Mereka meminta Risma menghindari konflik “paling tidak sampai September”--mungkin demi menjaga suara PDIP pada pemilihan anggota legislatif dan presiden.
Sekretaris Jenderal Tjahjo Kumolo dan wakilnya, Hasto Kristianto, terbang ke Surabaya.(baca: Kantor Dikosongi, Wali Kota Risma Bersiap Mundur?)
Didampingi Ketua PDIP Jawa Timur Sirmadji Tjondro Pragolo, ketiganya bertamu ke tempat tinggal Risma, rumah tipe 45 di kawasan barat Surabaya. Mereka meminta Risma menghindari konflik “paling tidak sampai September”--mungkin demi menjaga suara PDIP pada pemilihan anggota legislatif dan presiden.
Seperti dilansir majalah Tempo edisi #Save Risma, Sirmadji membenarkan pertemuan itu. Menurut Sirmadji, pertemuan digelar Jumat, 31 Januari 2014, dan membahas kinerja Risma supaya lebih baik lagi dan semakin maksimal karena sudah dipercaya masyarakat.
Namun Sirmadji membantah pertemuan tersebut menyinggung persoalan tol tengah kota. (baca: Wali Kota Risma Didesak Mundur karena Tolak Tol?). Dirinya juga membantah bahwa Gubernur Jawa Timur Soekarwo tidak suka dengan Risma gara-gara masalah tol tengah kota ini. Menurut dia, masalah pemakzulan Risma bisa terjadi karena ada miss communication antara Risma dan anggota DPRD Kota Surabaya lainnya.
Memimpin Kota Surabaya sejak Oktober 2010, Risma kini dilanda tekanan sejumlah kekuatan politik di ibu kota Jawa Timur itu.
Salah satu tekanan justru datang dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengajukannya sebagai calon Wali Kota Surabaya pada tiga tahun silam. (baca: Siapa Menggasak Surya-1)
Partai ini menyorongkan Wisnu Sakti Buana, Ketua PDIP Surabaya, sebagai Wakil Wali Kota Surabaya pengganti tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Risma.
Lebih dari sekadar tak cocok, ada kepentingan bisnis di balik penetapan Wisnu. (baca: Diramal Ahli Feng Shui, Wali Kota Risma: Mati Aku)
Risma menyatakan sama sekali tidak masalah jika harus mundur. “Saya sudah berikan semuanya,” kata satu dari tujuh kepala daerah terbaik pilihan Tempo tahun 2012 ini. “Capek saya ngurus mereka, yang hanya memikirkan fitnah, menang-menangan, sikut-sikutan,” ujarnya.
Ketika ditanya siapa yang dimaksud dengan “mereka”, ia tak menjawab. (baca:Diisukan Mundur, Risma: Ndak..Ndak..)
EDWIN FAJERIAL
............
Dikabarkan mundur dari jabatan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini tak mau memberikan penjelasan detail meski sempat menjawab pertanyaan wartawan.
Bahkan jawaban tersebut terkesan membenarkan isu bahwa Walikota perempuan pertama di Surabaya tersebut akan mengambil keputusan tersebut dalam waktu dekat.
Baca juga: Walikota Surabaya dan PT KAI tak siap dugugat pedagang Pasar Turi dan Walikota Surabaya, mendadak jadi guru di SD Petra 9
“Kalau soal itu nanti ada waktunya saya bicara. Tunggu saya sembuh,” jawab Risma ketika ditemui wartawan di Liponsos Kalijudan, Kamis (30/01/2014).
Risma yang mengaku sedang sakit juga mengakui kalau sampai saat ini dirinya merasa tidak nyaman didampingi oleh Wishnu Sakti Buana yang baru saja dilantik menjadi Wakil Walikota Surabaya. Sikap tersebut ditunjukkan Risma karena masih meragukan keabsahan proses pemilihan Wawali meski sudah mendapat Surat Keputusan (SK) dari Kemendagri dan Gubernur Jatim.
“Saya mendengar masih ada masalah hukum yang belum selesai terkait wawali. Saya saja kalau sama pegawai Pemkot harus bekerja sesuai aturan,” kata Risma
Dalam penjelasannya Walikota perempuan pertama di Surabaya ini pun menyatakan, sebagai kepala daerah, dirinya tidak ingin masalah yang sekarang sedang dipersoalkan Penitia Pemilihan (Panlih) Wawali akan menjadikan beban semua pihak termasuk dirinya.
“Karena sesuai laporan yang saya terima ada prosedur yang tidak dilalui. Saya saya hanya berharap persoalan ini jangan ada masalah di belakangnya, apalagi sampai ada masyarakat yang menggugat, tentu akan menjadi beban kita semua. Malah kita juga dilaporin, keluhan soal tanda tangan yang dipalsukan,” tandasnya
Sementara itu, terkait sikapnya yang dianggap menghilang dan tidak muncul sejak Wishnu Sakti Buana dilantik Wawali, dirinya menapik jika sengaja menghilang dan tidak datang dalam pelantikan Wishnu Sakti. Bahkan, sampai hari ini dirinya mengau masih dalam keadaan sakit dan belumbdiperbolehkan bekerja oleh dokter.
