It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
*ngelunjak
@tarry apaan sih lu kak..
hello.. Lu gk bosen apa, bikin gw malu.. Sejak kapan lu belajar ngecomblangin orang
*All* iya besok insya Allah update. d tunggu kecupan dan jilatan telinganya yah.. #Halah #Plaakkk
Kaya gitu akrab ? Berantem nya gimana ?
@tarry udh deh yah lu jngn berisik.. Ngeganggu ketenangan berbi tau gk lu kak
basah jg boleeehh.. asal jgn lepek yeee.. hehehe..
gw tidurin juga lu ntar
@tarry wkwkwk ngambek nih yee
@tarry knpa ? Sirik yah, aku dpet job baru
buat TS ny mention kalo dah update ya
“Sampai..” kataku otomatis. Seakan melengkapi kata yang sebelumnya diucapkan Alfi.
Oo.. Oow.. I smell trouble nih.. Cross my finger..
“Rei kamu murid beasiswa kan?” aku mengangguk. Agak tidak menyangka dengan pertanyaannya
“Berarti kamu pintar kan?” Lagi-lagi aku masih tak mengerti
“Lumayan..”
“Menurutmu bagaimana permainan pianomu?” Hah? Bahas hal-hal ini di hall basket? aku masih tidak mengerti jalan pikirannya.
Lagi. Kujawab “Lumayan..”
“Kalau basket? bisa?”
Basket? aku? Bisa tentu. Tapi fisikku tidak bisa bertahan lama. aku mudah lelah. Dulu di SMP pun aku hanya menjadi pemain cadangan. Pelatih baru melihat bakatku setelah kelas VIII.
Waktu itu aku sedang menonton tim basket SMP ku berlatih 3 on 3. Aku menonton dengan ketiga temanku waktu itu. Dalam menonton aku selalu membuat komentar-komentar tentang apa-apa yg tim itu lakukan. Seperti tim biru (mereka di bagi menjadi tim merah dan biru) yang mempunyai kelemahan dalam hal defence. Tetapi untungnya orang yang bertindak sebagai PG (point guard) mereka dapat mengarahkan dengan baik. Jadi permainan masih bisa berimbang. Sedang tim merah hebat dalam skill individu juga kerja sama tim. Seharusnya di atas kertas mereka unggul. Tapi kadang permainan individual mereka lebih ditonjolkan yang mana membawa pada gagalnya penetrasi ke dalam. Mereka terlalu menganggap remeh tim biru.
Aku terus saja menyampaikan pendapat-pendapatku pada kedua temanku. Tak dinyana, pelatih basket turut mendengarkan. Dia mulai bertanya hal seputar basket padaku. Bisakah aku? aku jawab bisa sedikit. Karena aku Cuma bermain hanya pada pelajaran olah raga saja. pelatih itu juga bertanya maukah aku bergabung dengan tim basket sekolah. Yang mana sungguh tak kusangka.
Tapi itulah, aku terbujuk dan masuk tim. Hanya sebagai cadangan. Hanya dimainkan sebagai pengganti PG jika dia terlihat lelah dan minta digantikan. Aku juga lebih sering diminta saran daripada bermain. Tapi reputasiku sebagai PG belum pernah gagal. Aku hanya dimainkan satu kuarter saja. biasanya pada kuarter ketiga.
Dalam penampilanku sebagai PG, aku selalu berhasil melakukan penetrasi dan menciptakan peluang-peluang yang berbuah poin. Tapi seperti kubilang diawal tadi, fisikku lemah (bukan lemah sakit-sakitan tapi karena kurang olahraga saja) jadi cepat sekali lelah. Jadi aku memang tidak bisa full membela tim itu. dan untuk pertanyaan bisakah aku bermain basket? tentu bisa..
“Lumayan Fi. Kenapa gitu Fi..? tanyaku masih heran dengan pertanyaannya.
Dia tidak menjawab. Hanya berjalan pelan.
“Para pemain sudah lengkap sekarang” dengan kata-kata itu Alfi melangkah mendekati tim basket yang ternyata benar berkumpul di hall ini pada jam istirahat. Mengabaikan pertanyaanku.
