It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
what if we ask mr @wilhem to translate this writing into indonesian lingo;
i think he s been learning so much from the last time we did little chitchat about understanding english as our 2nd reference lingo;
hope he ll do us a favour.....
f
My godness Boljug, what is this ?
I am not really good in english till now. I am sorry, I can't.
at least you try
keep trying n stay learning n practising are good effort to improve ur ability in english
@wilhem
-Penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya harus dilakukan secara hati-hati. Terutama mengantisipasi penyebaran penyakit HIV/AIDS. Sebab, selama ini para pegiat penanggulangan HIV/AIDS tak bisa mengawasi bekas Pekerja Seks Komersial (PSK) yang telah dipulangkan.
"Kita sulit melacak, banyak yang tak kembali ke alamat asal," kata fasilitator advokasi Yayasan Paramitra Malang, Marsikan, Rabu 8 Januari 2013. Sehingga mereka kesulitan mendampingi PSK yang telah positif terinfeksi HIV. Apalagi, mereka menyebar ke sejumlah lokalisasi.
"Setahu saya, mereka menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum dipulangkan," katanya. Data riwayat kesehatan reproduksi para PSK, katanya, diserahkan ke Pemerintah Kabupaten/Kota asal PSK. Jika PSK positif terinfeksi HIV akan menjalani pendampingan, dan pengobatan kesehatan melalui Komisi Penanggulangan AIDS (KPA).
"Jika programnya terputus itu berbahaya," katanya. Apalagi, jika para PSK yang positif HIV menjajakan diri di jalan akan semakin sulit mengendalikan penyebaran HIV/AIDS. Sedangkan jika di lokalisasi mereka secara rutin menjalani pemeriksaan reproduksi. Tujuannya untuk memastikan mereka terbebas HIV/AIDS atau penyakit infeksi menular seksual.(Baca : Dolly Hendak Ditutup, PSK Bermigrasi ke Malang )
Pemeriksaan dilakukan melalui lembaga kesehatan yang telah bekerjasama dengan lokalisasi tersebut. Pemeriksaan kesehatan reproduksi dilakukan selama tiga bulan sekali. Hasil pemeriksaan kesehatan reproduksi hanya diketahui secara terbatas. Apalagi jika postif HIV, mereka akan menjalani serangkaian pemeriksaan dan pengobatan untuk memperkuat daya tahan tubuh.
Sekretaris KPA Kabupaten Malang Adi Purwanto mengaku jika penutupan lokalisasi menyulitkan KPA mengawasi penyebaran HIV/AIDS. Menurutnya PSK berpotensi menularkan IMS dan HIV/AIDS kepada para pelanggannya. "Kita menghormati Gubernur Jawa Timur menutuplokalisasi.Tapi kita kesulitan penjangkauan kelompok resiko tingi," katanya.
Dinas Kesehatan memeriksa sekitar 100 ibu rumah tangga yang bermukim di dekat lokalisasi. Hasilnya, sekitar 90 persen terkena IMS. "Siapa yang menulari? Berarti suaminya yang menulari," katanya.
KPA membongkar fenomena gunung es, banyak orang dengan AIDS (ODHA) tapi tersembunyi tak terbongkar. Sebanyak 14 titik prostitusi terselubung di Malang. Mereka tak melakukan hubungan seksual secara aman, yakni, tak menggunakan kondom untuk mencegah penularan IMS dan HIV.
EKO WIDIANTO
- Pentutupan Lokalisasi Dolly yang direncanakan awal 2014 tidak dibarengi dengan penertiban pelacuran terselubung di Surabaya. Buktinya, prostitusi berkedok panti pijat pun menjamur.
Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Lokalisasi (FMKL) Surabaya Safik Mundzakir mengatakan, upaya Pemkot Surabaya yang menutup Lokalisasi Dolly dengan tujuan untuk memberantas pelacuran terkesan dipaksakan.
Pasalnya, pelacuran paling banyak berada di luar lokalisasi. Menurutnya, banyak pelacuran terjadi di hotel-hotel hingga sejumlah kawasan yang menyaru sebagai panti pijat.
"Lantas apa bedanya. Sementara pelacuran di lokalisasi lebih terkontrol mulai kesehatan dari penyebaran penyakit menular, nah kalau yang terselubung apa demikian," tegas Safik kepada Okezone, Kamis (12/12/2013).
