It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ya Allah.... Cepat sembuh ya locky
Hari ini, tepatnya tanggal 14 November Nyonya Andini Alias Mama gw berulang tahun. Papa ngajak kami sekeluarga makan malam. Besoknya pacar kakak-kakak gw datang ngasih ucapan selamat disertai kado buat mama. Ngelihat pemandangan ini, Papa langsung berbisik ke gw, "Hadiah dari pacar kamu mana?"
"Eh?"
"Rizky nggak ngasih kado buat mama?"
"Al nggak kasih tahu ke dia kalo mama ultah."
"Padahal mama berharap banget dapat kado dari pacar kamu..."
"Berlebihan deh..."
"Oh, iya, katanya Rizky jadi relawan ya?"
"Iya. Dia sama teman-teman ekskulnya jadi relawan bantu korban banjir."
"Bagus. Papa suka sama anak muda yang punya jiwa sosial tinggi. Kamu sendiri kenapa nggak?"
"Al udah nitip pakaian-pakaian Al yang udah gak dipakai ke Rizky."
"Kok gak bilang-bilang? Papa, Mama dan yang lain pasti mau ikutan nyumbang juga."
"Nggak kepikiran sih, Pa. Hehehe..."
"Berapa lama dia jadi relawan?"
"Cuma dua hari. Sore Jum'at kemarin berangkat. Besok sore udah pulang."
"Hari minggu ya? Uhmmm... Pulangnya pasti langsung kangen-kangenan ya kalian...ish...ish..."
"Awalnya sih nggak. Tapi setelah dengar omongan papa barusan, kayaknya kangen-kangenan boleh juga..."
Papa jitak kepala gw.
"Aduuh..." gw mengaduh.
"Jangan kebablasan!"
***
Minggu sore...
Rizky kasih tahu kalo dia udah nyampe di rumah. Habis magrib gw minta izin sama Papa-Mama keluar mau kerumah Rizky.
Sesampainya gw di rumahnya, dia baru aja kelar mandi dan cuma pake boxer doang.
"Kenapa gak pake baju? Ntar masuk angin," kata gw.
"Aku sengaja nunggu kamu. Angetin aku dong sayang..."
"Duduk di atas kompor noh biar anget," kata gw.
"Aku mau dudukin kamu aja," godanya.
"Kamu selagi jadi relawan nggak macem-macemkan?"
"Maksudnya?"
"Selagi di sana kamu nggak buang air sembarangan kan? Nggak ngomong yang nggak-nggakkan?"
"Ya nggak. Emang kenapa?"
"Pulang-pulang jadi gini. Aku pikir kamu kesambet jin binal deh..."
Rizky terkekeh. "Aku kan kangen kamu..."
"Masa?"
"Beneran."
"Kamu beneran bantu warga di sana nggak sih? Kalo kamu bantu mereka, kamu fokus, kamu pasti bakal sibuk. Dan kalo sibuk mana ada sempat mikir kangen," cecar gw.
"Aish, aish... Harus gitu?" cibir Rizky.
"Iya dong."
"Oke. Kamu sendiri gimana? Nggak ada kerjaan selama aku tinggal, ada kangen nggak sama aku?"
"Biasa aja."
"Ckckck..."
"Tapi sekarang ngeliat kamu topless gini, aku jadi kangen luar biasa..." gw mendorong Rizky sampai ia jatuh terlentang di ranjang. Tanpa jeda gw langsung duduk di atas perut roti sobeknya.
"Kamu bukan kangen, tapi nafsuan..." komentar Rizky.
"Iya. Emang kenapa?" gw mendekatkan bibir ke bibirnya. Gw meniupkan nafas ke daun telinganya.
Rizky memejamkan matanya.
"Ngomong-ngomong badan kamu panas, Yang. Kamu sakit?" tanya gw sambil menyusuri bibirnya pake telunjuk.
Rizky membuka mata. "Nggak apa-apa. Cuma capek aja. Terus di sana dingin. Hampir seharian kena air...pakaian lembab..."
