It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
:-D :-D :-D :-D :-D :-D :-D
Bisa jadi @leviostrom
______
Who Is He?
By.Blujaws (Cay Cuy)
_____
Akhirnya rumah kosong yang oleh masyarakat sekitar di juluki Rumah angker itu kini ada yang menghuninya juga. Rumah itu terletak tepat berada di belakang Rumah orang tuaku, alias bertetanggaan cukup dekat denganku.
Rumah itu sudah bertahun-tahun kosong karena di tinggalkan pemiliknya yang menurut Mama sih mereka pindah ke luar kota. Setelah suatu tragedi dulu pernah terjadi didalam sana, akhirnya mereka pindah. Saat itu aku masih TK jadi aku tidak ingat apa sebenarnya tragedi yang telah terjadi di rumah itu.
Setelah itu tak ada seorangpun yang mau menempati rumah itu, alasannya kebanyakan mereka takut tinggal disana. Mungkin karena rumah itu terlihat menyeramkan, padahal kalau di rapihkan kembali, di cat kembali pasti rumah itu akan kembali bagus.
Sayang sekali jika harus terbengkalai begitu.
Tapi kini ada juga yang mau tinggal di rumah yang tak terurus itu, mereka adalah satu keluarga yang terdiri dari Tuan dan Nyonya Karindra serta seorang anak lelakinya yang bernama Devandra, usianya baru 17 tahun, dia masih belajar di kelas tiga SMA.
Aku dan Deva hanya beda setahun, lebih muda aku setahun darinya. Jadi jika kami satu sekolah Deva adalah kakak kelasku.
Itu ku ketahui setelah beberapa hari kemudian setelah kepindahan mereka, dan aku akrab dengan Deva.
Menurutku Deva sosok cowok yang manis, wajahnya putih bersih dengan di hiasi hidung yang bangir, bibir yang tipis kemerahan, matanya bening dan tajam bak tatapan elang, dengan rahang yang kokoh membingkai wajahnya. Dia tampak sempurna di mataku. Aku yakin dia pasti cowok idola di sekolahnya.
Kala dia tersenyum langsung deh bikin hatiku merinding disko (aduh bahasanya).
Tubuh dia cukup tinggi di bandingkan aku. Deva memang tampan, andai dia mau jadi model atau aktor pasti dengan mudah dia akan meraih ketenaran dengan fisik sempurnanya.
Menurutnya, ada darah italia di tubuhnya yang mengalir dari sang Ayah. Tuan Karindra memang wajahnya tampak seperti bule-bule yang ku lihat di film-film, tapi beliau tidak berambut pirang. Tetap hitam seperti orang Asia. Beliau keturunan Italia dan Jawa.
Sedangkan Nyonya Karindra tulen pribumi, peranakan sunda dan Padang.
Sejak pertama kali melihatnya aku langsung naksir sama cowok cute ini, dia itu benar-benar cowok idamanku selama ini, pangeran yang selama ini ku tunggu-tunggu mau meminang cintaku.
Saat itu aku melihatnya di halaman rumah angker itu ketika aku sedang berada di belakang rumahku sekitar pukul 8 malam.
Mereka baru saja tiba dengan banyak barang-barang untuk menempati Rumah besar itu.
Aku sedang memperhatikan mereka ketika Deva menoleh dan tersenyum di tujukan padaku. Dia begitu mempesona hingga membuatku hanya bisa terpana menatap dirinya.
Aku jatuh cinta untuk pertama kalinya kepada seorang cowok. Ini aneh, karena selama ini aku tidak pernah merasakan hal ini kepada cowok manapun. Bahkan pada si Alex murid idola di sekolahku yang katanya super cool tapi di mataku biasa saja.
Tapi satu kali melihat Deva hatiku sudah bagai tersetrum ribuan volt.
Sayangnya aku cuma bisa melihat dia saat malam saja, Deva selalu terlihat berada di rumah saat sudah pukul 7 malam lewat atau setelah lewat masa shalat isya.
Alasannya, menurut Deva dia masih tetap sekolah di sekolahnya yang lama,, itu karena mau pindah sekolahpun menurutnya tanggung, dia sudah kelas tiga dan beberapa bulan lagi juga lulus.
Sebenarnya dia di minta tinggal di Rumah Tantenya yang di kota sebelah agar sekolahnya dekat tapi Deva menolak dan memilih tetap ikut orang tuanya pindah rumah. Lebih nyaman saja itu alasannya.
Lagipula Tuan dan Nyonya Karindra juga masih bekerja di Kota sebelah jadi mereka bisa berangkat bersama, untuk itulah mereka selalu keluar rumah saat masih gelap agar tidak terlambat. Dan pulang kembali ketika menjelang Isya karena Tuan dan Nyonya Karindra bebas dari pekerjaannya menjelang Magrib. Satu jam perjalanan dari Kota sebelah ke rumahnya.