“Coba tanya pembantu saya, karena memang masih sakit sampai hari ini. Bahkan hari ini saya belum boleh ngantor karena belum sehat betul,” kata Risma dengan suara serak.
@iwan_christiono
LENSAINDONESIA.COM: Adanya tuduhan Soekarwo, Gubernur Jawa Timur telah melakukan penekanan kepada Tri Rismaharini, Walikota Surabaya terkait pembangunan Tol Tengah Kota langsung dibantah yang bersangkutan.
Tuduhan itu menurutnya tak benar karena selama ini proyek tersebut merupakan kebijakan pemerintah pusat. “Saya tidak pernah menekan Walikota Surabaya, apalagi menyinggung soal proyek tol tengah kota. Tuduhan itu sama sekali tidak benar,” jelas Soekarwo kepada Lensa Indonesia.
Baca juga: Gubernur Jatim melarang permintaan sumbangan Gunung Kelud di jalanan dan Walikota Surabaya dan PT KAI tak siap dugugat pedagang Pasar Turi
Soekarwo yang baru saja dilantik ini bahkan mengaku sangat terkejut dengan tuduhan itu, sebab selama ini dirinya tidak pernah bersentuhan langsung dengan proyek jalan tol tengah kota. Proyek itu menurutnya murni masuk dalam Rencana Tata Ruang Nasional sehingga seluruhnya berhubungan langsung dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU). “Jadi, kalau memang mau dibicarakan maka dengan pemerintah pusat, sebab memang sudah masuk dalam RTRW Nasional. Masa saya tekan Walikota Surabaya,” ujarnya.
Dia menegaskan, selama ini Pemprov Jatim tidak memiliki kepentingan. Karena itu berhubungan dengan pemerintah pusat, maka bila ada masalah, Pemkot urusannya dengan pemerintah pusat.
Karena itu, Soekarwo mempertanyakan dari sisi mana pihaknya menekan Walikota Surabaya. “Saya tidak memiliki kemampuan itu, masalah tol tengah adalah urusan pemerintah pusat dengan Kota Surabaya,” tegasnya.
Soekarwo juga berharap semua pihak tidak mudah menuduh tanpa ada bukti. Fokus sekarang adalah solusi bukan menuduh kalau dirinya menekan Walikota.
Sekedar diketahui, masalah ini muncul setelah Hasto Kristyanto, Wakil Sekretaris Jenderal PDIP menampik jika yang menekan Risma soal proyek tol tengah kota berasal dari pihak internal partainya yang telah mengusung Risma, yakni PDIP. Dia justru menuding Soekarwo lah yang selalu memberi penekanan kepada Walikota yang berencana akan mengundurkan diri itu. Dalam hal ini penekanan yang dimaksud adalah lebih mengarah pada kepentingan bisnis.
@sarifa
Comments
Berikut beberapa komentar tentang Tri Rismaharini di akun @SaveRisma:
@fadjroeL
#saveRISMA RT @BrilianoYudda: Warga Surabaya siap kawal perjuangan Ibu Risma Triharini. @fadjroeL @sudjiwotedjo
@SaveRisma
WAJIB RT! @BrilianoYudda: Warga Surabaya siap kawal perjuangan Ibu Risma Triharini #saveRISMA
@bangbangRespaty
@fadjroeL @JJRizal bu Risma walikota Surabaya itu salah satu dari sedikit kepala daerah yang jujur, bersih dan berintegritas, #saveRISMA .
@fadjroeL
#saveRISMA "@kokokdirgantoro: Bang @fadjroeL Isu yg lebih gawat adl konglomerat properti mengincar lahan KBS utk jadi superblok.
@kokokdirgantoro
Bang @fadjroeL kalau bu risma diganggu, gak cuma bonek yg bela, arek suroboyo yg merantau bisa pulang kampung utk pasang badang buat beliau.
@bsetiawan55
Pertahankan KB dimanapun sbg taman kota dan tpt rekreasi warga. @fadjroeL: #saveRISMA @kokokdirgantoro: konglomerat properti incar lahan KBS
@fadjroeL
#saveRISMA "@dedi_opin: @BrilianoYudda @fadjroeL #saveRISMA bisa2 kantor DPRD diduduki bonek
@eva1_anwar
Keren ya @wahyu3yogo: Klo ada yang berani mencolek Bu Risma, 10 juta bonek siap turun ke jalan !! cc @fadjroeL @sudjiwotedjo
@krasn4y4
@fadjroeL @antok_hai di negeri ini, orang jujur dan bekerja tegas pasti musuhnya lebih buanyak.. #saveRISMA
@wahyu3yogo
Klo ada yang berani mencolek Bu Risma, 10 juta bonek siap turun ke jalan !! cc @fadjroeL @sudjiwotedjo
@BrilianoYudda
#saveRISMA !! @fadjroeL: Bnarkah Ibu Risma Walkot Surabaya mengajukan pngunduran diri ke Mendagri, krn tkanan DPRD? Ayo #saveRISMA"
@fadjroeL
Wajin ayo #saveRISMA "@antok_hai: @fadjroeL @Gus_durrozaq #Jaga Surabaya Bung..!!
