It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@elul: tetep Ferdy lovers yak kayaknya hehehe
@waisamru : yup setuju bgt, cinta gak bisa di paksa
@arieat : berhadapannya ama cwe cantik c, jadinya yaaa gak bisa tegas, hehehe coba kalo kayak omas, pasti tamat dari awal dah ni cerita xixixixi setuju???
@yeltz : nanti di panjangin, jangan bosen yak bacanya hehehe
@Agova : sipp mumpung maya masih single noh
@Zhar12 : waduh, maennya pake bom, hahahaha di usahain yak... hmmm... emgnya cerita ku sama cerita di thread lain bedanya dimana, kan sama2 gay story
@arifinselalusial : jahat bener jadi orang, fufufufufu
@ken89 : wah... emangnya c maya tukang doorprize yak hehehehe btw makasih ya bwt comment perdananya
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @Different @babybroww @amira_fujoshi @waisamru @ ken89 @darwin_knight
Burried The Heart 21
Shane terburu-buru menyelipkan ponselnya di bawah bantal, ketika mendengar suara Hendra yang terdengar bersamaan dengan suara ketukan pintu, ia pun dengan cepat berpura-pura terlelap dalam tidurnya. Tak berapa lama kemudian, terdengar suara pintu kamar tidurnya yang terbuka.
Hendra melongokkan kepalanya, matanya menangkap sosok Shane yang sedang terbaring dan terlelap dalam tidurnya di atas ranjang.
Hendra pun perlahan-lahan berjalan memasuki ruangan dan mendekati Shane. Perlahan-lahan juga ia mendaratkan tubuhnya di atas ranjang, takut membangunkan Shane yang ia pikir sedang tertidur. Pemuda itu juga menjulurkan tangannya untuk mengelus-elus wajah halus adik sepupunya itu,
“Shane” panggil Hendra dengan suara lembut dan pelan,
Tak ada jawaban dari Shane, yang terdengar hanya suara dengkuran halus dari dalam mulut pemuda kecil tersebut,
“Shane, kau sudah tidur?” panggil Hendra untuk yang kedua kalinya. Kali ini, Shane tampak bereaksi, ia sengaja berpura-pura membuka matanya perlahan-lahan, seolah-olah ia baru saja terjaga dari tidur lelapnya,
“hei... aku mengganggumu ya” ujar Hendra masih dengan nada bicara yang lembut dan perlahan-lahan,
Shane mengerjapkan matanya secara bertahap, hingga ia melebarkan matanya dan melihati Hendra yang sedang menopang tubuhnya menggunakan tangannya dan menghadap kepadanya,
“ee... Hendra” jawab Shane dengan nada suara bangun tidur,
“pagi sekali kau tertidur” tukas Hendra,
Shane menganggukkan kepala perlahan,
“aku tak begitu enak badan” sergahnya lirih,
Kedua alis Hendra yang rapi segera mengerut, kemudian ia mengarahkan tangannya untuk menyentuh dahi adik sepupunya itu, dan meraba sekujur wajah Shane. Benar saja, ia merasakan tubuh Shane hangat dari hangat suhu tubuh pada umumnya, Hendra tampak sedikit panik,
“bagaimana kalau kita ke dokter saja, supaya dokter di rumah sakit memeriksamu” ujar Hendra,
Shane menggelengkan kepalanya,
“tidak usah, istirahat sebentar, sudah dapat membuatku merasa segar kembali nantinya” ungkap Shane,
“apa kau yakin?” tanya Hendra cemas,
Shane menganggukkan kepala perlahan, Hendra menatapi Shane lekat, ia pun berpikir untuk keluar dari dalam kamar, membiarkan adik sepupunya itu beristirahat. Sebetulnya kedatangan Hendra ke dalam kamar Shane, adalah untuk mengajaknya menikmati suasana Jakarta di sore hari,
“sebenarnya, aku ingin mengajakmu untuk jalan-jalan sore, tapi karena kau sedang tidak begitu enak badan, aku pun tidak jadi untuk mengajakmu” tukas Hendra yang di tanggapi senyuman simpul dari Shane,
“boleh aku mengajak Maya?” tanya Hendra,
Shane tampak terdiam, batinnya menggerutu, demi melancarkan aksinya, Shane pun terpaksa harus mengalah, pemuda kecil itu pun mengangguk-anggukkan kepala pelan.