Mereka setiap hari bolak-balik begitu dari kota kami ke kota sebelah.
Itu pasti akan sangat melelahkan jika aku bayangkan, namun sepertinya terlihat biasa saja bagi mereka.
Juga menurut Deva, alasan mereka pindah ke Kotaku karena Rumahnya di Kota sebelah di sita Bank karena suatu hutang piutang, sedangkan untuk membeli rumah baru pun tidak mungkin, mereka sedang pailit. Kebetulan saudaranya yang ternyata pemilik rumah kosong itu menawarkan untuk menempati rumah itu. Akhirnya mereka bersedia tinggal di sana walau sebelumnya cukup ngeri juga tinggal di sana tapi yah daripada tidak ada tempat tinggal sama sekali.
Perkenalanku dengan Deva cukup mengesankan setidaknya bagiku pribadi entahlah buat dia, ini moment manis pertama aku dengan dirinya.
Kala itu sekitar pukul sepuluh malam kurang lima menit. Aku baru saja pulang dari Rumah teman Sekolahku karena ada belajar kelompok yang rutin kami lakukan tiap seminggu sekali.
Saat itu agar lebih dekat aku memutar jalan ke belakang yang tentu saja melewati rumah besar itu.
Ketika aku sedang berjalan di keremangan aku di kejutkan ketika diriku tiba-tiba menabrak seseorang, saat itu aku memang berjalan menunduk-nunduk sambil memainkan ponselku, jadi tidak benar-benar melihat ke muka jalan.
Ketika aku menoleh pada orang yang ku tabrak, ternyata sesosok cowok manis dan tampan sedang berdiri terdiam memandangiku dengan wajah samar namun cukup jelas untuk aku bisa mengenalinya.
Dan aku mengenalinya sebagai anak laki-laki dari tetangga baru yang kala itu sudah dua hari mereka tinggal di sana.
Merasakan tatapannya yang menghunjam aku jadi salah tingkah, apalagi kala tiba-tiba dia tersenyum padaku, aku menjadi benar-benar canggung sendiri, tak berani melawan pandangannya atau bahkan membalas senyumnya.
Bertemu tiba-tiba tanpa sengaja dengan orang yang kita taksir itu memang sangat menyenangkan namun sungguh membuat gelisah tak karuan, tentu saja aku kini jadi tidak tahu harus bersikap bagaimana di hadapannya. Aku merasa malu sekali. Malu-malu kucing tentunya.
"Baru pulang?" Suara ngebas yang terdengar begitu merdu keluar dari kedua bibirnya, aku mendongak sesaat melihat wajahnya namun segera kembali memalingkan wajahku.
Entah kenapa tatapan matanya yang tajam malam itu bagai sedang menghipnotisku.
Aku hanya mengangguk tanpa menjawab pertanyaannya.
"Saya Deva, tetangga baru kamu.." Dia kembali bersuara, mengulurkan tangan kanannya kearahku. Oh Tuhan, dia sedang mengajakku berkenalan, rasanya seperti mimpi.
Sedikit deg-degan aku menyambut uluran tangannya dan menyebut namaku.
"Gagan Ekaputra.." Ucapku mengenalkan diri
"Senang bisa berkenalan dengan tetangga baru.." Lanjutku sekedar berbasa-basi dengan suara terdengar kagok.
"Sama-sama.. Aku juga sangat senang loh berkenalan denganmu, anak pertama yah..?" Tebaknya kini terdengar lebih santai, tidak seserius pertama kali dia bicara.
Aku mengangguk mengiyakan tebakannya yang tepat, dari namaku saja udah sangat jelas jika aku anak pertama.
"Aku tinggal di rumah yang di depan rumahmu ini, mainlah jika sempat kapan-kapan.." Undangku, terdiam sejenak lalu ku teruskan
"Ahya ini sudah malam aku harus segera masuk ke Rumah sebelum Mama ngomel-ngomel nanti karena aku telat pulang.." akhirnya aku berpamitan padanya. Walau aku masih ingin mengobrol dengannya tapi waktu yang di berikan Mama hanya hingga pukul 10 malam tidak lebih tapi saat itu sudah hampir setengah sebelas, Mama bisa marah jika aku terlambat pasti di kiranya aku ngelayab gak jelas.
Deva mengangguk dan kembali tersenyum, aku segera akan meninggalkannya ketika dia kembali memanggil namaku. Kembali aku menoleh padanya.
"Mau gak kamu jadi kawan pertamaku di kota yang masih asing bagiku ini?" Katanya dengan rona wajahnya di pasang memelas, terlihat lucu dan imut.
Deva menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya. Aku jadi tertawa melihat tingkahnya.
