It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Ada perlu apa? Mau minjam apa?" tanya gw.
"Gw cuma mau bilang tolong jangan umbar aib lu kemana-mana."
"Aib? Maksudnya apa nih?"
"Lu nggak usah ngebanggain di depan orang lain kalo lu homo."
"Lu kenapa sih? Tiba-tiba datang marah-marah..."
"Lu gak perlu mamerin pasangan homo lu itu ke teman gw. Jijik tahu nggak?!"
Gw menghela nafas dan berusaha tahan emosi.
"Gw gak paham sama yang lu omong. Gw pamer kesiapa? Teman lu yang mana...?"
"Tadi sama Edo."
"Perasaan gw gak pamer..."
"Lu bilang mau jalan sama Rizky. Gak usah lu kasih tahu. Maksud lu apa?"
"Gak ada maksud apa-apa. Lu aja yang negative thinking. Kak Fredo juga gak bakal macam-macam. Parno banget!"
"YA, gw parno. Gw takut banget mulut lu keceplosan bilang soal penyakit lu itu yang bakal bikin malu gw!"
"Haish! Lu itu gak tahu apa-apa. Silahkan lu mau bilang gw apa. Lu gak tahu apa-apa tentang orang-orang terdekat lu. Karena apa? Karena lu terlalu sibuk sama ketakutan lu."
"Hah! Ngomong apa sih lu? Gak jelas. Udah! Gw ingetin, bersikap kayak cowok tulen kalo di depan teman gw!"
"Ya kali, teman lu cowok tulen..." cemooh gw. "Dia aja gak masalah. Malah nyuruh gw have fun, wkwkwkwk...!" ledek gw.
"Gw hajar lu!" geram Bang Albert.
"Ngoookkk..."
***
Bang Albert gak henti-hentinya nyerang gw. Ngata-ngatain gw seenak jidatnya. Bilang gw bukan cowok tulen hanya karena suka cowok. Dasar otak udang! Karena cowok suka cowok bukan berarti dia bukan cowok tulen, bego! Orientasi seks seseorang gak bisa dijadikan patokan seorang cowok tulen apa kagak. Banyak cowok melambai yang justru mereka suka cewek, dan begitu juga sebaliknya banyak cowok bertampang maskuline, bulu dimana-mana, laki banget, tapi demennya yang ganteng. Emang sih Albert rada-rada bloon deh. Udah kerja masih aja kayak anak-anak. Kalo marah kata-kata gak disaring. Gak ada bijak-bijaknya. Cih! Ngejudge gw, padahal dia sendiri gak tahu sohib dekatnya sendiri demen laki juga. Lihat aja, tunggu aja tanggal mainnya. Gw bakal bungkam mulut dia. Biar dia tahu, dia jijik sama gay, dia mencemooh kaum LGBT, berarti dia bukan cuma nyakitin gw, tapi juga nyakitin teman dekatnya sendiri!!!
Oh, iya, satu lagi. Selama ini gw masih menghormati Bang Albert dengan cara gak pernah ngajak Rizky main ke rumah. Karena dia pasti eneg banget. Tapi sekarang gw gak mau peduli. Dia gak menghargai gw, gw juga gak bakal sungkan-sungkan lagi sama dia. Gw bakal ajak Rizky ke rumah, makan malam bareng Mama, Papa dan Mbak Aline. Bahkan bila perlu gw bakal kissing di depan dia biar dia muntah darah sekalian, hahaha.
"Mbak, hari ini Rizky gw suruh ke rumah," kata gw ke Mbak Aline.
"Tapi Albert ada di rumah."
"Biarin!"
"Lho, kamu bilang kalo ada Albert gak bakal ngajakin Rizky..."
"Itu dulu. Sekarang bodoh amat."
"Kamu gak takut mereka berantem?"
"Biarin aja berantem. Brondong gw pasti gak bakal kalah. Dia kan jago bela diri..."
"Ya udah, terserah. Itu kan peraturan kamu sendiri yang buat..."
"Ya udah, gw mau telepon Rizky dulu."
Gw akhirnya menghubungi Rizky.
"Sayang, kamu lagi apa?"
"Gak ada. Kamu jam berapa ke sini? Aku sendirian ini, kecepiaaannn..." Rizky sok manja.
"Kamu aja ke sini."
"Emang boleh? Abang Albert ada di rumah kan?"
"Ada."
"Kamu bilang jangan---"
"Itu peraturan yang buat. Jadi kapan aja bisa aku cabut."
"Emang gak apa-apa? Ntar timbul masalah lagi," Rizky khawatir.
"Nggak kok. Kalopun ada masalah, aku yakin itu bukan dari kamu. Jadi aku bakal dukung kamu."
"Oke. Aku perginya sekarang nih?"
"Iya. Emang nunggu apa lagi?"