Pelacuran terselubung itu, kata Safik, jelas-jelas melanggar peraturan daerah (Perda) 07 Tahun 1999 tentang larangan bangunan atau ruko digunakan untuk perbuatan asusila. Safik juga menyebut sejumlah tempat yang ditengarai melakukan praktik pelacuran terselubung seperti Kawasan Kedung Doro, Embong Malang, Kali Bokor, dan Barata Jaya.
"Sudah menjadi rahasia umum, di tempat itu ada praktik asusila tapi pemerintah terkesan membiarkan. Dolly yang jelas-jelas lokalisasi dipaksakan untuk tutup," tegas pria yang tinggal di sekitar Lokalisasi Dolly itu.
Pelacuran di lokalisasi, kata Safik, ada pengawasan dari sejumlah elemen, baik dari bidang Kesehatan dan lain-lain. "Saya juga tidak sepakat adanya pelacuran, tapi diakui atau tidak keberadaan Dolly ini juga mengangkat prekonomian setempat. Jika ditutup monggo saja tapi yang perlu dipikirkan adalah pasca-penutupan itu. Masyarakat sekitar menjadi sejahtera atau malah terpuruk. Persoalannya sangat kompleks sehingga tidak asal tutup," ujarnya.
"Dan ketika Lokalisasi Dolly ditutup apakan Pemkot berani menjamin tidak adanya prostisusi di luar lokalisasi," tambahnya. (kem)
"Di kita lokalisasi ada lima, saya sudah tutup tiga," katanya seusai menjadi pembicara Series Seminar bertajuk Indonesia Menjawab Tantangan: Kepemimpinan Menjadi Bangsa Pemenang yang digagas Dewan Guru Besar Universitas Indonesia, di Salemba, Jakarta, Jumat (29/11).
Di penghujung tahun nanti, menurutnya satu lokalisasi lainnya akan ditutup. Lalu terakhir, pihaknya menargetkan pertengahan 2014 nanti lokalisasi terbesar di Surabaya yakni Dolly, sudah ditutup pula.
Meski diakui bahwa banyak demo dan desakan dari berbagai pihak, bahkan dari Jakarta, agar mengurungkan niat penutupan lokalisasi, perempuan yang akrab dipanggil Risma itu menegaskan takkan gentar. "Saya rela mati demi ini," tandasnya yakin.
Keteguhan itu tidak terlepas dari alasan awal keinginannya menutup lokalisasi. Risma bercerita bahwa dulu saat banyak kalangan, terutama kiai, yang memintanya menutup kawasan prostitusi, dialah yang justru tidak yakin mampu. "Kalau saya tutup saat itu, saya belum bisa kasih makan," kisahnya.
Bila demikian, dia meyakini penutupan justru akan menimbulkan masalah baru karena para pekerja seks komersial boleh jadi justru membuka kawasan prostitusi di mana-mana.
Alasan lainnya kenapa dulu ia tidak begitu berkeras untuk menutup lokalisasi, adalah terkait tanggung jawab. "Saya nggak pernah buka kok saya harus nutup," katanya jenaka.
Namun kemudian pandangan itu berangsur berubah sejak dia menyadari bahwa banyak korban perdagangan manusia (human trafficking) banyak terjerumus ke lokalisasi. Keberadaan para korban itu di sana, tentu saja bukan karena kehendak mereka sendiri.
Tetapi kalau berbicara puncak munculnya keyakinan memberangus lokalisasi prostitusi, Risma mengungkap itu tidak terlepas dari perkenalannya dengan seorang pekerja seks komersial yang masih menjajakan tubuhnya walaupun sudah berusia 62 tahun. Suatu kali saat berkeliling ke lokalisasi dan menemui perempuan itu, Risma mengaku heran mengapa nenek itu masih menjadi PSK.
Dia lantas bertanya, "Memang siapa yang sih yang mau (menggunakan jasanya yang sudah tua)?" Jawaban perempuan itu kemudian membuatnya tercengang. "Anak SMP/SMA yang cuma punya seribu dua ribu juga saya layani," katanya mengulangi kalimat PSK tersebut.