Aku hanya menatap Alfi heran. Pemain apa yang telah lengkap? Para anggota tim basket kah? Dan bagaimana dia bisa tahu jika anggota tim basket berkumpul di hall ini padahal ini jam istirahat? Bukankah biasanya latihan klub itu dilakukan sepulang sekolah? Kenapa sosok Alfi selalu tidak bisa diterka yang ada dalam isi kepalanya?
Walau aku baru tak seberapa lama mengenalnya. Dekat dengannya. Tapi dia selalu tidak terduga. Kadang baik, kadang hangat. Namun tak jarang pandangan matanya selalu menatapku tajam. Seakan aku melakukan hal yang salah.
Posisi kami sekarang tidak begitu jauh walau tidak bisa dikatakan cukup dekat juga, dari tempat para tim basket berkumpul. Mereka sepertinya sedang berdiskusi tentang urusan klub. Sedikit saja mereka menoleh ke arah kami (Aku dan Alfi), mereka akan tahu kami datang ke hall basket. Alfi sepertinya enggan beranjak dari tempat kami berdiri sekarang. 'Kenapa kita tidak memanggil mereka jika ingin bertemu?' pikirku. Dia terlihat seperti sengaja menunggu.
Akhirnya, salah seorang anggota berambut keriting ikal menoleh dan terkejut menatap ke arah kami. Mungkin lebih tepatnya ke arah Alfi. Karena matanya kaku terpaku melihat sosok Alfi. Perubahan muka anggota berambut keriting ikal yang mendadak itu menarik perhatian anggota tim lainnya. Mereka mulai mengalihkan pandangan. Langsung saja 6 pasang mata menatap kami dan sedetik berikutnya terpaku seperti temannya semula.
Kak Farel-lah yang terlebih dahulu tersadar dan mulai menghampiri kami. Pandangan matanya masih mengarah kepada sosok Alfi. Anggota lainnya pun seperti terbangun dari mimpi. Mereka langsung berdiri dari posisi duduk mereka dan menunggu. Kak Farel mulai mengalihkan pandangan ke arahku. Matanya seperti berujar penuh kode ‘kok tiba-tiba’ atau ‘udah bilang ke dia’. Itu hanya perasaanku sih. Entahlah aku tidak terlalu yakin. Hari ini aku penuh dengan keraguan-keraguan.
“Rei.. Alfi.. Welcome to the basket hall.. tumben.. Ada apa nih? Wait Rei.. itu muka lo kenapa?” Sambut kak Farel penuh basa basi yang di akhiri dengan rasa penasarannya melihat mukaku.
“Kak.. ak..” kata-kataku terhenti karena..
“Kak.. Stop basa basinya. Rei udah cerita”
“Owh. Oke. So.. Gimana? Apa keputusan kamu Fi?” Seolah lupa dengan yang tadi ditanyakan padaku.
“Sebelum itu, silakan panggil Anggota tim lainnya kak” Wow. Alfi dengan entengnya memerintah Kapten tim Basket sekolah. Ditambah itu kapten seniornya.
“Owh. Ok. Wait. Guys.. Kesini Kumpul. Sekarang. Cepet!” Perintah kak Farel. Okeee.. kenapa itu kapten nurut ajah ya kata-kata si Alfi.
Dan setelah terkumpul semua anggota tim “So.. Gimana Fi?”
“Kita tanding 3 on 2” jawab Alfi
“APA?!!” kata tim basket serempak
“LO NGEREMEHIN KITA?!!”
“ANJIIIRRR”
“SONGONG BENER NIH ANAK!!”
Benar saja mereka protes keras. Satu persatu mengeluarkan pendapatnya. Bahkan aku pun masih tidak percaya dengan kata-kata yang diucapkan oleh Alfi. 3 on 2? 3 lawan 2? Apa dia tidak salah. 2 itu maksudnya dia dan aku kan?
“UDAH TERIMA AJA. TRUS KITA BANTAI SI AUTIS” ini si songong Robby tentu.
