It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Biar si Al sedih terus si Rizky dateng sama keluarganya terus lamar si Al kwkwkwkwkw
Semoga mamanya al nyuruh rawat kebunnya di luar. Hehehe
"Ada apa, Den Almer? Kok pulang-pulang malah tereak?" tanya Bibik.
"Mama mana, Bik?"
"Di taman belakang..."
Gw langsung berlari menuju belakang meninggalkan Bibik Tatik yang kebingungan.
"Mmm---" gw gak jadi teriak saat melihat pemandangan di hadapan gw. Gw menghela nafas perlahan sebelum kembali teriak, "PAPAAAAAAAA...!" sambil berlari masuk ke dalam.
"Ya ampun, Al! Apa-apan sih???!!!" teriak Mbak Aline yang berpapasan sama gw di ruang makan. Kayaknya dia mau ke taman belakang.
"Papa, Mbak!"
"Papa kenapa?"
"Eh, ada apa sih cowok kok sukanya teriak-teriak...?" orang yang gw cari---Papa---muncul dari arah ruang tamu.
"Lu ngajak berantem, Pa?!"
"E,eee... Ada apa nih???"
"Papa suka banget ya bikin gw sport jantung? Kemarin di danau, sekarang di rumah..."
Papa mengerutkan kening. Begitu juga Mbak Aline.
"Udah deh, Pa. Jangan pura-pura. Papa becandain gw kan? Katanya Rizky papa usir? Itu dia sama Mama?"
"Hah? Rizky sama Mama? Di taman?" tanya Mbak Aline gak percaya.
"Iya."
Papa terkekeh.
"Dasar..." cibir gw.
"Eh, yang bilang ngusir siapa?? Papa bilang Rizkynya papa suruh keluar karena dia mau ketemu Mama. Ya jadinya gitu, dari tadi dia gak balik-balik lagi. Papa cek, ternyata dia bantuin Mama kalian..."
Gw menghela nafas lega.
"See, Mbak? Pacar gwwww..." pamer gw sambil kembali menuju taman belakang.
"Hmmm..." gw berdehem ketia tiba di taman belakang.
Mama dan Rizky noleh. "Al... Udah pulang?"
"Iya..." kata Rizky sambil membuang daun-daun bunga lili yang mati.
"Mama udah bilang tunggu kamu di dalam aja. Tapi dia gak mau..." kata Mama.
"Dianya emang suka berkebun kok, Ma," kata gw.
"Udah cerita kok," kata Rizky.
"Di rumahnya Rizky ada Mawar bagus banget lho, Ma."
"Mawar apa?" tanya Mama.
"Gak tahu jenis apa. Bunganya kecil. Tapi yang kerennya itu warnanya bisa berubah-ubah, Ma."
Mama berhenti merumput.
"Berubah gimana?"
"Coba jelasin, Ky," kata gw.
"Bunganya setiap kali kembang warnanya bisa beda-beda, Tante. Sejauh ini udah empat warna. Putih, putih agak pink-pink, pink, kuning."
"Masa sih?"
"Iya. Mama gak percaya?"
"Percaya gak percaya. Mama baru tahu. Sekarang ini udah macam-macam varietas tumbuhan yang dikembangkan..."
"Sekarang warna bunga apa, Ky?" tanya gw.
"Hari ini belum lihat. Kalo kemarin yang baru kuncup warnanya masih kuning."
"Itu dapatnya dari mana?" tanya Mama.
"Beli di pasar sih, Tan. Awalnya bunganya cuma pink. Gak tahu kalo bisa beda-beda gitu..."
"Bagus yah..."
"Kalo Rizky ke sini lagi, Rizky bawakan buat Tante."
"Boleh, boleh..." kata Mama langsung setuju.
"Semua tanaman di sini tanaman Tante semua?" tanya Rizky.
"Bisa dibilang begitu."
"Rizky pernah beli bibit jeruk hibdrida. Waktu dibeli sudah ada buahnya. Rasanya manis. Tapi ketika berbuah lagi rasanya asam banget. Persis kayak jeruk yang suka ditaruh di dalam kobokan itu..."
"Kok bisa gitu?"
"Nggak tahu, Tante. Padahal buahnya lebat banget."
"Yang di mana sih?" tanya gw.
"Di dekat kolam."
"Ada ya? Kok aku gak lihat?"
"Emang kamu sering ke taman apa?"
Gw nyengir.
