It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Rayan terbangun dari tidurnya, mimpi-mimpi buruk selalu menemani tidurnya akhir-akhir ini, ia bangkit dari tidurnya, berjalan keluar dari kamarnya, duduk di teras kost-nya. Saat Rayan hendak menyulutkan api ke rokok yang telah diselipkan di bibirnya, Rayan termenung.
"Rokok," kekeh Rayan seperti orang gila.
Rayan menggaruk dagu yang ditumbuhi jangut, sekarang ini. Menatap sekilas tato abstrak dari bahu kanan hingga pergelangan tangannya.
Seperti membuka album lama, bayangan Fauzan tampak jelas di balik kelopak matanya, melarang keras Rayan merokok, dengan cara yang selalu berubah-ubah. Kini rokok yang telah berada dihimpitan jari-jarinya Rayan perhatikan lebih dari seksama, seakan-akan melihat batang rokok Black Mentol itu mampu mengembalikan Fauzan kembali ke sisinya, Rayan memejamkan matanya, berharap Fauzan datang dan mencegahnya untuk tidak merokok.
Dihisapan ke tiga kalinya, Rayan masih terus berharap Fauzan datang merebut rokok yang kini Rayan hisap, Rayan tahu itu hanya harapan bodoh, namun harapan itu sedikit mengobati rasa kesepian Rayan.
Sejenak Rayan mencoba menikmati asap rokok yang kini mungkin memenuhi paru-parunya, memberikan sedikit ketenangan, sedikit kedamaian.
Sampai rokok itu habis, Fauzan tak kunjung datang, memang kehadiran Fauzan adalah hal yang mustahil, namun Rayan tetap mengharapkan, karena dulu Fauzan datang di saat yang memustahilkan ia berada di sisi Rayan. Ini sekarang, bukan dulu, berhenti mengada-ada. Batin Rayan, mengutuk dirinya sendiri yang masih belum rela.
Satu jentikan keras membuat puntung rokok di tangan Rayan terpental jauh. Rayan bangkit dan masuk ke dalam kamar kost nya lagi.
---
Angin pagi awal bulan Agustus menerpa wajah Rayan. Kegiatan atletik yang selalu membuatnya semangat di tiap awal bulan tidak lagi terasa menggairahkan.
Kenapa semua berubah menjadi tidak nyaman, kenapa semua menjadi terasa begitu asing untuk dijamah. Batin Rayan berkali-kali.
Dari tempat duduk GOR paling atas Rayan melihat Fauzan sedang mendribble bola basket, di hadapan Fauzan ada Angel yang sedang tertawa bahagia, di seberang, tempat lapangan bulu tangkis Syifa sedang asik tertawa dengan Raffa, ketua Paskibra sekolah mereka. Dalam hati Rayan terus mengutuk diri, kenapa hanya ia yang tidak bahagia?
Para cewek masih asik sendiri di sekeliling Rayan, mereka melempar beberapa pertanyaan untuk Rayan, namun mereka jawab sendiri karena Rayan tidak urung menjawab pertanyaan mereka.
"Ray, ayo!!" Helmi dengan wajah penuh peluh melambai-lambaikan tangannya ke arah Rayan, memanggilnya untuk bergabung dengan club Futsal mereka.
Rayan tidak memperdulikan beberapa cewek yang kecewa ia tinggalkan begitu saja di tempat itu. Sekilas Rayan menyempatkan diri untuk menatap Syifa, Rayan mendapati Syifa menatap Fauzan dengan pandangan sedih, dan ketika Rayan menatap ke arah Fauzan, tatapan Rayan dan Fauzan bertabrakan, Fauzan sedang menatap ke arah Rayan dengan pandangan yang sulit Rayan artikan.
Rayan berkali-kali mendesah panjang, di tiap langkahnya menuju lapangan Futsal.
***
Midsemester tinggal dua minggu lagi, namun Rayan dan Syifa belum juga melakukan latihan, berbeda dengan yang lain, yang mungkin telah siap dengan dua lagu yang akan mereka bawakan bersama pasangan mereka.
Dan sekarang, Syifa malah tidak mengikuti pelajaran PKN yang sedang dipelajari di kelas mereka, rasa penasaran dalam diri Rayan memaksanya untuk menerawang ke arah papan tulis di depan kelas, memikirkan beberapa hal yang tak urung mengganggu fikirannya akhir-akhir ini.
"Rayan! Jawab pertanyaan ibu yang tadi!" suara bu Eti mengagetkan Rayan. Rayan bergerak gusar, ia tidak tahu apa pertanyaannya bahkan beberapa hal penting yang dicatat teman-temannya dari penjelasan bu Eti tidak Rayan lakukan.