"Tentu saja, apalagi kita kan tetangga dekat.." Jawabku dengan senang hati, mana bisa aku menolak ajakan pertemanan cowok setampan dan se-cute dia, apalagi sudah ku taksir sejak pertama ku melihatnya.
"Thanks ya.. " Wajahnya kembali cerah, lalu menghampiriku dan mengajukan tangannya kearahku, ada sesuatu yang dia pegang di jemarinya. Aku mengernyit alis.
"Apa itu?" Tanyaku heran
"Ini sebagai tanda pertemanan kita, dariku.." Jawabnya lalu mengambil tanganku dan meletakan barang kecil itu di telapak tanganku.
"Wah makasih, tapi aku belum bisa membalasnya, aku tidak bawa apapun nih.." Kataku merasa tak enak hati
"Tidak apa-apa.. Yaudah, cepatlah masuk Mama-mu sepertinya sudah gelisah.." Ucapnya tenang, rasanya tatapannya begitu dalam menembus kalbuku.
"Darimana kamu tahu?" Heranku padanya, jangan-jangan dia peramal atau mungkin dukun, kok bisa memprediksi keadaan di dalam Rumahku.
"Pasti tahu, itu perasaan wajar dari seorang Mama yang menunggu anaknya terlambat pulang, seperti Mamaku juga kok.." Dia tertawa dan akupun ikut tertawa mengerti akan ucapannya dan geli pada pikiranku sendiri tadi yang memikirkan dia adalah Dukun.
"Yasudah aku masuk yah.." Pamitku lagi dan kini benar-benar meninggalkan Deva, aku segera masuk ke Rumahku.
Saat aku sudah di kamer aku segera memeriksa barang yang di letakan di kepalan tanganku dari teman baruku itu, ternyata sebuah gelang unik yang sepertinya terbuat dari akar pohon, namun terlihat cantik dan antik. Keren sekali, aku senang mendapatkan barang sebagus ini.
Herannya, ada namaku dan nama Deva terukir disana dengan warna merah darah, sepertinya Deva sudah mempersiapkan ini sebelumnya. Hanya saja aku heran sejak kapan dia tahu namaku sehingga bisa mengukirkannya di gelang keren ini.
Aku jadi merasa tersanjung dan senang tak kepalang, ku ciumi gelang itu dengan hati riang gembira. Ini hadiah pertama dari cowok yang ku sukai yah walau ini sebagai tanda persahabatan kami bukan tanda cinta seperti yang aku harapkan.
Tapi cinta memang sepertinya hanya akan menjadi impianku saja, Deva tak terlihat seperti seorang gay.
Tapi yasudahlah yang penting aku bahagia dengan rasa ini.
Kini gelang itu sudah melingkar cantik di pergelangan tangan kiriku. Dan aku mulai memikirkan akan memberi apa padanya untuk membalas kado indah darinya itu.
Tentunya itu harus spesial agar dia selalu mengingatnya
**
Ternyata si Deva ini orangnya sangat menyenangkan, dia senang sekali berbicara, namun sikapnya terlihat sangat dewasa dan aku tak menyangka dia ternyata sangat pintar. Aku jadi sering terbantu kala ada pekerjaan rumah atau pelajaran yang tidak ku mengerti.
Deva sudah seperti google berkaki saja.
Setelah kami resmi berkawan, dia jadi sering main ke rumah, biasanya kami belajar bersama di Kamer atau bermain PS saja semalaman, itu kami lakukan hanya tiap malam minggu saja.
Terkadang aku yang datang mengunjungi rumahnya dan menginap di kamernya yang ternyata kamer 'cowok' sekali, beda dengan kamarku yang malah banyak poster Boyband Korea dan yang sama sekali tidak 'cowok' walau tidak mengesankan seperti kamer 'cewek' juga tentunya.
Aku juga menyukai orang tua Deva yang ternyata sangat baik dan terbuka padaku, apalagi masakan Tante Karindra yang sangat lezat membuatku ketagihan.
Pertemanan aku dengan Deva semakin hari semakin dekat dan akrab dari malam ke malam yah karena kami bergaul hanya saat malam tiba saja, sedangkan saat siang kami sama sekali belum pernah bertemu sekalipun. Bahkan pada saat hari minggu saat dia libur sekolah, entah kemana dia pergi pada hari minggu.
Untuk itulah saat adzan isya usai berkumandang dan aku sudah menunaikan shalat isya aku segera berlari ke teras belakang, di sana aku menunggu kedatangan mobil keluarga Karindra datang. Hanya sekedar ingin melihat sosok Deva atau menunggu lambaian tangannya memanggilku.
Sejujurnya kini aku merasa malu kepada Deva karena sebenarnya hatiku telah merusak persahabatan kami dengan memendam cinta padanya. Yah, semakin lama aku semakin menyukainya dan kini diam-diam aku mencintai Deva, sahabatku sendiri.