“benar, tidak apa-apa?” tanya Hendra meyakinkan,
“kalau saja aku sedang sehat, aku tak akan membiarkan kau mengajak Maya” gumam Shane yang membuat Hendra tertawa kecil,
“apakah kau cemburu? Jika aku bersama-sama dengan Maya?”
Shane terdiam, kemudian mengarahkan matanya untuk menatapi wajah kakak sepupunya itu,
“menurutmu?” tukasnya,
“cemburu”
“ya sudah, tidak usah bertanya”
Hendra tertawa, kemudian secara sadar ia menciumi bibir Shane,
“apa yang kau cemburukan dari Maya? Yang terpenting adalah hatiku” ujar Hendra, “hatiku selalu untukmu, aku tak ingin membaginya ke siapapun, karena kau sudah berjuang keras menerobos dinding persaudaraan untuk membuatmu jatuh ke dalam pelukanku” sambung Hendra sembari tangannya meraih tangan Shane untuk di genggam,
Shane tertegun mendengar ucapan Hendra, dan sedikit terkejut dengan ciuman Hendra yang tiba-tiba,
“ya sudah, kau istirahat saja” suruh Hendra, “ tapi benar kau mengijinkan aku untuk pergi bersama Maya?” lanjut Hendra bertanya memastikan,
Shane menganggukkan kepala, “ya.. aku mengijinkan, tapi kau tidak boleh berbuat macam-macam dengannya”
Hendra tertawa kecil, kemudian ia kembali mendaratkan sebuah ciuman yang kali ini mendarat pada dahi milik Shane,
“aku janji, aku tidak akan berbuat macam-macam dengannya, aku hanya akan berbuat macam-macam denganmu” canda Hendra yang membuat Shane ikut tertawa kecil.
Hendra pun tampak membangkitkan dirinya dari ranjang, kemudian beranjak keluar dari dalam kamar, Shane melongok untuk sesaat, kemudian ia juga ikut bangkit dari tidurnya, menuju lemari pakaian, untuk mengganti pakaian.
***
Ferdy tampak berulang kali berkaca, memastikan dirinya tampak rapi pada sore itu. Entah sudah berapa banyak pakaian yang ia ganti demi mendapatkan dandanan yang sempurna, kebetulan pada saat itu, Virnie masuk ke dalam kamarnya, ia pun meminta pendapat adik perempuannya itu,
“bagaimana penampilanku? Apa sudah cukup rapi?” tanya Ferdy pada Virnie yang sedang menatap heran ke arahnya,
“sudah.. sudah cukup rapi” tukas Virnie, “ kakak mau kemana? Tumben sekali berdandan sangat rapi seperti ini?” sambung Virnie,
Ferdy tersenyum sejenak mendengar adiknya yang mengatakan dirinya sudah rapi, kemudian ia beringsut menuju ranjang, membereskan pakaiannya yang berserakan diatasnya, memasukkan pakaian-pakaian tersebut ke dalam lemari, tanpa ia gantung terlebih dahulu. Kemudian, Ferdy mendekati adiknya, meraih tangan adiknya untuk di genggamnya,
“malam ini, akan menjadi ‘date’ pertama ku yang resmi dengan Shane” tukas Ferdy antusias,
Mendengar nama Shane disebutkan, Virnie tampak melengoskan wajah, ia pun melepaskan genggaman tangan kakaknya,
“kenapa?” Ferdy mengangkat kedua alisnya,
“aku pikir, kakak akan menemui siapa, ternyata dia” ujar Virnie dengan wajah yang tak sedap untuk dilihat,
Ferdy kembali mendekati adiknya, kemudian memeluk adiknya itu dari arah belakang,
“sudahlah, kejadian yang kemarin itu, jangan terlalu di simpan dalam hati” ujar Ferdy, “itu bukan sepenuhnya salah Shane”
Virnie melepas paksa pelukan kakaknya, kemudian dengan wajah sedikit emosi, gadis belia itu menatapi kakaknya,
“mengapa kakak dapat melupakan kejadian itu begitu saja?? Apa kakak lupa, berapa lama kita menunggu dia disana, tapi...? apa? dia sama sekali tidak muncul, iya kan? Apa kakak sudah lupa?” celoteh Virnie,
Ferdy hanya tersenyum mendengar ucapan adiknya itu, ia tahu bahwa adiknya itu sangat sayang kepadanya dan tidak mau ada orang lain yang menyakitinya, jadi ia pun sama sekali tidak menyalahkan Virnie. Ferdy tampak berusaha menjelaskan pada Virnie,
“Virnie, dengar...”