@sabriinnawan
WOW! merinding baca pembelaan arek2 suroboyo yg bener bener cinta sama pemimpinnya Bu Risma di twitnya om @fadjroeL
@fadjroeL
#saveRISMA "@antok_hai: utk Resminya, bisa dikroscek ke Pak Roy atau Pak Gamawan. Krn bu Risma kyknya skrg berjuang sendirian, pasca Bonbin (Kabar24.com)
BACA JUGA:
yg jujur ditumbangkan.
betapa kotornya politik.
Di sesi wawancara ini, hasil dari blusukan bu Risma menemukan seorang PSK umur 60 thn dimana pelanggannya anak2 SD & SMP ,
juga anak2 perempuan usia SMP SMA yg dipaksa jadi PSK karena lingkungan tinggalnya di lokalisasi . itu hanya sedikit yg terungkap dari bu Risma.
Jadi berpikirlah 2 kali sebelum bilang blusukan itu lebay & pencitraan #SaveRisma
(Kabar24.com)
BACA JUGA:
Komentar yang menolak rencana mundur Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini marak di jejaring sosial.
Maraknya permintaan untuk tidak mundur dan pujian kepada Tri Rismaharini bisa menjadi salah satu alat ukur seberapa besar pemimpin kota Surabaya ini dicintai warga, juga orang-orang lainnya.
Pada Selasa (12/2/2014) Tri Rismaharini mengalami dua momen yang menghadirkan emosi massa.
Selasa siang, sejumlah warga Surabaya datang ke Balai Kota meminta Wali Kota Surabaya ini untuk tidak mundur.
Malam harinya, dalam tayangan Mata Najwa, penampilan Tri Rismaharini yang bercucuran airmata mengaduk emosi penonton.
Berikut sejumlah komentar di jejaring sosial facebook dengan hastag #SaveRisma untuk Wali Kota Tri Risma Harini.
Asrori Bin Suparno
kisah & curhatan seorang ibu wali kota....Semoga Allah selalu meridhoi apa yang menjadi niatanmu untuk wargamu #SaveRisma
Ratnasari Dewwiiee
. pagi2 jd mewex gara2 nonton MataNajwa Special Guest - Walkot Sby Tri Rismaharini #saveRisma
Umar Azmar
ibu segala bangsa #saveRisma
Sulthon Bangun Nagari
..dan Bu Risma berpesan, “Ya anak-anak saya terutama anak-anak di Surabaya, se-Surabaya, Bahwa keberhasilan dan kesuksesan adalah hak setiap orang, kalian tidak usah berpikir dari mana asal kalian, siapa orang tua kalian, orang tua kalian tukang becak, orang tua kalian buruh cuci, kalian berhak untuk berhasil, karena Tuhan itu adil. Terima kasih anak-anakku, selama ini sudah menjadi anak yang baik di Surabaya. Semakin lama semakin baik kalian, banyak prestasi yang kalian raih. Terima kasih semuanya anak-anakku.”
Bukan mengkultuskan, dan sbg manusia (juga) tetap ada cela, tapi Beliau tetap Ibu'e Arek2 Suroboyo, Ibu'e Bonek.
Bahkan seorang (kawan) 'RIVAL' dalam dunia suporter berkata, "Jika Surabaya menurunkannya, KAMI siap menerimanya, bangga-lah Bonek-bonek itu punya RISMA, #saveRisma"
yahdami Habibur
Inilah yang namanya Pemimpin yang mencintai dan dicintai oleh Rakyatnya. Ketika rakyat menangisi 'kepergian' pemimpinnya. #SaveRisma
Ana Wahyuningdyah Ibrahim
perempuan biasa yang bekerja sepenuh hati, memandang jabatan adalah sebuah amanah yang harus dipertanggung jawabkan kelak dihadapan Allah menjadikan Ibu Tri Rismaharini perempuan yang luar biasa #saveRisma
Neng Nunung
melihat sisi lain dari wawancara Najwa dengan Bu Risma
Baru kali ini aku lihat Bu Risma cantik full make up, selama ini lihat ibu yang bersahaja, tanpa polesan make up, kerja tanpa takut keringat melelehkan make upnya yang tebal seperti ibu pejabat pada umumnya....
sekarang pendapat seriusnya
masyarakat, rakyat, kami tahu benar sosok pemimpin yang terbaik untuk kami dan kemajuan kota...
