It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
salut buat noey demi cinta rela jauh dari keluarga.
jadi ngebayangin pacarku...
Hehe iya.. Wah wajah pasaran ya ampe lsung d kenali.. Km siapa?
Semoga suka.. Ini cerita pengalaman teman bbm saya yang kemarin curhat.. Cinta pertama dia.
_____
*FIRST LOVE*
By.Blujaws
____
Agak sedikit merinding bulu kudukku ketika melewati taman kota yang gelap. Aneh, ini tidak seperti biasanya. Padahal sudah sering aku melewati taman ini malam-malam begini untuk memotong jalan sepulang lembur kerja namun tak pernah aku merasa takut melewati kegelapan, tapi malam ini entah kenapa terasa ada yang janggal. Tiba-tiba merasa tak enak hati, bulu-bulu halus di tubuhku meremang gak jelas padahal angin tak begitu dingin.
Jangan-jangan ada makhluk halus yang lewat nih, kata orang-orang tua jika tiba-tiba kita merinding bulu kuduk dan ada perasaan cemas yang mengarah pada ketakutan gak jelas, biasanya ada makhluk halus lewat gentayangan walau kadang tak menunjukan wujudnya.
Aku jadi bergidik ngeri membayangkannya, kurapatkan jaket dan melangkah cepat-cepat agar segera melewati taman yang belum setengahnya kutempuh. Taman ini cukup luas, namun lebih cepat tiba menuju rumahku daripada aku harus memutar jalan dan lebih jauh.
Di tengah taman kota ini ada pohon ketapang yang sudah sangat besar dan tua, terkadang terlihat menyeramkan jika dilihat dari kejauhan di tengah kegelapan malam seperti ini. Suasana seram dan mistis agak terasa muncul ketika melihat pohon itu sehingga membuat aku berimajinasi hal-hal menyeramkan muncul kala melihat pohon besar itu.
Setiap malam aku harus melewati pohon itu, dan aku selalu dengan cepat memacu langkahku jika melewatinya.
Apalagi menurut hembusan gosip yang kudengar, akhir-akhir ini suka terlihat ada kuntilanak nangkring di dahan besar pohon itu. Walau aku sendiri belum pernah melihatnya sepanjang melewati pohon ini setiap malam, jangan sampai deh aku melihatnya.
Katanya sih kuntilanak itu jelmaan arwah penasaran seorang cewek yang gantung diri di pohon ketapang itu beberapa bulan lalu karena tak kuasa menanggung malu akibat hamil di luar nikah sedangkan kekasihnya kabur entah kemana, tak mau bertanggung kawab.
Sedang aku melangkah cepat-cepat tiba-tiba aku dikejutkan oleh sesuatu yang mencengkram lenganku, sepertinya sebuah tangan yang sangat dingin mencengkram kuat pergelangan tanganku.
Aku sungguh-sungguh kaget dan sontak berhenti melangkah, dadaku bergemuruh tak karuan.
Apa gerangan itu yang mencekalku, tangan siapa itu. Perasaan takut dan penasaran mulai merasuki pikiranku, namun aku tak berani menoleh kebelakang, apalagi kembali aku merasakan seluruh bulu halus di tubuhku berdiri meremang.
Bayanganku langsung tertuju kepada kuntilanak penunggu pohon ketapang, jangan-jangan yang memegang tanganku itu si Kuntil lagi iseng.
Aku langsung gemetaran.
Ku coba menenangkan hatiku dengan merapal do'a-do'a sebisaku dalam hati.
"Si-siapa nih? Mau apa kamu?" Bentakku agak panik, namun masih belum berani menoleh mencari tahu siapa yang telah menahan langkahku.
Tak ada jawaban yang ku dengar. Sunyi. Namun cengkraman itu semakin kuat di pergelangan tanganku.
"Jawab dong.. Siapa kamu, manusia atau setan? Cepet lepasin saya, udah malem nih saya mau pulang, jangan bercanda deh.." Aku kembali mencoba bertanya, kutarik lenganku namun tangan dingin itu malah balas menarik. Aku semakin takut dan gemetaran. Rasanya seluruh sendi ditubuhku mulai lemas dan keringat dingin mulai merembes dikulitku. Aku diam menunggu makhluk di belakangku itu bersuara.
"Tolongin aku Kak.." Sebuah suara terdengar dibelakangku setelah cukup lama. Pelan, halus namun sedikit serak. Itu suara cowok, berarti bukan hantu Kuntilanak, ah tapi mungkin saja itu hantu laki-laki penunggu pohon ketapang pasangan si Kuntil, bisa saja kan si Kunti sudah punya pacar baru misal Genderewo atau Jin Iprit penunggu taman. Hiiy, aku kembali bergidik.
Tapi ngomong-ngomong, kalau itu setan pasti itu setan yang sopan karena dia manggil kakak padaku barusan, dan kalau gak salah dengar dia barusan meminta tolong padaku. Setan apa yang meminta bantuan pada manusia.
Hmmm, apa aku lihat saja yah, tapi bagaimana kalo makhluk itu berwajah mengerikan bisa-bisa aku pingsan ditaman ini. Tapi kalau terus-terusan beginipun gak akan selesai masalah, masa aku harus semalaman berdiri ditaman gelap dan ketakutan karena tanganku dipegang tangan dingin makhluk yang tak kuketahui entah siapa.
Yah, lebih baik aku lihat saja. Perlahan aku membalikan kepalaku berusaha melihat kebelakang.