Virnie kesal, ia tak mau menatap ke arah Ferdy, gadis itu melipat kedua tangannya tepat di depan dada,
“Shane, tidak seperti yang kau bayangkan begitu buruk, ia selalu punya alasan atas perbuatannya”
“iya... dan kakak selalu terbuai dengan alasan tidak masuk akalnya” potong Virnie kesal,
“hei...hei...hei, kau tak boleh bicara seperti itu” ujar Ferdy,
Virnie melirik sejenak ke arah Ferdy, “memang seperti itu kan kejadiannya”
“ketahuilah, Shane masih memiliki seorang kakak sepupu yang sangat memprotect dirinya, maka dari itu, Shane tidak dapat berbuat sesuka hatinya” jelas Ferdy,
Lagi-lagi Virnie melengos, apapun yang ia katakan, tampaknya tidak menyurutkan kesukaan kakaknya yang begitu besar terhadap Shane,
“ya sudahlah kak, terserah kakak saja” Virnie berniat untuk beranjak keluar dari dalam kamar Ferdy, tapi langkahnya itu segera di tahan oleh kakaknya itu,
“jangan pernah keluar dari dalam kamarku dengan wajah seperti baju yang belum di setrika, tersenyumlah untukku” pinta Ferdy,
Virnie malas,
“ayo...” paksa Ferdy,
Virnie pun melebarkan bibirnya, memamerkan deretan giginya yang rapih dan bersih pada Ferdy. Meskipun Ferdy tahu senyuman adiknya itu sangat terpaksa, Ferdy hanya dapat memakluminnya,
“nah... seperti ini kan tampak cantik” goda Ferdy,
“basi” sergah Virnie cepat,
“hei... kenapa kau seperti itu”
Virnie mengerutkan alisnya,
“karena kakak tidak mau menerima masukan baikku” tukas Virnie,
Ferdy lagi-lagi memeluk adiknya itu untuk sejenak,
“adikku sayang, bukan kakakmu ini tidak mau menerima masukan baik darimu” ujar Ferdy, “tapi, karena banyak hal yang belum kau ketahui mengenai Shane, jadi aku juga tidak bisa menyalahkanmu jika kau berbicara seperti itu mengenai Shane” sambungnya,
Virnie masih terdiam. Ferdy melepaskan pelukannya, ditatapnya adiknya itu,
“doakan saja kakakmu ini, semoga ada sebuah akhir yang indah dengan Shane” Ferdy mengerlingkan matanya pada Virnie,
“meskipun pria tidak bisa hamil, aku tidak mau nantinya jika Shane menjadi kakak iparku, menyebalkan!!” tukas Virnie yang segera keluar dari dalam kamar. Ferdy hanya dapat tersenyum melihat tingkah laku adiknya yang sangat menyayanginya itu.
