It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Waaah ceritaanya berasaa bangeeeet....
Kiriim salam samaa si fajaar, mantaaap yaa cowook kek fajaar.... Pingin makaan nasi gorengnyaa....wkwkkwkwkw
Jgn lupa di senggol entaar ya Om ......
oh, i know i know
jd pertemuan mas @seno sma fajar itu cuma 'opening" ya?
kereen kereen #prokprokprok
kok pke rahasia2an sih? bisa kali cerita sexnya di pajang di sini )
mention mas @seno kok gada di notif w ya? o_O
Yaitu…
Kontrol emosiku yang lemah.
Kusadari itu..
Ada banyak sebab yang membuat emosiku naik ke ubun ubun
Tapi…
Sebagian besar sebab emosiku naik karena ada hal yang bertentangan dengan hati nuraniku.
Yahh….bagaimanapun aku…
Aku punya hati nurani..
Satu sisi di lubuk hatiku tentang kebaikan hidup
Jika ada hal yang kurasa tidak baik menurutku…maka langsung emosiku melupa.
Sejak beberapa hari yang lalu…
Emosiku selalu meletup..
Di hotel itu
Di tahanan itu..
Dan sekarang…
Di rumah ini
Ketika kudapati anakku satu satunya akan dibawa pergi oleh istriku..
Nggak mungkin lah aku menerima keadaan ini
Nggak mungkiiiinnn….
Nggak mungkin anakku akan di didik oleh seorang pelacur
Akhhh….aku harus mempertahankan apapun yang terjadi.
Setengah berlari aku menyerbu ke ruang depan….
Pintu kutendang…”gubrrakkkk!”
Kulihat euis dan ibu mertuaku yang sedang mengendong anakku ..berdiri menatapku
Aku berdiri dihadapannya dengan sebilah golok…
Kulihat ada dua tas pakaian di sisinya
Hmmm…kelihatannya mereka baru saja mau pergi meninggalkan rumah ini.
“jarr…” suara euis tertahan
“hmmm…mau kau bawa kemana riri hah!”
“ohhh…a..aaanuuu…” ibu mertuaku mulai ketakutan ketika perlahan aku mendekatinya
“tidak ada anu anuan buu….sekali ibu melangkah sambil membawa riri…nyawa taruhannya, saya tidak peduli lagi….saya sudah jauh datang kesini…biarpun di penjara atau dihukum matipun aku nggak peduli lagi” ucapku menggeretak
Baru kali ini aku menggeretak ibu mertuaku
Selama ini aku begitu menghormatinya.
Akhhh..peduli amat, ini semua demi anakku
Riri kulihat menoleh..
Tangannya terjulur kearahku
“..ppp..paa..paa..paaa…” teriaknya ketika melihatku
“serahkan padaku!” teriakku
“jar ini semua demi kebaikan riri jar…kemaren kamu di penjara…kami akan bawa riri ke kuningan”
“serahkan padakuuuu!” aku berteriak lagi sambil mengacungkan golok
Kulihat euis mulai menangis lagi
Huhhh….males.
Ibu mertuaku menatapku
Sementara riri mulai menggeliat dalam gendongannya karena melihatku
Meronta ingin ikut denganku…
“jar…buang golok itu!” ibu mertuaku membentakku
“tidak….sebelum kalian serahkan riri “
“jarrr..”
“serahkannn padakuuu…sebelum kesabaranku habis bu”
“jar…ini demi kebaikan riri…” suara ibu mertua melengking
“apaaa? Apa ibu bilang? Demi kebaikan riri?”
“iya…riri butuh sosok ibu…riri butuh euis dan aku jar…”
“hahaahahaha…maaf bu….tidak ada sosok ibu diantara kalian berdua, apalagi anak ibu….jual diri….hahhaha..apa itu sosok ibu yang baik untuk riri? Bisa-bisa riri nanti besar langsung dijual oleh kalian!”
“jar…jaga omongan kamu!”
“hah! Harusnya ibu itu sadar diri, anak ibu kemaren jual diri di hotel…dasar pelacur!” ujarku ketus
“ya…aku tahu…anakku jual diri…tapi itu semua karena salahmu…kamu sebagai suami tidak bisa memberi nafkah lahir untuk istri…bagaimana istri mau mencukupi kebutuhan kalau tidak jual diri”
Aku kaget…
Benar benar kaget
Sungguh aku tak mengira ibu mertuaku mengatakan hal demikian
Sedemikian gila hartakah kedua orang ini?
Dan…
Yang aku tak habis pikir…
Masih sempat-sempatnya ibu mertuaku menyalahkanku atas kejadian ini.