Bagi Risma, hal itu persoalan besar. Dia tidak rela membiarkan lebih banyak ada anak-anak muda di kotanya menjadi korban karena menikmati prostitusi di lokalisasi. Lagi-lagi dia menegaskan, "Saya rela mati demi ini." (Hera Khaerani)
Proses penutupan Lokalisasi Keramat Tunggak, Jakarta, boleh dibilang sukses. Saat ini di tempat tersebut telah berdiri Gedung Islamic Center, sehingga stigma lokalisasi di tempat tersebut terkikis.
Konsep penutupan Lokalisasi Keramat Tunggak tidak bisa diterapkan dengan konsep penutupan Lokalisasi Dolly, Surabaya, Jawa Timur. "Tidak bisa disamakan. Konsep penutupan Lokalisasi Keramat Tunggak diaplikasikan di Lokalisasi Dolly. Meski sama-sama lokalisasi tapi strateginya berbeda, era-nya juga sudah berbeda," jelas Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim, M Yunus, kepada Okezone, Rabu (16/10/2013).
Ia menjelaskan, kondisi lapangan juga berbeda. Kata Yunus, lokalisasi Keramat Tunggak memiliki lokalisasi one get system, yakni kawasan tersebut murni lokalisasi tempat para pekerja seks komersial (PSK) menjajakan cinta.
Sementara Dolly adalah lokalisasi yang satu kawasan dengan pemukiman penduduk. Selain itu, dalam proses penutupan pemerintah tidak bisa menutup secara langsung. Pasalnya, dikhawatirkan akan menimbulkan masalah sosial baru.
Sehingga harus ada solusi ketika lokalisasi ini ditutup. Termasuk, para PSK, warga yang menggantungkan kehidupan atas keberadaan lokalisasi. "Ketika ditutup, problem-problem sosial harus tuntas. Makanya, ada program-program pelatihan bagi para PSK dan memberikan kesadaran untuk tidak terjun ke dunia prostitusi," kata Yunus.
Bergulirnya wacana penutupan lokalisasi membuat penghuni lokalisasi di Kecamatan Sawahan itu menurun. Seperti diketahui, kini jumlah penghuni lokalisasi Dolly dan Jarak hanya tinggal 21 wisma.
Rincinya, dua wisma di Lokalisasi Gang Dolly dan 19 Wisma di Lokalisasi Jarak. Sebelumnya, di dua lokalisasi tersebut terdapat 311 wisma. Sementara jumlah PSK yang beroperasi hingga Agustus 2013 tercatat 1.028 orang.
(tbn)
Proses penutupan Lokalisasi Keramat Tunggak, Jakarta, boleh dibilang sukses. Saat ini di tempat tersebut telah berdiri Gedung Islamic Center, sehingga stigma lokalisasi di tempat tersebut terkikis.
Konsep penutupan Lokalisasi Keramat Tunggak tidak bisa diterapkan dengan konsep penutupan Lokalisasi Dolly, Surabaya, Jawa Timur. "Tidak bisa disamakan. Konsep penutupan Lokalisasi Keramat Tunggak diaplikasikan di Lokalisasi Dolly. Meski sama-sama lokalisasi tapi strateginya berbeda, era-nya juga sudah berbeda," jelas Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim, M Yunus, kepada Okezone, Rabu (16/10/2013).
Ia menjelaskan, kondisi lapangan juga berbeda. Kata Yunus, lokalisasi Keramat Tunggak memiliki lokalisasi one get system, yakni kawasan tersebut murni lokalisasi tempat para pekerja seks komersial (PSK) menjajakan cinta.
Sementara Dolly adalah lokalisasi yang satu kawasan dengan pemukiman penduduk. Selain itu, dalam proses penutupan pemerintah tidak bisa menutup secara langsung. Pasalnya, dikhawatirkan akan menimbulkan masalah sosial baru.
Sehingga harus ada solusi ketika lokalisasi ini ditutup. Termasuk, para PSK, warga yang menggantungkan kehidupan atas keberadaan lokalisasi. "Ketika ditutup, problem-problem sosial harus tuntas. Makanya, ada program-program pelatihan bagi para PSK dan memberikan kesadaran untuk tidak terjun ke dunia prostitusi," kata Yunus.
Bergulirnya wacana penutupan lokalisasi membuat penghuni lokalisasi di Kecamatan Sawahan itu menurun. Seperti diketahui, kini jumlah penghuni lokalisasi Dolly dan Jarak hanya tinggal 21 wisma.