***
Shane tampak duduk menunggu di sebuah taman yang berada di dalam sebuah Mall di kawasan Barat Jakarta. Banyak orang yang berlalu lalang dan duduk di sekitar taman bersama dengan pasangannya, ataupun teman-temannya. Shane menyapu sekitarnya dengan pandangan.
Dari kejauhan, masih dalam satu arah, ia menangkap sesosok orang yang sangat ia kenal, orang itu perlahan-lahan berjalan mendekat ke arahnya. Orang itu tak lain adalah Ferdy.
Demi dapat bertemu dengan Ferdy secara diam-diam, tanpa sepengetahuan Hendra, Shane rela untuk berpura-pura tidak enak badan sebelumnya.
“hei” sapa Ferdy,
Shane bangkit berdiri, wajahnya menyungging senyuman terhadap Ferdy,
“hei..” balas Shane menyapa,
“sudah lama?” tanya Ferdy,
Shane menggeleng sejenak, “belum... baru beberapa menit aku sampai”
Ferdy menghela nafas panjang,
“syukurlah, aku pikir kau sudah menunggu cukup lama, tadi jalanan sangat macet, dan sebelumnya, aku terlibat sedikit obrolan serius dengan adikku” Ferdy tampak tersenyum kecil,
Shane mengerutkan keningnya,
“adikmu?”
Ferdy mengangguk,
“ada apa?”
Ferdy tertawa sejenak,
“maklum, anak-anak, tadinya, ia tahu kalau aku akan bertemu denganmu malam ini, ia sempat protes, hehe”
“karena apa?”
“masalah beberapa hari yang lalu, karena kau tidak datang menemuinya”
Shane mengangkat kedua alisnya, kemudian perlahan-lahan menundukkan kepala,
“hei... jangan seperti itu” tukas Ferdy buru-buru,
“aku merasa bersalah”
“aku tidak mengatakan kalau kau salah, aku hanya sekedar bicara saja, jangan di masukkan dalam hati” sergah Ferdy,
Shane menengadahkan kepalanya menatapi Ferdy,
“aku mohon kau maklumi saja adikku itu, dia masih anak kecil, tdak tahu menahu, hanya mengikuti ego dan emosinya” sambung Ferdy,
“tapi aku...”
“sudah, jangan terlalu dipikirkan, aku tak mau kau menyalahkan dirimu sendiri karena Virnie, kau tidak salah”
Shane terdiam,
“apa kau sudah makan malam?”
Shane menggeleng,
“kebetulan aku juga belum, bagaimana kalau kita makan?”
Shane mengangguk kemudian Ferdy menggiringnya untuk masuk ke dalam Mall dan mengajaknya untuk makan di sebuah restoran favoritnya jika ia mengunjungi Mall tersebut.
***
“Shane kenapa tidak ikut kak?” tanya Maya dalam mobil,
Hendra yang sedang mengemudikan mobil, menatap gadis cantik itu sejenak, kemudian kembali fokus pada jalanan di depannya,
“ia sedang tidak begitu enak badan, jadinya ia tadi menolak untuk ikut dengan kita” jelas Hendra,
“oh..” Maya mengangguk-angguk kecil, “lalu, kita ini mau kemana?” tanya Maya,
“entahlah, apa kau ada ide?”
Maya tampak berpikir, dan melihat jam pada tampilan ponselnya, waktu masih menunjukkan pukul 18:13, masih belum begitu malam,
“bagaimana kalau kita menonton film?”
“menonton film?”
Maya mengangguk antusias, Hendra mengangkat kedua alisnya, tak ada pilihan lain, karena dirinya pun tidak mempunyai pilihan,
“boleh”
Dan pada akhirnya, Hendra pun mengarahkan mobilnya untuk menuju sebuah Mall di kawasan utara Jakarta untuk mewujudkan usulan gadis cantik di sebelahnya itu.