"Aku berangkat sekarang."
"Oke. Take care...!"
Sekitar lima belas menit kemudian, Brondong gw datang dengan kantong plastik di tangannya.
"Apaan itu?" tanya gw.
"Kue Bika."
"Pake beli kue ..."
"Gak enak datang cuma pake tangan kosong..." katanya.
"Seharusnya sih bukan bawa kue..."
"Apaan?"
"Bawa Ayah-ibumu untuk melamar aku, xoxoxox..." gw menyikut lengan Rizky.
"Katanya nunggu aku tamat sekolah duluuu???" balas Rizky. "Udah gak sabar pengen MP ya sama brondong kece?" bisik Rizky.
Gw langsung menggertakkan gigi.
"Uhm! Om sama Tante mana? Mbak Aline juga gak ada..." Rizky langsung mengubah topik pembicaraan.
"Mbak Aline lagi di dapur. Lagi eksperimen kue sama Bik Tatik. Mama lagi di taman...biasaaa. Papa...? Papa dimana ya? Pergi mungkin. Eh, kamu gak nanya Bang Bet?"
"Calon Abang Ipar dimana?"
"Di kamar. Mau nemuin dia nggak?"
"Boleh."
"Serius? Emang kamu gak jiper?"
"Dikit sih..."
Gw terkekeh.
"Masa pendekar takutan?"
"Takut itu manusiawi..."
"Ya udahlah, gak usah urusin dia. Nah, sekarang kamu mau kemana? Ketemu Mama, Bantu Mbak Aline masak atau kita kelonan di kamar?" gw ngedipin mata.
Rizky terkekeh.
"Udah pasti dong yang mana! Aku gak bakal milih opsi terakhir!"
Pupil mata gw membesar. Gak salah dengar nih gw? Dia nolak kelonan?
"Nomor tiga kelonan lho..." gw menekankan.
"Emang aku budeg apa..."
"Tumben gak mau?"
"Eh, kalo lagi di sini aku itu pengen dekat dan berbaur sama calon keluarga. Kalo lagi berduaan di rumah aku, baru deh urusan ini..." Rizky tiba-tiba meraih tangan gw dan menempelkannya ke selangkangannya.
Gw langsung menggeram.
Rizky terkekeh.
"Lagian kok jam segini kamu ngajak kelonan? Lagi horny?"
"Eh, dengar dulu ya penjelasannya. Kelonan yang aku maksud, kita berdua ke kamar, terus nonton berdua---"
"Porno?" potong Rizky.
"No! Film biasa. Atau kita baca cerita bareng---"
"Stensilan?"
"Humor. Atau nge-youtube atau sekedar ngobrol sambil tiduran..."
"Dan ujung-ujungnya kita saling...?" Rizky mengangkat sebelah alisnya.
"Saling terdiam dan ketiduran!" jawab gw enteng.
"Ketiduran atau saling nidurin?"
"See? Siapa yang lagi horny?"
"Namanya lagi puber..."
"Heeeh!!!" gw langsung meninggalkan Rizky.
"Emang masa puber kamu gak gitu ya?" Rizky mengekori gw.
"Nggak."
"Boong. Eh, eh---Kuenya di taruh di mana?"
"Kasih ke Mbak Aline!"
Rizky setengah berlari menuju dapur.
"Ma, Papa kemana?" tanya gw sambil berjalan mendekati Mama yang lagi sibuk menyiangi pangkal tanaman bunga yang gw gak tahu namanya.
"Tadi sih di rumah. Emang mobilnya nggak ada?"
"Nggak ngecek garasi sih..."
"Mama juga nggak tahu..."
"Tanteeee...!"
Gw dan Mama menoleh ke arah sumber suara.
"Eh, Rizky....!!" Mama sedikit mengangkat topi capingnya.
Rizky langsung menghampiri Mama.
"Wah, Tante punya Melati Holand juga?"
"Iya. Tante surprise lho, kamu tahu namanya..."
Oohh, namanya Melati Holand, gumam gw dalam hati.
"Hehehe... Melati Belanda ini udah jarang ya, Tante? Bahkan selama di sini baru kali ini lihat lagi..."
"Iyaaa... Tante aja mesannya ke Puncak lho..." Mama antusias banget ngejawabnya.
"Jauh juga..."
"Iya. Tante pesan sama Tantenya Al yang jalan-jalan ke Puncak."
"Baru ya? Perasaan waktu aku ikut bersih-bersih belum ada..."
"Baru tiga bulanan..."
"Pantesan..."
"Waktu tante beli belum berbunga. Harganya satu pot satu juta..."
"Tapi emang cantik sih..."
"Hehehe..." Mama ketawa puas.
"Kalo bunga yang aku kasih dulu gimana Tante?"
