It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Alnye kaya yg ϑαĥ pernah baca gitu, tapi kalo belom berarti arie Ўğ salah.
Oke deh.. Siaaap..
***
Seharian ini aku dan Aska memutuskan tak keluar dari kamar, kami sengaja tak masuk kuliah dan beralasan sakit saat teman-temanku bertanya via sms dan menelfon, padahal hanya untuk merayakan hari jadi kita, jadi seharian ini kita ingin selalu bersama 24 jam penuh.
Rencananya nanti malam Aska mau ngajak aku Dinner, entah dia mau membawaku kemana karena dia masih merahasiakannya, katanya itu kejutan untukku karena udah mau jadi pacarnya.
Aku jadi tak sabar menunggu malam, waktu terasa lambat berjalan jika di tungguin begini.
Kini di kamar sudah tak ada tirai penghalang lagi, bahkan kasur kami yang kemarin berjauhan tiba-tiba saja langsung merapat, seperti hatiku yang rapat menyatu dengan hati Aska.
Yang kami lakukan sepanjang hari ini hanyalah pacaran, pacaran dan pacaran.
Selain makan tentunya karena itu gak bisa di tawar lagi, pacaran juga gak asyik kalo perut lapar mah..
Kita udah jadi pasangan paling romantis sekamar kost ini, mudah-mudahan saja cinta kami tak seluas kamar kost ini saja, tapi seluas dunia dan selapang hatiku yang berbunga-bunga..
Semoga Aska menjadi pelabuhan terakhirku, aku sangat sayang dia ya Tuhan, beri jalan pada kami walau kami tahu ini adalah dosa, ini adalah cinta terlarang yang sangat tabu kami lakukan, tapi cinta kami begitu indah dan aku ingin terus merasakan kebahagiaan ini.
Biar ku tanggung semuanya nanti akibatnya, namun biarkan detik ini aku merangkai harapan penuh kebahagiaan bersama Aska ku.
**
Saat kami sedang bercanda ria tiba-tiba pintu ada yang mengetuk, aku dan Aska terlonjak kaget.
Aska segera pura-pura tidur sedang aku membuka pintu, ternyata si Ivan
"Ada apa Van?" Tanyaku
"Ada yang nyariin Bang Aska.." Jawabnya datar
"Siapa?" Tanyaku penasaran
"Gak tahu, seorang cowok, dia sedang nunggu di luar tuh.." Perjelasnya
"Oke deh, ntar abang bilangin sama bang Askanya.." Kataku, Ivan segera balik ke bawah sedang aku menghampiri Aska
"Ka, ada tamu buat lo.." Ucapku lalu duduk di sampingnya.
"Siapa?" Tanyanya menggeliat, lalu tiba-tiba menjatuhkan kepalanya di pangkuanku
"Kata si Ivan sih Cowok, samperin za.." Ucapku sambil membelai rambutnya mesra
"Oh yaudah.. Aku ke bawah dulu deh.." Katanya lalu bangkit, setelah merapihkan diri dia segera menuju pintu.
Namun aku segera menyergapnya, aku memeluk dia dari belakang erat, entah kenapa aku tiba-tiba ingin melakukan semua itu, rasanya berat saat dia mau pergi padahal dia hanya mau ke lantai bawah doang.
"Kenapa sih?" Tanyanya heran, dia meremas jemariku yang memeluknya
"Gak apa-apa, gue cuma pengen meluk za.." Kataku nyengir padanya.
"Dasar manja.. Sini biar ku cium.." Ucapnya lalu mengecup bibirku, di gigitnya bibirku sampai aku mengaduh karena sakit, aku merengut padanya, dia tertawa dan kembali meraihku kedalam pelukannya
"Jangan macam-macam ya.." Bisikku seakan mendapat firasat, aku merasa takut entah kenapa, seakan sedang mendapat ancaman dari cowok yang mencari Aska itu.
Siapa cowok itu sebenarnya?
"Tenang saja, aku milikmu sekarang.." Balas Aska, dia mencium kedua pipiku bertubi-tubi.
"Udah ya, kasian tamunya nunggu lama, kalo yang datang Abangku nanti bisa marah dia.." Pamitnya sambil melepas pelukanku, aku membiarkannya pergi kali ini.
Namun beberapa menit kemudian aku merasa tak tenang, aku ingin tahu siapa cowok itu.
Aku segera pergi ke balkon, dari sana aku mengintip ke bawah, kebetulan tamu itu menunggu di dekat pagar di samping mobilnya.
Hmm sepertinya dia bukan orang sembarangan, dadaku bergemuruh tak karuan karena rasa takut.
Tubuh cowok itu tinggi besar, nampak gagah dan keren, wajahnya putih bersih, dia tampan sekali, jauh sekali jika di bandingkan denganku yang berkulit coklat.
Ah kenapa aku harus iri padanya ya?