***
Burried The Heart 22
Selesai makan malam, dengan motor kesayangannya, Ferdy membonceng Shane menuju sebuah pantai di kawasan utara Jakarta. Setelah ia memarkirkan motornya dengan sempurna di sisi jalanan yang mengarah ke pantai, keduanya memilih untuk duduk pada pembatas pantai yang dibangun sepanjang pantai. Keduanya menatapi lampu-lampu yang menyala dengan indah sejauh mata memandang.
Keduanya juga tampak meresapi kebersamaan keduanya. Tak ada pembicaraan yang terdengar dari mulut keduanya.
Ferdy sesekali mencuri-curi pandang terhadap Shane dengan sudut matanya, disaat ia merasa bahwa tak ada orang yang berlalu lalang di sekitar sana, dan waktunya sangat tepat, Ferdy pun mendaratkan sebuah ciuman di pipi Shane, membuat pria muda di sampingnya itu terkejut. Shane memegangi pipi yang baru saja di cium oleh Ferdy dengan tangannya, matanya meraih sosok Ferdy untuk di tatap.
Yang bersangkutan berpura-pura tidak tahu jika Shane sedang menatapinya. Shane merasa tersipu malu, ia menundukkan kepalanya,
“maaf, aku melakukannya itu dengan sengaja” goda Ferdy diiringi senyuman kecil,
Shane tampak terdiam,
Ferdy melihati Shane yang membisu, ia pun bertanya,
“apakah kau marah? Jika iya, aku meminta maaf atas perbuatanku tadi” sergah Ferdy buru-buru,
Shane menatapi Ferdy dengan lekat, dilihat sorot mata Ferdy yang sesuai dengan ucapannya, Ferdy tampak menyesal, karena takut Shane akan marah padanya,
“apa kita benar-benar harus melangkah pada tahap ini?” ujar
Shane yang membuat Ferdy
“apa maksud dari ucapanmu? Aku tidak begitu mengerti”
Shane menghela nafas sejenak,
“aku tak mau kau menjadi seorang pria yang tidak normal” ungkap Shane,
Ferdy terdiam,
“apa kau menolakku?” tanya Ferdy,
“bukan itu maksudku”
“lantas, apa maksudmu?”
Shane menatapi wajah Ferdy secara mendalam. Jujur saja, ia tak sanggup mengatakan kata-kata yang nantinya ia rasa akan menyakiti hati Ferdy, karena selama ia kenal dengan pemuda itu, pemuda itu tampak amat sangat baik dan sabar terhadapnya. Shane tak tega, tapi di sisi lain, ia juga terdesak untuk mengatakan pada Ferdy agar perasaan pemuda itu tidak terlanjur dalam terhadapnya,
“apa kita tidak bisa menjadi teman yang normal saja seperti kebanyakan orang?” tukas Shane,
Ferdy jeda, ia melengoskan wajah dari Shane, menatapi pemandangan yang di dapat seadanya oleh tangkapan penglihatannya,
“mengapa kau terdiam?”tanya Shane,
Ferdy menolehkan kepalanya untuk melihati pemuda di
sampingnya itu,
“apa aku tidak setampan Hendra?”
Shane menekuk kedua alisnya,
“bukan, bukan seperti itu” Shane mengklarifikasi buru-buru,
“aku tidak mementingkan fisik, aku.. aku hanya...”
“hanya apa? apa karena aku tidak sekaya Hendra?”
Shane menghela nafas dalam ritme cepat,
“mengapa kau berkata seperti itu kepadaku? Aku tidak memiliki maksud seperti itu” tanda Shane,
“lalu, apa maksudmu mengatakan, mengapa kita tidak dapat berteman secara normal saja?”