“apaa? Apa ibu bilang? Ibu bilang ini salahku? Bu…saya banting tulang…kerja sampai malam kadang sampai nggak pulang …hanya untuk siapa? Untuk anak istri bu” jelasku dengan nada tinggi
“hahahhahaha…lha terus mana buktinya? Manaaa….hidup kamu sejak dulu pas pasan gini…mana? Yang ada malah…aku kasihan sama anak cucuku…hidup melarat bersamamu, pantesan anakku kau jadikan pelacur untuk mencukupi kebutuhan hidupnya”
“apaaaa? Aku yang jadikan pelacur? Heh …jaga omongan ibu”
“iya!” ibu mertuaku menjerit
Riri menangis dalam gendongannya
Meronta ingin ikut denganku.
“serahkan riri padakuuu….” Teriakku
“tidak”
“serahkan! Aku tak ingin anakku diasuh pelacur!”
“tidak…enak saja…kami lebih pantas mengurus riri…kami berkecukupan jar…beda dengan kamu…lelaki miskin…bisa bisa cucuku mati kelaparan!”
Darahku naik
Emosiku meluap…
Kurang ajar bener nih mertuaku
Aku tak peduli kalau harus membunuhnya..
Tanganku bergetar memegang golok
“maaf bu…jika aku kasar…tapi aku akan membunuh siapapun yang akan mengambil riri dari kehidupanku” ancamku gemetar menahan emosi
Ibu mertuaku melotot
“aku orang kalimantan…jauh dari sanak keluarga…disini hanya riri dan bu har keluargaku…jika aku dipenjara atau dihukum matipun aku tak masalah…yang penting…riri tidak bersama pelacur” ujarku lagi..
Tiba-tiba…
Euis berlari kearahku
Bersujud dihadapanku..
Dia menangis keras
“mas…bunuh saja aku mas….aku yang salah…aku yang salah…jangan kau apa-apain ibuku dan riri mas” ujarnya memohon
“okeyyyyy….” Teriakku
Kutarik rambutnya hingga euis berdiri kesakitan
Kubekap dari belakang dengan golok tepat di lehernya
Kurasakan tubuh euis gemetar
Dan…
Kulihat ibu mertuaku berdiri mematung memandangku
“jar…aku akan teriak minta tolong biar orang sekampung menghajarmu! Kalau kamu berani macam-macam terhadap anakku” ancam ibu mertuaku
“dan…aku akan memotong leher anakmu jika ibu berani teriak!”
“hehehehhe…kamu hanya mengancam…tak mungkin kamu bunuh istrimu” ujarnya lagi
“hahahhahahhah…aku orang kalimantan…aku juga pernah memisahkan kepala dan badan manusia….kupotong potong tubuhnya…hati dan jantungnya kupanggang dan kumakan…mosok hanya bunuh pelacur saja aku nggak berani hahahhaha….cepaaatttt serahkan riri sebelum kesabaranku habis!” aku berteriak.
Ibu mertuaku memandangku
Tubuhnya mematung dan gemetar…
Akhirnya…
Diturunkannya riri dari gendongannya
Kulihat riri terhuyung huyung berjalan menuju ke arahku
Aku dan riri memang sangat dekat
Hampir semua keperluan riri aku dan bu har yang urus
Dan ..
Aku paham..
Anak kecil tahu siap yang terbaik untuk hidupnya.
Kulepaskan golok dari lehernya
Dan kudorong tubuh euis menjauh dariku
Euis terhuyung-huyung jatuh di depanku
Aku tak peduli lagi
Kuhampiri anakku
Langsung kuangkat tubuh mungilnya
Kukecup cepat pipinya
“pppa..ppa…pppaaa…” celoteh riri sambil menepuk nepuk pipiku
Aku tersenyum..
Memandang riri membuat emosiku luruh
“ya sudah terserah kamu jar…ayo euis…kita ke kuningan! Disana kamu akan aku jodohkan dengan juragan kaya…hidupmu akan enak!” celetuk ibu mertua ketus
Aku mendongak sambil menggendong riri
“hahahhahaaha…silakan bu…silakan kalau mau jual anak ibu kemana saja…moga laku mahal yaa…. Hahahhahah” aku tertawa puas.
“huh…tapi ingat jar…silakan kamu hidup dengan cucuku…tapi tidak di rumah ini! Ini rumah yang bayarin kontrakan pake uang aku!...aku tak ridho!”
“hahahhahaha…jangan khawatir…hahahhaha…aku tahu kok…bentar lagi rumah ini akan di jadikan rumah bordir…okey….aku akan pindah!”
