It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Akhirnya satu persatu mundur teratur, tinggal Romli dan Rangga berdua.
"Yah teman-teman gimana ni udah jauh-jauh malah cuman pada pindah tidur doang..." gerutu Romli.
Rangga tertawa. "Kamu juga udah di alam mimpi Rom. Udah sana tidur, tuh temenin si Ferdian."
"Tebakan Pak Rangga bisa saja," Romli sedikit tersipu.
"Udah sana, tidak mungkin juga teman-teman diajak bikin acara."
Dengan agak canggung Romli mundur meninggalkan manajernya.
Rangga juga beranjak, tetapi seseorang menghampiri. "Pak..."
Jantung Rangga serasa berhenti berdetak. Suara itu sangat dikenalnya.
"Bisa numpang colokan nggak Pak?"
Rangga menoleh. Samuel berdiri di pintu pagar dengan sebuah laptop di depan dadanya.
"Oh, tentu saja boleh...." Rangga mengajak Samuel ke pondoknya. "Kebetulan aku sendirian. Teman sepondok pada pulang."
"Wah..." Samuel ingin bilang boleh numpang nginap enggak, teman-temannya bikin acara yang nyebelin jadi dia males ikut, tapi ia meyimpannya dalam hati saja.
Samuel mengetik di pondok sementara Rangga menyediakan minuman hangat. "Biar gak masuk angin," ujarnya sambil mempersilakan Samuel minum. #klasiksatu
"Makasih Pak... jadi ngerepotin." #klasikdua
"Tidak repot kok, semua sudah tersedia. Kalau mau nginap juga bisa..." #klasiktiga.
"Ada air panas buat mandi kalau kamu kedinginan nanti" satu dua tiga klasik semuanya!
"Wah asyik banget Pak...."
Malam itu Samuel berusaha mengetik laporan untuk sponsor, sambil ngobrol dengan Rangga.
"Keren banget sih masih kuliah udah jago cari sponsor," Rangga membelai kepala Sam dari belakang.
"Eh, kepepet Pak... mau gimana lagi...." Samuel mulai merasa getaran listrik (selain yang ke laptop) mengaliri darahnya.
"Kemana saja selama ini..."
"Mmm... sibuk Pak. Banyak ujian di kampus. Saya sambil sibuk cari kerja juga buat tambahan uang saku."
"Masa sampe gak bisa balas sms atw bbm? Wa jg mati...."
Sam memberi alasan dengan suara menggeremang tidak jelas. Rangga tidak mendesak. Ia hanya berdiri di belakang Sam sambil meletakkan kedua tangan di pundaknya.
Samuel merasa kikuk. Udara dingin dan kontak langsung membuatnya seperti disetrum tenaga lembut yang membuat grogi.
"Lihat kamu salah ketik. Promosi jadi pornosi..." Rangga menunjuk layar, membuat kepalanya tepat berada di sisi kepala Sam.
Sam mati kutu. Nafas Rangga yang meniup lehernya membuatnya tak bisa bergerak. Jemarinya agak bergetar ketika menulis kembali.
Rangga makin merapatkan kepala sambil melingkarkan tangan ke pinggang Sam. Sam membiarkannya. Ia bahkan diam saja ketika perlahan bibir Rangga menyentuh belakang telinganya, menjalar turun ke belakang leher.
"Aah...." Sam mengeluh pelan ketika Rangga menggigit lehernya lembut. Sangat lembut karena Rangga juga tidak ingin meninggalkan rona di sana. Tapi cukup membuat Sam seperti dihipnotis.
Pelan, lembut...
Sam juga tidak menolak ketika Rangga akhirnya merebahkannya ke tempat tidur, melepas satu demi satu pakaiannya, kemudian memeluknya.
Berikutnya mereka menjadi dua insan yang menyatu dengan hembusan angin, debur ombak dan derit lembut amben bambu penyangga kasur dengan selimut putih yang membungkus keduanya.
Colek @Pilihan, @elul dan @aicasukakonde
Rangga menatap wajah imut polos itu dengan tatapan penuh kasih. Sekian lama berpisah tidak membuat kasih sayangnya berkurang, bahkan barusan terbukti membuatnya dalam puncak akumulasi cinta. Rangga tersenyum sambil membetulkan letak selimut remaja itu.
"Aku akan mencintaimu selamanya, Sam..." Rangga mengecup kening remaja itu.
Sebuah getar membuat Rangga mencari-cari, kemudian mengeluarkan ponsel dari saku celana di lantai, milik remaja itu. Ia bermaksud menonaktifkan ponsel itu agar tidak mengganggu lagi, tetapi kemudian tertarik untuk mencari-cari pesan yang dulu dikirimkannya.