"Mawar hadiah ultah...??? Ya ampuuunnn... Lebat banget bunganya. Benar banget kata kaliaaaannn! Bunganya bisa macam-macam warna dalam satu pohon. Teman-teman Tante yang datang pada minta..."
"Hehehe..."
"Karena itu spesial makanya Tante taruh di taman depan. Kamu nggak lihat?"
"Belum..."
"Ntar kamu lihat sendiri..."
Gw cuma planga-plongo aja dengar percakapan mereka berdua. Kalo mereka berdua udah ngobrol, gw bakal dicuekin. Gw gak dikasih kesempatan interupsi barang sejenak. Kalo udah gini, gw biasanya balik lagi ke rumah. Biarin aja mama dan calon menantu-nya itu sibuk sama tanaman.
Akhirnya gw pergi menemui Mbak Aline yang masih berkutat sama bahan-bahan kue di dapur.
"Rizky tadi mana? Kue Bikanya nggak dibawa..." kata Mbak Aline sambil menunjuk kue bika yang sudah ditaruh di dalam piring.
"Ada di taman."
"Terus ngapain kamu di sini? Dicuekin ya? Hahaha..."
"Heeh. Pacarku diculik sama Mama."
"Ya udah mendingan kamu bantu Mbak aja. Buat kue buat pacarmu itu."
"Nggak bisa. Gw bantu nyicip aja ntar."
"Hihhh..." gerutu Mbak Aline.
"Papa kemana sih, Mbak?"
"Di sumur."
"Mancing ya?"
"Iya. Kalo Papa tahu Rizky di sini pasti udah diajakin mancing juga..."
FYI, kalo gak sempat keluar, papa emang suka mancing di sumur. Mancing lele yang emang sengaja dilepas dan dipelihara di sana. Biasanya kalo lelenya dapat sama papa dilepas lagi ke sumur, gak pernah benar-benar diambil. Alhasil, lele-lele yang ada di dalam sana udah pada gede-gede. Bahkan ada yang udah segede Tukul Arwana. Hihihi. Becanda. Seingat gw Papa pernah dapat lele yang segede betis orang dewasa. Sama Mama ikan itu dipotong dan dibagikan ke tetangga.
Umur panjang, yang lagi kami omongin nongol juga.
"Udah bantu mamanya?" tanya gw.
"Udah..." jawab Rizky seraya mengelap keringat.
Gw berinisiatif menuangkan air putih dan menyodorkan ke Rizky.
"Makasih sayang..." kata Rizky.
"Aiihh... Co cweeettt" goda Mbak Aline.
Gw tersipu malu.
"Om mana?" tanya Rizky.
"Di sumur lagi mancing. Coba kamu cek gih..." kata gw.
"Mancing...?"
"Heeh..."
"Kesana ah...!" Rizky langsung bangkit dari duduknya.
***
Menjelang siang, Papa dan Rizky berhenti mancingnya. Mereka berdua nampak puas banget. Beberapa ekor ikan lele seukuran dua jari orang dewasa hasil tangkapan diambil sama papa buat digoreng.
"Kayaknya puas banget..." kata gw.
"Iya. Asyik banget mancingnya..."
"Kayaknya sih gitu... Sampai-sampai lupa kamu kesini buat ngapelin siapa," sindir gw.
Rizky terkekeh.
"Udah. Buruan bersih-bersih dulu. Kamu bau lele..."
"Hehehe... Iya... Iya..."
Gak berapa lama kemudian, Rizky kembali menemui gw di kamar.
"Yang, tadi aku ketemu sama Bang Albert," beritahu Rizky.
"Oh, iya? Terus gimana reaksinya dia?"
"Kayaknya sih dia gak suka sama aku..."
"Sama aku aja dia gak suka, apalagi sama aku. Jadi santai aja."
"Iya..."
"Kamu gak diapa-apain sama dia kan?" gw meneliti tubuh Rizky dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Nggak..."
"Dia nggak ngacam kamu kan?"
"Nggak. Dia cuma nanya kenapa aku di sini. Tapi rada sinis sih..."
"Dasar tuh orang..."
"Gak apa-apa sih. Namanya aja orang nggak suka..." Rizky menenangkan gw. Ia mencium pipi gw.
"Ya. Yang penting Mama-Papa suka sama kamu."
"Iya..." Rizky merebahkan tubuh ke ranjang.
Gw ikut-ikutan merebahkan tubuh di sampingnya.
Kita berduapun ngobrol tentang apa saja sembari menunggu panggilan untuk makan siang...
***
skrang siap2 menunggu lagi ~ wkwk
can't wait for next chapter
singkat amat critnya..padahal dah lama nunggu..tpi gpp lah...udah senang juga diupdate..next critnya jngan lama ya.. hehe mksa critnya..
kalau dipindah kw watpadd pasti meledak ni crita..
gak ada niatan ni @locky ?