KYAA..! Ketika kepalaku telah berhasil menoleh kebelakang aku jadi terpana dengan yang kulihat. Ini sih bukan setan atau makhluk halus yang biasa kulihat di film-film, sama sekali tidak mengerikan bahkan sungguh pemandangan yang sangat indah. Sebuah kesempurnaan yang baru pertama kali aku lihat dalam hidupku secara nyata walau dalam keremangan.
Bayangkan, ternyata pemilik tangan dingin yang mencengkram tanganku ini seorang cowok berondong pemilik wajah unyu mempesona. Sulit di uraikan secara spesifik betapa indahnya ketampanan wajah cowok ini. Wajah yang sekali lihat mampu membuat siapa saja berdecak kagum dan langsung jatuh cinta.
Parahnya lagi dia telanjang, memamerkan tubuhnya yang super sexy dan hot, tubuh yang akan membuat aku rela memeluknya 7 hari 7 malam tanpa melepaskannya sedetikpun.
Yah, walau tidak bugil sama sekali sih. Aku mengutuk selembar kertas kardus bekas dus mie instan yang menutupi bagian bawah perutnya. Aarrgh, penasaran, ingin sekali kutarik kardus sialan itu.
Rasa takut tiba-tiba saja menghilang entah kemana, apalagi saat melihat senyumnya yang kontan tanpa ngutang langsung membuatku mabuk kepayang.
Ah ini sih bukan setan tapi pasti malaikat yang jatuh dari langit, malam ini aku ketiban rezeki nomplok, tengah malam begini ketemu cowok super ganteng dan super sexy berbugil ria.
Tapi tunggu dulu. Aku harus tetap hati-hati dan waspada. Jangan senang dulu deh Kenji.
Siapa tahu kan dia setan atau iblis yang sedang malih rupa menjadi cowok tampan dan siapa tahu setan itu tahu kalau aku ini gay, trus nih setan menggodaku dengan bertelanjang ria setelah aku terbuai dan lengah lalu tuh setan tiba-tiba mencekikku dan memangsaku rakus.
Kaki. Yah, aku harus melihat kakinya, kalau berpijak ke tanah berarti bukan setan. Kubuka lebar-lebar mataku menembus keremangan agar bisa melihat kaki cowok itu dan aku bernafas lega karena sepertinya kaki dia menapak tanah. Sudah pasti brondong cakep ini manusia asli.
Tapi yang menjadi pertanyaannya adalah, ngapain coba nih cowok tengah malam begini telanjang ditaman, ada banyak kemungkinan yang harus ku waspadai hingga aku benar-benar yakin si tampan ini tidak berbahaya.
Misal, siapa tahu nih cowok pura-pura butuh bantuan lalu saat aku lengah tiba-tiba datang temen-temennya buat merampok aku, lebih parah gimana kalau aku di perkosa. ( Walau sebenarnya mau banget di perkosa kalau sama pemuda se-WOW ini sih, aku pasrah sepasrah-pasrahnya hihi)
Modus kejahatan model begitu kan sudah banyak terjadi di berita-berita kriminal, walau dompetku melarat karena ini udah tanggung bulan, tapi kan takut juga kalau-kalau mereka melukai tubuhku yang mulus dan berharga ini.
Atau bisa saja cowok ini ternyata cuma orang tidak waras yang kabur dari Rumah Sakit Jiwa, kalau gilanya parah dan macam-macam, bisa gawat kan.
Tapi masak sih ada orang gila setampan dan sekeren ini, lagian cowok ini juga bersih kok, cuma karena bertelanjang saja dia jadi terlihat aneh.
Dalam hati aku segera berdo'a dengan penuh ketulusan semoga saja si ganteng ini tidak gila dan do'a plus lainnya adalah semoga dia juga homo sepertiku biar bisa aku gebet he he.
Do'a yang cukup baik tapi juga jahat yah hihi.
"Kamu siapa? Mau apa nyegat orang lagi lewat?" Kataku menatapnya penuh selidik, dia malah sebentar menunduk melihat dirinya yang telanjang lalu menatapku dan terlihat kebingungan.
"Tolong aku kak, aku mohon.." Kembali dia bersuara, sekarang terdengar lebih jelas dan enak di dengar.
"Tolong? Menolong kamu apa..?" Tanyaku dengan berjuta penasaran, dan entah kenapa aku malah semakin tertarik pada cowok ini, auranya begitu kuat seakan magnet yang dengan kuat menarikku untuk dengan mudah menyukainya.
"Aku tadi di jahatin pemuda-pemuda didepan jalan sana Kak, semua barangku termasuk pakaian yang ku pakai di rampasnya sehingga aku menjadi telanjang begini. Sudah berjam-jam aku disini sembunyi, aku tidak berani keluar, aku malu sekali Kak. Tolong aku pinjamkan pakaian, aku ingin pulang Kak.. Sejak tadi aku menunggu hanya Kakak orang pertama yang lewat kesini.. Tolong aku Kak.." Suaranya memelas hampir menangis, aku jadi trenyuh mendengar pengalamannya itu, tega sekali sih tuh orang-orang merampok dan ngerjain nih anak.
Preman-preman disini memang jahat-jahat dan sangat menyebalkan, mereka seperti tak punya hati saja.
Hanya saja bagaimana aku bisa membantunya, sedangkan aku gak bawa pakaian ganti. Bisa saja aku pulang dulu dan mengambil pakaian untuk dirinya di kosanku lalu balik lagi kesini tapi itu akan cukup memakan waktu bisa setengah jam lebih.
Kasihan dia jika harus nunggu, pasti dia sudah kedinginan sejak tadi. Aku jadi tak tega, dengan ikhlas aku mau jadi penghangatnya kalau dia bersedia hehe.
Aku berpikir sejenak, mencari ide agar bisa membantunya dan sebuah ide akhirnya terlintas di otakku.