Rincinya, dua wisma di Lokalisasi Gang Dolly dan 19 Wisma di Lokalisasi Jarak. Sebelumnya, di dua lokalisasi tersebut terdapat 311 wisma. Sementara jumlah PSK yang beroperasi hingga Agustus 2013 tercatat 1.028 orang.
(tbn)
- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku punya pertimbangan mengapa menolak pembangunan jalan tol tengah di Kota Surabaya. Padahal jalan tol itu diprediksi mengatasi kemacetan kota.
Risma malah memilih menata jalur transpotasi umum sekaligus membenahi transportasi publik, salah satunya dengan membangun monorel dan trem. (baca:Gus Ipul: Risma Tak Setuju Tol, Mau Apa Lagi?)
“Tidak semua selesai dengan jalan tol,” kata Risma membeberkan alasannya dalam percakapan dengan Tempo, Rabu, 12 Februari 2014. “Mengatasi macet tak mesti dengan jalan baru, tapi membuat peralihan antarmoda transportasi itu lebih tepat.”
Risma mengaku punya lima alasan mengapa jalan tol tengah itu tak perlu dibangun. Pertama, ia mengaku punya prinsip kalau masyarakat bisa menggunakan jalan dengan gratis kenapa harus bayar. Kedua, hanya orang tertentu yang bisa melewati jalan tol. (baca:Digempur Lobi Jalur ITS dan Sogokan, Surutkah Risma?)
Ketiga, menurut Risma, dalam teori pembangunan kota, solusi mengatasi macet bukan dengan terus menambah panjang jalan karena suatu saat itu tidak mungkin, tapi bagaimana memberikan sistem transportasi massal yang bagus. (baca: Baru Ketemu Risma, Whisnu Sudah Cerita Proyek)
Keempat, kalau jalan tol layang di tengah kota dibangun, nilai property di bawahnya pasti jatuh dan mati. Terakhir yang kelima, menurut Risma, pembangunan itu menimbulkan banjir karena kaki-kaki jalan tolnya akan memotong aliran air. “Karena dengan pembangunan itu, aliran air dari barat ke timur. Jadi jembatan layang di Surabaya itu ganggu dan aku harus bangun saluran air lagi,” ujarnya.
Lagipula, menurut Risma, sebenarnya masyarakat Surabaya enggak butuh jalan tol. Sebaliknya, warga membutuhkan pembenahan transportasi publik yang cepat, nyaman, dan aman.
Risma mengaku berencana membangun monorel karena lebih fleksibel. Selain wilayah pembangunan monorel lebih sempit, biayanya juga murah. Adapun jalur utara-selatan akan dibangun sistem transportasi massal jenis trem. “ Ini juga tak mengganggu jalur yang sudah ada. Ini berbeda dengan busway,” ujar Risma.
Proyek trem sendiri sudah jalan. Tahun ini sudah ditenderkan dan studi kelayakannya sudah selesai. Klarifikasi dan pengumuman dilakukan menunggu dari pemerintah pusat, mengingat pembiayaannya melalui APBN. “Karena kalau APBN skemanya kan beda. Tetap di Pemkot Surabaya atau di pusat,” katanya. (baca juga:Plus Minus Kepemimpinan Wali Kota Risma)
Risma menegaskan gagasan Pemkot Surabaya ini untuk menjadi solusi puluhan tahun ke depan. Pembangunan jalan tol justru dianggap tak mampu menyelesaikan kemacetan. Bahkan di negara-negara lain, jalan tol banyak yang dihancurkan karena kurang efektif.
BUDI
“Politik tidak selalu berbanding lurus dengan keadaan,” ujar Ridwan. “Sebaiknya bu Risma sabar, dan memaklumi tekanan di posisi Wali Kota. Emil sapaan akrab Ridwan, mengaku telah menjalin keakraban dengan Risma kala Wali Kota menjabat di Dinas Pertamanan Kota Surabaya dan ketika di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah.
Emil menolak menjawab bagaimana tekanan yang dirasakan Emil saat menjabat sebagai orang nomor satu di Kota Kembang ini. “Terkadang kerja saya diapresiasi. Pernah juga saya mendapat ancaman pembunuhan,” ujarnya.
Adapun posisi Emil di kursi Wali Kota Bandung, nyaris sama dengan Risma. Emil, yang mengaku tidak berada di partai manapun, dipasangkan dengan Wakil Wali Kota Bandung Oded M Danial, mantan Ketua Dewan Pengurus Daerah Partai Keadilan Sosial (PKS) Kota Bandung. Dia merupakan Pegawai Negeri Sipil, di mana tidak diperkenankan bergabung dengan partai.