Sebuah buku catatan tiba di hadapan Rayan, dengan cepat Rayan membaca tulisan yang di tandai dengan stabilo berwarna hijau tersebut.
"Bagus! Sekarang Fauzan sama Rayan maju ya ke depan kelas," ucap bu Eti penuh hinaan karena sang guru mendapati Fauzan memberikan contekan kepada Rayan.
Reflek Rayan langsung menatap Fauzan di sampingnya, Fauzan hanya meringis karena mendapati diri mereka harus terkena hukuman, Rayan benar-benar kesal, ingin rasanya menendang kaki meja di hadapannya saat ini juga.
"Jangan buka baju dong bu, apalagi pake tulisan 'Saya tidak akan curang dalam pelajaran apapun' itu malu-maluin banget bu" ratap Rayan di pinggir lapangan, bell istirahat berbunyi, semua siswa menatap Rayan dan Fauzan yang berada di pinggir lapangan, beberapa dari para murid berbisik dan meneriaki Rayan dan Fauzan.
"Sayangnya ibu nggak perduli" ucap bu Eti tak acuh. Rayan dan Fauzan menggaruk-garuk kepala mereka yang tiba-tiba gatal. "Cepet, dua belas putaran ya! Ibu yang ngitung" ucap bu Eti keji.
Rayan mendesah panjang, sambil membuka seragamnya, lalu diikuti Fauzan. Sorak para siswi riuh-rendah terdengar, beberapa guru pun tertarik untuk menyaksikan hukuman untuk ke dua siswa populer sekolah ini.
Saat Fauzan memakai papan hukuman yang dikalungkan di tubuh Fauzan Rayan baru menyadari sedikit perubahan tubuh Fauzan, tidak lagi ada banyak lemak di bagian perut Fauzan, dadanya bidang dan perutnya rata, walau masih kalah bagus di banding badan Rayan yang mampu membuat siswi mendesah geregetan dan para siswa iri setengah mati.
"Harusnya lo nggak bantuin gue!" ungkap Rayan di putaran ke dua.
"Bukannya lo selalu suka kalo jadi objek perhatian sekolah? Bukannya lo selalu pamer badan sixpack lo tiap latihan futsal? Kenapa dihukum gini doang jadi masalah buat lo? Kenapa lo baru mau ngomong sama gue sekarang, apa gue punya salah sama lo? Kalau pun Syifa tersakiti karena tau gue jadian sama Angel itu bukan salah gue, gue nggak pernah minta Syifa suka sama gue, apa gue harus jomblo terus supaya jaga perasaan Syifa, kalau gue salah, kasih tahu letak kesalahan gue di mana Ray?" cecar Fauzan panjang lebar, tatapan dan mimik wajah Fauzan terus memburu Rayan, membuat Rayan menyesal melemparkan kata-katanya tadi kepada Fauzan.
Rayan benar-benar mengutuk dirinya sendiri, karena memang betul yang Fauzan katakan, tidak mungkin Fauzan harus menjomblo terus menerus untuk menjaga perasaan Syifa, siapapun orang yang berani jatuh cinta berarti harus siap juga menerima konsekuensi patah hati. Tetapi ego Rayan tetap tidak mau kalah, melihat seseorang yang ia cintai tersakiti itu tidak nyaman, kenapa Syifa tidak jatuh cinta kepada Rayan, kepada orang yang juga mencintai Syifa dengan segenap jiwanya. Cinta memang tidak bisa dikendalikan ke mana harus dilabuhkan, ketika cinta berlabuh, norma-norma penting hanya menjadi catatan kaki.
Setelah menjalani hukuman Rayan lekas memakai pakaiannya lalu pergi terlebih dahulu. Entah mengapa Rayan membenci diperhatikan banyak orang sekarang ini, padahal dulu, ia selalu bangga jika menjadi pusat perhatian seantero sekolah, apalagi dihukum seperti tadi, ia bisa pamer tanpa terlihat pamer.
Udara sejuk menerpa wajah Rayan, ia berada di atap sekolahnya, sembari menyeka peluh yang masih tersisa dari hukuman tadi.
Saat melihat ke arah tempat penampungan air Rayan melihat rambut seseorang berkibar di balik tabung besar penyimpan air bersih, entah kenapa Rayan yakin itu rambut Syifa, dan ingatannya bekerja, memberitahu Rayan tentang kebiasaan Syifa saat jenuh selalu berada di tempat itu sambil menggambar.
