It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ini sudah batas terakhirku. Nafasku pun tersisa tinggal satu satu saja. ralat. Bahkan untuk bernafaspun terasa sakit sekali. Tapi aku tidak ingin, tidak akan, dan tidak mungkin aku kalah lagi dari seseorang yang sok seperti Robby. Seluruh isi kepalaku putih sekarang. Kenapa aku melakukan ini.. Aku tidak pernah terlalu suka dengan olahraga. Walau segala teori dan dasarnya sudah kuhapal diluar kepala.
Nafasku mulai tidak beraturan sekarang. Tinggal satu poin ini kami bisa menang. Alfi bilang tadi peluang kami menang 50-50 jika teamwork mereka goyah. Tapi sekarang jika sudah solid begini, seberapa besar persentase kemenangan untuk kami.
Tapi aku tidak akan kalah disini. Tidak akan pernah menyerah semudah itu. Lagi-lagi, defense ketat Kak Farel pada Alfi sedikit menyusahkan. Tapi sudah semenit terakhir ini Alfi bisa mengatasinya. Sedang aku dihalang oleh Robby yang mulai menunjukkan taringnya dalam hal defense ketat. Waktuku terbatas, staminaku pun sudah diluar batas limit sejak beberapa menit lalu. Apa yang harus kulakukan?
Dengan posisi PG dipegang oleh Alfi peluang menang kami cukup berimbang sekarang. Di awal game ini, Alfi bilang dia percaya padaku. Kata itu cukup membuatku bahagia. Ada dia yang mempercayaiku. Mana bisa aku kalah disini. Mana bisa aku kalah oleh seorang Robby.
Dulu, teman satu timku bilang satu trik untuk lepas dari kawalan man to man defense yaitu dengan dua cara. Satu, tipuan mata seperti yang dikatakan pelatihku. Baiklah. Majulah kalian. Aku tidak akan kalah.
Robby menghalangi langkahku dengan defense ketat seperti tadi. Trik dimulai. Lirik kanan dengan niat ke kiri. Yup, dia ke kanan. Aku pantulkan bola kekiri dengan cepat, tapi dalam sepersekian detik dia sudah menghalangiku lagi. Dia menghentikan langkahnya dengan cukup cepat tadi dan berbalik mengejarku. Sekarang tipuan kedua. Gabungkan tipuan mata dan dribble trick juga fake move.
Pertama tipuan mata seperti tadi, yang ternyata robby cukup pintar untuk tidak termakan umpan sejak beberapa menit lalu, kutambah dengan dribble trik (sebenarnya hanya memantulkan bola dengan tipuan tangan kearah depan dan belakang tubuh). Hentikan langkah dengan tiba-tiba dan balik badan ditengah-tengah kawalan defense. Jika ada sedikit ruang saja untuk lolos lari sekencang mungkin. Kulirikkan mataku ke arah Alfi memberinya kode untuk segera kedepan. Aku percaya Alfi bisa dengan mudah lepas dari kawalan.
Kuhentikan langkah. Kupasang tipuan mata. Sedetik berikutnya dribble trik, berpadu padan dengan gerakan tipuan. Kubalikkan badan melakukan gerakan tipuan dan yup, berhasil. Peluang terbuka, celah tercipta. Tanpa waktu berpikir aku melesat ke depan secepat kakiku berlari, menuju Alfi yang sudah menunggu digaris luar three point.
Alfi berhasil lepas dari kawalan. Dengan cepat langkahnya mulai mengejarku. Ku ambil ancang-ancang sho dr luar garis free throw. Robby ternyata sudah menghalangi dengan blocking badannya. Ternyata ada keuntungannya punya badan besar dan jangkung seperti dia. Kulentingkan badan dengan fade away, mataku mengarah ke ring basket, seakan bersiap untuk shoot.. tapi tidak.. ku kombinasikan fade away dengan operan.
Aku lempar bola ke belakang. Kulakukan Alley-loop. Dengan sigap dan cepat seolah bisa membaca maksudku, Alfi sudah dibelakangku untuk menerima operan. Bolaku disambutnya. Setelah mendarat dia langsung lari kedepan sedikit dan melakukan lompatan. Lompatan yang jauh sekali. Apa dia akan melakukan dunk?
Badan Alfi masih melayang. Lompatannya ternyata jauh sekali. Aku iri. Jika saja aku punya tubuh jangkung seperti itu. Itu air walk.. Tetapi dibawah ring sudah menunggu dua pemain lawan. Robby menghadangnya, Alfi lepas dengan berkelit darinya. Kemudian kak Farel ikut menghalau Alfi yang langsung memutar badannya di udara. Ditepisnya hadangan tangan kak Farel dengan double clutch (mengoper bola di udara dari tangan kiri atau sebaliknya diudara).
