It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
#pelukshane
@jokerz : namanya aja cowo, di maklumin aja kalo Hendra kelakuannya begitu, xixixixi
@4ndh0 : wahhhh nyolong2 meluk ya critanya hehehehe
@Adam08 : kalo bingung, ayo pegangan hehehehe
@Barc : hmmmm kok bisa pro ke ferdy??? hayooo di sogok apa ama ferdy hohohohoo
@Zhar12 : hmmm.... pasti gr2 tokok ilustrasinya tu kim bum yak, hayoooo ketuaan yaa eh ketauan yakkk
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @Different @babybroww @amira_fujoshi @waisamru
Burried The Heart 20
Hendra sebenarnya sangat malas sekali untuk kemana-mana, karenaingin menghapus jejak Ferdy yang mengirim pesan singkat sebelumnya, ia pun sengaja mengalihkan perhatian Shane dan mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat.
Di saat mereka berdua akan bersiap berangkat, muncul Maya di tengah-tengah mereka. Mata indah gadis tersebut menangkap kedua pria didepannya tampak rapi, ia pun bertanya,
“sudah malam begini, kakak dan Shane mau kemana?”
Shane tampak terdiam, ia memilih tak berkomentar,
“ee.. itu, aku mau mengajak Shane jalan-jalan” jelas Hendra,
“jalan-jalan? Kemana?” Maya tampak antusias,
Hendra menggelengkan kepala, “masih belum ada tujuan” lanjutnya,
“boleh aku ikut? Sekalian aku ingin melihat-lihat Jakarta di malam hari”ujar Maya,
Shane melengos, ia sudah tahu bahwa gadis itu akan berkata seperti itu, Shane pun tak dapat menyembunyikan ekspresi tidak senangnya. Untuk Maya sendiri, ia tak terlalu mengambil pusing atas sikap Shane yang ia tangkap dari penglihatannya, baginya Hendra lah yang mengambil peran besar dalam hal ini,
“eee... tapi...” Hendra tampak gugup, sesekali melihat ke arah Shane yang berdiri di sampingnya, ia bingung,
“aku tidak boleh ikut ya?” Maya mengerutkan wajahnya,
Melihat ekspresi Maya, Hendra menjadi serba salah. Shane berharap besar jikalau Hendra dapat membuat keputusan serta menjawab dengan tegas bahwa acara jalan-jalan malam itu, hanya diperuntukkan bagi dirinya dan juga Hendra,
“bukan bukan, bukan seperti itu” sergah Hendra buru-buru, “kamu...kamu boleh ikut” jawab Hendra lirih dan terpaksa,
Shane kecewa atas jawaban Hendra yang tak sesuai keinginannya, ia pun berkata,
“oh iya, aku lupa, aku ada tugas”
“tugas?” tukas Hendra, “bukannya kau ikut?” sambung Hendra yang mencium gelagat tak enak dari Shane,
Shane menahan rasa kecewanya, dengan mimik melankolis dan tampak meyakinkan, Shane kembali berucap,
“sepertinya aku tidak ikut”
“kenapa?” Hendra mulai benar-benar bingung,
“tugas kuliah ku ini akan di kumpul besok pagi, lumayan banyak” ujar Shane, “dosennya juga sangat galak, kalau aku tidak mengumpulnya besok, maka selamanya kau tidak akan diperbolehkan untuk ikut kelasnya” sambung Shane beralasan,
Maya seolah tak peduli, dengan senyuman manis, ia berkata pada Hendra,
“kalau begitu, aku ganti baju dulu ya kak”
Belum sempat Hendra menjawab, gadis itu sudah berlalu dari hadapannya,. Hendra tampak kesal dengan sikap Shane,
“apa-apaan kau ini, mengapa kau tak menyinggung hal ini sebelumnya?” Hendra kesal,
“maaf, aku lupa”
“alasan...” umpat Hendra yang mengalihkan pandangannya ke segala arah. Ia merasa gerah dengan sikap Shane,
Shane tak begitu memperdulikan begitu banyak sikap Hendra. Ia menghela nafas sejenak, kemudian membalikkan tubuh dan berjalan ke arah paviliun. Hendra mengejarnya,
“hei hei hei”
Shane menghentikan langkah, di balik temaramnya lampu taman, ia menatapi kakak sepupunya itu,
“kau benar tak ikut?” Hendra memastikan,
Shane memaksakan wajahnya untuk menyungging senyuman,
“aku tidak bisa” ungkap Shane, “apa kau mau jika aku tidak lulus?” sambungnya,
“aku tahu jika kau berbohong padaku” tukas Hendra,
Shane terdiam,
“sebenarnya, kau seperti ini, karena Maya kan? Karena Maya ingin ikut kan?”