Bagaimana aku bisa menghadapi perasaan ini selanjutnya, aku terkadang tak mampu menahan perasaanku saat sedang bersamanya.
Bahkan hingga aku pernah berbuat nekat suatu malam saat kami sedang menginap bersama di kamerku, saat Deva sedang tertidur pulas aku sempat meraba-raba wajahnya yang tampan itu, bahkan hampir saja mencium bibirnya yang kemerahan segar itu, tapi suara mengagetkan di luar rumah mengurungkan kenekatanku.
Entah itu suara apa karena seperti suara jeritan binatang atau lengkingan aneh dan cukup dekat jaraknya, sepertinya dari belakang Rumahku.
Saat itu aku sungguh kaget dan tiba-tiba merasa merinding, bulu kudukku meremang, suara itu terdengar mengerikan, aku segera bersembunyi di balik selimut dan acara merasakan bibir Deva yang jika sempat kejadian adalah ciuman pertamaku itu akhirnya batal.
Rasanya aku menjadi malu sendiri karena sudah hilang kendali.
Ah andai saja Deva tahu jika aku mulai mencintainya, entah seperti apa pandangannya nanti kepadaku.
Seorang cowok mencintai sahabatnya sendiri yang juga cowok, mungkin dia akan menganggapku cowok aneh atau bahkan menjijikan.
Ngeri rasanya membayangkan Deva berpikiran seperti itu terhadapku, jadi sebaiknya ku pendam saja perasaan ini.
Jangan sampai Deva tahu kebenaran dalam hatiku ini karena aku belum siap kehilangan sahabat terindah yang juga sangat ku sukai.
Yah, kalian para pembaca mungkin mengerti dengan keadaanku. Bagaimana rasanya tersiksa kala memendam rasa seperti ini. Sungguh mengesalkan.
Namun biarlah itu terus aku lakukan, bagiku asal bisa dekat dengannya saja aku sudah sangat bahagia.
Cinta terkadang tak harus memiliki, bukan. Aku takut jika aku jujur kepadanya tentang perasaan ini nantinya malah akan merusak persahabatan kami yang sudah erat terjalin.
***
Suatu malam Deva mendatangiku di kamar sudah dengan penampilan yang rapi dan wangi, sepertinya dia akan bepergian atau mungkin jangan-jangan dia mau ngapelin pacarnya, ini kan malam minggu. Tapi sejak kapan dia punya pacar.
Entah kenapa tiba-tiba saja hatiku terasa sakit, aku cemburu.
"Tenangkan hatimu Gan, jangan begitu.." Tiba-tiba dia berkata sambil menatapku lembut, aku menoleh padanya tak mengerti dengan yang di ucapkannya.
Terkadang dia memang suka ngomong aneh-aneh dan lebih mengherankan kadang suka ngepas banget dengan keadaan hatiku, gak mungkin kan dia bisa ngebaca isi hatiku. Emang aneh ni anak.
"Maksudnya?" Tanyaku
"Kamu yang lebih ngerti.." Dia tersenyum, lalu duduk di sisi ranjang, sedang aku masih baringan di kasur
"Aneh.." Aku memutar bola mata
"Kamu ada waktu gak malam ini, Gan?" Tanyanya menoleh memandangiku, aku bangkit dari baringanku dan duduk di sampingnya.
"Kenapa memangnya?" Balasku tak acuh, membayangkan dia akan berkencan dengan pacarnya membuat aku kesal padanya
"Aku mau ajak kamu pergi.." Katanya lembut,
"Jika kamu mau sih.." Lanjutnya.
Aku jadi kaget sendiri, apa aku gak salah denger, si Deva ternyata mau ngajak aku pergi. Jadi dia udah dandan rapi dan wangi ini mau ajak aku. Ya ampun, cubit tangan. Ah sakit, ini bukan mimpi.
"Pergi kemana? Bukannya kamu udah rapi gitu pasti mau kencan sama pacar kamu kan?" Tanyaku masih belum yakin. Siapa tahu dia mau kencan sama pacarnya terus minta di antar aku. Ogah banget jadi kambing congek nanti liatin mereka pacaran.
"Aku kan udah bilang belum punya pacar.. "
"Trus mau ajak aku kemana? Aku pikir kamu mau di antar kencan.."
"Aku mau ajak kamu ke tempat spesial, tempat mainku semasa kecil.."
"Benarkah? Sekarang?" Aku terkejut, Deva mengangguk mantap.
"Jika kamu mau sih.." Ucapnya
"Seriusan?"
"Sangat serius.."