Aku membuka celana panjangku, lalu melepas boxer pendek ku juga, setelah itu aku melepas jaketku pula.
Ku serahkan jaket dan boxerku kepadanya.
"Pakailah ini dulu, dengan itu kamu bisa ikut aku ke kosanku, nanti disana aku pinjamkan pakaian padamu.." Ucapku padanya, dia tampak ragu namun diterima juga jaket dan boxerku.
"Pakailah, tenang saja aku tak penyakitan.." Kataku kembali karena dia masih belum memakainya, mendengar kalimatku dia segera mundur ke balik pohon untuk memakai pakaian dariku, sedangkan aku segera memakai celana panjangku kembali.
"Ikuti aku.." Ajakku saat dia telah muncul kembali dari balik pohon, dan telah menutup tubuh telanjangnya dengan jaket dan boxerku. Kami berjalan beriringan menembus keremangan taman kota dalam diam.
Tiba di kosanku yang kecil aku segera mempersilahkan dia masuk. Ku pinjamkan celana pendek dan t-shirt untuknya, tanpa sungkan dia melepas jaket dan boxer didepanku sehingga kali ini benar-benar telanjang tanpa kardus yang menutupi daerah terlarangnya, apesnya dia membelakangiku jadi aku hanya bisa melihat bokongnya yang mulus dan padat.
Walau situasi itu cuma sebentar karena dia segera memakai celana pendek dan t-shirtnya namun cukup membuat aku menahan nafas dan mengelap iler yang tiba-tiba ngeces gak ketahan. Si Otong di balik celanaku seketika berontak.
Ku suguhkan segelas air putih juga sebungkus wafer sisa temen nonton dvd bajakan malam minggu kemarin.
Sepekan sekali saat libur aku biasa membeli beberapa dvd film bajakan dari seorang langganan depan pasar lalu menikmati malam minggu jombloku sendirian dikosan.
"Ohya kita belum berkenalan, namaku Kenji.." Kataku memperkenalkan diri
"Lian.." Jawabnya singkat ketika menyambut uluran tanganku. Kami berjabat tangan, ketika tangan kami menyatu kurasakan seperti ada aliran listrik menyetrum tanganku hingga tembus ke hati. Jiwaku semakin bergelora. Cukup lama aku tak melepaskan tangannya andai Lian tak berusaha menarik tangannya, malu-malu aku segera melepaskannya.
"Bagaimana ceritanya kamu bisa di kerjain preman-preman itu Lian?" Tanyaku mengalihkan rasa maluku.
"Sebenarnya aku dari luar kota Kak, aku ke kota ini mencari rumah Tante ku disini, tadi aku mencoba bertanya alamat kepada mereka tapi aku malah di tarik ketaman dan dikerjain. Aku gak nyangka disini orang-orangnya jahat sekali.." Lian menunduk sedih
"Yah, aku mengerti, dulu aku pernah di jahati mereka juga walau tak sampai di telanjangi, hanya dompetku yang di rampas.. Terus sekarang apa rencanamu?" Tanyaku
"Aku gak tahu, alamat tanteku sudah hilang bersama barang-barangku dan mau pulang juga aku tak punya uang buat ongkos. Aku bingung Kak.." Jawabnya sangat menyedihkan, aku jadi iba pada nasibnya. Ingin sekali aku membantunya, tapi tanggung bulan gini mana bisa ku pinjamkan uang buat ongkos dia.
"Kalau kamu mau kamu bisa menginap malam ini disini nanti kita pikirin caranya untuk bisa menemukan rumah tantemu atau kamu bisa balik ke kotamu, hanya saja sorry karena kosanku beginilah adanya.." Ucapku menawarkan bantuan, Lian menatapku dengan mimik ragu namun tampak senang.
"Kakak serius?" Tanya dia agak ragu, aku mengangguk mantap dan tersenyum padanya untuk meyakinkan ketulusanku. Dia tersenyum dengan manisnya, wajahnya terlihat semakin cerah.
Tiba-tiba dia memelukku, membuatku gelagapan tak menyangka dia akan bersikap seperti ini.
"Makasih ya Kak.." Bisiknya terharu, dadaku kembali berdebar. Ku tepuk-tepuk punggungnya lembut.
"Sudahlah tidak perlu seperti ini.." Balasku berusaha lepas dari situasi menyenangkan ini sebelum dia menyadari ada sesuatu yang aneh di tubuh bawahku yang lagi-lagi memberontak.
Lian melepaskan pelukannya, dia tampak tersipu-sipu.
"Maafin Lian kak, kelepasan saking senangnya.." Ucapnya meminta maaf, aku hanya tersenyum menanggapinya.
"Ohya kamu laparkan?" Ucapku kembali, aku pikir dia pasti kelaparan karena seharian ini pasti dia belum makan sejak keberangkatan dari kotanya pagi tadi.
"Gak kok Kak, aku masih kenyang.." Jawabnya namun tiba-tiba terdengar suara cacing-cacing menjerit dari dalam perutnya, begitu jelas terdengar dimalam yang sepi. Wajah Lian seketika merah padam menahan malu, dia menunduk dalam-dalam, aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya yang menggemaskan itu.
"Lihat cacingmu menyuruhmu untuk tidak berbohong, yuk kita cari makan.." Ajakku padanya
"Maaf Kak.." Lirihnya masih bergeming
"Sudahlah, ayook.." Kataku, lalu menyambar lengannya dan ku tarik keluar kosan, biasanya jam-jam segini masih ada tukang nasi goreng atau tukang pecel lele mangkal di depan jalan raya, biar ku traktir Lian di salah satu pedagang makanan disana, kalau untuk makan berdua aku masih punya sedikit simpanan hingga akhir bulan ini.