"Ah, si Almer mana suka sama tumbuhan. Gak pernah mau ngerawat tanaman kalo bukan dipaksa," celetuk Mama.
"Aku juga awalnya nggak suka. Tapi karena mama jadi suka. Apalagi semenjak keluarga pergi. Kalo gak dirawat tanamannya bisa mati. Awalnya sih pake jasa tukang kebun. Tapi lama-lama berkebun itu asyik juga. Terlebih lagi kalo lihat yang kita tanam tumbuh gede..."
"Di situlah letak kepuasannya. Tanamannya berbuah, sayuran bisa diambil, bunganya mewar..." timpal Mama.
"Kan semua orang punya passion beda-beda," bela gw.
"Emang kamu hobinya apa?" kejar mama.
"Belajar," jawab gw santai.
"Semua orang juga dituntut buat belajar. Kalo jadi pelajar ya mau gak mau harus menyukai belajar," kata Mama.
Rizky nyengir ngejek gw.
"Apa lu?!"
"Apaan sih..." elak Rizky.
"Kamu, Ky, jangan contoh Almer. Dia mah gak ada hobi sama sekali. Gak di bidang olahraga, seni, maupun bisnis... gak ada Tante lihat. Jangankan hobi lain, jalan-jalan pun dia malas."
Rizky terkekeh.
"Puas lu, eh?"
"Aku tahu hobinya Al, Tante."
"Apa?"
"Marah-marah..."
Mama terkekeh.
"Hmmm...!" gw langsung mencabut rumput terdekat dan melemparkannya ke Rizky.
"Benerkan?"
"Apanya yang bener...?!"
"Udah, udah. Kamu mandi sana, Al!" lerai mama.
"Kamu belum mandi?" tanya Rizky.
"Belum. Kenapa? Jangan kaget ya meskipun belum mandi aku tetap kinclong."
"Ge-er. Bauuu..."
"Tadi nggak bilang apa-apa. Giliran tahu belum mandi langsung bilang mau. Cih!"
"Aku pikir di sekitar sini ada kotoran gitu," balas Rizky. "Bunga yang ini potong aja gak apa-apa, Tante? Daunnya dimakan ulat," kata Rizky ke mama.
"Ya. Potong aja."
Rizky dengan cekatan memotong batang bunga yang daunnya udah bolong-bolong karena ulat.
"Mandi dulu ahhh..." kata gw sambil berdiri dan menggeliat.
"Udah mandi sana. Kamu juga Ky, masuk aja. Biarin Tante yang beresin. Cuma sedikit lagi kok..."
"Tanggung, Tan. Oh, iya, sampahnya buang kemana?"
"Di sudut ada lubang. Buang kesana aja. Nanti dibakar."
"Oke."
"Biasanya kalo udah selesai, sampahnya Om yang angkut..." samar-samar gw masih bisa dengar suara mama yang ngobrol sama Rizky saat gw udah berada di dalam.
Gw menghela nafas lega. Gw senang banget semuanya berjalan lancar. Mama, Papa, dan Mbak Aline udah suka sama Rizky. Aahh, brondong gw emang the best deh!
***
Habis mandi gw langsung keluar kamar. Ternyata Rizky udah duduk di ruang keluarga ngobrol sama Papa. Gw langsung bergabung sama mereka.
"Al, coba lihat makanannya udah siap belum?" tanya Papa.
Gw yang baru duduk kembali berdiri untuk mengecek ke ruang makan.
"Udah. Yuk makan!" ajak gw.
"Ky, ayo kita makan..." ajak Papa.
"Nggak usah, Om. Makasih," tolak Rizky.
"Eee, nggak boleh gitu. Harus makan..." kata Papa.
"Udah, gak usah sok malu-malu. Kamu belum sarapan kan?" timpal gw.
Rizky menatap gw dengan rada kesal.
"Ayo, ayo..." ajak papa lagi.
"Ya, Om..." Rizky ikutan berdiri.
"Nggak usah sungkan-sungkan. Kalo mau jadi pacarnya Almer, gak boleh malu-malu."
"Baru aja dianya gitu, Pa. Biasanya malu-maluin," goda gw.
"Awas ya..." bisik Rizky ke gw disertai geraman.
Gw terkikik.
Rupanya di ruang keluarga udah menunggu Mama dan Mbak Aline.
"Albert belum pulang?" tanya Papa.
"Ah, Albert mah jangan ditanya. Jam berapa aja dianya pulang," jawab Mbak Aline.