Walau kata kak Farel Alfi jago dan hebat, aku sangsi kami bisa menang hanya dengan dua orang saja...
Alfi mengeluarkan tatapan tajam dan menyapu kearah mereka yang protes satu persatu. Kak Farel ikut memberikan tanda dengan tangannya menyuruh mereka semua diam. Omongan mereka pun terhenti seketika. Kak Farel mendekat kedpan Alfi.
“Elo yakin Fi?” Alfi mengangguk.
“Kalo gitu, apa taruhannya? Lo mau kita taruhan kan?” tanya kak Farel lagi.
“Kalo kalian menang aku masuk klub basket ini. berdua dengan Rei. Tapi..”
“Tapi apa?”
“Tapi kalo kalian kalah. Elo Rob,” Alfi menunjuk Robby. “Harus sungkem minta maaf sama Rei” hah? Kok? Kenapa aku dibawa-bawa? Tapi tunggu deh.. tadi Alfi ngomong elo.. ih ih ih.. ga nyangka. Alfi bisa juga ber elo gue gitu. Tapi tadi mukanya kenapa serem gitu pas ngeliat Robby.
“Tunggu Fi.. Hubungan Robby minta maaf ke Rei sama Elo mau masuk klub apa? Atau mungkin jangan-jangan..” mata kak Farel mulai melirik antara aku. ralat memar dibibirku dan Robby.
Alfi hanya mengedikkan bahu “Gimana?” tanyanya.
“Udah Rel terima aja tawaran si autis itu. kali ini gue ga bakalan kalah sama lo” Serbu Robby berapi-api. “Lo udah salah nantangin tim basket kita tanding bocah autis!!”
“DIAM LO ROB!!” sergah kak Farel keras. “Lo nanti ada urusan sendiri sama gue” geram Farel.
“Fi, Sorry gue harus tolak. Niatan lo masuk klub itu gue hargain. Tapi ga kayak gini caranya. Gue juga minta maaf kalo seumpama anak buah gue bertindak diluar kendali gue” kak Farel menghembuskan nafasnya kencang lalu memandang tajam ke arah Robby.
“Gue Cuma pengen lo masuk tim ini bukan karena terpaksa gini. Gue bener-bener serius pengen lo masuk tim ini. tapi kalo gini caranya..”
“Kak aku Cuma mau liat seberapa jauh kalian berkembang. Kalo masalah Robby anggap aja bonus. Tapi aku memang mau nguji udah seberapa jago kakak sejak terakhir kita ketemu. Lagi pula aku emang tertarik masuk tim ini” jelas Alfi. Oke oke.. ini Alfi kesambet apa ya. Tumben-tumbenan dia bicara panjang kali lebar gini. Bikin aku Cuma bisa planga plongo ga jelas gini.
“Elo serius Fi?” Alfi mengangguk. “Kalo gitu gue kasih tau, Robby bener waktu bilang lo udah salah nantangin tim ini Fi. Kita udah berkembang pesat sekarang. Dengan pelatih baru” jelas kak Farel.
“We’ll see” jawab Alfi. “Rei kamu siap-siap. Pemanasan dulu. We’ll battle then kak. Deal?”
“oke Fi. Deal.” Kak Fare membalikkan badan ke arah timnya.
“guys. Kumpul!”
Kak Farel lalu menengok lagi ke arah kami “Fi, lo serius Cuma berdua Rei? Gue pinjemin anggota gue deh satu. Gimana?” Tawar kak Farel.
Alfi lagi-lagi hanya menggelengkan kepala. Huuwwaaaaa.. kenapa tawarannya ditolak.. Yakin banget si Alfi bisa ngelawan tim basket sekolah. Padahal mereka jelas-jelas punya prestasi yang mentereng. Runner-up kejuaran tahun kemarin gitu.. ckck.. kenapa aku jadi meragukan Alfi ya..
“Fi.. kamu serius ya?” tanyaku penasaran ketika kami memisahkan diri dari yang lain untuk pemanasan.