PERSIAN
Sekretaris Jenderal Tjahjo Kumolo dan wakilnya, Hasto Kristianto, terbang ke Surabaya.(baca: Kantor Dikosongi, Wali Kota Risma Bersiap Mundur?)
Didampingi Ketua PDIP Jawa Timur Sirmadji Tjondro Pragolo, ketiganya bertamu ke tempat tinggal Risma, rumah tipe 45 di kawasan barat Surabaya. Mereka meminta Risma menghindari konflik “paling tidak sampai September”--mungkin demi menjaga suara PDIP pada pemilihan anggota legislatif dan presiden.
Seperti dilansir majalah Tempo edisi #Save Risma, Sirmadji membenarkan pertemuan itu. Menurut Sirmadji, pertemuan digelar Jumat, 31 Januari 2014, dan membahas kinerja Risma supaya lebih baik lagi dan semakin maksimal karena sudah dipercaya masyarakat.
Namun Sirmadji membantah pertemuan tersebut menyinggung persoalan tol tengah kota. (baca: Wali Kota Risma Didesak Mundur karena Tolak Tol?). Dirinya juga membantah bahwa Gubernur Jawa Timur Soekarwo tidak suka dengan Risma gara-gara masalah tol tengah kota ini. Menurut dia, masalah pemakzulan Risma bisa terjadi karena ada miss communication antara Risma dan anggota DPRD Kota Surabaya lainnya.
Memimpin Kota Surabaya sejak Oktober 2010, Risma kini dilanda tekanan sejumlah kekuatan politik di ibu kota Jawa Timur itu.
Salah satu tekanan justru datang dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengajukannya sebagai calon Wali Kota Surabaya pada tiga tahun silam. (baca: Siapa Menggasak Surya-1)
Partai ini menyorongkan Wisnu Sakti Buana, Ketua PDIP Surabaya, sebagai Wakil Wali Kota Surabaya pengganti tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Risma.
Lebih dari sekadar tak cocok, ada kepentingan bisnis di balik penetapan Wisnu. (baca: Diramal Ahli Feng Shui, Wali Kota Risma: Mati Aku)
Risma menyatakan sama sekali tidak masalah jika harus mundur. “Saya sudah berikan semuanya,” kata satu dari tujuh kepala daerah terbaik pilihan Tempo tahun 2012 ini. “Capek saya ngurus mereka, yang hanya memikirkan fitnah, menang-menangan, sikut-sikutan,” ujarnya.
Ketika ditanya siapa yang dimaksud dengan “mereka”, ia tak menjawab. (baca:Diisukan Mundur, Risma: Ndak..Ndak..)
EDWIN FAJERIAL
YESTERDAY AT 2:00 PM
Arek-arek Suroboyo, ayo selamatkan Bu Risma.
PDIP tidak bisa diharapkan, sama saja dgn partai lain. Hanya mikirin proyek bukan mikirin rakyat.
Mbah Karwo, solusi macet adalah Transportasi Massal Berbasis Rel, bukan jalan tol !!!
Ferry Setyawan
TUESDAY AT 8:19 PM
..kembali ke budaya tengil khas parpol - mereka selalu mengklaim dan 'mendompleng' popularitas figur yang tengah didukung publik -- merasa ikut 'putih' seperti tokoh tokoh yang memang putih.
Sehingga merasa berhak mengepress figur pilihan rakyat, bahkan merasa mengendalikan. Ingat, orang memilih Risma, Jokowi, atau siapapun yang didukung rakyatnya bukan karena partainya. Bukan karena menganggap partai tertentu hebat dan bersih. Bukan karena andil partai.
Tapi karena orang melihat figur. FIGUR.
Partai hendaknya jangan terlalu ge-er setiap kebijakannya akan paralel dengan kehendak masyarakat banyak. Untuk kasus Bu Risma, kembali menunjukkan belang buruk sebuah mesin politik nasional yang tipikal - selalu punya ingin punya nama tengah yakni ' kekuasaan'.
Sebab, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini sakit.
Erick S. Paat, penasihat hukum Emir mengatakan kliennya sakit akibat jatuh kemarin. "Jatuh di masjid di Rutan Guntur," katanya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis, 20 Februari 2013.
