It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
setuju bro..
Kan ga smua seperti itu kok, tolong lingkupnya lebih dfokuskan, not every gay is a judgemental person.
Itu manusiawi kok, d setiap lapisan manusia ga peduli gay ato bukan, pasti ada orang2 dg tipikal judgemental begitu.
Jangan semakin memojokkan posisi gay, lebih baik qta memperbaiki diri sendiri & membantu teman2 yg ada dlm golongan (judgemental) itu untuk sadar. Belajar kondisi sekitarnya
*hopefully it's Not me*
hehehe.
Ekses dari pelabelan itu adalah penghakiman. Nah, disini, menurut gue, manusia, apapun labelnya-gay maupun straight-sebetulnya sama. Kedewasaan seseorang lah yang menentukan apakah dia hanya berhenti di pelabelan atau kemudian jatuh pada penghakiman yang apabila berlanjut lebih jauh lagi bisa jadi diskriminasi.
Nah.
Kenapa gay sangat judgmental? Be easy on yourself, dear @One_dE_rection. Or, shall I say, be easy on US? Kelakuan sebagian (kecil) dari kelompok kita janganlah serta merta dijadikan label. By doing so, I'm afraid, you're also being judgmental.
Perbedaan itu harus ada namanya. Tanpa nama, kita gak akan tau kalo itu beda. Pelangi itu harus beda-beda warnanya, supaya otak kita bisa menerjemahkan keindahan serta keistimewaannya. Sedemikian canggih dan njelimetnya otak manusia, keindahan yang dari Tuhan itu tetap terlalu kompleks untuk dicerap otak manusia apabila tidak disederhanakan dengan pelabelan. Emang udah dirancang Tuhan sedemikian rupa. Jadi, perbedaan memang harus ada.
Sebab itu,
Cukuplah menyebut Agnes Monica sebagai artis Indonesia yang masih berjuang untuk bisa menembus pasar internasional di luar asia tenggara. Atau Anggun sebagai artis senior Indonesia yang lebih sukses mentas di Eropa daripada Amerika. AgMon bukan Anggun, sebaliknya, Anggun bukan AgMon. Prestasilah yang membuat orang menjadi berkualitas. Apapun bentuknya dan namanya, prestasi tetaplah prestasi, pujian tetap pujian, cemooh tetap cemooh.
Now, on a more stressing note. Let me quote @dr_gonzo:
Tentunya keinginan untuk pacaran dengan seseorang yang tampilannya secara fisik gak malu-maluin untuk di membanggakan digandeng ke pesta kawinan sahabat atau keluarga, wajar2 aja.
Musti ati-ati aja kalo keinginan itu lalu jadi obsesi gak puguh, because then you'll MISS 'the point'.
Fokus, IMO, seyogyanya dititikberatkan pada hal-hal yang prinsipil; pada kualitas-kualitas yang bertahan lebih lama daripada fisik belaka. Passion, loyalty, maturity, misalnya.
Terakhir.
Stereotipe, prejudis, dan diskriminasi bukan cuma dilakukan oleh kalangan LGBT. Tiga hal ini dilakukan oleh masyarakat pada umumnya.
So, keep calm and be wise.
Hats off