"Minum multivitamin gih..."
"Ya. Ntar..."
Gw senyum lalu menghadiahi kecupan di bibirnya.
Rizky memagut bibir gw mula-mula perlahan, tapi semakin lama semakin bernafsu. Kita bercumbu cukup lama sampai paha gw merasakan bagian bawah tubuh Rizky mengeras. Gw pun melerai ciuman.
Rizky menatap gw dengan tatapan penuh protes.
"Papa bilang pacarannya jangan kebablasan."
"Huffhh... Yang mulai duluan siapa coba?"
"Kamu."
"Aku? Yang nyosor duluan tadi siapa?"
"Yang cuma pake boxer doang siapa?"
"Aku kan baru udah mandi."
"Kan nggak mesti cuma pake boxer doang. Kamu sengaja kan mau goda aku?"
"Iseng-iseng berhadiah sih..."
"Tapi aku kan tergoda..."
"Kalo kamu kegoda, itu salah aku gitu?"
"Ya deh, salah aku... Silahkan hukum aku..." Aku tiduran di samping Rizky.
Rizky berbaring miring menghadap gw dengan satu tangan menyangga kepalanya.
"Udahlah, ujung-ujungnya PHP," katanya.
"Nggak. Swear...!" kami berbaring berhadapan. "Tapi kamu tahukan kesepakatannya?"
"Yup. Kesepakatannya gak boleh cuma satu ronde. Minimal tiga ronde, iya kan?" Rizky mengedipkan matanya.
"Aku serius. Kalo nggak mau ya udah."
"Iya, iya. Tahu..." Rizky buru-buru menarik pinggang gw ke arahnya sehingga tubuh kita saling menempel.
"Aku yang mulai duluan apa kamu yang duluan?"
"How about 69, eh?"
***
Gw lagi makan siang bareng mama dan papa ketika tiba-tiba Bik Tatik datang ke ruang makan sambil bawa pot bunga berisi bunga mawar hidup.
"BIK! ITU BUNGA SIAPA?!" Mama langsung histeris.
"Ini, Nyonya, kiriman untuk nyonya."
"Buat Aku...???" Mama langsung berdiri dan meninggalkan nasinya.
"Iya," Bik Tatik nyodorin pot bunga dan selembar ucapan ke Mama.
"Dari siapa ya...?" gumam Mama. "Ohhh...Tuhaannn..." Mama setengah terpekik.
Gw dan Papa langsung mengawasi.
"Dari siapa, Ma?" tanya gw.
"Brotoseno..." jawab Mama dengan nada malu-malu.
"Toto...?!" sambar Papa.
"Brotoseno itu siapa?" tanya gw.
"Mantan pacar mama kamu," jawab Papa.
"Ups!" gw surprise.
"Ngapaian dia tiba-tiba ngirimin kamu bunga?" tanya Papa sambil menelan nasi dengan gaya kaku.
"Nggak tahu...kangen kali. Lagian ini hadiah ultah dari dia..." kata Mama sambil memandangi kelopak-kelopak bunga mawar yang indah.
Gw menyipitkan mata melihat tiga tangkai bunga mawar itu. Hmmm....kayaknya itu bunga...
"Coba lihat, Ma..." kata gw.
"Nggak boleh," tolak Mama.
"Mawarnya itu seperti punya---"
Mama langsung mengerjapkan matanya seolah ngasih kode ke gw.
Gw mangguk.
"Lihat kartu ucapannya aja," kata gw.
Mama nyodorin kartu ucapan itu.
"Happy birthday, dear... Wish you all the best. Cinta dan kasih untukmu..."
"Hah?! Kayak gitu isi ucapannya...?!" Papa naruh sendok ke samping piring.
"Iya..."
Papa langsung melototi Mama. "Ma... Jelasin ke Papa..."
"Jelasin apa?"
"Ini, Si Toto kok bisa tiba-tiba ngasih bunga pake ucapan mesra kayak gitu segala?"