Shane bingung, ia seolah terjebak dengan ucapannya sendiri,
“aku tahu, aku tidak dapat dibandingkan dengan Hendra yang hidup dalam keluarga bergelimang harta, serta wajah yang sangat menawan” ucap Ferdy, “tapi... tolong Shane, lihat k hatiku, lihat ketulusanku, aku... aku sudah memutuskan diriku untuk meninggalkan status sebagai pria normal untuk menyukaimu dan berharap kau dapat menjadi milikku” sambung Ferdy dengan nada bicara disisipi emosi,
Shane terpaku menatapi Ferdy,
“tolong lihat perjuanganku yang berkecamuk menerobos jalan hidupku untuk menyukaimu, tolong...” sergah Ferdy lirih,
Shane tak dapat menahan rasa sedihnya, ia tahu dan juga merasakan apa yang di rasakan Ferdy. Ia tak lain dengan Ferdy yang berjuang mati-matian memunafikkan fdirinya yang ternyata juga menyukai sesama pria,
“apakah yang ku lakukan selama ini tidak dapat membuatmu bahagia disaat kau bersamaku?” sambung Ferdy bertanya,
Ferdy meraih paksa tangan Shane dan di genggamnya,
“lihat aku.. lihat aku” Ferdy tampak serius, “aku tidak pernah berbuat senonoh terhadapmu, karena aku pikir, hubungan cinta sesama jenis tidak harus mementingkan hubungan badan atau apapun” tukas Ferdy, “ dan aku pikir jika aku selalu bersamamu, aku akan memperoleh hatimu, yang aku mau hanya kamu Shane, hatimu” sambungnya,
Shane merasa dirinya tersudutkan oleh Ferdy, ia berusaha melepaskan genggaman tangan Ferdy yang dirasakan semakin erat,
“jika kau mempermasalahkan aku menciummu tadi, aku minta maaf, aku minta maaf, dan aku berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi sampai kapanpun, aku janji, aku janji padamu Shane, aku janji”
Shane tak kuasa menahan air matanya, dan ia membiarkan setetes air mata menggores wajah halusnya,
“tolong kau beritahu aku, bagaimana dapat membuatmu bahagia, senang, dan tidak membiarkanmu untuk menjadi sedih seperti yang Hendra lakukan padamu, agar aku dapat terlihat sempurna di depan matamu” Ferdy tiba-tiba saja berubah menjadi seseorang yang kehilangan akal sehat dan terlihat agresif.
Shane sedikit merasa takut dan sedih melihat perilaku Ferdy. Ia bukan takut jika Ferdy akan melakukan hal apapun terhadapnya, kalau pun Ferdy akan melakukan hal apapun terhadapnya, ia hanya dapat pasrah menerima, karena ia juga tahu bahwa ini juga dapat di katakan sebagai salahnya. Yang ia takutkan adalah Ferdy yang akan berbuat macam-macam terhadap dirinya sendiri, entah melukai dirinya, ataupun melompat ke dalam lautan gelap. Ketakutan-ketakutan itu menyerbu pikiran Shane.
“Ferdy... Ferdy, dengar penjelasanku, aku... aku tidak bermaksud untuk melukai perasaanmu”
“tapi kau sudah terlanjur melukai perasaanku” teriak Ferdy yang membuat Shane terkejut setengah mati, “kau sudah membuat aku menderita dengan pikiran yang terus menerus ingin memilikimu” ungkap Ferdy lirih dan melepaskan genggamannya atas tangan Shane,
Shane menangis. Ia bukan menangisi hal lain, ia menangisi betapa kejamnya dirinya terhadap Ferdy. Terlihat oleh Shane, Ferdy juga tidak kuasa menahan rasa sedihnya. Terdengar suara isakan tangis dari dalam mulut Ferdy yang tampak membelakangi dirinya. Shane benar-benar merasa dirinya sungguh kejam terhadap orang sebaik Ferdy. Tanpa memperdulikan siapapun nantinya, Shane memeluk Ferdy dari belakang,
“maafkan aku Ferdy” ucap Shane di sela-sela tangisnya,
Ferdy tak menggubris, ia masih saja larut dalam isak tangisnya,
“aku akui, kalau aku terlalu banyak membuatmu berharap” sambung Shane, “tapi... aku benar-benar tak bisa menyukaimu” lanjutnya,
Ferdy berusaha dan terus berusaha menahan air matanya. Untuk sejenak, Ferdy berhasil meluapkan emosinya melalui air matanya yang sebelumnya menetes dan menggoresi wajahnya.