Kakinya melangkah ke arah Syifa yang berada di balik tempat penampungan air tersebut, ketika jarak semakin dekat, Rayan mendengar suara Fauzan juga.
Rayan melangkah pelan, berhati-hati agar kedatangannya tidak diketahui Syifa dan Fauzan.
"Gue tau Zan, cinta nggak bisa dipaksain, gue juga nggak akan minta apapun dari lo sekarang, gue selalu coba buat nggak ngebenci lo, tapi entah kenapa rasa kecewa gue maksa gue buat musuhin lo-buat ngejauh dari lo, tapi nggak untuk ngelupain lo!" Rayan mematung sebentar untuk mencerna apa yang ia dengar barusan.
"Rasa sakit hati pasti ada, tapi gue yakin itu nggak akan berlangsung lama, tiap hati yang tersakiti itu punya cara sendiri buat sembuh Syif. Percaya deh."
Hening.
"Ada orang yang jauh lebih keren ketimbang gue nunggu lo, lo cuman harus peka Syif, banyak orang punya ketulusan nungguin lo, bukan gue"
Rayan mendengar isakan Syifa, kakinya melangkah kurang ajar, menghampiri Syifa dan Rayan. Pupil mata Rayan mengecil melihat Syifa memeluk Fauzan.
Amarah yang besar menyelimuti Rayan, ia tidak lagi berpikir apakah hal ini benar atau salah, memalukan atau tidak. Tangan Rayan mengepal mantap, membuat urat-urat di sekitar lengannya terlihat jelas, wajahnya memanas dan tubuhnya tidak bisa dikendalikan oleh pikiran jernih lagi.
Rayan mendorong Fauzan dari dekapan Syifa. Membuat Fauzan sedikit terhuyung, "Ray" seru Syif cepat.
"Jangan munculin muka sengak lo kalo cuman buat nyakitin dia" Rayan menunjuk Syifa. Sesuatu yang tidak nyaman terasa di tenggorokan Rayan.
Fauzan cepat-cepat mengubah ekspresi terkejutnya menjadi tenang, setenang angin di awal Agustus. Kesunyian tercipta walau hanya sesaat.
Entah mengapa Rayan berpikir di balik ekspresi tenang Fauzan itu ada sebuah hinaan untuk Rayan, terkadang lelaki yang selalu haus pujian bertingkah terlalu konyol saat galau.
"Gue belom selesai!" teriak Rayan keras-keras saat Fauzan melangkah menjauh.
"Ray, udah" Syifa masih memegangi tangan Rayan erat-erat.
Fauzan berbalik menatap Rayan dengan senyum kecilnya, "Apalagi Ray?" tanya Fauzan santai.
"Bangsat" kutuk Rayan ketika senyum Fauzan malah memacu emosinya hingga menembus ubun-ubun Rayan.
Rayan berlari cepat ke arah Fauzan, melepaskan tinjunya namun berhasil ditepis Fuazan, Syifa menjerit-jerit berusaha kecil untuk melerai, namun ke dua cowok ini sangat sulit dilerai.
Rayan tidak berhenti, ketika pukulan ke duanya ditepis kembali, Rayan berhasil menendang kaki belakang Fauzan, hingga Fauzan terjatuh dan bertopang kepada ke dua lututnya, Fauzan berhasil memegang tangan kanan Rayan yang hendak menyerang kepala belakang Fauzan. Tendangan telak kembali diterima Fauzan, kali ini tepat di wajah tampannya, membuat Fauzan terbaring seketika.
Rayan masih belum berhenti ia menduduki tubuh Fauzan, satu pukulan lagi di pipi Fauzan dan untuk serangan kesekian kalinya Fauzan membalikkan keadaan, tubuh Rayan didorong amat cepat dan keras membentur tong besar penampung air. Untuk pertama kalinya Rayan melihat Fauzan dengan wajah yang amat berbahaya, sedikit membuat nyali Rayan ciut. Wajah Fauzan yang dihiasi darah segar dari hidungnya, terlihat amat marah dan sangat berantakan, tapi tidak satu pun pukulan balasan mengenai tubuh Rayan.
"Puas lo? Kalo belom, hajar gue lagi, sampe lo puas" teriak Fauzan hingga air liurnya mengenai wajah Rayan. Sesaat Rayn tercengan, membiarkan Fauzan menarik-narik kerah seragamnya yang sudah sangat berantakan.
Rayan ternyata belum puas, ia mendorong Fauzan, tendangan Rayan ditangkap Fauzan dan dengan mengerikan Fauzan membanting Rayan.
"Hajar gue!" teriak Fauzan lagi.