"Mana Mama tahu..."
"Kamu masih berhubungan sama dia?"
"Hubungan kayak apa dulu nih?"
"Kita harus bicara," pungkas Papa.
Ngeliat Papa yang sedemikian seriusnya, gw langsung angkat bicara,"Wait, wait... Sebaiknya papa baca sendiri aja deh kartu ucapannya..." gw nyodorin tuh kartu ke Papa.
Papa menerima dan langsung membacanya. Gak berapa lama kemudian Papa langsung mesem-mesem. "Kalian bohongi Papa ya?"
Gw dan Mama terkekeh.
"Emang enak??? Makanya jangan suka ngerjain oraaannggg..." ledek gw.
"Kirain papa beneran tadi dari si Totok. Ternyata dari Rizky. Perhatian juga dia..."
"Bilang sama Rizky, makasih yaaa... Mama suka banget hadiahnya..." kata Mama.
Gw mangguk.
"Kenapa dia gak kasih langsung hadiahnya? Kenapa dia gak kesini?" tanya Papa.
"Nggak tahu. Cuma aku telepon..." kata gw sambil ngerogoh HP di saku celana.
Panggilan gw nggak langsung diangkat. Setelah agak lama baru terdengar suara Rizky yang ---entah kenapa---agak berat.
"Halo, Sayang..."
"Hadiah buah mama udah nyampe. Kenapa gak kasih langsung?" tanya gw.
"Udah nyampe ya? Tante suka kan?"
"Suka banget. Eh, pertanyaan aku tadi belum dijawab..."
"Nggak apa-apa."
"Papa nanyain loh..."
"Ohh, hehehe..."
"Idih, malah ketawa. Kamu lagi di mana? Suaranya kok berat gitu?"
"Di rumah..."
"Kamu lagi tidur?"
"He-eh..."
"Pantesan angkat teleponnya lama. Maaf udah ganggu tidurnya..."
"Nggak apa-apa."
"Eh, suara kamu makin lama makin berat. Are you okey?"
"Not so good."
"Kamu sakit?"
Rizky gak jawab.
"Beneran kamu sakit kan?"
"Kecepean aja kayaknya habis jadi relawan, hehehe..."
"Tadi kamu nggak sekolah?"
"Izin."
"Udah minum obat?"
"Eenggg...."
"Pasti belum. Makan udah?"
Gak ada jawaban.
"Belum juga tuh pasti."
"..."
"Kenapa gak kasih tahu?"
"Cuma kecapean..."
"Ya udah, istirahat gih..."
"Iya..."
"Rizky kenapa?" tanya Mama setelah gw menutup telepon.
"Sakit."
"Sakit?" timpal Papa.
"Iya."
"Sakit apa? Udah berobat?"
"Katanya kecapean aja habis jadi relawan... Berobat belum, makan belum..."
"Kalo gitu kita kesana," kata Papa.
"Ke rumah Rizky?" gw memastikan.
"Iya..."
"Bilang ke Bibik tolong bungkusin makanan," kata Mama ke gw.
"Buat Rizky?" ulang gw.
"Iya."
Gw tertegun sejenak sebelum pergi menemui bibik. Jujur gw terharu banget mendengar perhatian dari mama-papa buat Rizky. Kayaknya mereka benar-benar udah terima Rizky jadi pacar gw...
***
Gw bareng ortu pergi jenguk Rizky. Saat kita nyampe, rumahnya nampak sepi seperti biasa.
"Rizky tinggal sendirian di rumah sebesar ini?" tanya Mama sambil memperhatikan sekeliling.
"Iya."
"Tanamannya banyak ya..." komentar Mama.
Berhubung gw udah dikasih kunci serep sebelumnya sama Rizky, jadi gw bisa langsung masuk tanpa kasih tahu Rizky.
Kami bertiga langsung masuk dan segera menuju kamar Rizky. Saat kami masuk brondong gw itu lagi tidur. Kasihan banget gw lihatnya.