Hebaaaatttt.. dia seperti berdansa di udara.. Setelah membalikkan badan dia arahkan kedua tangan yang memegang bola keatas ditujukannya kearah ring basket. dan
SREEKK.. Yes. Masuk.
Kami menang. Hanya selisih satu poin tapi kami menang. Alfi melihatku setelah berhasil melakukan skor. Aku tersenyum sangat lebar kepadanya. Namun, Yang terakhir ku dengar hanya sayup sayup suara peluit dan deru didada melihat Alfi berdansa diudara tadi. Kemudian entah mengapa semua terasa kabur. Semua mulai buram dan detik berikutnya terasa gelap. Tubuhkupun terasa ringan. Aku tak ingat apa-apa lagi..
bisik-bisik.. bangun.. banguuunn.. banguuunn..
@bayumukti
@titit
@tarry
@angelsndemons
@alvaredza
@TigerGirlz
@Zazu_faghag
@arifinselalusial
@FransLeonardy_FL
@haha5
@fadjar
@zeva_21
@YogaDwiAnggara
@inlove
@raka rahadian
@Chy_Mon
@Cruiser79
@san1204
@dafaZartin
@kimsyhenjuren
@3ll0
@ularuskasurius
@Zhar12
@jujunaidi
@edogawa_lupin
@rickyAza
ada yg ketinggalan ga ya..? klo ada sorry y..
oiya buat SR (silent reader) yg mo di mention jgn lupa tinggalin jejak ya.. nti aku cari jejak kalian yg tercecer #Halah..
okee.. happy reading guys.. ^_^
udh tuh. happt reading y^^
udh tuh. happy reading y^^
ini komen pertama kamu d sini. So, thx udh sempetin mampir.
*kecup basah* deh buat kamu..
Pria dewasa itu tampan. Berumur sekitar awal 30an. Tinggi tegap. Tapi entah kenapa wajah dan sorot matanya nyalang. Seolah pikiran dan tubuhnya terpisah dari raga. Dengan raut setengah murka dia menuju masuk sebuah kamar.
Kamar milik seorang anak laki-laki manis yang selalu ceria. Kulit putih mulus tiada cela. Dengan pipi merah merona. Anak itu sedang tertidur kini. Pintu yang menjeblak terbuka tidak membuatnya terbangun. Mimpinya pasti indah sekali. Mimpi yang akan segera berubah menjadi neraka tanpa tepi.
Lelaki dewasa bertubuh tegap bermata nyalang itu merangsek enuju tempat tidur. Ditariknya bocak lelaki yang sedang terlelap dalam mimpi indah. Dihempaskannya sang bocah kelantai.
Si bocah lelaki mengerjapkan mata dengan kaget bukan buatan. Setengah sadar kemudian dia melihat sosok lelaki dewasa itu.
“Ayah..” senyum mulai merekah melihat sosok sang ayah.
“JANGAN PANGGIL AKU AYAH!! KAMU BUKAN ANAKKU.”
PLAAKK.. PLAAAKKK..
“Ampun Ayah. Dede salah apa..”
“JANGAN CENGENG” ditamparnya lagi sang bocah yang tidak tahu apa-apa itu.
Setelah puas melayangkan beberapa tamparan dan pukulan. Diseretnya tubuh bocah yang mulai ringkih itu kearah kamar mandi. Dilemparnya sang bocah. Dan diguyur dengan air yang banyak.
Bocah itu basah kuyup. Mimpi indah yang dirasa dalam tidurnya tadi sirna. Diganti oleh perasaan terluka. Kenapa? Bagaimana? Kenapa ayahnya tega melakukan ini semua.
CEKLEK.
Suara pintu dikunci dan bocah itu meringkuk tak berdaya dilantai kamar mandi. Dinginnya air tak sedingin hatinya yang telah terluka. Tanpa sadar dia tertidur dalam dingin yang merasuk tubuh juga hati.
Sampai pembantunya menemukannya dan menggantikan baju lalu memindahkannya ke tempat tidur.
Bocap itu bermimpi. Mulanya indah lalu berganti dengan nuansa muram penuh luka dan seram tanpa jeda. Dalam tidurnya dia gelisah. Tanpa tahu nasib yang menunggunya didepan sana.
*
Sejauh apa kalian bisa menahan perih yang menghujam jantung, merobek hati dan menghantam pikiran?
Kenyataan yang menghantam pikiran sudah pernah kurasakan. Hal yang merobek hati tiada terperi telah aku saksikan. Dan kejadian yang merobek jantung telah aku alami.
*
"Kita main piano lagi yuk. Aku suka kalo kamu yang main" kata anak yang selalu tersenyum itu yang dibalas dengan anggukan kepala. Ikut tersenyum juga.