Alfi mengangguk “Tenang Rei. Peluang kita lumayan. Kira-kira 50% lah. Karena kamu yang akan jadi PG, bukan aku. Kamu yang akan mimpin kita berdua” dengan santainya dia mengatakan itu. membuat aku hanya bisa termangu.
“Fi...” aku hanya bisa mengucapkan itu.. liriiihh.. aku meragukan diriku. Bagaimana aku bisa menang jika aku tidak percaya diri.
“Rei, aku percaya kamu. Kamu pintar menilai situasi. Aku Cuma mau kamu balas Robby pake kekuatan kamu sendiri. Kalo nurutin emosi, aku tadi Bakal Hajar Robby karena dia udah bikin kamu begini..” disentuhnya bibirku yang memar itu. Aaaahhh.. Ceeeesssss.. #AnotherBlushingMoment. Mukaku panaaaasss.. #kipaskipas.
Diangkatnya daguku lalu didekatkannya kepalanya kearahku muka kami berhadap-hadapan sekarang, lalu.. “Rei have faith in yourself, coz i have faith in You. Aku akan pinjamkan kekuatanku untuk membantumu mengalahkan Robby”
Lalu dimajukan lagi kepalanya “Karena Kamu my closest friend” setengah berbisik dia mengatakan itu ditelingaku. Dag dig dug ini. gemuruh didadaku ini tak kunjung berhenti. Gerah sekali. Mukaku kenapa panas lagi.. #kipaskipas #EsmanaEs
“Sekarang siap-siap Rei” Kata-katanya menyadarkanku yang setengah trans akibat hembusan nafasnya ditelingaku. Oke. Siap. Harus siap.
“Oke Fi.. Fi makasih..” dia hanya menganggukkan kepalanya.
Alfi telah percaya kepadaku. Kepercayaannya itu harus kujaga dan kubuktikan dalam permainan ini. Dia bilang tadi dia ingin menghajar Robby untukku? Sungguh tak kusangka, perhatiannya segitu besar kepadaku. Kupikir dia tidak pernah peduli. Tapi tindakannya ini.. marahnya yang seperti ini.. Aku sukaaa.. Dia marah tapi tetap berkepala dingin.. Hebaaattt.. Alfi benar-benar cool dalam arti yang sebenarnya.
Kutolehkan kepalaku kearah tim basket kak Farel. Belum tahu pasti siapa yang nantinya akan bermain. Aku perhatikan mereka satu persatu. Ada kak Farel, Robby dan si kurus berambut keriting ikal yang tadi melihat kami, juga satu yang berambut agak panjang dikuncir. Yang berambut plontos sepertinya akan menjadi juri, karena dia terlihat mulai mengambil peluit. Mereka berlima sepertinya adalah tim inti basket ini. Sekilas melihat saja aku tahu aura mereka berbeda. Feelingku mengatakan Mereka kuat.
“Rei perhatikan ini. si rambut keriting ikal itu three point shooter. Kak Farel PG (Point guard) dan Robby itu Center. Yang berambut kuncir itu bisa merepotkan karena dia adalah power forward. Yang plontos tidak akan main nanti. Ingat ini, Jangan remehkan Robby, karena dia defender yang sangat merepotkan. Kelemahannya hanya satu. Dia temperamental. Kak Farel agak lemah dikaki kiri. Mungkin karena cedera yang pernah diderita. Sedang yang keriting ikal dan yang berambut kuncir itu, mereka bagianku. Mengerti?” WHAAATTT..??!! WOW banget si Alfi. Bisa-bisanya dia bicara dengan data selengkap itu. Cuma dari sekilas liat.. ckck.. Bravolah pokoknya si Ice Prince Alfi.
Aku hanya bisa manggut-manggut.
“Lagipula, menilai dari sifat Kak Farel dia tidak akan main dimenit awal. Dia mungkin akan melihat dulu seberapa kuat kita dan timnya. Jadi dua orang yang kusebutkan tadi, mereka bagianku. Dan Kamu tuntaskan urusanmu dengan Robby. Ngerti Rei?” ini ciyusan yah si Alfi kok bisa nilai Cuma dengan melihat mereka. Hebat bangetlah pokoknya mah.