Shane masih saja terdiam,
“tidak, karena aku memang ada tugas” jawab Shane santai,
Hendra kesal,
“aku kecewa padamu Shane” ungkap Hendra,
“aku juga kecewa atas sikapmu yang tak bisa mengambil sikap tegas” ucap Shane yang kemudian melanjutkan langkahnya memasuki paviliun tanpa menghiraukan Hendra sama sekali.
Sedangkan Hendra, ia hanya menatapi Shane yang menghilang di balik pintu utama paviliun sambil otak mencerna ucapan terakhir Shane yang menyatakan bahwa ia tak dapat mengambil sikap tegas.
Tak berapa lama, Maya kembali menemui Hendra dengan tampilan yang sangat cantik. Hendra yang tampak bingung, pusing dan juga kesal, segera berjalan mendahului Maya menuju teras, Maya berjalan mengikuti Hendra dari arah belakang.
***
Meskipun hari sudah gelap, tapi langit tampak semakin gelap. Di tambah angin besar yang berhembus dan suara petir yang sesekali terdengar bergemuruh di atas sana. Ferdy mencoba menghubungi ponsel Shane berulang kali, tapi nomor yang di tuju sedang tidak aktif. Ferdy sedikit kecewa sebenarnya, tapi ia masih tetap menunggu, ia yakin bahwa Shane akan menemuinya malam itu.
Tak jauh dari tempat Ferdy berada, tampak orang yang berlalu lalang mempercepat langkah mereka, bahkan ada yang sampai berlari-lari, karena sebentar lagi langit akan menumpahkan air dalam jumlah cukup banyak dan besar.
Ferdy mencari aman dengan menunggu di dalam halte yang terdapat di sekitar tempat ia berdiri, dan mencoba menghubungi Shane. Ferdy selalu berpikiran positif terhadap Shane. Ia berpikir, mungkin ponsel Shane mati karena kehabisan baterai dan Shane lupa untuk mengisinya. Ia pun melanjutkan untuk menunggu dan sesekali ia mencoba kembali menghubungi Shane.
Sampai pada akhirnya, langit gelap menurunkan rintik-rintik air hujan yang lama kemudian menjadi hujan yang sangat besar, membuat pandangan Ferdy buram karenanya.
To : Shane
Shane, sudah hujan nih,
Kalau datang, kamu pakai jaket ya, udaranya dingin
Kamu jangan sampai sakit
Send
Pending
Setengah jam kemudian,
To : Shane
Shane... apa kau benar marah padaku?
Send
Pending
Satu jam kemudian,
To : Shane
Shane, aku harap kau datang,
Aku ingin menjelaskannya padamu
Jangan percaya ucapan Hendra
Send
Pending
Satu setengah jam kemudian,
To : Shane
Shane, kalau kau benar-benar marah,
Aku tidak bisa berbuat apa-apa
Tapi setidaknya kau balas pesanku,
Kau tidak apa-apa kan Shane?
Send
Pending
Dua jam kemudian,
To : Shane
Shane, hujan membuatku dingin
Kalau ada kamu di sini, aku pasti merasa hangat
Hehehe...
Send
Pending
Dua setengah jam kemudian,
To : Shane
Shane, kau sudah tidur ya??