kami mungkin orang-orang bodoh yang tidak tahu politik
tapi kami bisa melihat dan merasa
Bu Risma dipilih oleh rakyat dan akan diselamatkan oleh rakyat #SaveRisma
Mas Noval Setyawan
Petisi Terbuka:
Anda begitu kokoh mempertahankan apa yang anda anggap benar. Anda begitu tangguh melawan derasnya arus yang ingin menghanyutkan. Anda begitu berani menentang para agen penyimpangan. Dan anda begitu mengagumkan. Sikap seperti itulah yang kami (warga Surabaya) harapkan dari seorang Ibu yg tengah berjuang melawan gerogotan politik oportunistik.
#SaveRisma
Amy Poernomo
Di sesi wawancara ini, hasil dari blusukan bu Risma menemukan seorang PSK umur 60 thn dimana pelanggannya anak2 SD & SMP , juga anak2 perempuan usia SMP SMA yg dipaksa jadi PSK karena lingkungan tinggalnya di lokalisasi . itu hanya sedikit yg terungkap dari bu Risma.
#SaveRisma
(Kabar24.com)
Kapolsek Tebet Kompol I Ketut Sudarma di Jakarta, Selasa (18/2/2014), mengatakan pria tersebut adalah teknisi apartemen bernama Ujang Muslim,26. Dia terjatuh setelah tertangkap basah sedang berpacaran dengan pembantu pemilik apartemen, Nur Azizah.
Ketut menjelaskan kronologi kejadian tersebut, yakni pada Senin malam sekitar pukul 01.00 WIB, korban berkunjung ke tempat Nur.
"Pukul 01.33 WIB teman-teman majikannya datang dan mereka pun kepergok sedang pacaran di dalam kamar," katanya.
Sementara itu, Kasubag Humas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Aswin menambahkan, ketika kepergok oleh Cici, Alfi, Edo, dan Wahyu, korban pun langsung meminta maaf.
Namun, lanjut dia, korban tidak keluar melalui pintu, karena panik korban justru langsung mengarah ke balkon.
"Dia berusaha turun dengan cara merayap melalui tembok apartemen hingga akhirnya terjatuh ke lantai dasar samping kolam renang, dan tewas seketika," jelasnya.
Hingga saat ini, pihak kepolisian telah memeriksa tiga orang saksi. Kasus tersebut masih dalam penyelidikan oleh Anggota Reskrim Polsek Tebet.
Aswin menjelaskan korban mengalami luka parah dibagian kepala dan beberapa tulang kaki patah. Setelah dilakukan identifikasi korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Vitalia Shesa diketahui merupakan teman dekat terpidana kasus suap impor daging Ahmad Fathanah yang memberikannya sejumlah barang, di antaranya transfer uang Rp4 juta untuk keperluan belanja anak di Toko Zara, uang tunai Rp30 juta untuk keperluan kontrak rumah di Tebet, Jakarta Selatan, transfer uang Rp25 juta ke Bank Mandiri untuk suntik putih, jam tangan merk Chopard yang dibeli dengan harga sekitar Rp70 juta dan baju di Roberto Cavalli seharga Rp10 juta. (Antara)
BACA JUGA:
Selain memuji kinerjanya, warga media sosial dan warga Surabaya meminta Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk tidak mundur dari jabatannya.
Di jejaring sosial facebook dan Twitter dukungan dan pujian mengalir untuk Risma. Salah satunya adalah pemiilik akun Beng Rahadian di Facebook.
Akun ini menulis dalam hastag #SaveRisma sebagai berikut:
Teladan buat para caleg/ mereka yang ngebet jadi pemimpin:
1. Satu orang saja warga kota yang menderita, maka itu menjadi tanggung jawabnya sebagai walikota, bukan hanya di dunia tapi di akhirat kelak.
2. Cegah banjir, karena banjir membuat miskin.
3. Anak2 takmampu secara ekonomi, menjadi tanggung jawab pemimpin untuk disekolahkan.
4. Bekerja dari hati, prestasi sebesar apapun bukan alat untuk menaikkan citra, itu adalah bonus saat menjalankan tugas.
5. Takada waktu untuk menilai pemimpin lain. Pikiran, tenaga dan waktunya habis untuk mengurusi tanggung jawab.
6. Pasang badan saat ada mafia yang hendak merusak kotanya (kasus Kebun binatang Surabaya)
Dijejaring Twitter dalam hastag #saveRisma juga tak sedikit dukungan mengalir.
Dukungan kepada Tri Rismaharini di media sosial itu salah satunya mengalir setelah wawancara Risma dengan Najwa Shihab di acara Mata Najwa, disiarkan Rabu (12/2/2014) malam.
Saat diwawancarai Najwa Shihab, dengan bercucur air mata, Risma nampak menahan banyak hal untuk tidak diceritakan.