Ku lihat Aska menghampiri cowok itu, dia terlihat sedikit terkejut saat melihat cowok itu, lalu mereka terlibat pembicaraan, entah apa yang mereka bicarakan tapi aku merasa itu pastilah penting karena melihat gerak tubuh dan mimik mereka yang tampak serius.
Entah kenapa hatiku jadi tak tenang, ada rasa takut di dadaku, aku tak suka melihat semua itu.
Siapa sebenarnya cowok itu?
Kembali pertanyaan itu menghantui benakku.
Sepertinya aku cemburu melihat kebersamaan mereka.
Apalagi saat tiba-tiba cowok itu menarik lengan Aska, membawanya masuk ke dalam mobilnya dan Aska hanya menurut, mereka pergi entah kemana dengan mobil mewah itu.
Hatiku semakin tak tenang di buatnya, aku sangat penasaran dengan yang sedang terjadi, namun untuk sms atau nelfon Aska untuk bertanya rasanya itu tak pantas, biarlah aku menunggu dia memberi penjelasan nanti.
Bukankah nanti malam kita akan Dinner? Aska pasti akan kembali, dia tak mungkin melupakan acara penting kita itu.
Tapi kenapa hatiku sakit melihat kepergian mereka? Aku merasa tak rela.
Dengan lunglai aku melangkah menuju kamar, rasanya semangatku langsung sirna.
***
memiliki"
suka kata2 inin nih...
walau fiksi seenggaknya ngasih inspirasi :')
Tapi itulah hidup, tidak ada yg bs menebak.
**
Sudah berjam-jam sejak kepergian Aska dengan cowok asing itu, dan masih belum ada kabar dari dia, aku semakin cemas dan terselip perasaan takut kini.
Tak ada satupun sms atau telfon dari Aska, dan saat aku coba telfon dia ternyata nomer ponsel dia pun tak aktif, bahkan semua sms ku kepadanya tertahan oleh PENDING.
Dimana kamu Aska. Sedang apa. Siapa cowok itu sebenarnya. Kenapa tega membuat aku cemas begini.
Waktu yang di janjikan Aska untuk kita berangkat Dinner hanya tinggal beberapa menit lagi, jam delapan malam dia bilang akan ajak aku makan malam penuh kejutan untuk merayakan hari jadi kita, aku bahkan sudah bersiap mematut diri sejak satu jam lalu, namun entah kini dia ada dimana. Resah ini begitu menyiksa batinku.
Rasanya aku jadi tak enak diam, sejak tadi aku mondar-mandir tak jelas, hingga di tegur Tante Mirna yang jengah dengan kelakuanku, tiap menit juga aku memeriksa Handphone berharap ada sms atau telfon dari dia, namun nihil, hanya ada beberapa sms dari teman kampus dan ibuku.
Rasanya tubuhku lemas karena khawatir dan cemas, dadaku rasanya ingin meledak.
Haruskah cintaku kembali layu di saat baru saja mekar.
"Kenapa kau lakukan ini padaku Ka.." Teriak ku dalam hati.
Ku labuhkan tubuhku di kasur menahan air mata yang hampir pecah di ujung mataku, membuncah keperihan di dadaku
**
Telah berjam-jam, berhari'hari, dan kini sudah seminggu lewat aku menunggu, namun masih tak ku dapat kabar dari Aska.
Bahkan dia menghilang pula di kampus, dia sudah tak kuliah sejak kepergiannya itu, saat ku tanyakan pada beberapa teman sekelasnya mereka hanya bilang tak tahu alasan kenapa Aska tak masuk kuliah selama itu.
Dan kini aku lelah menunggu. Aska pembohong besar, dia merayuku mungkin hanya untuk bermain-main saja. Aku benci dia. Aku benar-benar benci dia, beraninya dia mempermainkan perasaanku, sakit rasanya hatiku di perlakukan seperti ini.
Apakah semua gay sama saja, mereka pembohong besar dan manusia-manusia munafik, mereka hanya ingin sex saja, tidak ada yang tulus dalam cinta mereka.
Ah untung saja aku belum menyerahkan tubuhku padanya.
Aku benci jatuh cinta lagi, aku benci menjadi gay seperti ini.
Tapi lebih baik aku nikmati hidupku yang berharga ini daripada mikirin homo kurang ajar macam dia itu.
Hidupku harus tetap berjalan walau tanpa dia, hidupku harus tetap bahagia walau tanpa cinta dia yang penuh dusta.
Tak ada nama Aska lagi dalam hidupku, titik!
**
#Haruskah aku tetap menunggu atau aku menyerah saja#
***
Dengan lunglai aku berjalan menuruni tangga, hari ini waktunya bayar kost dan kini aku harus bayar full gara-gara Aska tidak lagi disini.
Tante Mirna sedang duduk di Sovanya sambil nonton acara infotaiment sore saat aku menghampirinya dan menyodorkan uang kos bulan ini.
Bukannya menerima dia malah bengong menatapku.