Send
Pending
Tiga jam kemudian,
To : Shane
Shane, aku pulang ya, aku sudah tidak tahan, dingin hehehe
Besok kita ketemu di kampus ya
Aku harap kau masih mau bertemu denganku dan berteman denganku
Selamat malam Shane,
Send
Pending
Ferdy memancal motornya meskipun hujan masih turun dengan derasnya, ia berinisiatif untuk menerobos hujan, karena ia tak tahu, hujan besar itu akan berhenti kapan. Ferdy mengendarai motornya dengan sangat hati-hati, sebab hujan deras malam itu, membuat semua yang berada di hadapannya menjadi buram dan tak begitu jelas dan juga menjadikan jalanan sangat licin
***
Shane terduduk di sisi jendela, dengan pandang yang memandangi luar jendela yang tampak basah karena hujan. Ia merasa bosan, ia mengambil ponselnya, berniat untuk mendengarkan musik. Pada saat itulah Shane baru menyadari bahwa ponselnya mati.
Shane menyalakan ponselnya, ketika ponsel mulai menyala, satu per satu pesan singkat yang dikirim oleh Ferdy mulai memenuhi dan mengerumuni ponsel Shane. Shane mengerutkan alisnya, membaca satu per satu isi pesan tersebut, pemuda kecil itu pun mencoba menghubungi ponsel Ferdy
“nomor yang anda tuju sedang tidak aktif cobalah menghubungi beberapa saat lagi”
Berulang-ulang seperti itu.
Shane benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, setelah membaca semua pesan singkat yang masuk yang di kirim oleh Ferdy, hatinya menjadi sangat cemas memikirkan Ferdy. Di luar sana, hujan masih belum berhenti, masih turun dengan sangat derasnya, di tambah lagi, hari sudah larut dan Ferdy menerobos hujan.
Shane menyesali ia tak dapat berbuat apa-apa.
Hendra dan juga Maya masih saja berada di dalam mobil di akibatkan macetnya lalu lintas dan hujan yang turun dengan sangat deras, membuat hampir semua jalanan tertutup oleh genangan air. Sepanjang perjalanan, Hendra sama sekali tidak berinteraksi terhadap Maya, ia masih menyimpan rasa kesal dan dongkolnya pada gadis tersebut. Maya menyadari hal itu, ia pun tak banyak bicara, takut salah bicara dan nantinya akan menyulut emosi Hendra. Maya lebih memilih diam.
***
Paginya, ketika mobil yang berisikan Hendra, Maya dan juga Shane sampai di pelataran parkir. Shane tampak terburu-buru turun dari dalam mobil, kemudian berlari-lari memasuki gedung universitas. Hendra mengerutkan alis sambil menatapi bayangan diri Shane yang menjauhi mobil.
Shane mencari-cari Ferdy di dalam kelas, namun orang yang di cari tidak ada di dalam kelas. Pemuda itu akhirnya memutuskan untuk beranjak menuju kantin. Di sana, ia menemukan orang yang dicarinya sedaritadi, tampak Ferdy sedang duduk di dalam kantin dengan posisi membelakanginya,
“Ferdy” panggil Shane dengan nafas tersengal-sengal,
Ferdy menolehkan tubuhnya karena ia sudah cukup hafal dengan suara orang yang memanggilnya.
Matanya melihat Shane yang berdiri di seberangnya di ikuti nafas yang tersengal-sengal karena habis berlari-lari. Ferdy segera menghentikan sarapan paginya, bangkit dari duduknya dan menghampiri Shane,
“Shane, kamu tidak apa-apa?” Ferdy cemas, ia meraih gelas minuman miliknya, kemudian gelas itu di berikan kepada Shane, “ayo... minum dulu” suruh Ferdy,
Shane yang masih tersengal-sengal, menerima gelas yang di berikan oleh Ferdy, ia menenggak setengah dari isi gelas. Kerongkongannya terasa benar-benar kering. Tampak bintik-bintik keringat membajiri wajah Shane, Ferdy juga tak lupa memberikan tissue pada pemuda kecil itu guna menyeka keringatnya, lalu Ferdy menggiring Shane untuk duduk bersama-sama dengannya,
“kamu kenapa tersengal-sengal seperti itu” tanya Ferdy dengan wajah penuh kecemasan,
“aku mencarimu” tukas Shane,
“mencariku?” Ferdy mengerutkan kedua alisnya, “ada apa?”