Dengan lembut, ia melepaskan lingkaran tangan Shane, kemudian menatapi wajah pria muda di hadapannya itu, di lihatnya Shane yang masih sesenggukan. Jemari Ferdy mengusap setiap air mata yang mengalir dan membasahi wajah Shane,
“harusnya aku yang meminta maaf” ungkap Ferdy, “tak seharusnya aku memaksamu” sambung Ferdy di iringi jeda sesaat, “sedangkan aku tahu, cinta itu tidak bisa di paksakan” lanjut Ferdy yang mencoba untuk tersenyum dalam kesedihannya,
Sesenggukan dari dalam mulut Shane perlahan-lahan memudar, kemudian ia meraih tangan Ferdy untuk di genggamnya,
“jangan pernah membenciku” pinta Shane,
Ferdy tertegun sejenak, menatapi sorot mata Shane, kemudian ia menjawab,
“tak sekalipun pernah terbesit di benakku untuk membencimu”ucapnya, “karena harus aku akui, aku tidak dapat membencimu”
Shane melepaskan genggaman tangannya, meraih tubuh Ferdy dan dipeluknya dengan erat. Shane kembali melepaskan luapan emosi penyesalannya dengan suara tangis yang amat memilukan jika di dengar. Ferdy menahan air matanya, kedua tanganya perlahan-lahan tergerak untuk memeluk dan mendekap Shane.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia merasakan bagaimana rasanya memeluk seseorang yang berjenis kelamin sama dengannya, dan orang itu adalah Shane, orang yang selama ini ia sukai. Ferdy mengusap-usap lembut rambut dan juga punggung Shane, membiarkan pemuda itu meluapkan tangisnya, dan ia juga menikmati kebersamaan mereka.
“Bagaimana cara membuatmu bahagia
Nyaris ku menyerah jalani semua
T’lah berbagai kata ku ungkap percuma
Agar kau percaya cintaku berharga
Tak kuat ku menahanmu, mempertahankan cintaku
Namun kau begitu saja, tak pernah merindu
Apa kau mengerti ku sedih sendiriTanpa ada kamu ku merasa sepi
Telah lama ku menantimu, diam sendiri menunggu
Setengah hati mencinta, ku sakit karenamu
Sungguh aku tak bisa, sampai kapanpun tak bisa
Membenci dirimu, sesungguhnya aku tak mampu
Sulit untuk ku bisa, sangat sulit ku tak bisa
Memisahkan segala cinta dan benci yang ku rasa
woo ooo ku sakit karenamu”
( Cinta Dan Benci By Geisha )
***
Ferdy mengantar Shane hingga gerbang rumah, sebelum Ferdy meninggalkan gerbang, keduanya tampak terlibat dalam sebuah obrolan kecil,
“masuklah” ucap Ferdy,
Shane mengangguk pelan dengan sorot mata masih melekat pada sosok Ferdy,
“besok kita bertemu lagi di kampus” sergah Ferdy,
“dengan adanya kejadian hari ini, kau masih mau menemuiku dan berteman denganku?” ucap Shane lirih,
Ferdy terdiam sejenak, bibirnya ia sunggingkan sebuah senyuman,
“jangan berkata yang bukan-bukan, meskipun kita tidak memiliki akhir yang bahagia, setidaknya aku masih berstatus sahabatmu” ujar Ferdy, Shane tersenyum kecil,
“masuklah, hari sudah larut, nanti kau sakit”
“iya”
Shane membalikkan tubuhnya, menekan bel yang tersambung pada pos security. Tampak seorang security berlari dengan cepat untuk membukakan pintu kecil yang berada tepat di sebelah pagar utama,
“selamat malam den” sapa Security itu ramah,
“malam pak” balas Shane yang tiba-tiba mengingat sesuatu, “pak, apa Hendra sudah pulang?” tanya Shane sedikit cemas,
“belum den, aden Hendra sama non Maya belum pulang”jawab Security itu cepat.
