinkan bukan?"
"Jelek!" jawab gw kesal.
"Maafin Papa yah, udah membatasi kamu selama ini. Kamu juga, Ky, om minta maaf. Kamu ternyata keren banget. Kalian pasangan yang keren. Papa suka."
"Papa suka karena dia hobi mancing juga kayak Papa kan?" tanya Mbak Aline.
"Iya dong. Jadi Papa punya teman kalo mau mancing."
"Hemmm...." desis gw.
"Papa mau mancing juga ah... Siapa tahu nanti tangkapannya lumayan..." pungkas Papa.
"Banyak-banyak ya dapatnya. Biar ntar bisa Aline bikinin menu yang enak," kata Mbak Aline.
"Boleh. Ayo, Ky! Mancing mania...!" seru Papa.
Gw tersenyum penuh damai. Gw senang banget sekarang yang dukung hubungan kami berdua udah bertambah.
***
Hasil mancing kami -- Papa dan Rizky -- lumayan juga. Mereka berhasil ngedapetin 19 ekor ikan. Sebelum zuhur, Papa ngajakin kita pulang. Tapi sebelumnya, Papa traktir kami makan siang dulu di restoran yang letaknya masih di seputaran danau.
"Mulai sekarang kamu gak usah sungkan-sungkan sama Om, Ky," kata papa.
"Ya, Om."
"Kapan kita mancing lagi?"
"Om maunya kapan?" Rizky balik nanya.
Gw langsung mutar bola mata.
"Teman om bilang ada tempat pemancingan baru. Ikannya masih banyak. Tempatnya agak jauh di dekat rawa-rawa."
"Di mana tuh, om?"
"Tanjung Bintan atau Tanjung Bintang, semacam itu namanya..."
"Boleh deh kapan-kapan kita ke sana, Om..."
"Iya. Om juga penasaran. Katanya ikannya masih banyak. Sebentar aja kita taruh umpan langsung disambar ikan. Teman om, Om Burhan itu lho, Al, dapat seember ikan!"
"Masa sih? Ceritanya ditambah-tambahin kayaknya," kata gw.
"Makanya Papa mau kesana. Mau buktiin sendiri..."
"Om kabari aja kalo mau pergi. Lewat Al juga bisa."
"Ya, ya..."
***
Chapter Kesekian
Hari ini sehabis kuliah gw langsung pulang ke rumah. Kebetulan hari ini gw gak ngajarin Rizky les, soalnya dia ada latihan karate. Waktu luang ini gw manfaatin buat istirahat.
Lagi asik tidur-tiduran di kamar, ada pesan WA masuk. Ternyata dari Kak Fredo.
Kak Fredo : apa kbr, Al?
Tumben nih orang nge-chat gw? Udah sekitar dua bulan lebih kita komunikasi sehabis dia nanyain status hubungan gw sama Rizky waktu itu.
Gw : baik
Kak Fredo : lg apa?
Gw : pulang kuliah. Tumben jam sgini chatting? Gak kerja?
Kak Fredo : hari ini kakak libur.
Gw : ooo
Kak Fredo : awal bulan depan kk mau pulang lho.
Gw : plang kesini?
Kak Fredo : iya.
Gw : pulang buat liburan ya?
Kak Fredo : iya. Kk jg mau urus pindah ke sana.
Gw : ooh gitu.
Kak Fredo : gmn menurut kmu?
Gw : bagus sih. Lu bs dekat lg sama keluarga.
Kak Fredo : iya, hehe.
Gw : ya udah, pikirkan matang2 mana yang terbaik buat lu kak.
Kak Fredo : iya.
Kak Fredo : gmn kbar hub kmu sama Rizky?
Gw : baik
Kak Fredo : Udah sejauh apa hubungan kalian?
Gw : yang jelas papa gw udah setuju
Kak Fredo : om setuju? Serius?
Gw : iya.
Kak Fredo : beruntung ya, Rizky. Kita dulu pacarannya discreet.
Gw : iya
Kak Fredo : kk gak nyangka kamu akhirnya pacaran sm Rizky.