Termasuk soal pesan untuk anak-anaknya, juga anak-anak lain yang dijumpainya.
Terkait kesiapannya untuk bertahan alias tidak mundur dari jabatan yang diembannya sekarang, Risma hanya berkata “mudah-mudahan kuat.”
Sejak awal menjadi Wali Kota, Risma memang sudah harus berhadapan dengan tantangan.
Saat itu, ia menghadapi perlawanan terbuka dari kalangan DPRD karena sikapnya yang bertentangan dengan kehendak sebagian besar anggota Dewan di Surabaya itu.
Usai menghadapi cobaan di parlemen daerah, belum lama ini Risma harus menghadapi kondisi Kebun Binatang Surabaya.
Tak hanya dikejutkan dengan adanya lemari khusus berisi uang dan aset KBS yang selama ini dikabarkan serba kekurangan, Risma juga harus menghadapi adanya "cukong" yang menaksir KBS dijadikan Mal.
Seperti pernah dikatakan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, di balik kisruh KBS memang ada yang ingin menjadi lokasi kebun binatang di kota Surabaya itu menjadi pusat perbelanjaan.
Untuk masalah KBS ini, Risma bersama Gubernur Jawa Timur Soekarwo sampai-sampai dipanggil khusus Presiden SBY ke Jakarta.
Selanjutnya, silakan baca Krisis Kebun Binatang Surabaya Sedot Perhatian Presiden
Entah seberapa banyak tekanan demi tekanan yang dihadapi Risma.
Namun, rencana Risma untuk mundur ditolak mentah-mentah sejumlah warga.
Pada Rabu (12/2) siang, ribuan warga dari berbagai elemen masyarakat mendatangi Balai Kota Surabaya.
Mereka menolak Wali Kota Tri Rismaharini mundur dari jabatannya dan mendukung tetap melanjutkan pemerintahannya hingga akhir masa tugasnya.
"Sosok Risma adalah merupakan aset partai PDIP dan bangsa yang wajib dipertahankan karena telah mengharumkan nama kota Surabaya ke tingkat nasional dan internasional," kata Ketua LSM Gerakan Rakyat Surabaya Mat Mochtar saat di Balai Kota Surabaya.
Elemen masyarakat yang ikut ke Balai Kota di antaranya Ikamra, Laskar Ababil, Laskar Sakera, GRS, APKLI plus ratusan PKL, dan ibu-ibu kelompok Fatayat NU.
Menurut Mat Mochtar, kedatangannya kali ini adalah untuk memberikan dukungan moral agar Tri Rismaharini tetap bertahan di posisinya sebagai Wali Kota Surabaya hingga akhir masa jabatannya.
Hal ini dikarena pihaknya telah mendengar kabar bahwa Tri Rismaharini menyampaikan niatnya untuk mengundurkan diri karena tidak cocok dengan wakil wali kotanya, Wisnu Sakti Buana yang dinilai terpilih secara tidak prosedural.
"Kami mengakui bahwa Risma berhasil menolak pengaruh dan kompromi dengan para koruptor di Surabaya," kata Mat Mochtar.
Di hadapan peserta aksi di lobi depan ruang kantor Wali Kota, Risma mengatakan siap melanjutkan pemerintahan hingga akhir jabatannya jika masyarakat memang tetap menghendaki dirinya sebagai pimpinan di kota ini. (Kabar24.com/Antara)
BACA JUGA:
ayo isi petisinya buat bu Risma
Padahal bukan kali pertama ini Bu Risma tampilkan di Mata Najwa, tapi pernah sekali tampil juga di episode Komandan Koboi sekitar bulan April tahun 2012 yang lalu. Namun pada saat itu masih belum banyak yang melirik keberadaan Bu Risma, karena terbenam dari pemberitaan Jokowi yang menggebu-gebu saat itu.
Tetapi setelah episode Wali Pilihan Kota di Mata Najwa dan karena keinginannya untuk mundur dari jabatan walikota menjadikan dirinya kini mulai dilirik oleh media maupun penghuni dunia maya. Namanya kian diperbincangkan. Banyak yang menyesalkan jika Bu Risma benar-benar nanti mundur jadi jabatannya. Dan tentu saja warga Surabaya tidak ingin Surabaya yang sudah begitu indah dan cantik nantinya akan kembali menjadi kota yang berantakan dan penuh debu, sampah-sampah yang berserakan serta ruang hijau menjadi bangunan mall.
Mengapa Bu Risma ingin tetap dipertahankan menjadi Walikota Surabaya? Apa keistimewaan dari seorang Risma? Inilah catatan saya mengenai seorang Tri Rismaharini.
1. Tidak Jaim
Jika kita mengenal seorang pemimpin di Indonesia apapun jabatannya, tentu selalu menjaga citra dirinya di muka umum. Memberikan kesan bahwa dirinya adalah seseorang yang patut dihormati serta diagungkan. Hal ini disebabkan karena jabatannya lebih tinggi dan mereka beranggapan bahwa mereka sepatutnya dilayani.