“huh…omong dengan lelaki tak waras!”
Aku tersenyum puas
Aku tak peduli lagi dengan keduanya
Kembali kupeluk riri dalam gendonganku
Kuciumi pipinya
Kumis kasarku membuatnya terkekeh kecil..
Dia kembali menepuk nepuk pipiku
Aku sangat bahagia..
Aku janji…
Akan kulakukan apapun juga untuk membahagiakan riri
Satu-satunya buah hatiku.
“ayo euis…cepat ambil tasmu!” ujar ibu mertuaku sewot
Kulihat keduanya mengambil tas pakaian yang telah ada di sampingnya
Dan…
Tanpa pamit keduanya keluar dari rumahku
Kulihat…
Untuk yang terakhir kalinya euis
Wanita yang pernah hidup bersamaku…pernah kusayang dan kucinta…wanita yang melahirkan ririku…
Sekarang..
Dia berjalan menunduk..
Membawa tas
Mengikuti ibunya.
Baru kusadari pula..
Biduk rumah tanggaku sekarang sudah karam
Hancur berkeping dan musnah.
Terserah…
Terserah seisi dunia mau bilang apa padaku
Yang jelas…
Saat ini aku bahagia
Bahagia karena bisa berkumpul kembali ririku
Buah hatiku.
Dia berkali kali memeluk dan mencium gemas pada riri.
Hmmm..Bu har..
Namanya bu hartini..
Sosok wanita paruh baya
Beliaulah yang selama ini mengasuh anakku.
Bu har seorang janda tanpa anak.
Dulu suaminya seorang pensiunan
Setelah suaminya meninggal…hampir semua harta kekayaannya jadi rebutan saudara saudaranya dari pihak suami.
Bu har waktu itu kulihat pasrah…
Dan..
Untuk mengisi kekosongan hari-harinya
Beliau menawarkan diri untuk mengasuh anakku
Katanya biar di usia senjanya beliau bisa merasa mempunyai anak.
Akhirnya kuserahkan anakku untuk diasuh olehnya
Tanpa bayaran
Dan beliau sendiri yang tidak minta bayaran.
Bu har sangat tulus dalam mengasuh riri
Mungkin jianya yang selama ini merindukan sosok anak dalam rumah tangganya dapat terpenuhi dengan kehadiran anakku.
Tak henti-hentinya riri dipeluk dan diciumnya
Aku memandangnya…
Akhhh serasa aku melihat ibuku pada sosok bu hartini.
“buu…bisa bicara sebentar?” tanyaku lirih pada bu har
Beliau menoleh..
“ya…ada apa jar?”
“hmmm…” tiba-tiba aku ragu untuk membicarakan hal ini.
“jaarr….kamu sudah seperti anakku sendiri…kalau kamu ada masalah…itu juga masalahku…ayo bicara saja”
“tadi…ibunya euis tidak ridho kalau kita menempati rumah ini…menurut bu har bagaimana?” tanyaku hati hati.
Memang masalah seperti ini harus kubicarakan dengan bu har.
Beliau memandangku…
“jar…ya pindah saja..” ujar bu har pelan
“iya bu…kalau saya dan riri pindah rumah…bu har ikut juga?” tanyaku
“tentu saja…aku nggak mungkin pisah dengan riri jar”
Aku menghela nafas panjang
Aku harus bisa memutuskan hal ini secara bijak
Hmmm…hari ini sungguh hari yang melelahkan
Keluar dari penjara terus bentrok dengan mertua dan sekarang harus memutuskan untuk pindah rumah.
“tidak mudah dalam waktu dekat mencari rumah kontrakan, bu har ada ide?” tanyaku
Kulihat beliau membuat susu untuk riri yang mulai merengek.
“andai saja…rumah satu-satunya peninggalan bapak nggak jadi rebutan…maka kita pindah ke rumahku saja…huh” suara beliau mengguman.
“udahlah bu..yang ikhlas” ujarku menenangkan
“iya jar…ikhlas…Cuma kadang teringat..bagaimana aku dan bapak membangun rumah itu…dan setelah bapak meninggal…mereka dengan seenaknya merebutnya dariku…yaahhh…beginilah nasib orang nggak punya anak”
Aku Cuma terdiam..
Dalam hal ini aku sadari, kadang peran anak dalam sebuah rumah tangga sangatlah penting.