Gw : gw aja gak nyangka.
Kak Fredo : jujur aku iri bgt sama kamu yg bs dapat pasangan yang cinta banget sm kamu
Gw : hehehe. Rezeki anak soleh.
Kak Fredo : semoga aja satu saat gw bisa ngedapetin yang kayak gitu juga.
Gw : amiin
Kak Fredo : btw, kamu gak pernah nge-chat aku.
Gw : gw gak mau ganggu lu
Kak Fredo : kamu kan tahu jadwal Kakak dari dulu gak berubah. Kamu kan bisa chat pagi atau malam.
Gw : gimana ya, gw bingung mau nge-chat apa.
Kak Fredo : ah, bilang aja emang kamu gak pengen. Kamu gak pernah kangen aku ya?
Gw : jawaban jujur or...?
Kak Fredo : jujur dong.
Gw : gw selalu ingat lu kok.
Kak Fredo : ingat dan kangen beda.
Gw : kalo gw ngangenin orang lain, brondong gw bisa marah dong.
Kak Fredo : dari jawaban kamu, aku udah tahu jawabannya.
Gw udah mulai gak nyaman chattingan setelah Kak Fredo membawa-bawa perasannya. Gw takut gw salah ngomong. Jadi gw memilih untuk gak menjawab chat terakhir itu. Tapi setelah mendapat pengakuan dari Kak Fredo barusan, gw ngerasa senang. Sekarang bisa dilihat siapa yang menderita. Gw kedengarannya jahat. Tapi gw gak perduli! Karma itu emang nyata.
***
Saat ini gw lagi di rumahnya Rizky. Sekitar setengah jam yang lalu gw ngajarin dia. Sekarang kita lagi tiduran di kamar sambil dengar musik.
Awalnya kita berdua istirahat sambil ngobrol-ngobrol aja. Gw bilang ke Rizky kalo hari minggu ini Papa nyuruh dia ke rumah. Rizky mengiyakan. Selain itu kita juga ngobrolin tentang rencana Rizky yang mau ngajakin gw liburan ke rumah keluarganya di luar kota. Gw sih antusias banget. Gw juga pengen kenalan sama keluarganya Rizky.
Entah sudah berapa lama kita ngobrol, tahu-tahunya si brondong malah tidur beneran. Padahal perasaan semenit sebelumnya dia masih merespon omongan gw. Tapi gak butuh waktu lama dia udah tidur pulas banget.
Gw gak mau ganggu dia. Jadi gw kecelin volume musik setelah itu kembali ke ranjang. Gw tatap wajahnya yang damai. Ketampanannya semakin tegas mengikuti postur tubuhnya yang semakin tegap. Sekarang dada Rizky udah lebih bidang dari dada gw. Bahunya lebih lebar juga. Kegemarannya sama olahraga dan karate serta nge-gym yang ngebentuk badannya sedemikian rupa. Tapi meskipun begitu, kesan cute dan manis masih ada pada dirinya. Ekspresi imutnya dan sikapnya yang terkadang manja sesuai dengan usianya saat ini. Perpaduan yang sempurna menurut gw. Sekali lagi, gw bersyukur banget Tuhan mengirimkan seseorang seperti Rizky dalam kehidupan gw.
***
Malam harinya...
Gw tersentak mendengar suara HP yang berbunyi. Entah sudah berapa lama suara panggilan itu berkumandang. Yang jelas saat tahu, gw langsung mengambil HP. Ternyata Rizky yang telepon.
Ada apa nih? Kok dia hubungi gw tengah malam gini...?
"Ya, Sayang... Ada apa?" tanya gw.
"Yang, buka pintunya. Aku di depan gerbang."
"Lho...? Ngapain tengah malam gin---"
"Aku pengen tidur sama kamu. Kan udah lama kita nggak tidur---"
"Ih, kamu! Ganggu tidur aku aja deh!" gerutu gw sambil beranjak keluar.
Seperti yang sudah-sudah, gw keluar dengan sangat hati-hati. Berusaha gak menimbulkan bunyi sama sekali. Setelah berhasil keluar, gw berlari ke gerbang. Nampak Rizky dengan jaket kulitnya berdiri di depan gerbang sambil memeluk lengannya sendiri.
