BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

CONQ : the first ever gay web series in Indonesia (UPDATE episode 4)

17810121340

Comments

  • @fadlifadlan iyee ada di situ om..cari aja cerita coming outnya rizal iwan..
  • kok gak bisa dibuka2 ya?? dari tadi siang sampe skarang kok gk bisa dibuka???
    bisa minta (minta tolong banget) di copy apa yg tertulis di situs melela itu???

    aku udah coba berkali2 gk bisa buka, giliran buka situs lain kok malah bisa.

    hitung ngeshare memotivasi gay lain @greensun2
    trims ya bro
  • kok gak bisa dibuka2 ya?? dari tadi siang sampe skarang kok gk bisa dibuka???
    bisa minta (minta tolong banget) di copy apa yg tertulis di situs melela itu???

    aku udah coba berkali2 gk bisa buka, giliran buka situs lain kok malah bisa.

    hitung ngeshare memotivasi gay lain @greensun2
    trims ya bro

    Sama. Gue juga tadi sore nyoba buka, tapi endless loading gitu.
  • @msdos oh…… gitu ya?? padahal giliran buka youtibe bisa, kayaknya problem di situsnya kali ya,??

    apakah ada yg berbaik hati msu ngeshare cerita coming out dia??
  • A
    Rizal Merasa Dukungan
    Keluarga Penting
    Share
    Tweet
    ku
    tidak
    menyangka
    akan
    menjalani
    hidup
    sebahagia dan sejujur sekarang. Aku
    anak bungsu dari empat bersaudara.
    Ayahku seorang Islam yang taat dan
    ibuku seorang pendeta.
    Dari kecil, aku sudah merasakan bahwa
    aku dilahirkan berbeda. Ketertarkanku
    akan sosok pasangan yang kusukai
    berbeda dengan orang-orang di
    sekitarku. Namun, melihat latar
    belakang keluargaku yang begitu taat
    beragama, aku sempat menyangka
    bahwa aku harus menyembunyikan
    keberbedaanku ini. Aku berpikir akan
    menjalani kehidupanku dalam kepura-
    puraan dan kebohongan.
    Sampai suatu ketika, berpura-pura dan
    menjalani hidup dengan kebohongan
    telah menjadi beban yang menghambat
    langkahku. Jika ini aku biarkan berjalan
    terus, langkahku akan semakin berat.
    Bahayanya, bebanku mempengaruhi
    keputusan-keputusan yang kubuat.
    Akhirnya aku mulai belajar untuk
    menerima diriku yang sebenarnya. Aku
    berusaha untuk berdamai atas
    keadaanku. Setelah menerima dan
    berdamai dengan keberbedaanku, aku
    memutuskan untuk coming out kepada
    kedua teman terdekat. Satu teman laki-
    laki dan satu teman wanita. Mereka
    adalah orang-orang yang sudah kukenal
    semenjak duduk di bangku SMP dan
    SMA. Aku ingin mereka tahu diriku
    yang sebenarnya. Kalau pun ada orang
    yang berhak mengetahui mengenai
    identitas diriku yang sebenarnya,
    merekalah orangnya. Melalui mereka,
    aku ingin mulai menjalani hidup yang
    jujur, kehidupan yang sehat.
    Saat memutuskan untuk coming out, aku
    masih menjalani pendidikan di bangku
    kuliah, usiaku 19 tahun. Aku sengaja
    memilih tempat yang tepat untuk
    menceritakan jatidiriku. Aku
    merencanakan semuanya, dari tempat
    dan bagaimana cara menyampaikannya.
    Pada tahun 1997, di bilangan Kemang,
    terdapat sebuah kafe bernama Twilight
    Café. Sekarang kafe ini sudah nggak ada.
    Namun, beberapa momen-momen
    penting dalam hidupku terjadi di sana.
    Misalnya, dahulu, saat merayakan aku
    diterima di Universitas Indonesia, aku
    mengajak keluargaku makan di sana.
    Aku dan teman-temanku juga kerap
    pergi ke sana. Twilight Café menjadi
    saksi akan momen-momen penting
    dalam hidupku.
    Ketika kami sudah berada di Twilight
    Café, aku menunggu saat yang tepat.
    Saat penyanyi kafe menyanyikan, lagu
    ‘Fly Me to the Moon’, aku merasa inilah
    saatnya. Aku memberikan dua buah
    kertas kepada mereka. Masing-masing
    mendapat satu kertas. Satu kertas kosong
    dan satunya tertulis “I’m gay.”
    Setelah membuka kertasnya dan
    mengetahui apa yang ingin aku
    sampaikan, salah satu dari mereka
    menangis. Temanku yang laki-laki
    menanggapi ini dengan lebih tenang.
    Menurutku, sepertinya, ia sudah tahu
    tetapi tidak pernah mendapatkan
    konfirmasi pasti dariku. Hari itu, 15 Juli
    1997, mereka berdua mendapatkan
    konfirmasi mengenai identitas diriku.
    Setelah membuka jatidiriku, kami
    bercanda mengenai aktor Hollywood
    mana yang kami sukai. Dari mulai
    George Clooney sampai Ralph Fiennes….
    Aku merasakan kelegaan yang luar