"Aku jadi merepotkan Kakak.." Ucap Lian tampak sungkan ditengah menyantap nasi goreng yang kami pesan, kebetulan pedagang yang masih tersisa hanya tinggal pedagang nasi goreng dan soto lamongan, kami memilih nasi goreng untuk santap malam ini.
Suasana tengah malam sudah sangat sepi, hanya satu dua kendaraan yang masih terlihat melewati jalan.
"Tenang saja, ini kan kemauanku jadi kamu tak perlu sungkan, aku ikhlas kok membantumu.." Jawabku menenangkannya
"Makasih ya Kak.." Katanya
"Sama-sama.." Balasku, sesekali ku lirik dia yang tampak begitu lahap menikmati nasi gorengnya, sepertinya Lian memang benar-benar kelaparan.
"Jika boleh tahu, untuk apa kamu datang ke kota ini, apa sekedar mengunjungi tante kamu doang?" Aku kembali bertanya
"Aku baru lulus SMA Kak, aku kesini mau mendaftar kuliah di fakultas negeri disini, Tante yang akan membantu mengurus semuanya atas permintaan Papa.."
"Wah semoga diterima yah..."
"Amin, makasih Kak.."
Kembali hening, tak ada lagi yang bicara hingga santapan kami habis dan kembali pulang ke kosan.
Begitulah. Akhirnya untuk sementara Lian aku ijinkan menginap di kosanku, aku gak tega membiarkannya terlunta di jalanan sedangkan dia sama sekali tidak tahu kota besar ini. Sementara dia belum menemukan rumah tantenya dia bebas tinggal denganku.
Lagipula siapa sih yang bakal nolak ditemani cowok seganteng Lian, mau tinggal seumur hidup pun dia bersamaku dengan senang hati aku mau banget.
Lian mengingatkan aku saat dulu aku tiba di kota besar ini sewaktu aku mau melamar kerja di Kantor ku yang sekarang ini, aku dulu sama bingung seperti dirinya karena tak mengenal seluk beluk kota ini.
Rencananya aku akan mencoba kasbon di kantorku bakal ongkos dia pulang ke kotanya jika dia tak berhasil menemukan rumah tantenya.
Jujur dalam hal membantunya aku tulus melakukannya, entah kenapa ada rasa tak tega melihatnya kesusahan begini.
Lian adalah sosok pemuda yang polos dan lugu, tipe pemuda rumahan yang belum terkontaminasi pergaulan kota yang liar dan komplikasi.
Lian selalu menganggap semua orang itu baik dimatanya, seperti semua orang yang berada di kampungnya sana. Makanya dia sangat terkejut ada orang-orang yang sangat jahat seperti preman-preman yang merampoknya waktu itu.
Sebenarnya keberadaan Lian membuat aku jadi tak bisa tidur, bagaimana aku bisa nyenyak tidur jika sampingku kini ada seorang pemuda tampan yang menemani tidurku, yang ada aku jadi resah gelisah karena harus bisa menahan hasrat dan nafsuku untuk tidak mencoba mengerayanginya.
Jangan sampai Lian tahu keganjilan orientasi sexualku, bisa-bisa dia menuduhku jika bantuan yang kuberikan hanyalah modus untuk melecehkannya.
Aku harus bisa menjaga sikapku.
Karena dikosanku hanya ada satu kasur jadi Lian terpaksa tidur bareng-bareng bersamaku, bahkan bukan hanya satu kasur tapi kamipun satu selimut karena akupun hanya memiliki satu selimut saja.
Awalnya Lian memaksa untuk tidur di bawah lantai yang hanya beralas karpet, tapi rasanya aku tak tega membiarkan dia tidur bergeletakan di karpet sedang aku dikasur empuk, jadi ku paksa dia tidur bersamaku. Bersyukur akhirnya dia bersedia juga pindah kekasur.
Sepertinya Lian amat kelelahan, mungkin karena telah menempuh perjalanan cukup jauh dan berjam-jam di tambah lagi pikiran yang kacau gara-gara kehilangan semua barang-barangnya, dan tidak terbayang betapa tersiknya ketika dia harus bersembunyi berjam-jam di taman yang gelap karena malu untuk keluar dalam keadaan telanjang bulat.
Lian telah mengalami hari yang buruk di hari pertamanya ia datang ke Kota yang asing baginya ini.
Untuk itulah ketika tiba di kosan usai kita makan, baru saja Lian meletakan tubuhnya di kasur dalam sekejap saja dia sudah tertidur dengan pulasnya, wajahnya yang tampan nampak begitu polos dan menggemaskan.
Ah, betapa mempesonanya pemuda ini, hatiku semakin tak bisa ku dustai, aku menyukai Lian pada pandangan pertamaku dan ini perasaan pertamaku menyukai seorang laki-laki semenjak aku menyadari jika aku seorang gay sejak masa ABG dulu.
Hanya Lian yang telah membuat hatiku berdebar ketika melihatnya saja. Perasaan cintakah ini. Jika benar, ini adalah My first love.
Hingga menjelang dini hari aku benar-benar tak bisa memejamkan mata, pikiranku terus berkecamuk tak menentu. Keberadaan Lian sungguh membuat aku sangat tak tenang namun ada sisi bahagia dibalik itu.
Aku sungguh bingung dengan perasaan ini, kenapa aku harus menyukai pemuda asing ini, asing dalam arti sebenarnya. Aku tak mengenal Lian, aku juga tidak yakin Lian seorang gay sepertiku. Dia hanya orang asing yang kebetulan kutemui dan meminta pertolonganku tapi kenapa tiba-tiba aku bisa menyukainya dalam sekejap.