"Ky..." gw mengguncang tubuhnya pelan.
Rizky membuka matanya.
"Al...?"
Gw menyentuh keningnya. Terasa panas.
"Ke dokter yuk?" ajak gw.
"Engg..."
"Kenapa nggak kasih tahu kalo sakit?" Mama ikut-ikutan memeriksa keadaan Rizky.
"Tante...? Om...?" Rizky memandang Mama-Papa bergantian.
"Al bilang kamu sakit. Makanya Tante sama Om kesini," terang Papa.
"Makasih ya Om, Tante, udah mau jenguk Rizky."
"Iya. Sekarang kita ke dokter ya?" ajak Mama.
"Nggak usah, Tante. Rizky cuma kecapean."
"Kalo sakit jangan dibiarin. Ntar tambah parah..." kata Papa.
"Ayo buruan bangun, ah! Kamu harus berobat terus makan!" pungkas gw.
Akhirnya Rizky bersedia buat pergi ke dokter. Setelah dicek cuma sakit biasa karena kecapean. Dokter ngasih multivitamin. Habis dari dokter kita pulang ke rumah Rizky lagi. Rizky disuruh makan bekal yang Mama bawa sebelum makan obat.
"Di sini Rizky gak ada yang jaga. Gimana kalo kamunya buat sementara tinggal sama Al, Ky?" tanya Mama.
Rizky dan gw berpandangan.
"Iya. Biar ada yang jaga," Papa menyetujui.
"Nggak usah, Om. Tadi dokter bilang cuma kecapean. Bentar lagi pasti sembuh..." tolak Rizky.
"Kita kan nggak tahu kedepannya gimana..."
"Beneran nggak usah, Tante..."
"Ya, Ma. Malas banget dengar nyinyirannya Bang Albert ntar kalo dia tahu Rizky tinggal di rumah," terang gw.
"Nggak usah didengerinlah. Itu kan rumah Papa..." kata Papa.
"Nggak usah. Ntar ribut lagi," tolak gw. "Biar Al aja yang nginap di sini jagain Rizky..." gw kasih usul.
"Ya udah kalo gitu. Al tinggal disini dulu jagain Rizky. Ntar biar Mama suruh Mbak yang bawain pakaian dan barang-barang kamu."
"Oke. Ntar aku kasih tahu ke Mbak barang apa yang dibawa ke sini."
"Iya. Bilang aja ke Mbak..."
"Kalo gitu kita pulang ya, Ma?" ajak Papa.
"Iya. Kalian berdua di sini baik-baik. Al, kamu juga jaga kesehatan. Kalo bisa tidurnya jangan malam-malam. Rizky juga istirahat dulu, makannya teratur dan obatnya dihabisin..." pesan Mama.
"Ya, Tante. Makasih, Tante."
"Makanan gak usah beli. Biar Mama kirim ke sini buat kalian..." kata Mama lagi.
"Ya, ya..."
"Oh, iya, Hadiah bunganya Tante suka banget, Ky. Makasih ya..." kata Papa ke Rizky.
"Syukurlah kalo Tante suka..." Rizky tersenyum.
"Makasih ya, Nak... Cepat sembuh..." kata Mama.
Rizky mangguk.
"Selagi berdua banyak-banyak do'a aja biar gak kegoda setan," Papa ngedipin mata ke gw dan Rizky.
Gw dan Rizky mesem-mesem karena ngerti apa maksud Papa barusan.
"Ehm!" Mama berdehem.
Papa terkekeh.
"Ayok pulang ah!" ajak Mama.
"Oke, oke..."
"Hih, Papa suka ngajarin anak gak bener..." terdengar Mama ngomelin Papa seiring hilangnya tubuh mereka di balik pintu kamar.
Gw dan Rizky terkikik.
***
Sepeninggalan Mama dan Papa, suasana jadi terasa sepi. Rizky gw suruh istirahat lagi. Sekarang dia lagi tidur. Sementara gw duduk di sebelah ranjang sambil browsing.