"Lepasin gue bangsat!" umpat Rayan ketika tangannya dipiting Fauzan, dan leher Rayan di cekik Fauzan, benar-benar tidak disangka Fauzan akan menjelma menjadi mahluk mengerikan sekarang ini.
"Hajar gue lagi kalo lo bisa! Sampai lo sadar, seberapa berharganya lo buat gue!" teriak Fauzan lagi.
Syifa berhasil melerai ke duanya, "Please, berhenti" mohon Syifa kepada ke duanya.
Fauzan berjalan mundur perlahan dengan terhuyung-huyung.
"Tinggalin kita berdua di sini Syif" pinta Fauzan yang telah duduk dengan nafas tersengal-sengal, sementara Rayan masih berbaring sambil memburu oksigen sebanyak-banyaknya.
"Nggak! Gue masih waras, nggak mungkin gue ninggalin lo berdua di sini dan nunggu kabar siapa yang mati terlebih dulu di antara kalian!" ucap Syifa ngeyel.
"Gue nggak akan nyakitin orang yang gue sayang Syif, sahabat gue" ucap Fauzan memohon. Reflek Rayan menutup matanya, rasa malu mendominasi, Rayan pernah berjanji untuk tidak akan pernah menyakiti Fauzan, apapun yang terjadi, namun apa yang ia lakukan sekarang ini?
Penyesalan selalu datang terlambat, ketika tindakan bodoh telah mampu meluluh lantahkan beberapa hal yang telah di sepakati, saat emosi reda, fakta siap menampar mereka dengan amat keras. Fakta di mana tak seharusnya ini terjadi, terlampau dungu membiarkan emosi hampir meruntuhkan tiap-tiap pilar yang lama dibangun.
"Apapun yang kalian janjiin sekarang ini, gue nggak akan pernah percaya, cuman orang gila yang akan percaya sama ucapan kalian dalam kondisi kayak gini" kekeuh Syifa.
Fauzan berhenti bersiteru, ia juga sadar Rayan tidak mungkin dapat berpikir menggunakan kepala dingin di saat seperti ini, Fauzan tahu betul Rayan tipe cowok seperti apa.
Tanpa membuang-buang waktu lebih lama lagi, Fauzan bangkit dan meninggalkan diri dari tempat ini.
(Mari kenal Fauzan lebih jauh lagi ^_^)
Tatapan para teman-teman sekolah Fauzan tidak ia hiraukan, ia tidak mengambil tasnya yang berada di dalam kelas, Fauzan melangkah jenjang ke arah parkiran, beberapa pertanyaan dari siswi yang terkejut melihat wajah Fauzan, tidak ia jawab dengan ramah seperti biasanya, Fauzan pun tidak menjamah ponselnya yang daritadi bergetar, merengek minta dilihat, yang kemungkinan besar adalah telepon dari Angel.
Misi Fauzan kepada Angel tidak lagi penting untuk sekarang ini
Fauzan menutup pintu mobilnya dengan amat kasar, ucapan Rayan kembali terbayang.
"Tinggi dan punya senyum manis, tipe elo juga. Bibir bawahnya selalu basah, bikin imajinasi lo ngelaba tiap ngeliatnya, iyakan? Tipe lo."
Benar yang Rayan katakan, tapi itu bukan untuk seorang Angel, melainkan untuk Rayan, tubuh Rayan yang tinggi, dengan rambut oldschool yang terkadang terlihat berantakan, tubuh kekar dan bibir Rayan yang terlihat seperti bukan perokok dan selalu basah, menambah kesan seksi yang hampir maksimal untuk Fauzan. Benar, semua itu tentang Rayan bukan Angel.
Fauzan tahu betul perasaannya sangat salah, ini kali pertama ia terpesona oleh seorang cowok, dan cowok itu sahabatnya sendiri, jutaan kali Fauzan mencoba membunuh perasaan sukanya kepada Rayan namun selalu bangkit tiap melihat Rayan berada di hadapannnya, jutaan kali pula Fauzan membatin bahwa ia telah membiarkan perasaan bodoh dan memalukan hidup dalam dirinya, entah terbawa suasana atau tidak namun ini benar-benar salah. Anehnya hanya Rayan yang mampu membuat perasaan Fauzan seperti itu tidak kepada cowok lain, dan sekarang?
Begitu banyak hal yang Fauzan lakukan demi Rayan, namun mengapa sahabatnya malah selalu salah menanggapi maksud baiknya. Fauzan hanya ingin melihat Rayan bahagia dengan cintanya, dengan Syifa, tidak perduli seberapa kecewanya ia nanti, hati selalu punya caranya sendiri untuk sembuh dari rasa sakit. Itu kata-kata yang selalu Fauzan jadikan tameng kepada tiap hati yang tidak bisa ia balas cintanya, namun memiriskan ketika kata-kata itu diperuntukan untuknya sekarang ini.