Cinta memang sungguh aneh, dalam sekejap telah membolak-balik jiwaku.
Sekitar pukul 3 malam akhirnya aku bisa membuai khayalan dengan mimpi setelah beratus menit tersiksa oleh rasa yang gila.
Pukul 5 subuh aku terbangun karena suara alarm yang menjerit-jerit dengan kencangnya dari ponselku. Aku memang menyetelnya pukul 5 pagi karena tak ingin terlewati untuk melaksanakan kewajibanku shalat subuh, tapi kali ini benci sekali aku mendengar suara alarm, rasanya baru saja satu menit aku bisa memejam mata kini sudah harus terbangun kembali. Apalagi dalam tidurpun Lian hadir menghiasi mimpiku.
Hanya dua jam waktu istirahatku itu sungguh-sungguh tidak cukup.
Ketika aku membuka mata tak kulihat Lian di sampingku, kemana dia gerangan. Mataku berkeliling mencari namun tak kutemukan diseluruh kamar kosanku yang sempit ini.
Aku jadi sedikit cemas, namun akhirnya terjawab sudah ketika akhirnya dia muncul ketika pintu terbuka. Ditangannya ia membawa kain sarung milikku.
"Darimana?" Tanyaku penasaran menatapnya.
"Dari mesjid Kak, shalat subuh berjamaah.. Maaf tadi aku lancang memakai sarung yang di atas nakas.." Jawabnya, lalu menyimpan kembali kain sarung milikku yang sudah dilipatnya ke tempat semula, di atas nakas. Aku semakin kagum dan tambah menyukai pemuda ini, sungguh pemuda yang baik karena masih mengingat untuk beribadah berjamaah. Dan aku lega karena dia tidak sengaja kabur disaat aku sedang tidur.
"Tidak apa-apa, pakai saja.. Aku tadi hanya khawatir tiba-tiba kamu menghilang.." Jawabku sejujurnya
"Iya, maafin Lian Kak, tadi mau ijin tapi kakaknya masih tidur.." Balasnya tak enak hati.
"Yasudah Kakak juga mau shalat dulu.." Ucapku, lalu bangkit dari kasur dan menuju kamar mandi.
Sekitar pukul 7 pagi aku meninggalkan Lian karena harus pergi bekerja, cukup berat hati aku melangkah meninggalkan kosan, namun mana mungkin bolos kerja, itu berarti kerugian besar karena setiap satu hari tidak masuk kantor berarti pemotongan gaji atau potong waktu cuti.
Sebelum berangkat aku terlebih dahulu membelikan sarapan untuknya, aku juga memberikan uang sekedarnya untuk membeli makan siang dia nanti karena aku pulang kerja saat sore.
Aku hanya tak mau saat aku pulang menemukan anak orang pingsan karena kelemesan terlambat makan siang.
Lian agak sungkan menerima pemberianku, dia bahkan menolak namun aku memaksanya dan kubilang itu ikhlas bukan hutang budi.
"Jika kamu jenuh di kosan main saja ke depan, tapi sekiranya kamu tidak hapal jalan jangan main terlalu jauh ya.." Pesanku sebelum berangkat, Lian mengangguk manut.
Tiba-tiba dia meraih tangan kananku, lalu mencium punggung tanganku itu. Aku cukup kaget dengan perlakuannya itu namun semakin kagum dan menyukai keluguan bocah ini.
"Hati-hati ya Kak.." Ucapnya pelan, bibirnya tersungging manis, berdebar hatiku melihatnya.
"Yasudah aku berangkat dulu ya.." Pamitku.
Entah kenapa pagi ini aku begitu bersemangat berangkat bekerja, betapa ringan jiwaku melayang-layang menembus awan. Aku bahagia pagi ini.
Sorenya sepulang kerja dan setelah tubuh segar usai mandi aku mengajak Lian jalan keluar, saat pulang kerja aku sengaja mampir ke rumah seorang teman dan meminjam sepeda motor miliknya.
Aku ingin mengajak Lian ke suatu tempat dan agar lebih cepat aku meminjam kendaraan.
Lian hanya menurut ketika ku ajak jalan, kulihat ada raut penasaran di matanya namun sepertinya dia enggan bertanya.
Aku mengajak Lian ke sebuah Plaza, disana aku membawa Lian ke Grapari Telkomsel, sebelumnya aku telah bertanya pada Lian kartu apa yang dia pakai di ponsel yang telah di bawa kabur orang-orang jahat itu, Lian menggunakan kartu Simpati jadi aku membawanya ke Grapari untuk mengaktifkan kembali nomor sim dia dengan kartu baru, ini adalah rencanaku untuk membantunya agar bisa menemukan rumah Tantenya.
Sebenarnya aku tadi sudah mencoba kasbon di Kantor namun di tolak karena aku masih memiliki kasbon di waktu sebelumnya.
Akhirnya akupun meminjam uang ke seorang teman kerja dan ku pakai untuk membantu Lian memulihkan nomor lamanya.
Dengan begitu Lian bisa menghubungi semua keluarganya termasuk orang tua atau tantenya.
Ku pinjamkan pula ponselku sementara dia menghubungi keluarganya.
Dengan uang pinjaman dari temanku juga aku membelikan satu stel pakaian untuk Lian, aku melakukannya agar dia tidak risih karena meminjam pakaianku terus.
Sebelum pulang kembali ke kosan, aku mengajaknya makan malam di sebuah Cafe yang cukup layak dengan isi dompetku.