Denting alunan Fur Elise pun terdengar mengalun indah. Mereka memang sudah belajar bermain piano sejak kecil. Sejak umur 5 tahun mereka telah bermain bersama-sama dan menjadi kian akrab dari hari kehari terlebih ddengan piano yang sedang mereka geluti.
Dunia seakan hanya ada mereka berdua. Sebuah taman bermain yang indah. Keceriaan yang seolah tiada cela, tanpa jeda dan selalu ada, terasa dari mereka, dari senyum-senyum bahagia yang sanggup melumerkan hati setiap pasang mata.
Langit yang cerah biasa jadi hanya fatamorgana. Bahkan cuaca tidak pernah bisa pasti. Seperti arah angin yang selalu berganti arah tiada pasti. Laut yang tenang pun bukan berarti tanpa bahaya menanti.
Kedua anak kecil itu berumur 9 tahun. Wajah mereka sedang imut-imutnya. Senyum pun tak pernah lepas dari wajah. Kebersamaan yang terjalin sejak kecil telah memupuk rasa.
Rasa yang kian terasa penuh makna akan hadir yang selalu bersama. Tiada pernah kau melihat yang yang satu tanpa melihat yang satunya lagi. Mereka selalu bersama. Di sekolah, di tempat les musik, di rumah yang satu atau di tempat yang satunya lagi. Selalu ada. Selalu bersama.
Setiap kata, setiap tingkah, juga setiap bahasa yang tak sempat terucap atau enggan untuk dikata diantara mereka, mereka selalu bisa merasakannya. Seperti satu ketika, Bocah yang selalu ceria itu tiba-tiba datang kerumah sahabatnya dalam keadaan pucat. Walau senyum menghias. Tapi luka hati terlanjur terpatri. Sulit untuk hilang dan lenyap tanpa bekas.
“Kamu pucat. Kamu ga papa?” tanya temannya khawatir.
Anak yang slalu tersenyum itu hanya menggelengkan kepala dan langsung memasang wajah polos malaikat miliknya.
“Cuma Lapar. Belum makan aku dari pagi” sambil memanyun-manyunkan dirinya manja” Sang teman percaya. Dia malah terlihat geli dengan tingkah konyol manja sahabatnya.
“Yuk, makan” ajaknya meragkul lengan sahabatnya itu.
“Aku suka ekspresi kamu kalo makan. Kayak habis nyangkul sawah. Agak mirip kuli juga. Lahap bener soalnya. Hahahaha..” Tambahnya
Hmmpptthhh.. temannya memberengutkan wajah. Bukannya terlihat jelek malah lucu sekali. “jahaaaatt.. masa aku disamain sama kuli.. mau marah ajah. Ga jadi makan. Pokoknya aku marah ih..”
“jangan.. kamu harus makan. Kan kamu laper. Aku kan becanda.. hehee..” kemudian anak itu mendekat ke temannya yang ngambek itu.
“Maaf ya..” dikecupnya kening anak yg biasanya selalu tersenyum itu.
Wajah Temannya memerah. Wajah pucatnya hilang entah kemana. Seolah mendung telah berganti. Dan matahari bersinar lagi. Dalam hati anak itu berkata ‘aku tahu Cuma kamu yang bisa bikin aku ketawa bahagia’. Anak itu tak peduli dengan semua luka, segala duka yang menghantamnya sedemikian rupa. Karena disisi temannya dia telah menemukan bahagia.
“Nanti jadi nginep ditempat kamu kan?”
Wajah yang tadi mulai bersemu pelahan memucat kembali.
“Nginep ya.. Aku aja ya yang nginep disini.”
“Ga mau” sambil memonyongkan bibir. Lalu geleng-geleng dan memainkan jari telunjuknya dengan isyarat no no no no..
“Minggu kemarin kan udah nginep ditempatku. Jadi sekarang giliran rumah kamu. Yuk bantu aku siapin baju ganti sama kita borong cemilan yang ada dikulkas.”
Bocah itu sudah benar-benar pucat sekarang. Rumahnya, bukan rumah yang dulu memberikan rasa aman sekarang. Lagipula bisakah dia dan sahabatnya aman jika nanti menginap disana? Bocah itu berdoa semoga nanti tidak terjadi apa-apa..
Ya Allah.. Semoga saja..
CUUUUUTTTTTT..
Sampe sini dulu ya update-an nya..
d tunggu saran dan kripiknya.
Happy reading guys.. Enjoy^^
tapi ya sudah.. udah terlanjur saya posting..
Keep reading y..^^
jgn lupa sara(pa)n dan kripiknya.. Ciao..
kayak ny TS ny jago basket nih.?
kasih tau ga yaaa.. hahay..
Mirip2 sama typo lah,,,:O
Kadang satu kalimat ada yg pake bahasa santai, eh di mix bahasa yang kelewat baku jadinxa agak nggak nyaman.