Shane menghela nafas lega, kemudian ia di antar oleh security tersebut, menggunakan motor untuk menuju paviliun. Ferdy meninggalkan area itu dengan cepat memacu motornya menuju rumah.
Sepanjang perjalanan, Ferdy merasa kesal dengan perasaannya terhadap Shane. Ia menangis sepanjang perjalan menuju rumah.
***
Shane terbaring di atas ranjang di dalam kamarnya. Pikirannya terasa melayang pada kejadian beberapa jam yang lalu, di saat Ferdy menyatakan keseriusannya padanya. Shane terus menerus menyalahkan dirinya, ia membenci dirinya karena telah menolak seorang Ferdy yang begitu baik, sangat baik, lebih dari baik baginya.
Ia kembali memikirkan Ferdy.
Saat yang bersamaan, Hendra yang baru saja pulang ke rumah, mendatangi Shane, seperti biasa, sebelum masuk ke dalam kamar, Hendra selalu mengetuk pintu, kemudian membukanya, melongokkan kepala untuk melihat apakah Shane sudah terlelap atau belum,
“Shane” panggil Hendra, “apa kamu sudah tidur?”
Shane mengusap air matanya, kemudian berkata, “belum”
Hendra pun melangkah masuk ke dalam kamar setelah menutup pintu. Dilihatnya kedua bola mata Shane yang memerah, Hendra pun dengan segera mendekati adik sepupunya itu,
“hei... ada apa?” tanya Hendra, “kamu menangis?”
Shane terdiam, kemudian ia mengarahkan kepalanya untuk menatapi kakak sepupunya itu, tanpa basa-basi, Shane segera mendekap tubuh Hendra, menangis dalam pelukan Hendra. Hendra menjadi bingung dengan apa yang terjadi,
“hei hei hei, ada apa?” ujar Hendra sembari tangannya mengusap-usap lembut rambut Shane,
Shane masih saja menangis, ia tak mau berkomentar banyak, yang pada saat itu ingin ia lakukan adalah, menangis sepuasnya untuk meluapkan kebenciannya terhadap dirinya sendiri atas Ferdy. Hendra menghela nafas, tak mau banyak bertanya lagi, ia membiarkan adik kecilnya itu menangis di dalam pelukannya.
Tangisan Shane perlahan-lahan mulai senyap, pelukan Shane juga terasa semakin longgar dari tubuh Hendra. Hendra menengoki sejenak, Shane ternyata mulai terlelap dalam tidurnya ketika ia selesai lelah menangis. Hendra menjauhkan adiknya itu dari tubuhnya, kemudian dengan sangat perlahan ia merebahkan kepala Shane pada bantal, menarik selimut untuk menutupi tubuh Shane agar terhindar dari dinginnya pendingin udara di dalam kamar.
Hendra juga menyeka sisa air mata yang tampak masih mengalir dari sudut mata Shane. Malam itu, Hendra memutuskan untuk tidur di dalam kamar adiknya itu.
***
@Adam08 : coba bayangin Shane nyanyi jangan memilih aku ala2 syahrini, apa jadinya yaa... xixixixi
tpi Apa yg shane harap kan sma hendra? Toh merka sodara. Dan ada maya s cwek ganjen ngak tau diri .
Aku lbh rela shane dg ferdi. *hug ferdi .
hmmm... apa ya... jwabannya nanti bakal ke jawab kok apa yang di harapin Shane sm Hendra, hehehe
biarpun ganjen bin gak tau diri, tapi maya cantik lhoooo
wah.... ferdi lovers detected juga nih kyaknya
jadi pengennnn......
#gantung monster26
#puter lagu melly goeslaw gantun