“makanya jar….kamu harus bersyukur punya riri, dan…jujur…aku senang…di masa tuaku yang sebatang kara ini, ada kamu jar…untung ada kamu yang bisa kujadikan sandaran hidupku di masa tuaku”
Aku memandangnya
Ingin rasanya memeluk bu har
“iya bu…sama…saya juga sendiri di sini, jauh dari keluargaku di kalimantan sana, untung ada bu har…kalau bu har mau…anggap saja saya ini anak ibu…bagaimana?”
Tiba-tiba kulihat bu har menangis sambil memeluk riri.
“ya Allooohhh….hamba harus bersyukur…bahwa Engkau telah mengirimkan saudara untuk hamba”
“udahlah bu….sekarang kita harus memikirkan rencana pindahan kita bu”
“jar…kamu pengen pindah kemana?” ujarnya masih sambil terisak
Aku mendengus
Bingung..
Dan..
Jujur…aku pengen pindah ke tempat yang jauh dari sini
Untuk mengubur kenangan burukku.
Bu har menggendong riri masuk ke kamar
Aku terduduk lemas
Lebih bingung lagi…baru kusadari…aku tak punya cukup uang untuk pindah kontrakan rumah.
Tiba-tiba beliau meletakkan sebuah kotak kecil di hadapanku
“jar…pakailah perhiasan ini untuk pindah kita dan memulai usaha baru…kebetulan aku punya perhiasan peninggalan bapak dulu”
Aku kaget..
Dan..
Langsung kuambil dan kukembalikan lagi ke bu har
“tidak buuu…tidak…saya tidak ingin mengambil benda ini…saya tahu…perhiasan ini sangat berharga bagi bu har”
“nggak apa-apa jar..lagian ini kan untuk kita juga to?’
“nggak usah bu”
Bu har menggoyang-goyangkan riri dalam gendongannya
Rupanya riri akan tidur..
“emangnya..kamu inginnya pindah kemana jar?”
Aku menghela nafas panjang
“aku ingin pergi jauh dari sini bu…sangat jauh kalau bisa…biar melupakan semua kejadian ini”
“magelang”
“maksud bu har?”
“mau nggak kalau pindah ke magelang?”
“kok magelang?”
“aku ini asalnya dari magelang jar…dan di sana ada peninggalan rumah milik orang tuaku, dulu rencana mau di kontrakkan…tapi tidak laku jar, jadi sekarang sudah hampir setahun rumah itu mangkrak, tapi kalau sekedar untuk tempat tinggal sudah mayan lah…gimana jar?”
Aku terdiam
Bingung
Di magelang?
Magelang di mana sih?
Aku sendiri belum pernah ke magelang
Hmmm..kelihatannya magelang jauh juga dari jakarta
Ya udah..
“ya…boleh bu”
“ya sudah…mulai hari ini kita persiapkan semua …semua barang yang akan kita bawa ke magelang…”
“baiklah bu…”
Aku menghela nafas panjang
Sungguh aku tak mengira
Aku akan pindah ke sebuah kota yang sama sekali tak kukenal
Moga saja ..
Kota magelang bisa membawa ketentraman dalam hidupku.
Terima kasih bu har…bisik hatiku lemah.
Mungkin ini pagi terakhirku tinggal di tangerang
Akhhh…mimpi apa aku akan tinggal di kampung halamannya bu har.
Beberapa kali aku menguap tanda tak dapat menahan kantuk
Semalam aku susah tidur..
Walau mata terpejam…
Seluruh memori masa laluku bermunculan..
Dan di kedalaman mataku…bermunculan masa depanku
Aku gelisah..
Berharap dan sangat berharap, keputusanku pindah ke magelang tidak salah dikemudian hari.
Jujur…
Aku ingin melupakan kejadian di tahanan dan euis
Aku ingin melupakan euis…
Melupakannya..
Dan menjauhkan riri dari dia.
Akhhh…magelang?
Seperti apakah kotanya?
……..
Pukul 11.30…
Kelihatannya sudah beres semua
Empat tas besar
Kardus…
Semua sudah aku packing dengan sempurna
Barang barang yang bisa aku jual aku juala
Yang bisa terpakai dan nggak mungkin aku bawa, aku berikan ke tetangga
Nggak seberapa sih..
Sepeda motor bututku udah kujual
Cuma laku 2 juta lebih
Peralatan tambal banku juga udah kujual
Laku 1 juta lebih
Cincin kawinku juga kujual
Sebenarnya bu har melarang, tapi aku sudah benar-benar ingin lepas dari euis.
Terserah…bisa untuk tambah modal di magelang kelak.
Semua terkumpul uang hampir 5 juta
Lumayan…
Aku berharap uang ini bisa untuk modal usahaku kelak di magelang.