Aku sadar mungkin sebentar lagi Lian akan segera pergi dari kosanku karena dia kini sudah bisa menghubungi keluarganya, mungkin saja setelah itu aku takan bisa melihatnya lagi atau entah nanti aku bisa mengetahui kabarnya lagi, jadi sebelum aku benar-benar tak bisa melihatnya aku ingin menikmati kebersamaan dengannya di waktu yang tersisa.
Aku ingin memiliki kenangan manis dengannya untuk selalu ku kenang di hari kedepan nanti.
Karena jujur saja semakin waktu berlalu aku semakin menyukai Lian, hatiku semakin terpikat pesonanya dan rasa itu tak mampu ku bantah lagi.
"Aku selalu merepotkan Kakak.." Ujarnya ketika kami sedang menunggu pesanan kami. Aku tersenyum padanya, wajah Lian tampak cute jika sedang murung begitu tapi tentu saja aku tak suka melihat orang yang kusukai murung dan bersedih walau se-cute apapun, aku ingin melihat Lian selalu ceria dan bahagia.
"Jangan pernah katakan itu lagi..." Ucapku menenangkan hatinya.
"Kakak terlalu baik.." Komentarnya polos
"Benarkah? Emangnya Lian mau Kakak menjadi jahat sama Lian?" Kataku menggodanya, dia menaut alis menatapku terkejut
"Gak mau lah.." Jawabnya agak merengek
"Jadi yasudah jangan bilang lagi Lian merepotkan Kakak karena kakak gak merasa di repotkan, kakak ikhlas.."
"Iya Kak, siap.." Sigap Lian menjawab
"Nah sudah datang makanan kita jadi daripada kamu mikir aneh-aneh terus mendingan kita sikat makanan kita.." Kataku untuk mengakhiri rasa bersalahnya, kebetulan pelayan datang membawakan pesanan kami.
Untuk selanjutnya kami lebih banyak diam dan menikmati makanan lezat itu, walau kenyataannya aku lebih banyak memperhatikan Lian saat sedang makan.
Pemuda ini selalu indah dan enak di pandang walau sedang melakukan apapun, mungkin ini akibat virus cinta yang sudah merasuki jiwa ragaku.
Aku semakin ketagihan sosoknya dan hampir overdosis merindukan balasan kasihnya.
Oh Lian, mungkin ada baiknya kamu segera pergi sebelum hatiku tak terkendali mencintaimu karena aku tahu rasa ini hanya berujung harapan semu.
Cukup lama Lian berbicara dengan keluarganya via telfon yang kupinjamkan, entah apa saja yang mereka bicarakan karena aku segera meninggalkannya saat dia mulai menelfon, aku tak ingin Lian merasa tak nyaman bicara karena ada aku di kosan saat dia sedang bicara.
Satu jam waktu yang cukup lama untuk menelfon, jadi sekitar telah satu jam meninggalkannya aku kembali kekosan dan ternyata Lian telah selesai menghubungi keluarganya.
Saat melihat kedatanganku Lian tampak senang, di bibirnya tersungging senyum bahagia.
Dia pasti sudah mendapat kabar dari keluarganya.
"Bagaimana?" Tanyaku sedikit cemas, ini adalah detik-detik dimana aku sebentar lagi akan kehilangan sosoknya, rasanya aku jadi tak bersemangat lagi tapi tak kutunjukan itu padanya.
"Besok Papa, Mama dan Tante akan menjemputku, mereka cemas karena Lian menghilang 2 hari hingga seluruh keluarga dari Semarang datang kesini, bahkan Lian sudah dilaporkan sebagai orang hilang ke kantor polisi sama mereka.
Sebenarnya mereka ingin menjemputku malam ini tapi Lian suruh jemput besok saja, Lian bilang ke mereka Lian aman disini karena ada Kakak yang baik hati.." Jelasnya bersemangat.
Kupaksakan untuk tersenyum menunjukan aku turut bahagia namun ku sadar senyumku semakin hambar, aku tak kuasa menahan perasaanku yang tiba-tiba saja menjadi sedih begini. Galau tingkat tinggi.
Lian mendekatiku dan tiba-tiba dia merangkulku, mendekapku erat.
"Terimakasih Kak, terimakasih untuk semua kebaikan Kakak sama Lian, Lian akan sangat merindukan Kak Kenji.." Lirihnya dan ku tahu dia menangis oleh rasa haru biru.
Ada perih di hatiku mendengar kalimatnya, aku memang senang akhirnya dia bisa menemukan rumah tantenya tapi dibalik itu aku tak munafik aku merasa takut kehilangan dirinya. Aku takut Lian tak ingin mengenalku lagi setelah ini.
Aku pasti akan sangat merindukanmu Lian.
Tak ada yang bisa ku ucapkan, akupun tak kuasa menahan airmataku, dalam diam kami berdua menangis.
Terimakasih Lian karena memberikan kesempatan semalam ini untuk aku masih bisa bersamamu, menikmati pesonamu, walau tak bisa kusentuh dirimu,
Cukup dalam hati saja aku membuai rasa indah ini.
Malam berteman sunyi, seperti malam kemarin Lian sudah terlena dibuai mimpi sejak dia bergelung selimut. Anak ini sepertinya memang mudah tertidur.
Sedangkan aku lagi-lagi sulit memejamkan mata, menyadari esok akan menjadi akhir kebersamaanku denga Lian hatiku semakin gelisah, aku sungguh takut membayangkan pemuda ini tak lagi bisa kulihat.
Walau hanya dua hari ini aku menikmati kebersamaan dengannya entah kenapa rasaku kepadanya sangatlah kuat dan bertambah kuat setiap detik.
Aku pasti akan sangat merindukan wajah lugunya. Aku pasti akan sangat merindukan senyum lucunya. Merindukan matanya yang jernih bercahaya, juga kepolosan sikapnya yang menggemaskan.