Emir saat ini ditahan di Rutan KPK di Guntur, Manggarai, Jakarta Selatan. Menurut Erick, Emir yang telah menggunakan ring di jantungnya akan langsung dibawa ke Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
Emir Moeis didakwa menerima uang US$ 423 ribu dari PT Alstom Power Amerika dan PT Marubeni Jepang yang termasuk dalam konsorsium Alstom.
Jaksa penuntut umum mengatakan uang ini diberikan agar Emir mengusahakan PT Alstom Power Inc memenangi tender proyek Tarahan 2004.
: 0 0
PDIP Surabaya yang dibesarkan oleh keberhasilan Bambang D.H. mulai terancam. Dan ancaman ini nyata menjelang Pemilu 2014. Setelah tidak jadi walikota, Bambang D.H. telah membuat banyak blunder politik, dan itu dimulai saat dia bersedia menjadi wakil Risma dengan harapan Risma bisa dijungkalkan di tengah jalan.
Bukankah memang begitu awal ketidaksukaan elit PDIP pada Risma? Bukankah bersama dengan Wisnu Wardhana Demokrat (sudah dipecat) pentolan PDIP telah bermain mata untuk menjatuhkan Risma dengan alasan kenaikan biaya retribusi iklan?
Yang tidak disadari oleh pentolan PDIP Surabaya adalah rakyat Surabaya pendukung PDIP sudah semakin pandai dan mereka tidak akan dengan mudah dikelabui oleh pentolan politisi yang punya vested interest . Tidak seperti pendukung PDIP yang militan dan taklid buta pada pimpinan (meski salah), tak tahu mana yang benar dan mana yang hanya mau mencari keuntungan.
Sekali lagi, benar sekali pendukung PDIP Surabaya juga militan, tetapi mereka tidak taklid buta. Mereka tetap akan berpihak pada Risma, karena Ibu walikota inilah yang bekerja tanpa vested interest dan selalu berjuang demi prinsip-prinsip moral dan demi warga kota Surabaya.
Karena itulah, PDIP Surabaya benar-benar terancam menjadi partai penggembira. Dan tidak mungkin gegap gempita Risma ini akan berpengaruh pula pada PDIP di tingkat nasional, apalagi partai pesaing siap pula mengambil kesempatan dan mengail ditengah keruhnya suasana.
Belajar dari blunder Bambang D.H. saat menjadi wakil wali kota, PDIP Surabaya sudah seharusnya introspeksi dan segera mengambil tindakan strategis. Saran saya, si Gedang Kepok, Wisnu Sakti sebaiknya mundur sebagai wakil walikota. PDIP harus segera berbenah dan berkomunikasi dengan Risma untuk memilih wakil walikota yang bisa bekerja sama. Kengototan Wisnu Sakti tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali kekalahan PDIP di Surabaya.
Untuk para elit PDIP di Surabaya, jangan berharap pendukung Anda taklid buta pada pimpinan partai
Wakil ketua DPR RI Priyo Budi Santoso mengatakan pihaknya akan memanggil panitia pemilihan Wakil Wali Kota Surabaya dan menyurati Kementerian Dalam Negeri untuk mengoreksi proses pemilihan tersebut.
Hal itu dilakukan Priyo usai mendengarkan penjelasan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani di gedung parlemen, Kamis (20/2).
"Besok Panlih mau diundang ke Jakarta, dan menindak lanjut dengan Mendagri untuk melakukan langkah ekstra cepat dalam hal ini, kita simpatik," kata Priyo usai bertemu Risma di gedung DPR, Kamis (20/2).
Surat tembusan dari Panlih yang diterima DPR, kata Priyo, yang ditandatangani oleh Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris Panlih tersebut, dalam proses pemilihan Wakil Wali Kota Surabaya cacat secara prosedural dan substansial.
Priyo meminta tim hukum Kemendagri untuk memeriksa dugaan adanya cacat secara prosedural dan substansial dalam proses pemilihan Wakil Wali Kota Surabaya.
"Ada sesuatu yang harus diklarifikasi dari surat itu. Kita anjurkan Mendagri untuk mengoreksi surat itu. Kalau perlu sanksi dilakukan," kata dia. (*)
-
makanya beliau akan mengundurkan diri
lagian jg ga ngaruh utk para karyawan toko