Ku anggukkan kepalaku. “Oke. Ngerti. Jadi itu artinya Robby yang akan jaga aku man to man defense ya Fi?”
Alfi mengangguk. “Rei, be careful.. key?” aku hanya tersenyum.
PRIIIITTTT..
“Guys.. Gather” Farel mengumpulkan kami.
“So gimana aturannya Fi?”
“15 minutes. Tim yang memasukkan bola terbanyak ke ring adalah pemenangnya. Deal?”
“Deal” jawab Farel. “Guys.. ready on Position” dengan kata-kata itu Kak Farel mempersiapkan timnya. Ternyata dia melangkah ke bangku cadangan, sesuai prediksi Alfi. Jadi dua orang yang tadi disebut Alfi yangakan main pertama dengan Robby.
Kami menuju posisi kami masing-masing. Dan benar saja (lagi), anggota tim basket berambut plontoslah yang akan bertindak sebagai wasit pertandingan.
“Rei remember.. i’ll be your pawn. So use me as you like” kemudian setengah berbisik dia memberikan perintah padaku, setelah mengatakan itu Alfi berlalu dan menuju ke tengah lapangan karena akan segera melakukan Jump ball (berebut bola) untuk memulai pertandingan.
PRRRIIIIIITTT
Peluit tanda pertandingan sudah dimulai. Alfi melompat
bersamaan dengan Robby. Bola berhasil dijangkau ole Robby yang mengaraah pada rekan setimnya. Si kuncir dan di keriting sudah bersiap pada posisi. Aku hanya memperhatikan sambil mengambil ancang-ancang. Ketika bola telah terbaca akan diambil oleh sikeriting, aku bersiap. Si kuncir mulai berlari kedepan ring. Dalam detik yang singkat aku melesat memotong arah bola yang mengarah pada si keriting. Semua sesuai dengan prediksi Alfi yang tadi sempat dia bisikkan padaku.
Dia mengatakan akan melepas jump ball nanti karena lawan pasti sudah bersiap jika dia mengambil jump ball yang mengarah padaku, posisiku akan terjepit karena akan dikawal oleh dua orang. tapi jika melepas bola, kita bisa memprediksi arah jatuhnya bola yang diarahkan lawan. Dan kita bisa intercept bola ditengahnya. Dan itulah yang kulakukan. Alfi memang jenius.
Setelah bola ditangan, tanpa menyia-yiakan waktu ku oper bola kearah Alfi yang langsung melesat menuju ring dan bersiap melompat. Tapi sudah ada si kuncir disana yang menghalaunya. Alfi melentingkan badan kebelakang. Aaahh.. Fade away.. dalam posisi melenting di udara begitu dia melakukan shoot. Srraaakk.. Bola masuk. Hebat. Dingin sekali. Tanpa sedikitpun keraguan dia melakukan semua itu.
Toast in. Giliran mereka menyerang. Alfi berada diantara Robby dan si keriting dan aku menjaga sikuncir. Kami memang kekurangan orang. Karena pasti ada satu orang yang lolos dari kawalan. Jadi untuk saat ini yang terbaik adalah melakukan zone defense. Tubuh Arab Alfi yag jangkung dengan tangannya yang panjang bisa memperluas jangkauan defensenya.
“Fi.. Zone” Alfi mengangguk dan memberi isyarat jempol.
Kupepet dengan ketat sikuncir walau beda berat dan tinggi begitu terlihat jelas. Kuturunkan bahuku serendah mungkin dan merentangkan tangan selebar-lebarnya untuk menghalau dirinya. Ini wilayahku. Tidak akan kubiarkan ada bola yang lewat didepanku. Tekadku dalam hati.
Alfi terlihat disibukkan oleh Robby dan si keriting karena dia melakukan defense seorang diri. Walau terlihat mustahil tapi mereka sepertinya kesulitan melewati Alfi. Setiap bola yang diarahkan berhasil ditepis Alfi dalam sekelebatan detik seolah jalur bola yang terarah kepadanya dapat terbaca sempurna.