"Yasudah, kamu keluar dulu gih dari kamarku.." Usirku segera
"Kok malah di usir, kamu gak mau yah Gan?" Dia tampak kecewa
"Aku mau ganti pakaian dulu masak kita jalan aku pakai piama begini sih?" Rengekku, Deva seketika tersenyum dan dengan sigap berdiri
"Oooh.. Oke deh.. Aku tunggu di luar yah.." Timpalnya, lalu menuju pintu dan keluar dari kamar.
Sepeninggal Deva aku bersorak kegirangan, lalu ku acak-acak lemari mencari pakaian yang paling bagus dan keren. Tak lupa ku semprot juga tubuhku dengan minyak wangi hingga sebotol habis. (Lebay.)
Malam ini rasanya aku bahagia sekali, Deva mengajakku keluar dan sepertinya ini sebuah kencan.
Jangan-jangan Deva sama juga sepertiku. Mudah-mudahan saja begitu jika dia seorang gay juga.
Aku kini menjadi korban penyakit 'Ngarep'
**
Sebelum berangkat Deva memintaku agar menutup mataku dengan selembar kain hitam, katanya dia akan menunjukan sebuah kejutan padaku.
Aku jadi penasaran sekali ingin segera mengetahuinya. Dadaku semakin dag dig dug tak karuan.
Tanpa membantah aku menurut saja saat Deva menutup mataku, lalu dengan Vesva yang katanya di pinjam dari sepupunya, Deva memboncengku.
Ini romantis ku pikir, malam-malam boncengan dengan vesva dengan orang yang ku taksir. Senang rasanya.
Karena merasa asing di kegelapan, dan juga takut terjatuh aku memeluk pinggang Deva erat sekali, kedua lenganku melingkar dan menyatu di perutnya yang rata, rasanya menyenangkan sekali.
Ku sandarkan wajahku di punggung Deva yang lebar. Terasa damai di hatiku.
Cukup lama kami berboncengan di terpa angin malam, namun entah kenapa aku tidak merasakan dingin sama sekali padahal aku tidak mengenakan jaket.
Itu mungkin karena hatiku merasa hangat saat bersama orang yang aku puja, apalagi hingga bisa memeluknya seperti ini. Romantisnya seperti di film-film.
Akhirnya yang ku nanti pun tiba, Deva menghentikan laju scooternya, aku segera turun di bantu Deva.
"Apakah aku sudah bisa melepas kainnya Dev?" Tanyaku tidak sabar.
"Yah, lepas saja.." Ku dengar Deva menjawab, tanpa menunggu lagi aku segera menarik kain hitam yang menutup kedua mataku itu.
Mataku memutar mengitari sekelilingku, aku terpana, takjub serta kagum dengan apa yang ku lihat disekelilingku kini.
Aku menoleh pada Deva yang berdiri di hadapanku, dia tersenyum teramat manis padaku.
Rasanya ingin sekali ku peluk dia dan ku ciumi saking senangnya mendapat kejutan seindah ini. Aku benar-benar terharu. Betapa hebatnya tempat bermain Deva sewaktu kecil.
"Kau suka Gan?" Deva bertanya, dan aku hanya bisa mengangguk tanpa bisa berkata-kata, aku masih di liputi suasana haru dan bahagia juga kekaguman yang membuatku sesak.
Aku sungguh iri dengan keberuntungan Deva saat menikmati masa kecil di tempat seindah ini.
Bayangkan, aku kini sedang berada di tempat yang sangat indah, bahkan aku sempat berpikir mungkinkah ini syurga. Tapi rasanya itu tidak mungkin, jika ini syurga berarti aku sudah mati, dan aku belum ingin mati sekarang.
Ini hanyalah sebuah taman yang sangat indah.
Taman ini tak begitu luas, tepat di tengah-tengah ada sebuah pohon besar rindang berdaun kemerahan yang berjuntaian ke bawah, pohon itu berhias kerlap-kerlip lampu warna-warni yang sangat cantik yang di hiaskan pada sulur-sulur yang berjuntaian.
Di bawah pohon terdapat sebuah ayunan yang cukup besar untuk muat dua orang yang talinya terjulur dari atas pohon yang terbuat dari sulur pohon. Di sepanjang tali itu berlilitan tumbuhan merambat yang sedang berbunga cantik.
Pasti menyenangkan jika bermain ayunan di sana, apalagi jika bersama orang yang kita sayangi. Aku melirik Deva dengan pandangan berharap.
Banyak terdapat bunga-bunga cantik dan harum yang tumbuh di taman itu, apalagi di sekeliling pohon besar.
Yang membuat lebih takjub dan kagum di beberapa tempat terdapat beberapa istana mini yang sangat cantik, berhiaskan lampu-lampu dan bunga-bunga. Istana mini itu di buat untuk bermain-main dan terlihat sangat nyaman jika diam di dalamnya.