Aku akan sangat-sangat merindukanmu Lian. Aku akan tersiksa karena memikirkanmu.
Ku tatapi wajah putih itu dengan beribu makna yang tak bisa terungkapkan. Oh mengapa cinta menyapa hatiku pada waktu dan pada sosok yang tidak tepat.
Ujian berat apakah ini Tuhan yang Kau berikan pada hambaMu yang lemah ini.
Perlahan aku menunduk, bibir mungil itu begitu menggoda, hasratku kian bergelora aku tak mampu menahan diri untuk tak menyentuhnya.
Sekali saja Lian, ijinkan sekali saja aku menyentuhmu. Maafkan untuk kelancanganku ini.
Ku pejamkan mataku, dadaku berdebar-debar, sungguh ini moment yang paling menegangkan dalam seumur hidupku. Mencium orang yang ku cintai. Ciuman pertamaku. Dan aku harus mencurinya disaat ketidak sadaran dirinya.
Satu senti saja bibirku hampir menyentuh belahan bibirnya yang merah, gerakan kepalaku terhenti, hati nuraniku menolak sikapku ini.
*Betapa piciknya kamu Kenji melakukan kecurangan ini pada orang yang kau sayangi.
Jika itu kamu lakukan, cintamu hanyalah kemunafikan, cintamu hanya nafsu belaka..*
Tidak, itu tidak benar, cintaku bukan nafsu sesaat. Aku termangu, dan pada akhirnya bibirku bergerak lebih keatas wajah Lian.
Ku kecup keningnya dengan penuh perasaan.
Aku tak ingin menodai orang yang ku sayangi walau secuil dari raganya, aku tak ingin menodai kasih tulusku padanya dengan nafsu.
Aku mengasihi Lian-ku atas nama cinta yang suci.
Cukup lama aku mengecup kening Lian dengan kecamuk hati yang dipenuhi alunan drama kesedihan tentang cinta yang terpendam.
Airmataku mulai membasahi pipi.
Kurebahkan kembali tubuhku dikasur, menenangkan hati dan mencoba untuk tertidur. Kupejamkan kedua mataku.
Namun apa daya Tuhan tak membiarkan aku untuk tenang malam ini, ketika tiba-tiba Lian bergerak tanpa sadar dalam lelapnya, tangan serta kakinya merangkul tubuhku, bahkan kepalanya menyelusup di antara dada dan leherku.
Hembusan nafasnya menggelitik imanku, dadaku kembali bergemuruh bak ombak Pantai Selatan.
Oh, stop Lian.
Jangan lagi, jangan kau tambah menyiksaku lagi malam ini. Hentikan kau terus merasuki hidupku.
***
Esoknya keluarga Lian datang pagi-pagi sekali untuk menjemput anak kesayangannya ini.
Yang datang sepertinya Papa, Mama dan Tante serta Omnya Lian, mereka semua sangat berterimakasih kepadaku karena sudah membantu anaknya.
Bahkan Papa Lian berusaha memberiku amplop tebal yang kuyakini itu pasti isinya sejumlah uang, namun aku menolaknya, aku katakan pada mereka jika aku ikhlas dan tulus menolong Lian, tanpa pamrih apapun. Apalagi mengingat kita sama-sama orang-orang perantauan dikota ini.
Mereka tampak terharu, tak bosan mereka mengucap banyak terimakasih. Sepertinya Lian anak yang sangat di manja keluarganya.
Dan moment yang kutakuti pun akhirnya terjadi. Aku berdiri mematung di ujung gang depan jalan raya ketika kusaksikan kepergian Lian bersama keluarganya.
Dari jendela mobil Lian mengeluarkan kepalanya dan melambai tangan kepadaku, kulihat raut wajahnya tampak murung, matanya yang jernih itu terlihat sendu dan berkaca-kaca memandangiku ketika mobil pribadi yang membawanya itu mulai berjalan menjauhiku.
Tak seucap kalimatpun keluar dari mulut kami mengucapkan perpisahan yang mengharukan ini.
Kepalaku tiba-tiba sedikit pusing, tubuhku melunglai, kupertahankan diriku untuk tetap berdiri, aku harus bertahan, jemariku mencengkram kuat tiang penyangga kabel-kabel telkom yang terpancang dipinggir jalan.
Tak kupedulikan airmata yang kembali memberontak keluar dari kedua ujung mataku.
Hatiku pedih, hatiku merasa kehilangan. Hancur sudah kuncup cinta yang mulai bermekaran oleh badai prahara nestapa.
Aku melangkah galau kembali kekosanku, hari ini aku tak memiliki semangat lagi. Aku ingin bolos bekerja saja. Biar kunikmati kepedihan ini detik demi detik hingga habis tak tersisa. Semoga bisa.
Sudah seminggu sejak kepergian Lian dari hidupku, aku masih saja mengingat dan merindukannya. Bahkan sangat merindukannya.
Hatiku selalu bertanya-tanya, sedang apakah dia. Bagaimana kabarnya. Ingatkah dia padaku.
Oh, kenapa aku sampai lupa menanyakan alamatnya atau menyimpan nomor ponselnya. Bodohnya aku.
Kini aku benar-benar menderita karena merindukan dirinya.
Tapi apalah artinya aku bagi Lian, mungkin dia hanya menganggap aku hanyalah orang asing yang kebetulan menolong dirinya.
Dia pasti telah melupakan diriku.
Harapan semu jika aku berpikir Lian juga memikirkan aku. Siapalah aku ini.
Lian kenapa kau harus hadir dalam hidupku jika hanya selintas saja. Salahkah aku jika mencintaimu.