"Mulai deh kumat! Tadi siang baru aja ketemu...." omel gw sambil buka pintu gerbang.
"Aku baru sadar kalo aku udah lama gak menyelinap masuk ke rumah kamu..."
"Terus? Harus gitu?"
"Ya. Aku masih kangen sama kamu. Pengen tidur sama kamu..."
"Lebay! Udah dibilang beresiko. Kalo ketahuan pencapaian yang udah kita dapatkan saat ini bisa sia-sia!"
"Gak usah parno gitu. Biasanya juga gak tahu..."
"Berisik...."
Kita berdua memasuki rumah dengan hati-hati. Gw suruh Rizky duluan naik ke kamar. Setelah menutup dan mengunci pintu yang tentunya dengan pelan-pelan, gw menyusul Rizky ke kamar.
"Kamu udah tidur ya?"
"Iya!"
"Sebenarnya aku gak bisa tidur. Makanya aku kesini. Siapa tahu kalo ada kamu, aku bisa tidur..."
"Wajarlah kamu gak ngantuk. Tadi siang tidurnya lama banget."
"Biasanya makin banyak aku tidur siang, makin cepat aku ngantuknya..."
"Alesan aja! Udah, ah! Aku mau tidur...!" pungkas gw.
"Aku peluk ya?"
"Peluk aja. Gak usah macem-macem."
"Iya. Ngarep banget dimacem-macemin..."
"Mana ada. Kamu yang mupeng tuh!"
"Kalo kamu mau sih, aku hayoo aja."
Gw gak menghiraukan omongan Rizky lagi. Gw menarik selimut sampai bahu dan tidur membelakanginya.
Rizky rupanya ikutan berbaring di belakang gw. Dia meluk gw dari belakang.
"Yang..." panggil Rizky.
Gw gak nyahut.
"Udah tidur, Yang?"
"Kenapa lagiii...?"
"Mama kamu galak nggak?"
"Nggak."
"Kira-kira gimana ya reaksi beliau pas aku datang nanti?"
"Tenang aja. Papa pasti udah cerita tentang kita ke Mama. Tergantung kamu bisa nggak ngambil hatinya dia."
"Mama kamu suka bunga kan?"
"Iya. Kenapa? Kamu mau bawain dia bunga?"
"Menurut kamu?"
"Aku aja belum pernah kamu kasih bunga!"
"Masa cowok maunya bunga?"
"Iya juga sih..."
"Lagian kamu kan udah pernah aku kasih 'batang' sama 'biji'..."
"Jeh, sialan!"
"Hehehe..."
"Mama itu setiap minggu pagi biasanya sibuk di kebun atau taman bunga. Kamu bisa manfaatin moment itu..."
"Aku bantu beliau merumput gitu?"
"Bisa. Itu ide bagus."
"Uhhmmm..."
"Atau terserah kamu ada rencana apa. Kamu kasih dia duit satu milyar mungkin... Pasti mama senang. Atau kamu hadiahi beliau Black Orchid..."
"Ke Borneo dulu dong aku? Bertarung sama Anaconda..."
"Iya. Hihihi..."
"Kalo tarung sama 'Anaconda-nya' kamu aku mau..."
Gw berbalik, nyubit pipi dia dan bilang, "Mesuuummmm....!"
***
Minggu yang ditunggu akhirnya datang juga. Gw penasaran apa yang bakal terjadi saat Rizky ketemu Mama. Harapan gw sih semoga Rizky bisa ngambil hatinya Mama.
"Rizky jadi kesini, Al?" tanya Papa berpapasan sama gw di ruang makan.
"Katanya jadi, Pa."
Papa mangguk-mangguk.
"Emang kenapa? Papa udah kasih tahu Mama kalo Rizky bakal datang?"
"Enggak."
"Nggak? Aduh, Al jadi khawatir deh gimana respon Mama..."
"Papa emang gak kasih tahu. Tapi Papa udah cerita tentang dia ke Mama kamu."