Ada banyak pesan tersimpan. Remaja itu tampaknya tidak suka membersihkan kotak pesannya. Tetapi tidak ada satu pun pesannya, meski pesan orang-orang lain tersimpan berbulan-bulan lewat.
Rangga tertarik dengan percakapan remaja itu dengan seseorang bernama Yus. Tampaknya mereka akrab, atau minimal sering saling kirim pesan. Ada masalah kuliah, kerja sambilan dan sebagainya. Di salah satu inbox Rangga membaca dengan serius.
Y: jadi kamu makin bosan dengan bapak itu? (Rangga mengingat-ingat, tanggal pesan tersebut dekat dengan tanggal sebelum remaja itu meninggalkannya).
R: Dia makin banyak curhat. Makin minta diperhatikan.
Y: Makin dekat dong klian?
R: Dia iya, aku enggak. Boring ketemu dia.
Y: Tapi kan lumayan orangnya sering nraktir
R: emg wa kucing!
Pesan beberapa hari kemudian:
Y: gmn kbr bapak itu
R: Off. Kayak SBY, curhat melulu.
Y: Hahaha.... dasar banci kaleng. Udah tinggalin ja, lupakan. Bikin repot dan stuck. Gak bakal maju kl km nerusin kontak sm dia
Rangga meradang membaca pesan itu. Harga dirinya seperti diinjak-injak remaja itu dan temannya, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan galau diletakkannya ponsel itu kemudian berbaring di sisi remaja yang baru saja membuatnya marah sekaligus baru saja digelutinya.
Sampai larut Rangga tidak bisa memicingkan mata. Ia merasa sangat marah dan harga dirinya terinjak-injak, tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Menjelang fajar baru kantuk menyerang dan ia tertidur sampai pintu depan diketuk dan Rangga terkejut mendapati hari sudah terang-benderang.
"Pak Rangga, sarapan bareng yuk... udah siang banget...."
Rangga terkesiap, ingat ada Samuel di pondoknya. Tetapi remaja itu sudah tidak di sampingnya, begitu juga baju dan celananya. Rangga melihat ke arah meja, laptop juga sudah tidak ada.
"Sarapan Pak..." suara Romli kembali menyadarkan Rangga.
Cepat Rangga memakai kaos kemudian membuka pintu sambil masih mengucek-ucek mata.
"Wah tadi malam kepanasan Pak sampai buka baju?" tanya Romli.
"Siapa yang buka baju...." Rangga menyanggah.
"Oh," Romli seperti menahan tawa. "Teman-teman udah nunggu Pak."
"Yaudah aku cuci muka dulu."
Romli berlalu dan Rangga masuk kamar mandi. Barulah ia tersadar, rupanya ia memakai kaosnya terbalik luar dalam.... pantas Romli tahu semalam ia buka baju.
Usai cuci muka Rangga bermaksud menelpon Samuel, tetapi sebaris sms membuatnya terpaku
"Maaf Pak kalau bapak baca sms saya sama Yuss. Saya mohon maaf."
Rangga berusaha menelepon, tetapi hanya operator yang menjawab. Salah nomor, di luar servis area, coba periksa lagi....
Dengan galau Rangga keluar untuk bergabung dengan teman-temannya. Wajahnya murung dan canda teman-temannya tidak ada yang membuatnya tertawa.
Sejak saat itu Samuel seperti hilang ditelan bumi. Rangga sangat kangen, ingin bertemu untuk mengatakan bahwa ia tidak akan sering curhat lagi dan akan lebih banyak mendengar, tetapi Sam benar-benar tidak dapat ditemukan.
Sejak saat itu Rangga menjadi makin datar dan jarang bicara. Ada satu hal yang disadarinya... Banyak bicara membuat ciri khasnya yang agak feminin makin terlihat.
Dan ia memutuskan untuk tampil laki, dewasa, tidak seperti 'si banci kaleng'....
Nb. Mohon maaf kalau cerita ini menyinggung perasaan teman-teman. Tokoh Rangga dalam tulisan ini akhirnya memilih untuk tampil laki, tetapi penulis tidak bermaksud mendiskreditkan banci kaleng atau yang sering dituduh begitu....
Apalagi kalau dengan yang lebih muda, sudah seharusnya yang tua 'ngemong'
tapi dari keseluruhan ceritanya bagus. moga2 penulis tidak bosan ya menulis cerita yg lain :-*
tapi dari keseluruhan ceritanya bagus. moga2 penulis tidak bosan ya menulis cerita yg lain :-*
but, thanks, ane dapat pesannya.
ditunggu cerita lainnya. salam