Tetapi tidak dengan seorang Risma. Beliau tidak segan-segan untuk mengatur lalulintas yang macet, menyapu jalanan atau memunggut sampah yang berserakan. Beliau juga tidak canggung mengangkat selang ketika terjadi kebakaran. Dan beliau tidak menjaga citranya di depan umum. Apapun dilakukannya selama hal itu dapat memperbaiki kota Surabaya.
2. Empati
Bu Risma sangat peduli dengan warganya. Cerita seorang PSK berumur 60 tahun yang tetap melayani langganannya sungguh membuat miris. Begitu juga dengan anak-anak dan remaja yang masih usia sekolah telah bekerja sebagai seorang PSK. Bu Risma dengan kasih sayangnya merengkuh mereka keluar dari dunia hitam tersebut. Anak-anak dan remaja disekolahkan sehingga menjadi pelajar teladan. Orang-orang tua yang tak mampu disantuni. Dan Bu Risma juga tidak segan untuk memberikan penampungan kepada anak-anak jalanan yang ditemukannya. Itulah kepedulian seorang ibu kepada anak-anaknya. Anak-anak warga Surabaya.
3. Sederhana
Jika kita melihat pemimpin-pemimpin di Indonesia, ketika sedang berkuasa, mereka berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya demi diri sendiri. Baik secara legal maupun secara ilegal. Secara ilegal tentu kita tahu seperti korupsi, suap serta gratifikasi. Untuk yang ini kita sudah mengetahuinya dari seorang ratu yang kini berdekam di tahanan KPK.
Tetapi tidak bagi seorang Risma. Walaupun sudah menjadi orang nomor 1 di Surabaya selama lebih dari 3 tahun, hidupnya tetap sederhana. Hal ini kita bisa lihat dari tampilannya di Mata Najwa kemarin. Sangat sederhana malah untuk seorang walikota. Hanya dengan berjilbab dan riasan wajah yang tidak berlebihan Risma tampil di acara yang bisa disaksikan oleh berjuta-juta penonton di seluruh Indonesia banyak bisa sampai ke luar negeri lewat media Youtube. Perhiasan-perhiasan yang dipakainya pun tidak terlalu mencolok, bukan seperti para selebritis politik yang tetap bangga menggunakan pakaian, tas, asesories branded yang melekat di badan mereka.
Menurut telusuran majalah Tempo edisi terakhir, konsorsium jalan tol Surabaya pernah melakukan lobi bawah meja untuk melunakkan hati Risma, dengan menyodorkan amplop tebal sebagai ‘tanda paseduluran’ agar Risma merestui pembangunan tersebut. Tetapi Risma tetap teguh dengan pendiriannya. Karena dia beranggapan bahwa jalan tol akan menjatuhkan harga properti di sekeliling jalan tol tersebut juga tiang-tiangnya akan sangat mengganggu jalan di sekitarnya.
Sampai saat ini Bu Risma tetap seorang yang sederhana. Semoga tetap sederhana sampai masa baktinya berakhir kelak.
4. Takut Tuhan
Bagi seorang Risma, kekuasaan adalah sebuah amanat yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, apapun yang dilakukannya akan dia pertimbangkan apakah hal itu bertentangan dengan kehendak Tuhan atau tidak. Tuhan adalah di atas segala-galanya bagi Risma. Karena dia tahu tanggungjawabnya kepada Tuhan sangat berat, apalagi jika dia mengkhianati amanat yang telah diterimanya dan mengorbankan warga yang begitu dicintainya.
Semoga Bu Risma mengurungkan niatnya untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Walikota Surabaya. Karena sekarang ini sangat sulit menemukan seorang penguasa yang memimpin dengan hati nurani dan bukan karena harta yang diingini.
—–
Cibubur, 17/02/14
Bagi yang mau menonton Bu Risma di Mata Najwa dalam episode Komandan Koboi dapat menyaksikannya di bawah ini :
http://sosok.kompasiana.com/2014/02/17/saverisma-memimpin-dengan-hati-nurani-635723.html
Dukungan Untuk Walikota Surabaya Terus Mengalir
Dubes AS Puji Kepemimpinan Wali Kota Surabaya
[SURABAYA] Kalangan akademisi, konsultan, cendekiawan dan pengusaha di Kota Surabaya memberikan dukungan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini agar tidak mundur dari jabatannya.
"Intinya kami ingin wali kota tetap tegar, tidak mundur. Apa pun yang terjadi kami siap memberi dukungan sepenuhnya. Wali kota tidak sendiri, ada warga Surabaya di sini," kata Pakar ITS Daniel M. Rosyid bersama pakar lainnya saat menemui wali kota di Balai Kota Surabaya, Senin (17/2).