Aku duduk di teras..
Sendirian
Udara panas kota tangerang menyengat
Suasana rumah sepi
Bu har dan riri keliling ke tetangga untuk pamitan
Tiba-tiba ada ojek berhenti tepat di depan rumahku
Seorang laki laki muda membonceng turun..
Dan langsung berlari ke arahku
Aku terbengong
Dia langsung menubrukku
Memelukku erat
Sebingga suasana semakin tambah gerah.
Dan ketika dia merenggangkan pelukannya
Baru kusadari..
“mansyuurr” ucapku sambil bengong tertegun
“iya mas…”ujarnya pelan sambil mengangguk
Kuamati…
Wajahnya lebih segar walau sisa-sisa pucatnya masih terlihat
Kulitnya putih..
Memang..
Baru kusadari
Mansyur punya wajah cantik untuk ukuran cowok
Pantesan bondan perkosa dia.
“kamu udah sembuh?” tanyaku masih bingung
Dia hanya mengangguk pelan
“Kapan kamu keluar?”
“kemaren mas”
Aku menelan ludah
Dan…
Baru kusadari, mungkin usahaku kemaren ada gunanya juga walau hanya gertakan saja.
“makasih mas fajar..”ucapnya pelan
“iya sur..gpp”
“makasih telah menolongku..andai saja nggak ada mas fajar…entah aku sudah jadi apa” tiba tiba dia kembali memelukku sambil terisak.
“iya sur…udahlah…itu sudah kewajibanku kok, menolong sesama” ujarku sambil mengusap usap punggungnya.
Akhirnya mansyur kembali melepaskan pelukannya
“kamu dikeluarin karena apa sur?”
“hmm…kata penyidik, tidak ada bukti aku terlibat dalam pencurian itu”
“ohh …” aku tersenyum puas
“ya udah sur…ayo masuk…maaf berantakan!”
Aku dan mansyur masuk ruangan
“kamu semalam nginep dimana sur? Tanyaku lagi
“di kosan temen mas”
“ohh”
Tiba-tiba kulihat mansyur berdiri tertegun
“mas…ada apa ini”
“maksud kamu?”
“ini kok ada tas-tas?”
“ohh…gini sur…aku mau pindah sur”
“pindah..kemana?”
“ke magelang sur”
“hah…”
“iya…aku ingin pulang kampung, disini terlalu gerah untuk hidupku”
“ohh” dia masih kaget sepertinya
Kupandangi sekali lagi wajahnya
“eh…kamu udah sembuh?”
“udah mas…tadi kan dah kujawab”
“maksudku…yang itu..” ujarku sambil melirik pantatnya
Dia tersenyum
“hmm…masih mayan sakit mas…yahh…entar kalau sembuh aku ingin periksa, semoga nggak ada penyakit kelamin”
“syukurlah kalau gitu”
“mas fajar kapan mau ke magelang?”
“hmmm…nanti sore jam 4, napa?”
Dia terpaku memandangku
Seperti ragu untuk mengucap sesuatu
“mas…”
“iya sur”
“hmmm…boleh aku ikut mas fajar?” ujarnya lemah memohon
Aku memandangnya
Tiba-tiba
Entahlah..
Timbul rasa iba dariku terhadapnya.
awal-awal aku sadar...ceritanya masih membosankan...moga makin kesini makin menarik untuk dibaca hehehehe.
oh ya...ada ang pengen lihat fotonya mansyur hahahha
aku punya.
Met membaca buat :
@ularuskasurius
@masbadudd
@3ll0
@adinu
@erickhidayat
@YANS FILAN
@mustaja84465148
@agungrahmat
@sindu
@aa_akew
@arieat
@ramadhani_rizky
@imt17
@Agova
@hikaru
@sandy.buruan
@angelsndemons
@akukamukita
@denizputera
@arjuna150586
@yunjaedaughter
@pria_apa_adanya
@joenior68
@ukhty
@mumura
@DavidLiu
@cute cowo
@AbnerLeo19
@cloverxander
@Sonny77
@Hiruma
@hananta
@zeva_21
@tarry
@Afhand
@d_cetya
@raka rahardian
@egosantoso
@heavenstar
@Ian_sunan
@adhiyasa
@babayz
sorry kalau ada yang terlewat kumention.
trims
boleh juga tu mas mana fotonya
jdi penasran sm mansyur es,,
hha euis mau di jual ma ibunya,
iya juragan kaya tpi jadi istri ke 7.
ini kan baru di kepolisian, belum masuk pengadilan...
trims