Hari minggu seperti biasanya aku hanya menikmati libur kerjaku sendiri di kosan. Menikmati masa jombloku yang tak jua berakhir, berteman keping-keping dvd film bajakan dan beberapa bungkus snack.
Namun kali ini aku tidak begitu bisa menyimak film-film yang kutonton. Pikiranku selalu terbagi pada sosok Lian yang mengganggu hatiku.
Film pertama baru saja usai ku putar ketika pintu kosan terdengar di ketuk dari luar. Aku segera bangkit dengan malas, siapa lagi yang bertamu padaku jika bukan pemilik kosan yang menagih uang kosan bulan ini.
Ku ambil uang di lemari kecilku yang sudah kupersiapkan untuk membayar kamar kos, lalu segera membuka pintu.
Namun aku hanya bisa bengong ketika tahu siapa yang berkunjung, antara percaya dan tidak aku melihat sosok Lian sedang tersenyum dengan manisnya di hadapanku. Mimpikah ini.
"Hai Kak, kok malah bengong, gak suka yah Lian maen lagi kesini.." Sapanya tampak sumringah, aku segera tersadar dari bengongku.
"Eh Lian.. Tumben, Kakak pikir kamu sudah lupa tempat ini.." Jawabku tak kalah sumringahnya, tak terbayang betapa senangnya aku bisa melihat Lian kembali.
"Maaf Kak, kemarin aku sibuk mendaftar di Kampus jadi baru sempat kesini, mana bisa aku lupa sama Kakak sang penolongku.." Timpalnya menggemaskan
"Ohya aku kesini mau nganterin pakaian Kak.." Lanjutnya, aku agak kaget dan tak senang, apakah karena pakaian itu terlalu murah baginya sehingga dia ingin mengembalikan pemberianku yang ikhlas itu. Aku menatapnya kecewa.
"Kenapa kamu kembalikan, aku ikhlas memberikannya.. Atau jika kamu tak suka buang saja jangan di kembalikan, Kakak tidak mau menerima sesuatu yang sudah Kakak berikan pada orang lain.." Ucapku agak sedikit terbawa emosi, Lian malah tertawa ketika melihatku marah.
"Siapa juga yang mau ngembalikan baju dari Kakak, itu sih kenang-kenangan berharga yang gak mungkin Lian sia-siain.." Balasnya tenang
"Lalu..?" Kejarku
"Aku mau anterin semua pakaianku Kak.."
"Kakak gak ngerti maksud kamu.."
"Lian mau kost disini sama Kakak, tapi jika di ijinin sama Kakak.. Boleh gak Kak? Tante sama Om Lian juga udah setuju kok.."
Aku terpana. Benarkah yang ku dengar, tidak sedang bercandakah anak ini. Mau kost bersamaku, tentu saja ini yang ku ingin juga, mana mungkin aku menolak ini.
Tapi kenapa?
"Kenapa ingin kost di kamar sempit seperti ini?" Tanyaku masih ragu
"Karena ada Kakak disini.." Balasnya tanpa beban
"Kamu sedang bercanda yah.." Aku memasang kedua tangan di pinggang, menatapnya tajam.
Tapi tiba-tiba lagi-lagi Lian malah memelukku, kini bahkan pelukan ini lebih erat dari pelukan-pelukan sebelumnya. Dia menyembunyikan wajahnya di dadaku, ah dia pasti mendengar detak jantungku yang tiba-tiba berdetak lebih cepat, adrenalinku terpacu lebih kuat.
"Lian sayang sama Kakak, Lian kepikiran Kakak terus, Lian kangen, Lian kepengin bareng-bareng terus sama Kakak.. Bolehkan Kak Lian sayang sama Kakak?" Dia berbisik lirih dan sedikit bergetar. Kedua tangannya sangat erat mencengkram punggungku.
Aku tak tahu lagi harus bagaimana menguraikan kekagetanku sekaligus rasa bahagia di hatiku karena kejutan ini.
Kejutan yang begitu menyenangkan, tidak tahukah Lian jika ini yang aku harapkan selama ini. Akupun begitu merindukanmu, akupun sangat menyayangimu.
Bibirku tak sanggup lagi untuk berucap, hanya ku balas dia dengan dekapan yang lebih erat di tubuhnya. Kuciumi puncak kepalanya bertubi-tubi menunjukan jika dia tak salah karena menyayangiku.
Aku bahagia Lian. Aku sangat bahagia.
***
End..
D tunggu komentar, koreksi, saran dan kritiknya yaa..
Yuk mention dulu para readers..
@erickhidayat @putra8081 @iansunda @yeniariani93 @danu_dwi @firkhafie @eizanki @Ray_Ryo @Flowerboy @Adhie_Prhasetya @dheeotherside @drajat @faisalits @cool_boys @solous @callme_DIAZ @permana21 @ramadhani_rizky @jony94 @hananta @trisastra @haha5 @masbaddud @angelsndemonds @waisamru @enykim @caetsith @angga_rafael2 @nakshima @aries18 @san1204 @abrakadabra @Farrosmuh @maret elan @adam25 @bayumukti @farizpratama7 @Rimasta @rizky_27 @mustaja84465148 @eldurion @Tsu_no_YanYan @arieat @rez_1 @YANS FILAN @adinu @ularuskasurius @Donxxx69 @fad31 @MikeAurellio @PohanRizky @3ll0 @ruki @agova @jamesfernand084 @venussalacca @Gabriel_Valiant @putra_prima @Qwertyy @fansnya_dionwiyoko @rendifebrian @Beepe @dota @danielsastrawidjaya @nakashima @leviostorm @kimo_chie @Bonanza @Dimz @sasadara @haha_adadeh