Niat mundur yang sempat dilontarkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beberapa waktu lalu mendapat respons dari berbagai elemen masyarakat.
Berawal dari gerakan jejaring sosial media yang menamakan diri "Save Risma" hingga unsur masyarakat yang terang-terangan menyatakan dukungannya agar wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan tersebut tetap bertahan.
Sejumlah tokoh dan pakar yang hadir di Balai Kota antara lain, mantan Dekan Fakultas Kedokteran Unair Prof. Sentot Suadmaji, Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Ismail Nachu, Direktur Regional Economic Development Institute (REDI), Dosen FISIP Unair Bustomi, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS Yogha, dan perwakilan Yayasan Al-Falah Nur Badri.
Menurut Rosyid, pihaknya pertama kali mengetahui keinginan wali kota untuk mundur saat melihat acara talkshow di salah satu stasiun televisi swasta.
Pada acara tersebut, kata Rosyid, terlihat sekali tekanan yang sangat besar pada diri wali kota sampai-sampai terucap niatan mundur dari jabatan.
Setelah itu, lanjut dia, muncul perbincangan dari pakar dan akhirnya sepakat mendukung wali kota tetap menjabat, setidaknya hingga periode berakhir.
Hal senada juga disampaikan Ismail Nachu. Menurut dia, Tri Rismaharini merupakan sosok pembawa perubahan bagi Kota Surabaya. Di bawah pimpinannya, Surabaya berhasil meraih prestasi membanggakan.
"Kemajuan kota ini tidak hanya diapresiasi berupa penghargaan skala Nasional, tapi juga sudah diakui dunia. Saya yakin itu juga dirasakan warga Surabaya," katanya.
Dukungan juga datang dari kalangan mahasiswa. Perwakilan BEM ITS, Yogha, menuturkan sejak ditayangkannya episode talkshow yang menayangkan niat wali kota mundur, banyak simpati berdatangan dari BEM universitas-universitas daerah lain.
"Singkat kata, kami seluruh elemen mahasiswa, khususnya di Surabaya sepakat akan mendukung wali kota Risma. Bahkan, kami siap menjadi bemper wali kota demi keberlangsungan pembangunan di kota ini," ujarnya.
Menyikapi dukungan tersebut, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan terima kasih. Ketika menerima rombongan, dia menyatakan bahwa tekanan pikiran merupakan hal yang paling berat yang dialaminya selama menjabat wali kota.
Risma tidak memungkiri disamping problem perkotaan, berbagai tekanan juga kerap dialamatkan kepadanya, sehingga tidak jarang hal tersebut memengaruhi kondisi kesehatan mantan Kepala Bappeko ini.
"Saya bahkan pernah tidak makan selama tujuh hari, hanya minum saja. Karena memang tidak ada nafsu makan gara-gara seminggu penuh ada hal negatif yang menerpa kota ini," katanya.
Di sisi lain, dia menegaskan sama sekali tidak pernah mengomando gerakan dukungan terhadap dirinya. Justru, orang nomor satu di pemkot Surabaya tersebut memberi instruksi untuk mencopot spanduk/baliho yang bertuliskan "Save Risma".
Kepala Bakesbangpol dan Linmas Surabaya, Soemarno mengatakan hari ini saja (17/2) pihaknya menertibkan 15 baliho dengan tulisan "Save Risma".
Baliho tersebut didapati di sejumlah titik, seperti Jl. A. Yani, Basuki Rahmat, Darmo, dan beberapa ruas jalan lainnya.
"Kebanyakan itu spanduk/baliho milik seseorang yang dipilox dengan tulisan 'Save Risma'," katanya. [Ant/L-8]
Ibu Risma adalah pahlawan bagi warga Surabaya .. keberadaan Ibu sebagai walikota adalah kebanggaan juga bagi warga Surabaya ...
Oleh karena itu ... pimpinlah sampai masa jabatan Ibu selesai. ... love bu risma ...
Bu Risma, jgn pernah takut sama org2 yg tidak memihak pada kepentingan rakyat. Takut hny boleh pada Tuhan yg memegang segala kuasa. Kami smw, warga surabaya khususnya dan indonesia pada umumnya ga pernah tidur. Kita akan ikuti terus perjuangan ibu.
Gw nonton kmrn dan memang sosok walikota idaman. She may not have the iron will and mental toughness to be a president, but she is a leader thats loved by her people, and its been so long since we had a president thats loved by its people...
Surabaya, Indonesia--Here, in Indonesia's second-largest city, legend tells of a titanic battle between Sura, the great white shark, and Baya, the crocodile. Meeting in a river one day, the two creatures fought ferociously for supremacy of the animal kingdom. The place where they clashed became known as "Surabaya," the city of the shark and the crocodile, emblematic of the repeated waves of colonial sharks and crocodiles that have controlled the city for centuries.