"Uang apa ini Ric?" Tanyanya, aku jadi bingung, jangan-jangan ni Tante udah hilang ingatan atau gak butuh uang lagi.
Syukur alhamdulillah kalau itu benar.
"Koq uang apa sih Tan, ya uang kost bulan ini lah.." Jawabku menjelaskan
"Loh, emangnya kamu gak tahu, si Aska kan udah bayar uang kost bulan ini, bahkan dia juga udah bayar untuk beberapa bulan ke depan.." Kata Tante Mirna, aku jadi kaget mendengarnya, Aska membayar uang Kost beberapa bulan ke depan? Tapi kenapa dia gak kasih tahu aku?
Kenapa dia gak hubungi aku tapi dia bisa hubungi Tante Mirna buat bayar kost
"Kapan itu tante? Aku koq gak tahu ya.." Tanyaku penasaran
"Kemarin lusa dia telfon, dia bayar lewat transfer gitu, tapi katanya dia belum bisa kembali kesini, masih ada urusan.. Ohya dia juga titip pesan buat kamu, duh untung aja sekarang Tante ingat" kata Tante Mirna wajahnya terlihat cerah karena teringatkan sesuatu.
"Pesan apa itu Tan?" Tanyaku semakin penasaran, apa yang di pesankan Aska sama Tante Mirna, kenapa dia tak bilang langsung padaku?
Sudah tak mau lagi kah dia bertemu bahkan sekedar berbicara denganku?
Apa salahku padanya sebenarnya?
"Dia bilang jaga barang milik dia satu-satunya, karena dia pasti akan balik lagi kesini, cuma belum tahu kapan, dia titip barang itu sama kamu, sepertinya itu barang berharga buat dia Ric, karena katanya dia sangat menyayangi dan mencintai barang itu melebihi apapun, suatu hari dia akan jelaskan semuanya sama kamu jadi jaga baik-baik barang itu.. Memangnya barang apa sih?" Ucap Tante Mirna panjang lebar, dia menatapku penasaran.
Aku hanya menggelengkan kepala tak mengerti.
"Aku juga gak tahu Tante, dia gak nitip apapun ke aku, ntar aku cari deh di kamar.. Ohya Tante tahu alamat rumah dia gak?" Jawabku sekaligus bertanya padanya, Tante Mirna menggeleng
"Wah maaf Ric, tante gak tahu, Tante lupa dulu gak nyimpen alamat dia, memangnya kenapa?" Tante Mirna tampak menyesal begitu juga aku
"Gak apa-apa sih, Eric cuma ada perlu sama dia.." Jawabku lemah
"Yaudah kalo dia telfon lagi nanti Tante tanyain ke dia atau Tante kabarin kamu yah.."
"Iya.. Makasih sebelumnya Tan.. Aku ke atas dulu deh, belum ngerjain tugas kuliah.." Pamitku padanya, Tante Mirna hanya mengagguk dan kembali matanya menuju televisi.
Sedang aku segera berlalu kembali ke kamarku.
***
Aku tak habis mengerti, apa maksudnya Aska membayar uang kost secara sembunyi-sembunyi dariku begitu. Apa yang sedang dia hindari dariku.
Benarkah dia mau kembali kesini.
Kenapa dia sama sekali tidak memberi kabar padaku. Apa sih maunya dia. Dan barang apa yang dia maksud di titipkan padaku, karena aku tak merasa menerima apapun darinya, selain rasa sakit hati ini di tinggalkan begitu saja olehnya.
Tapi ada urusan apa sebenarnya sehingga dia tak bisa kabari aku begitu lama?
Dasar bajingan, kenapa membuat aku merana seperti ini Ka, kenapa?
Dan kenapa saat aku sudah mau melupakannya kini dia buat aku galau lagi seperti ini.
Terlentang sendiri ku di kasur, ku pasang headset lalu mengalun sebuah lagu yang ku putar, liriknya malah semakin meremukan hatiku, menusuk-nusuk jiwaku..
Membuatku semakin galau.
***
Sendiri, sendiri ku diam, diam dan merenung
Merenungkan jalan yang kan membawaku pergi
Pergi tuk menjauh, menjauh darimu
Darimu yang mulai berhenti
Berhenti mencoba, mencoba bertahan
Bertahan untuk terus bersamaku
Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali
Ku coba meraih mimpi
Kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Bayangkan.. bayangkan ku hilang, hilang tak kembali
Kembali untuk mempertanyakan lagi cinta
Cintamu yang mungkin, mungkin tak berarti
Berarti untuk ku rindukan
Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali
Ku coba meraih mimpi
Kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
Ini harusnya kita coba saling melupakan
Lupakan, lupakan kita pernah saling bersama
Ku berlari kau terdiam
Ku menangis kau tersenyum
Ku berduka kau bahagia
Ku pergi kau kembali
Ku coba meraih mimpi
Kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu
***
Judul: Harus Terpisah
Vocal: Cakra Khan
***