Mereka tidak mungkin berhasil penetrasi tanpa melibatkan orang ketiga. Alfi menoleh kepadaku. Aku mengerti. Aku juga bisa membaca kalau mereka sewaktu-waktu akan melakukan pass ke si kuncir. Jadi aku harus perketat defenseku. Aaahh tunggu.. tidak perlu terlalu terlihat ketat. Aku ada ide.
Bola panas masih berkutat diantara Alfi, Robby dan si keriting. Ini saatnya. Aku pura-pura terselip langkah, dan langsung saja sedetik kemudian bola mengarah pada si kuncir. Dengan cepat tanpa berpikir kuhentikan langkah dan belari cepat kearah bola lempar tadi. Yuupp.. dapat. Ku bawa bola keluar garis 3 point dan memberikan isyarat mata Alfi ke arah ring. Alfi mengangguk. Aku Shoot. Meleset!.
Sengaja. Karena Alfi sudah bersiap dibawah ring dan langsung melompat sedetik setelah bola mengarah ke ring. Bola ditangkap dan langsung dihantamkannya langsung kedalam ring dengan keras. Yes. Another skor buat kami. Mereka hanya diam tidak percaya.
“You’re not so tough are you Rob? Bahkan lawan Rei aja lo ga berkutik” Ejek Alfi kepada Robby.
Wajah Robby terlihat murka. “Guys, lo jaga si autis. Biar gue yang ngebantai si Kutu Loncat Rei itu” Robby memerintahkan kedua temannya.
“Rei.. sekarang waktunya kamu duel sama Robby. Hati-hati sama jangkauan tangannya” aku menganggkuk.
Pertandingan mulai belangsung sengit. Sejak terakhir Alfi skor, kami sudah saling berbalas memasukkan bola. Dan aku belum satu kalipun lepas dari kawalan Robby. Sedangkan dia sudah beberapa kali berhasil lepas dari defenseku. Ternyata dia memang hebat.
Ada satu trik untuk mengatasi perbedaan tinggi badan. Pelatihku waktu SMP dulu pernah mengatakannya. Jawabannya adalah Tipuan mata. Aku baru ingat sekarang. Baiklah, kepalaku dingin sekarang. Aku harus berkonsentrasi supaya lolos dari kawalan Robby nanti.
Bola ditangan Alfi sekarang. Dia masih meladeni kawalan duet duo keriting-kuncir.
Kemudian dalam sekilas pandangan matanya mulai memberikan isyarat. Aku mengerti. Dengan cepat aku kekanan lapangan bola diarahkan padaku. Dapat. Tapi sudah ada Robby yang menghalauku.
Dengan Badan tinggi besar, dia seperti tembok yang menghadangku. Tipuan matapun dimulai. Ku dribble bola dengan cepat dan tangkap bola sambil mataku melirik ke arah Alfi disi kiri bersiap seolah ingin mengoper bola. Ku angkat kakiku ke arah kiri dan Robby pun dengan kilat mengikuti gerakanku. Kuhentikan kakiku cepat dan langsung berbalik arah kekanan dan mulai melesat dengan cepat.
Robby tak memperkirakan gerakanku itu. Dan akhirnya aku bisa bebas dan menang dari kawalan Robby. Aku melompat keriting menghadang kami battle di udara. Tangannya megarah kedepan kuoper bola lewat belakang badan. Dengan cepat kulempar seperti lintasan parabola.. Hook shoot-ku. Sedikit berdebar. Berharap bola masuk. Bola membentur ring dan berputar. Masuk masuk masuk.. ayo dong bolaaaa.. maasuuuukkk..
Sraaakk.. Yess.
Bola pun masuk. Detik yang menegangkan. Hampir lututku lemas.
Pertandingan sudah berlangsung 7 menit sekarang. Wasit terdengar meniupkan peluit. Si kuncir keluar digantikan kak Farel. Skor sekarang memang Aku dan Alfi unggul dengan selisih angka yang cukup banyak.