Sekeliling taman ini terhalang pagar yang tinggi dan rapat sehingga aman tak terlihat dari luar. Aku hanya bisa melihat luasnya langit di atas sana yang di penuhi bintang gemintang dan juga rembulan yang sempurna malam ini.
"Ini menakjubkan Dev.." Gumamku di tengah kekaguman yang menghipnotis
"Ini tempatku bermain sejak kecil, apa kamu mau bermain ayunan denganku di sana? Biasanya aku hanya bermain dengan Mamiku saja dulu.." Suara Deva terdengar lembut sekali di telingaku, dia lalu menuntunku menuju ayunan, seperti terhipnotis aku hanya menurutinya saja.
Kami lalu duduk berdempetan di ayunan itu, hatiku semakin berdebar-debar tak karuan.
Ayunan itu bergerak perlahan karena hentakan kedua kaki Deva.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu Gan, sesuatu yang selama ini aku ingin ungkapkan namun begitu sulit, namun kini sudah saatnya harus aku katakan padamu.." Deva kembali bersuara setelah beberapa saat kami terdiam dengan pikiran masing-masing, hanya semilir angin yang bertiup menerbangkan rambut dan ujung pakaian kami.
"Apa itu?" Tanyaku dan semakin berdebaran
"Aku mencintaimu sejak pertama kali berjumpa denganmu, dan aku juga tahu dirimu mencintai aku, kita saling jatuh cinta pada pandangan pertama, iya kan Gan?" Rasanya aku benar-benar terkejut mendengar penuturan Deva yang tenang itu, aku tersentak dan spontan menoleh padanya. Mataku membesar memandanginya tak percaya
"Aku berkata jujur Gan.." Bisik Deva kembali menatapku penuh kesungguhan seakan tahu jika hatiku masih belum yakin dengan perkataannya.
Kini bukan saja mataku yang membesar namun mulutku pun terbuka oleh rasa kejut yang tak bisa ku pahami.
Aku bahkan tak mampu memprediksi sebesar apa kebahagiaan di dalam dadaku ini.
Yang ku tahu tiba-tiba saja wajah Deva semakin mendekatiku, ku yakin Deva hendak menciumku dan sebelum wajahnya semakin dekat aku segera memejamkan mataku, aku tak kuasa memandangi pujaanku dalam jarak yang begitu dekat, apalagi di saat dia akan mencumbu bibirku yang masih murni ini.
Ini adalah ciuman pertamaku di seumur hidupku.
Beberapa detik setelah mataku terpejam ku rasakan dua gumpal bibir yang hangat menyentuh kedua bibirku, terasa nikmat, terasa begitu indah. Aku seakan sedang tersetrum oleh ribuan volt perasaan bahagia dalam dadaku.
Hatiku semakin bergemuruhan, inikah rasanya keindahan cinta yang sering ku baca di dalam novel-novel roman. Ternyata memang benar-benar indah tak terkira, rasanya aku tak ingin ini berakhir atau ambil saja nyawaku sehingga aku mati di tengah kebahagiaan yang indah ini.
Hanya beberapa detik saja kami berciuman, sebuah ciuman murni berlandaskan ketulusan sebuah bentuk cinta. Bukan ciuman yang di karenakan nafsu.
Deva segera melepaskan bibirnya walau sebenarnya aku ingin semalaman dia tetap menciumku walau hanya sekedar empat bibir menempel saja tanpa hal lain.
Setelah mencium bibirku, Deva mencium kepalaku lembut dan penuh kasih. Hatiku kian melambung.
"Apakah aku sedang bermimpi Dev..?" Bisikku lirih, aku menunduk merasa malu untuk menatap padanya.
"Jika ini mimpi, maka ini adalah mimpi terindah kita Gan, aku sangat mencintaimu dan aku ingin dirimu menjadi milikku selamanya, hanya kamu dan aku.." Kalimat Deva terasa begitu merdu dan indah, aku semakin di mabuk oleh asmara yang menggebu.
"Aku juga mencintaimu Dev, aku ingin diriku seutuhnya hanya jadi milikmu, percayalah pada cintaku.."
"Ya, aku percaya Gan.. Kita saling mencintai dan kita pasti akan selalu bersama.. Tapi tidak sekarang.." Aku tersentak kala mendengar akhir kalimatnya, ku tatap dirinya tak mengerti
"Apa maksudmu dengan tidak sekarang?" Aku terhenyak
"Kita masih harus menunggu hingga kita benar-benar siap Gan, hingga suatu hari nanti kita dewasa dalam berpikir dan mampu mandiri menghadapi cinta kita.. Aku masih harus melakukan sesuatu agar cinta kita bisa bersatu abadi selamanya, tanpa ada sesuatupun yang menganggu kisah kita.." Ucap Deva lirih dan sendu, ada nada berat hati dalam kalimatnya namun seakan ia tak bisa lepas dari keharusan untuk melakukannya
"Apa yang akan kau lakukan, apakah kau akan pergi dariku?" Tiba-tiba saja aku jadi merasa takut. Aku tak ingin kehilangan Deva, saat ini ataupun nanti, aku sudah terlalu mencintainya.