Hampir satu jam gw nungguin Rizky sampai akhirnya gw ketularan ngantuk juga. Jadi gw ikutan rebahan di samping Rizky yang tertidur nyenyak. Sebelum tidur gw sempat cek kondisi badannya yang masih terasa panas. Tapi gw bisa lihat keringat kecil-kecil di keningnya. Menurut gw itu pertanda baik. Keadaannya sudah membaik.
Gw terbangun saat HP gw berbunyi. Rizky juga terbangun dengar nada panggilan yang ternyata dari Mbak Alin.
"Halo...?"
"Mbak udah di depan rumah nih..."
"Oh..! Bentar ya..." gw langsung bangkit.
"Siapa, Yang?" tanya Rizky.
"Mbak Aline..."
"Oohhh..."
Gw setengah berlari menuju keluar buat bukain pintu.
"Kamu tidur ya?" tanya Mbak Aline saat gw bukain pintu pagar.
"Kok tahu?"
"Tahulah...! Rambut acak-acakan, muka kusam... Lagian disuruh jagain malah tidur..."
"Sembarangan...!" gw refleks benerain tatanan rambut gw.
"Gimana Rizky?" tanya Mbak Aline.
"Panasnya udah turun..."
Kami berdua langsung menuju kamar Rizky. Saat kami tiba tuh anak lagi duduk senderan di kepala ranjang.
"Udah baikan, Ky?" tanya Mbak Aline.
"Udah, Mbak. Kepalanya udah terasa ringan..." jawab Rizky.
"Mama bawain lauk apa, Mbak?" tanya gw sambil naruh barang-barang yang tadi gw pesan suruh dibawa ke Mbak Aline.
"Nggak tahu ya. Mbak juga nggak ngecek sih..."
Mbak Aline berkunjung sekitar setengah jam-an kemudian pamit pulang. Setelah Mbak Aline pergi, Rizky ke kamar mandi buat bersih-bersih badan. Awalnya dia mau mandi, tapi gak gw izinin meski pake air hangat sekalipun.
Kelar dia mandi, kita berdua bisa dibilang kelonan di tempat tidur. Rizky yang belum pulih benar bersandar di dada gw.
"Kamu gak kasih tahu kalo kamu sakit ke ortu kamu?" tanya gw.
"Nggak."
"Kenapa? Mereka berhak tahu lho."
"Cuma sakit dikit aja, gak usahlah... Bikin mereka kepikiran aja."
"Oke. Aku ngerti. Tapi lain kali kamu harus kasih tahu aku kalo ada apa-apa!" tegas gw.
"Iya."
Gw memeluk tubuh Rizky.
"Sakit ini ada hikmahnya juga ya..." kata Rizky.
"Apa?"
"Bisa berduaan gini sama kamu..."
"Gak perlu harus sakit dulu kali kalo mau kayak gini!"
"Tapi kalo gak sakit kan kamu gak mungkin dibolehin nginap di sini..."
"Kamu kan licik. Aku yakin kamu pasti punya cara lain..."
"Nyelinap malam-malam kayak yang sudah-sudah?"
"Mungkin..."
"Itu beresiko sayang..." ucap Rizky menyerupai bisikan.
"Sekarang aja bilang gitu..."
"Hehehe... Kalo ada cara yang aman kenapa mesti susah-susah..." kata Rizky lalu membenamkan wajahnya ke dada gw.
"Tapi nggak perlu dengan cara sakit ya?" gw membelai rambut Rizky.
Rizky mangguk. Ia nampak memejamkan matanya.
"Ky, jangan tidur dulu. Makan malam dulu terus makan lagi obatnya..."
Rizky bergeming. Ia nampak sangat menikmati posisinya yang tidur di dada gw. Gw pun membiarkannya. Gw merengkuh tubuhnya serta merunduk dan mencium rambutnya. Gw juga merasa nyaman memeluk Rizky seperti ini seraya menunggu malam merambat datang...
***
Sampai sebar hoax XD