    biasa. Rasanya, satu tembok telah
    kuruntuhkan. Kini, bersama mereka, aku
    tidak lagi harus berpura-pura.
    Kenyataan bahwa mereka dapat
    menerimaku apa adanya menegaskan
    hubungan persahabatan yang begitu
    erat.
    Di akhir pertemuan malam itu, saat kami
    hendak berpisah, sahabatku yang wanita
    memelukku dengan erat. Ia berbisik,
    “Terima kasih, ya….”
    ***
    Di samping coming out kepada teman-
    teman, kisah coming out-ku yang paling
    penting adalah saat aku harus
    menghadapi keluarga. Aku tidak pernah
    mengatakan identitas diriku yang
    sebenarnya kepada orangtuaku. Namun,
    aku juga tidak pernah menutupinya.
    Dalam beberapa acara keluarga, aku
    mengajak kekasihku untuk ikut.
    Mungkin, awalnya, keluargaku
    beranggapan bahwa ia adalah temanku.
    Ketika menghabiskan waktu bersama
    keluarga, ia selalu diterima dengan baik.
    Bahkan, keluargaku kerap dengan jelas
    memintaku untuk mengajaknya hadir
    dan bergabung. Ia bahkan dicari ketika
    tidak hadir dalam acara keluarga.
    Saat itu aku berpikir situasi yang
    kumiliki cukup baik. Aku tidak perlu
    menceritakan jatidiriku kepada mereka,
    toh, aku dan kekasihku tidak
    menemukan masalah di keluarga.
    Namun, hati kecilku masih menyimpan
    keinginan untuk mengatakan yang
    sebenarnya kepada mereka. Aku masih
    belum tahu caranya.
    Suatu ketika, aku hendak meminjam Al-
    quran milik ayahku. Saat membuka
    lembaran-lembaran Al-quran, aku
    menemukan bahwa ayat-ayat yang
    berkaitan mengenai kehidupan gay
    digarisbawahi. Aku terkejut sekali
    menemukannya. Di sini aku sadar
    bahwa ayahku sudah mengetahui
    jatidiriku.
    Ternyata, selama ini ayahku sudah
    mengetahuinya. Aku terus memikirkan
    peristiwa ini. Apakah aku harus tetap
    memberitahu kepada orangtuaku? Aku
    masih belum tahu bagaimana caranya.
    Kini kedua orangtuaku telah meninggal
    dunia. Namun, jika ternyata ayahku
    sudah lama mengetahuinya, nyatanya ia
    dan keluargaku tetap memilih untuk
    memperlakukanku dan menerimaku
    dengan baik.
    Buatku dan orangtuaku, menunjukkan
    jati diri artinya tidak menutupinya.
    Ayat-ayat Al-quran yang digarsibawahi
    oleh ayahku adalah salah satu bukti
    bahwa ayahku sudah mengetahuinya.
    Jika ia benar-benar ingin
    mengetahuinya, ia bisa menanyakan
    kepadaku. Namun, ia tidak pernah
    menanyakannya. Daripada pertanyaan,
    ayahku dan keluargaku, lebih memilih
    menujukkannya dengan penerimaan.
    Dalam sebuah perjalanan dengan mobil
    bersama kakakku, aku menemukan
    jawabannya.
    Saat itu kami berdua sedang ingin
    mengunjungi makam orangtuaku, ia
    mengatakan, “Sebenarnya kita semua
    sudah tahu kok,” katanya. Ia
    menceritakan, bahwa sebenarnya ia dan
    keluargaku sudah dapat membaca situasi
    yang sebenarnya. Bahkan, mereka sudah
    sempat membicarakan ini di antara
    mereka. Ia mengatakan bahwa
    keberbedaan diriku adalah hal yang
    sudah diterima di keluargaku.
    Semenjak percakapanku itu, aku menjadi
    semakin bahagia. Aku merasakan satu
    lagi benteng telah kuruntuhkan. Aku kini
    semakin bebas hidup tanpa kepura-
    puraan. Aku bisa bicara dan bertukar
    pendapat dengan mereka mengenai
    hidupku dengan lebih jujur.
    ***
    Rizal Iwan menyandang gelar sarjana dari
    Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.
    Kini ia bekerja sebagai copywriter di salah satu
    biro iklan internasional di Jakarta. Di sela-sela
    kesibukannya, Rizal menyempatkan diri bermain
    teater dan menulis tetap di salah satu kolom Now
    Jakarta. Pada bulan Januari 2013, Rizal akhirnya
    menikah dengan pasangannya. Pernikahan
    mereka dilaksanakan di New York, Amerika
    Serikat. Rizal dapat dihubungi melalui twitter
    @Rizaliwan.
    BE A HERO, PARTICIPATE! Anda dapat berbagi
    kisah Anda saat melela dan menceritakan
    bagaimana orang-orang yang Anda cintai mampu
    menerima diri Anda dengan baik. Kirimkan kisah
    Anda ke alamat e-mail contact@melela.org . Baca
    langkah-langkah pengiriman kisah di menu
  • @fadlifadlan eh sori baru baca om..emang sering down sih websitenya saking banyaknya yg buka..hehe..gimana pendapatnya setelah baca om?
  • edited April 2014
    Omg..... Ceritanya :")