“Well. Seperti yang diharapkan dari seorang Alfi. Great game Fi.. Rei.. Sekarang giliranku. Akan aku kasih liat ke lo Fi kalo gue udah beda sama yang dulu” kak Farel kemudian melirik kearah keriting. “Ren lo keluar. Biar gue sama Robby aja yang lawan mereka” si keriting menurut dan langsung kearah luar lapangan duduk di pinggir bareng si kuncir.
Aaahh.. jadi kangen si duet duo keriting-kuncir itu. Halah. #Apalah..
Justru dengan begini pertandingan akan seimbang. Paling tidak dari jumlah orangnya. Aku melirik kearah Alfi. Mukanya terlihat mendung. Paling tidak matanya tidak setenang tadi. Ada apa? Apa kak Farel sejago itu?
“Rei tetap jaga Robby. Kak Farel bagianku. Dan mulai sekarang aku PG. Sebisa mungkin perhatikan isyaratku” aku mengangguk. “Ini bakalan sulit Rei..” dengan itu Alfi menghela nafas.
Huuwwaaaaa.. tumben-tumbenan Alfi menghela nafas.. Jangan bilag kak Farel emang sejago itu. Sampe bikin seorang Alfi Hassan Alatas tidak tenang seperti biasa.. Kalo gitu aku harus fokus jagain si Robby. Harus All-out. Semangat Rei. Semangat!
PRRIIITTT
Pertandinganpun dilanjutkan. Dan benar saja kawan kekhawatiran Alfi. Kak Farel memang hebat. Kawalan Alfi seolah tidak berpengaruh terhadapnya. Alfi memang bisa membaca gerakannya tapi antisipasi kak Farel sangat cepat sekali sehingga hanya beberapa kali saja Alfi berhasil menghalaunya.
Dalam beberapa menit pun mereka sudah mulai menyamakan angka. Kami hanya sesekali memasukkan bola. Tepatnya Alfi yang memasukkan dengan three point andalannya. Aku hanya menyokongnya.
Three point Alfi-lah yang masih berhasil menjaga jarak perolehan point kami. Kami benar-benar kesulitan sekarang. Ditambah tipuan mataku sudah dapat terbaca oleh Robby. Ini akan menjadi pertandingan yang melelahkan.
Kulirik arlojiku. Waktu tinggal sedikit lagi perolehan angka pun semakin dekat. Kami hanya berjarak 3 angka saja dari mereka. Dan lagi-lagi kak Farel berhasil memasukkan bola. Dia memang sehebat yang ditakutkan Alfi.
Nafasku sudah mulai lelah badanku pun berontak dari dalam. Padahal hanya 15 menit, tapi rasa lelah ini seolah lari marathon berpuluh-puluh kilometer.
Dan Lagi kekompakan kak Farel dan Robby mulai terlihat apik. Dengan sigap, cermat dan cekatan mereka berhasil melakukan passing dan lolos dari kawalan kami. Aku yakin waktu tinggal sedikit lagi. Angka harus mempertahankan gap poin ini. ku kawal Robby dengan keras kepala dan tekad membara.
Pikiranku hanya satu. Tidak ada rasa benci pada Robby atau apapun saat ini. yang ada hanya menjaga poin dan berhasil menang dengan Alfi. Iya. Dengan Alfi. Berdua.
Robby berhasil lolos dari kawalanku. Dengan cepat bola dioper kearah kak Farel. Langsung saja bola dibawa lompat. Astagaaaa.. tinggi sekali.. dengan kedua tangan memegang bola, kak farel menghantam Ring. Hammer Dunk Shoot.
Hebaaatt..
Baru pertama aku melihat langsung sepert ini. Bahkan Ring basket masih bergoyang karena kedahsyatan dunk tadi.
Mereka unggul. Aku lelah. Sangat lelah. Alfi juga terlihat sudah mulai ngos-ngosan. Tetap heran, bagaimana bisa dengan keringat deras begitu mukanya masih terlihat datar.. Haaahh..
Fokus Rei. Fokus. Kelelahan ini mengalihkanku. Kulirik lagi arlojiku. Sisa satu menit terakhir.