Saat masuk ke dalam mobilnya Fauzan menutup pintu mobilnya dengan amat kasar, sebentar saja ia menatap kendali mobil, seakan-akam benda itu mengatakan sesuatu padanya.
Fauzan merauh kecewa, menekan pedal gas mobilnya lalu keluar dari parkiran sekolah dengan cara yang kurang hati-hati.
Lagu Heart Attack dari Demi Lovato mengalun di dalam mobil Fauzan. Entah mengapa ia seperti terajak untuk bernyanyi bersama Demi, namun Fauzan bernyanyi dengan amat kacau, emosinya kembali bangkit, membuat mobil yang ia kendarai melaju cepat dan ugal-ugalan di jalan Alternatif Sentul, terlebih ketika masuki tol Sentul 1, mobil yang ia kendarai melaju cepat seperti orang gila sedang mengendarai mobilnya, tak perduli berapa puluh kali bunyi klakson mobil lain terdengar ketika Fauzan menyalip mereka.
Fauzan keluar tol dari gerbang Sentul 2, melewati Belanova Mall menuju taman budaya daerah Sentul, berbelok ke kiri setelah sampai taman budaya, melewati Maldev street lalu Araon Street dan berhenti di perbukitan proyek perumahan keluarga Bakrie.
Dengan cepat Fauzan keluar dari mobilnya, membanting pintu mobilnya lebih kasar lagi.
"Haaaaaaaa....."
Teriak Fauzan keras-keras, Fauzan menatap ke arah belakang, dulu ia dan Rayan suka ke bukit ini, dan Fauzan selalu berteriak tiap sampai ke bukit ini, melepas banyak bebannya dan disambut kekehan Rayan yang akan memicu keributan kecil mereka, Fauzan rindu saat-saat pertikaian kecil mereka, bukan pertikaian gila seperti sekarang ini.
Berapa lama mereka tidak tegur sapa? Satu minggu? Dua minggu? Ya, kurang lebih dua minggu, namun itu terasa amat lama bagi Fauzan, menghentikan kebiasaan-berakrab ria dengan Rayan-itu bukan hal mudah untuk Fauzan.
Fauzan meraba wajahnya yang baru terasa nyeri, ia tahu darah dari hidungnya telah mengering. Fauzan membiarkan angin sore terus menerpa tubuhnya, menikmati senja yang hampir tiba, bayangan Rayan selalu berkelebat setiap ia menutup matanya, bayangan Rayan yang selalu menghiburnya, jatuh cinta memang terus membuat seseorang terus mengingat-ingat tingkah baik orang yang kita cintai.
Fauzan tertawa getir, layaknya cowok yang sedang depresi, ia menertawai dirinya sendiri, mencintai seseorang yang tidak mungkin bisa menyambut cintanya itu jauh dari kata baik, apalagi yang ia cintai sahabatnya, sahabat lelakinya, jika Rayan selalu memproklamirkan diri, bahwa Rayan berada di dalam Friendzone, hal itu lebih tepat Fauzan yang proklamirkan, karena jelas lebih tepat untuk Fauzan, Fauzan lah yang berada di dalam istilah Friendzone yang sebenarnya.
Fauzan masih setia di atas mobilnya, membaringkan diri di atas mobilnya.membiarkan senja datang dan menutup dirinya. Awal Agustus yang buruk.
@trisastra
@bayumukti
@rizky_27
@3ll0
@amira_fujoshi
@leviostorm
@kimo_chie
@Chy_Mon
@lian25
@DanyDan
@hananta
@Klanting801
@trio_chivay
@mumura
@DM_0607
@angelsndemons
Mention gw juga dong klo update.
iya SADENDING BANG,hohoho hati-hati kalo mau yang happy jangan baca yang kayak gini.
Berharap Happy Ending.. :-SS
yaaah, tamat dong kalo gitu mah. hahaha... nggak secepet itu juga metongin ojan, masih mau gue siksa dulu ojannye hahah
aku tunggu chap depan ..
Rahasia. yang pasti Sadending
emang Rayan str8 nyebelin. banget malahan *lirik bf* haahha
saya suka sad ending,, so mesti pantengin tiap update nih,, jangan lama2 ya @Irfandi_rahman
Dan lagi lagi itu adalah Drama, drama cliche yang paling aku suka.
Kalo bisa sad endingnya dibuat semenderita mungkin ya bang TS?