"Aku takan kemana-mana, hanya saja akupun takan berada di hadapanmu cukup lama, aku berharap kamu bisa bertahan menunggu saatnya tiba aku kembali muncul dan kita bisa bersatu, maukah kamu bersabar menantiku?"
"Tentu saja, hingga kapanpun aku akan menunggu saat itu tiba Dev.. Tapi tetap saja aku tak mau kamu pergi menghilang dariku di saat aku kini bahagia dengan cinta kita.." Rajukku bermanja padanya.
"Terimakasih sayang.. Sabarlah aku hanya akan pergi sebentar dan ini demi kebersamaan kita.." Dia kembali mengecup puncak kepalaku, lalu meraihku kedalam pelukannya
"Jangan tinggalkan aku Dev.." Aku merintih, tiba-tiba saja aku rasanya ingin menangis, ku peluk Deva erat ku sembunyikan wajahku di atas dadanya yang hangat. Rasanya sangat tenang mendengarkan debar jantungnya di dalam dadanya.
"Tidurlah Gan.. Aku akan selalu menemanimu, melindungimu disini, yakinlah hati kita akan selalu bersama dalam keabadian, jangan pernah dirimu berpaling saat penantian sedang dirimu jalani nanti.. Sekarang tidurkanlah jiwamu.." Deva berbisik lirih di telingaku, kelembutannya saat jemarinya membelaiku terasa begitu nyaman hingga rasanya aku sangat mengantuk, mataku bahkan tak kuat untuk terus terbuka. Bisikan Deva seakan sirep yang menghipnotis seluruh sarapku..
"I love You Dev.." Gumamku dalam desahan sebelum akhirnya aku tertidur di dalam dekapan Deva, tak ingat apapun lagi.
Tertidur dalam kebahagiaan yang sangat indah.
***
Aku terjaga dari tidur pulasku, rasanya tidurku kali ini terasa sangat lelap apalagi dengan di temani mimpi indah bersama Deva. Mungkin itu karena aku tertidur di dalam pelukan kekasihku tercinta sehingga diapun ikut hadir dalam mimpi indahku.
Ketika mataku terbuka yang pertama ku cari adalah dia kekasihku, namun kenyataannya aku tak menemukannya dimanapun. Bahkan tempat di mana aku tertidur dalam pelukan Deva kini telah berubah, ini kan kamarku.
Apakah mungkin Deva sudah memindahkan aku namun aku tidak menyadarinya.
Saat mataku bergulir ke samping kiriku, aku menemukan Mama sedang tertidur memeluk lenganku di pinggiran ranjang yang ku tiduri.
Kenapa ada Mama pula. Dan dimana Deva kekasihku, kenapa dia tak nampak di sini, apakah dia benar-benar telah meninggalkanku seperti yang di ucapkannya semalam saat sebelum aku tertidur.
Aku harus mencarinya. Aku tak mau kehilangan Deva. Namun kenapa aku sulit bergerak. Tuhan, kenapa aku.
"Maa.." Suaraku lirih memanggil Mama, dengan susah payah ku gerakan lenganku yang di peluk beliau agar beliau terjaga.
Usahaku berhasil, Mama terjaga dan dia nampak senang sekali saat menyadari aku telah terbangun.
"Oh syukurlah kamu akhirnya siuman juga sayang.." Mama hingga mengucap syukur dan menciumi tanganku, aku jadi semakin tidak mengerti
"Biar Mama panggilkan dulu Papa, dia pasti senang kamu udah sadar sayang.." Mama akan beranjak meninggalkan ruangan, namun aku kembali memanggilnya.
"Ada apa sayang? Kamu membutuhkan sesuatu, biar Mama membawakannya untukmu.." Tanya Mama lembut di dekatku, mengelus kepalaku penuh kasih.
"Aku kenapa Ma..?" Tanyaku lirih
"Kamu Papa temukan pingsan di rumah kosong itu nak, Mama dan Papa benar-benar khawatir melihat keadaanmu, sudah berjam-jam kamu pingsan, tapi kata Dokter tidak ada satu penyakitpun terdeteksi.. Kamu sebenarnya kenapa? Untuk apa masuk-masuk ke rumah Setan itu Nak?" Ujar Mama dengan mata berkaca-kaca, ku lihat kekhawatiran yang dalam di kedalaman kedua matanya.
Mendengar penuturan Mama membuatku semakin tak mengerti, aku pingsan selama berjam-jam, bukankah semalam aku berkencan dengan Deva kekasihku.