Oh, iya, gw sejenak lupa sama Bang Albert. Untung deh dia gak ada. Semuanya berjalan lancar. Kalo ada dia, pasti dia bakal ngerecokin suasana bahagia ini.
"Wah, wah, yang pertama kali datang langsung jadi tukang kebun..." Mbak Aline menggoda Rizky.
"Mama udah bilang gak usah bantu, tapi dianya mau," timpal Mama.
"Biasalah itu. Namanya juga mau ambil hati ortu pacar," sambut papa.
Rizky cuma senyum-senyum aja.
"Ini, Ky..." Mbak Aline menyodorkan nasi pertama ke Rizky.
"Makasih, Mbak..." kata Rizky.
Secara bergiliran Mbak Aline nyendokin nasi ke piring dan membagikannya ke kami.
"Di rumah kamu masak sendiri atau beli, Ky?" tanya Papa.
"Beli, Om."
"Bisa masak nggak?" tanya Mama.
"Masak air sama nasi doang," jawab Rizky diikuti cengiran.
"Tapi nggak gosongkan?" timpal Mbak Aline.
"Pernah mbak. Ke warung kompornya lupa dimatiin. Pancinya gosong."
"Aduuhh, bahaya. Jangan ceroboh..." kata Mama.
Rizky mangguk.
"Lain kali kalo mau pergi semua-muanya diperiksa. Kompor, listrik, jendela, pintu..." Mama mulai ceramah dan Rizky terus mangguk-mangguk.
Pokoknya suasana makan pagi hari ini penuh dengan keakraban. Gw gak henti-hentinya ngucapin rasa syukur atas nikmat yang luar biasa ini. Thanks God!
***
Gw gak mau menyia-siakan moment kebersamaan gw, keluarga dan Rizky. Moment ini hukumnya wajib diabadikan dengan bantuan Bik Tatik sebagai fotografernya. Moment itu gw share ke jejaring sosial gw. One of my precious moment.
Gw posting foto itu pagi hari dan sore harinya gw dapat WA dari Kak Fredo terkait foto itu.
Fredo : cie cie yang udah dapat restu. Congrats ya!
Gw : apa sih?
Fredo : kamu sm Rizky. Udh direstui kan?
Gw : oh itu. Yg jelas hubungan kita diterima.
Fredo : hebat ya rizky, bs naklukin hati om-tante.
Gw : sebenarnya siapa aja kalo dia baik papa mama bakal terima kok.
Fredo : gimana kalo gw yg waktu itu jadi pacar kamu, bakal diterima juga nggak ya...?
Gw : pacaran aja discreet. Gimana mau diterima. LOL
Fredo : hehehe... Ya sih.
Gw : makanya buruan lu cr pacar. Cwo palembang banyak yg cakep kan?
Gw : biar kita double date. Xixixix
Fredo : ntahlah. Aku gak tertarik buat pacaran lagi skrg
Gw : knp? Lu trauma?
Fredo : nggak. Tapi gw gak bs move on
Gw : dari abang Batak lu itu? Siapa namanya ya? Lupa gw.
Fredo : Victor.
Fredo : nggak. Bukan dia.
Gw : trus siapa dong...?
Fredo : ada pokoknya.
Gw : penasaran gw. Setahu gw lu gak punya pacar selain gw, wkwkwkw.
Fredo : enak aja. Aku pernah punya pacar di sini.
Gw : oohh... Gitu. Pacarin aja lagi. Gampangkan?
Fredo : mau sih. Tp kayaknya udh gak ada peluang.
Fredo : entahlah. Kenapa setelah seseorang pergi, baru kita menyadari kalo dia berarti buat kita. Kalo kita sayang banget sama dia.
Gw : penyesalan emang datangnya belakangan.
Gw : tapi bkn berarti kita harus terus berlarut dalam kesedihan itukan.
Fredo : iya. Tapi hati gak bisa dibohongi. Perasaan sulit diatur. Seberapa keras aku mencoba melupakan dia, semakin kuat sosok dia bertahan di benak.
Gw : lu pasti bisa, Kak. Sosok dia gak juga hilang karena lu gak membuka hati buat orang lain. Kalo lu udah ada pengganti dia, gw yakin sosok itu bakal terganti. Gw pernah mengalami itu. Obat sakit hati itu adalah cinta yang baru...
Cc : @Lebes @LostFaro @Cokker_69
Kamfred cemburu tuh :v
Tinggl abangnya deh.