“mencarimu untuk bertanya mengenai pesan singkat yang kau kirimkan ke aku tadi malam” jelas Shane,
“oh... itu” Ferdy tersenyum kecil,
“untuk apa kau menungguku?” Shane heran,
Ferdy jeda,
“aku pikir... kau akan datang menemuiku tadi malam”
Kini, giliran Shane yang mengerutkan alisnya,
“aku tidak merasa ada janji untuk bertemu denganmu” jawab Shane dengan polosnya. Ferdy menatap ke arah Shane untuk sejenak, lagi-lagi ia tersenyum kecil,
“sudahlah, tidak apa-apa, aku tidak terlalu
mempersoalkannya lagi” sergah Ferdy sembari menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya,
“tunggu... tidak bisa begitu”
Shane jeda,
“aku sama sekali tidak tahu menahu tentang hal ini”
Ferdy menghela nafasnya,
“kemarin sore, aku mengirim pesan untukmu, isi pesanku ingin mengajakmu untuk jalan-jalan” Ferdy mencoba untuk menjelaskan kronologisnya pada Shane.
Semakin Ferdy menceritakan, semakin Shane tak mengerti arah pembicaraan yang di maksudkan oleh Ferdy.
“lalu kau membalas, kau tidak bisa, karena sedang sibuk”
Shane tertegun sejenak, mencoba mengingat-ingat kejadian kemarin. Harus ia akui, akhir-akhir ini ia menjadi pelupa karena banyak hal yang memenuhi pikirannya. Kemarin sore, selepas pulang kuliah, ia segera menuju kamarnya di dalam paviliun, karena merasa kegerahan yang amat sangat, ia memutuskan untuk mandi. Meletakkan ponsel dan tas kuliahnya diatas meja, dan tak tahu apa-apa lagi. Sekeluarnya dari dalam kamar mandi, ia di kejutkan dengan keberadaan Hendra yang tiba-tiba saja berada di dalam kamarnya.
“Ferdy, aku berani bersumpah bahwa kemarin aku tidak menerima pesan atau panggilan dari siapapun” Shane menekankan ucapannya,
Ferdy tampak heran, dalam hatinya ia berpikir, jelas-jelas kemarin sore ia mengirim pesan dan mendapat balasan dari Shane, dan sekarang Shane menekankan bahwa dirinya tidak mendapat pesan dari siapapun. Ferdy merasa aneh. Ia sangat hafal dengan sikap dan juga sifat Shane, jika ia tidak melakukannya, ia akan mati-matian mengungkapkan kalau dia tak melakukannya, seperti sekarang ini.
Lantas, jikalau bukan Shane yang membalas pesan kemarin, siapa yang membalas? Dan mungkin, setelah membalas, pesan itu di hapus, sehingga Shane tidak tahu kalau ada pesan yang masuk. Kecurigaan Ferdy, jatuh pada Hendra. Mungkinkah Hendra yang membalas kemudian menghapus pesannya? Ferdy tak berani menuduh, tapi ia yakin jika pelakunya adalah Hendra.
Karena sebelum pulang kuliah, Hendra mendatanginya dan mengancamnya.
“Fer...” panggil Shane,
“ah yaa..?”
“kau mendengar ucapanku?”
“ya ya.. aku mendengar” Ferdy memegang tangan Shane,
“aku percaya padamu sepenuhnya”
Shane mengangkat kedua alisnya, kemudian menghela nafas panjang, seolah ada beban berat yang baru saja terlepas dari sekujur tubuhnya.
“kau sudah sarapan?” tanya Ferdy,
Shane menggeleng,
“mau sarapan bersama?”lanjut Ferdy, Shane melongokkan kepalanya untuk melihati lauk yang di makan oleh Ferdy.
Shane pun tampak tergiur,
“boleh...”
Ferdy pun segera memesankan satu piring makanan yang serupa dengan miliknya, dan makanan itu di hidangkan untuk Shane, keduanya pun sarapan bersama.
***
Eh ko hmpir smua crita di bf ini (trmasuk ceritaku) rata2 ngbuat sosok cewek jadi mkhluk pngganggu ya hhehe, pantes aja kite smua ga ada y suka sama cEwe, org pnggambaran karakter cweknya rata2 mnjengkelkan smua heee
Lanjutin ya ts mkasih mentionnya
sama2 makasih juga ya dah mau luangin wktu bwt baca n ninggalin jejak #big hug hug
@Gabriel_Valiant : waduh... jadi sebel yak ama Maya :d