    Edit 1:
    "Pada bulan Januari 2013, Rizal akhirnya
    menikah dengan pasangannya. Pernikahan
    mereka dilaksanakan di New York"

    Patah hati lah gue. </3

    Edit 2:
    Wah anak UI ternyata dia...
  • ada beberapa point yg mau gue tanya :
    1. Si siapa ? ugi ugi gitu, gue lupa namanya. iya gue baru ngeh kalau dia ada di iklan rokok u mild. dan ikannya masih tayang. dia beneran conq juga ?
    2. Rizal menikah dgn pasanganya. maksudnya pasangan gay atau pasangan ceweknya ?

    pantesan aja si rizal iwan luwes dan enak ngomongnya, ternyata lulusan ilmu komunikasi toh. anak anak komunikasi emang jago ngomong ya.
  • Wilhem wrote: »
    ada beberapa point yg mau gue tanya :
    1. Si siapa ? ugi ugi gitu, gue lupa namanya. iya gue baru ngeh kalau dia ada di iklan rokok u mild. dan ikannya masih tayang. dia beneran conq juga ?
    2. Rizal menikah dgn pasanganya. maksudnya pasangan gay atau pasangan ceweknya ?

    pantesan aja si rizal iwan luwes dan enak ngomongnya, ternyata lulusan ilmu komunikasi toh. anak anak komunikasi emang jago ngomong ya.

    wkwkw, amin… moga aja SEMUA anak lulusan Ilmu Komunikasi jago ngomongnya (Amin banget, wkwkwk)

    eh iya, aku nyari2 link foto suaminya, cerita dia ktemuan, etc, tapi blum nemu, ada yg punya linknya gk ya??

    @msdos mnurut gw crita coing out dia biasa aja lurus2 aja, mirip2 dikit crita gw, kluarga gw udah tau gw gay sebelum gw keburu ngaku.

    bedanya dia (Rizal Iwan) udah bisa menentukan sikap (to have a gay marriage), nah klo gw masih blum ambil kputusan
  • @fadlifadlan ad.d. INSTAGRAM foto2 Rizal iwan dg pasangannya. Udah 9 taon...wow2. Bukannya dah merit mas? Kok Mau gay marriage lg? Hehe
  • msdos wrote: »
    Omg..... Ceritanya :")

    Edit 1:
    "Pada bulan Januari 2013, Rizal akhirnya
    menikah dengan pasangannya. Pernikahan
    mereka dilaksanakan di New York"

    Patah hati lah gue. </3

    Edit 2:
    Wah anak UI ternyata dia...

    Sabaaar masih ada yg lain..
  • wah iya di instagramnya ada..nama suaminya sinatria ya kalo ga salah..
  • aku suka kalimat ini (karna aku mrasa sudah salah menhambil kputusan)

    berpura-pura dan
    menjalani hidup dengan kebohongan
    telah menjadi beban yang menghambat
    langkahku. Jika ini aku biarkan berjalan
    terus, langkahku akan semakin berat.
    Bahayanya, bebanku mempengaruhi
    keputusan-keputusan yang kubuat.
    Akhirnya aku mulai belajar untuk
    menerima diriku yang sebenarnya. Aku
    berusaha untuk berdamai atas
    keadaanku. Setelah menerima dan
    berdamai dengan keberbedaanku, aku
    memutuskan untuk coming out"
  • ada yg punya foto dia dan suaminya gk ya??

    jadi pengen nikah (ccowok)

    :(
Sign In or Register to comment.