Settled in the late 1200's on the northern shore of East Java, Surabaya rose to become a major Southeast Asian port and trading center, frequently fought over and eventually controlled by the Dutch East Indies Company for over three centuries. The Dutch surrendered to Japanese troops in 1942, who occupied the country until their surrender to the Allies in 1945.
After the nationalist leader, Sukarno, declared Indonesia's independence on August 17, 1945, violence broke out between Indonesian freedom fighters and the Dutch and British, who returned to the country to take possession of Allied prisoners of war. A British brigadier-general was killed in the crossfire, and the enraged British attacked Surabaya. The bloody Battle of Surabaya is celebrated as a turning point in Indonesia's war of independence. Ever since, Indonesians have called it "the City of Heroes."
Today, Surabaya has a new hero in the form of its hands-on mayor, Tri Rismaharini, who is breathing new life into the city. Better known as "Ibu Risma"--"Mother Risma"--Surabaya's mayor is part of a rising generation of new leaders, empowered by the decentralization of authority across Indonesia and ready to seize the reins of national leadership.
Many mornings at 5:30am, "Mrs. Mayor" can be found picking up trash along the roadside. In the afternoons, she hands out balls to children in the parks while reminding them to study hard. At night, she patrols the parks, scolding underage youth for breaking curfew. If traffic gets snarled, she's been known to get out of her car and direct it herself. She also hosts a radio call-in show, fielding questions about evictions, clogged drains, and the occasional obscenity.
An architecture major, Risma rose to prominence in 2005 as head of the city parks department. Long known as an unlovely industrial port--one Dutch novelist called it "a dirty city full of pretensions and greed"--Surabaya under Risma has become "Sparkling Surabaya."
At her direction, brothels have been converted into kindergartens and old gas station lots into playgrounds. Banners bearing anti-littering slogans hang throughout the city, winning Surabaya a dozen environmental awards as a pioneering eco-city while inspiring the local populace: last year, Surabaya was named the city with the best public participation in Asia Pacific.
Though parks are her passion, Risma speaks proudly of her administration's program to provide free education and healthcare for the underprivileged--all the while streamlining the city's bureaucracy to eliminate inefficiency. The daughter of small business owners, Risma travels widely to other cities to study successful public innovations, adopting improved streetlights from Berlin and better teaching techniques from Seoul.
One of her main goals is to develop not just the city's infrastructure and economy, but also its people, through education and awareness programs--spending 35 percent of Surabaya's budget on education, far higher than the national standard.
"I don't really understand practical politics," Risma confesses--somewhat surprisingly given her achievements. And it's true that she was almost removed in her first year as mayor, after she angered entrenched interests with a proposal to raise tariffs on large billboards while lowering them for small business advertisements. When she was head of the city's building development, Risma and her family received death threats for implementing the country's first completely transparent, e-procurement system. Yet the system, in her words "saved anywhere from 20%-25%," while freeing up resources to build "better quality roads, new bridges and pedestrian areas."
Risma has forged important partnerships with the private sector, and is savvy navigating the country's bureaucracy. On just her second day in office, Risma visited Indonesia's vice president to discuss a critical port development project that had languished for decades. Despite repeated efforts to brush her off, Risma refused to leave the office until they agreed to begin construction.
The port groundbreaking took place a week later--and not a moment too soon. Surabaya's port has experienced a 200 percent increase in traffic in recent years. The improvements will boost efficiency and increase capacity as the port continues to serve as a gateway to other parts of the country.
Risma has also met with Belgian officials to discuss a potential "sister city agreement" between Surabaya and Antwerp, home to one of Europe's most important seaports. It would evolve the current system by allowing cargo to bypass Singapore, greatly reducing shipping fees between the two ports while making them more competitive.
It is creative ideas like these that have helped boost Surabaya's economic growth to over 7.5 percent since Risma took office in 2010--while earning her Globe Asia's prestigious 2012 Women Leader Award.
It has also led some to wonder if Risma's combination of understated competence and leadership are precisely the qualities that Indonesia most needs as it begins to emerge on the world stage. As Tempo magazine put it in a recent profile of Risma, the solution to Indonesia's problems may lie in the "inspirational" work of Indonesia's political outsiders, though "their names do not appear on the front pages of the national media and the regions they govern are far from the glitz of Jakarta."
"I don't have political ambitions," Risma insists. "To become a mayor, governor or even president is an extraordinary responsibility. It's not just about solving a flood problem or things like that. It's about helping the people to develop and be successful."
While she speaks, I note the seal of the city of Surabaya--a battling shark and crocodile. As mayor, Ibu Risma has learned to tame the clash of fiercely competing interests. What more might she do for all of Indonesia?
Stanley Weiss, a former global mining CEO and founder of Washington-based Business Executives for National Security, has been widely published on domestic and international issues for four decades.
sumber: http://www.huffingtonpost.com/stanley-weiss/surabayas-mrs-mayor-indon_b_3785172.html