"Tanggapan Mama gimana?"
"Mama pengen nukar kamu sama dia."
"Maksudnya...?!"
"Mama pengennya dia jadi anak Mama, bukan kamu."
"Lebay deh!"
Papa terkekeh.
"Orang serius juga..." gerutu gw.
"Ya udah, kamu lihat aja nanti gimana reaksi, Mama..." pungkas Papa.
"Iya..."
Habis dari ruang makan, gw kembali ke kamar. Rencananya mau bersih-bersih kamar, tapi keburu dipanggil Mbak Aline.
"Ish! Ada apa sih..?!" gerutu gw sambil keluar ogah-ogahan.
"Temenin Mbak belanja ya?" pinta Mbak Aline.
"Aduh, Al mau beberes, Mbak."
"Alesaaan! Ayo cepat!"
"Mau belanja apaan sih, Mbak? Kenapa gak ajak Bibik aja?"
"Bibik sibuk di dapur. Mbak males pergi sendirian. Gak asik."
"Ogah ah."
"Kita pergi belanja juga. Buat nyambut Rizky. Gimana?"
"Nyambut apaan? Emang dia siapa gitu pake acara penyambutan?"
"Sebentar kok. Yok!"
"Ya udah. Ayo! Jangan lama-lama tapi."
Kami berduapun pergi.
Saat kami berdua lagi belanja, tiba-tiba Rizky calling.
"Ya, Sayang?"
"Kamu di mana?"
"Lagi nemenin Mbak Aline belanja."
"Oohh. Aku udah ada di rumah kamu..."
"Pagi amaatt?"
"Hehehe. Habis udah gak tahan pengen ketemu calon mertua..."
"Hih! Eh, sayang, ada cewek cakep dekat aku..."
"Bodoh amat. Kalo cewek sih gak masalah. Yang jangan itu cowok."
"Sialan!"
"Hehehe... Eh, kamu masih lama nggak?"
"Bentar lagi pulang. Kamu di dalam apa di luar?"
"Di dalam."
"Tunggu aja ya... Bentar kok."
"Ya udah, jangan lama-lama."
"Iya..."
"Rizky udah di rumah, Mbak," berita gw ke Mbak Aline.
"Cepat amat?"
"Heeh."
"Kayaknya dia gak sabaran banget pengen ketemu Mama..."
"Kayaknya sih..."
"Udah mandi belum dianya?"
"Gak nanya. Kayaknya sih udah dong. Gak mungkin dia bertamu kagak mandi..."
"Hahaha..."
"Makanya buruan. Kasihan dia sendiri."
"Gak apa-apa. Justru ini kesempatan bagus buat kamu kalo pengen cari tahu sebenarnya Rizky bisa membawa diri dengan baik gak dalam keluarga."
"Maksudnya?"
"Selama ini kan kalo ada yang gak berkenan pasti kamu kasih tahu. Dianya kamu dikte supaya gak bikin hal-hal jelek di depan kami. Nah, Kalo nggak ada kamu dia bakal bersikap gimana?"
"Gw sih yakin sama dia, Mbak. Dia itu loveable banget."
"Ya deh percayaaa. Awas aja ya kalo nggak!"
"Hihihi..."
****
Kurang lebih setengah jam kemudian, gw dan Mbak Aline selesai belanja. Kami berdua langsung pulang.
Sesampai di rumah, gw bergegas masuk sambil membawa belanjaan. Tapi saat gw masuk Rizky gak ada di ruang tamu. Dia dimana?
"Pa, Rizky tadi kesini ya?" tanya gw ke Papa yang sedang nonton berita.
"Iya."
"Kok gak ada?"
"Papa suruh keluar."
"Keluar? Lho...? Kenapa...?!"
"Ada, Al?" tanya Mbak Aline yang baru datang dari luar.
"Rizky, Mbak..."
"Rizky kenapa?"
"Papa usir."
"Lho...? Emang dia kenapa, Pa?" tanya Mbak Aline ikutan kaget.
"Kalian mau tahu? Tanya sama Mama!"
Gw sama Mbak Aline berpandangan.
***