"Aku pingsan Ma? Ohya Ma, apakah Deva tetangga baru kita yang di belakang rumah itu masih ada?" Tanyaku penuh keheranan.
"Kamu ini ngomong apa sih sayang? Tak ada tetangga baru, mana ada yang mau tinggal di rumah angker itu.. Apa sebenarnya yang terjadi sayang, kenapa kamu nanya yang aneh-aneh begini.." Mama malah balik bertanya, tersirat suatu kepenasaranan yang tinggi dalam kalimatnya, Mama terlihat semakin khawatir.
Namun kata-kata Mama malah semakin aku bingung, jika tidak ada tetangga baru lalu siapa Deva, siapa Tuan dan Nyonya Karindra.
Lalu apa artinya semua yang ku alami, karena segalanya terasa begitu nyata. Kepalaku tiba-tiba terasa begitu sakit dan penat.
"Aku tidak ingat Ma, aku pusing.." Aku mengaduh, ku pejamkan mataku untuk menahan rasa sakit.
"Yasudah jangan di pikirkan dulu, biar Mama panggil Papa lalu menelfon Dokter dulu ya sayang.." Mama terdengar panik, ku buka mataku kembali dan mengangguk kepada Mama perlahan, setelah itu Mama segera meninggalkan ruangan tempatku di rawat dengan tergesa, meninggalkan aku yang kebingungan sendirian.
Apa sebenarnya yang sedang terjadi. Apakah semua itu mimpi belaka. Tapi, kenapa terasa begitu nyata.
Deva, siapa sebenarnya kamu. Dimana kamu sekarang.
Apakah harus aku menunggumu seperti janji kita waktu itu? Muncul lah jika memang kamu ada, kekasihku.
Perlahan ku pejamkan mataku kembali, ku himpun kekuatan yang tersisa di otakku, ku pusatkan pikiranku hanya kepada Deva seorang.
Tiba-tiba muncul wajah seseorang yang tampak samar lalu semakin jelas dan nyata. Itu wajah Deva. Dia tersenyum begitu manis, meluluhkan jiwa ragaku.
"Aku disini sayang, aku tidak kemana-mana, aku selalu di hatimu.. Tetap teguhlah pada janjimu, suatu hari aku akan datang untuk dirimu.. Jangan khianati aku atau dirimu akan menyesal sayangku.." Suara Deva tampak jelas di telingaku. Aku tersentak segera membuka mataku.
Namun hanya kesepian kamarku yang menyambut mataku.
"Siapakah dia sebenarnya?" Aku membisik perlahan dalam kebingungan, ku angkat tangan kananku dan aku mengernyit alis, jika semua itu mimpi kenapa gelang pemberian Deva masih melingkar di pergelangan tanganku.
Deva. Siapa kamu sebenarnya?
(Selanjutnya ku serahkan pada pembaca, lanjut atau sampai disini saja hehe.. Atau silahkan berkhayal sendiri untuk kelanjutannya..)
***
Tidak lupa mention yaaah.. Maaf yg keganggu!!!
@erickhidayat @putra8081 @iansunda @yeniariani93 @danu_dwi @firkhafie @eizanki @Ray_Ryo @Flowerboy @Adhie_Prhasetya @dheeotherside @drajat @faisalits @cool_boys @solous @callme_DIAZ @permana21 @ramadhani_rizky @jony94 @hananta @trisastra @haha5 @masbaddud @angelsndemonds @waisamru @enykim @caetsith @angga_rafael2 @nakshima @aries18 @san1204 @abrakadabra @Farrosmuh @maret elan @adam25 @bayumukti @farizpratama7 @Rimasta @rizky_27 @mustaja84465148 @eldurion @Tsu_no_YanYan @arieat @rez_1 @YANS FILAN @adinu @ularuskasurius @Donxxx69 @fad31 @MikeAurellio @PohanRizky @3ll0 @ruki @agova @jamesfernand084 @venussalacca @Gabriel_Valiant @putra_prima @Qwertyy @fansnya_dionwiyoko @rendifebrian @Beepe @dota @danielsastrawidjaya @nakashima @leviostorm @kimo_chie @Bonanza @Dimz @sasadara @haha_adadeh
Selamat membaca, semoga berkenan yah..
Keren ceritanya.Deva hantu ato vampire?
Bang Cay lama gak muncul,gimana kabar Baby Bella n si Tompel?
*Cerewet bgt dah nanyak mulu :P
Untuk lanjutannya nunggu respon readers yah.. Hehe..
Tompel dan bella msh d draft, ntar ya.. Pasti d lanjut koq kalo ada permintaan readers.. Cerita tanpa pembaca kan percuma hehe..
Deva hantu atau vampire? Menurut @3ll0 bagusnya apa yah?
Thanks udah baca @3ll0
jangan2 si dave pangeran jin X YA...:D