It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
O iya teman2 ada yg punya pengalaman mendaki gunung saat musim dingin atau bersalju? Boleh share pengalaman dan persiapannya seperti apa aja (fisik,dsb). Liburan akhir tahun ini, insya Allah saya berencana mendaki Gunung Toubkal, Maroko. Niatnya ingin ke Tanzania tapi proses pengurusan visa dan biaya transportasi yang setara pulang ke tanah air membuat saya melipir
Di Sumatra, ga da macan tutul mas @reanimate adanya macan dahan
cubanget yak
Kemudian Harimau dan Beruang Madu itu satwa diurnal (aktif disiang hari), jadi mungkin kamu beneran lihat hantu wkwkwk. btw salam kenal ya, wah mau mendaki ke Maroko, kereenn
Edisi NG Desember membahas masalah konservasi macan tutul, terutama fokus mengenai masalah maraknya invasi macan tutul ke pemukiman warga di India karena semakin terdesaknya hutan oleh perumahan. Tetapi ada halaman besar yg yang membahas populasi macan tutul secara kseseluruhan dari subspesies lain, termasuk macan tutul jawa.
@reanimate Salah satu hobi buruk saya adalah saya suka godain orang yg sedang ketakutan dan panik. Haha. Jadi, selain menceritakan isi novel Harimau! Harimau!, saya juga menggodai mereka dengan cerita Divine Comedy-nya Dante, karena wiracarita klasik ini punya gambaran akurat mengenai macan tutul. Di bagian pembuka DC, dikisahkan si pengelana bertemu 3 hewan. Salah satunya adalah macan tutul. Dlm kisah tsb, si macan tutul dikisahkan mewakili simbol dosa besar "lust". Pemilihan karakter yang akurat karena macan tutul--kalau memungkinkan--senang bermain-main dengan mangsanya, dan tak pernah puas. Di cerita itu juga digambarkan kalau si macan tutul lebih banyak diam mengamati namun siap menerkam. Pokoknya, ancaman teman-teman saya agar saya diam sangat kejam melebihi ancaman si macan tutul yg mengikuti terus di belakang kami. Haha.
Saya punya alergi thp udara dingin (cold urticaria) meski tidak terlalu parah, tetapi kondisi ini bisa fatal jika di gunung es, makanya saya belum berencana hiking di musim dingin/gunung es. Beberapa rencana tahun depan utk gunung di luar mengambil waktu di musim semi yang lebih ramah, atau sesama daerah tropis. Jadi, saran saya sih, pastikan saja semua perlengkapan hiking kamu memenuhi standar (bisa mengisolasi panas sampai minus di bawah titik beku). Jangan mengandalkan jaket/kantung tidur/sepatu biasa untuk mendaki di gunung di indonesia yang lembap dan masih ramah hawanya. Have a nice trip.
wkwkwkwk
Info hasil google dan wikipedia terkadang keliru, bro
Demi menyambut kedatangan dua member grup traveler yaitu @herryant dan @erzaldi ke Jogja, saya bersama beberapa member grup asal Jogja memutuskan untuk melakukan pendakian singkat ke gunung Andong ( 1.463 m).
Gunung Andong berada di timur Kabupaten Magelang atau lebih tepatnya diperbatasan antara Ngablak dengan Grabag. Gunung ini cukup menonjol diantara pegunungan-pegunungan yang membentang di daerah ini. Jika diperhatikan 2 puncak yang berada di Gunung Andong terlihat seperti Punuk Unta. Itulah tidak sedikit orang yang menamakan puncak gunung ini dengan nama puncak Punuk Unta. Terdapat 3 jalur pendakian untuk mencapai puncak Punuk Unta yaitu dari sisi tenggara, timur laut dan barat dan kami memilih jalur pendakian Gogik (entah disebelah mana hehe).
Pendakian kali ini terdiri 9 peserta yaitu saya, @arif_jogja , @kover , @shotpope , @erzaldi , @herryant, @Mereka dan dua pendaki non member BF HAM dan DYA. Kami berkumpul di terminal Jombor dan berangkat pada pukul 00:30 WIB menggunakan sepeda motor mengarungi jalan raya Yogyakarta- Magelang hingga Di Mall Armada Town Square kami berbelok kanan menuju jalan raya Grabag, selama sekitar satu jam setengah perjalanan saya dapat melihat dengan jelas pemandangan awan berkerlap kerlip berwarna kuning dikarenakan terdapat sambaran petir didalamnya, fenomena alam yang jarang saya saksikan langsung. hehe.
Sesampainya di basecamp Gogik kami disambut oleh pemilik basecamp dan dijamu dengan teh hangat, kemudian kami membayar retribusi Rp 4000/orang dan Rp 5000/motor. Setelah puas beristirahat kami melakukan pemanasan sebentar dan berdoa sebelum berangkat mendaki. Komposisi pendakian ini terdiri dari DYA sebagai tracker yang dikarenakan cuma doi yang paham medan Andong, pendaki pemula seperti kover, HAM dan shotpope ditengah dan erzaldi sebagai sweeper. Dikarenakan waktu tempuh pendakian cukup pendek (sekitar 1,5 jam) kami tidak membawa sleeping bag dan tenda dan keputusan yang saya sesalkan.
Sekitar 15 menit pendakian, kondisi fisik saya mulai kepayahan, nafas memburu dengan cepat, paha terlalu kram untuk bergerak sehingga saya selalu berada diposisi tepat didepan sweeper. Kepayahan ini diakibatkan oleh hampir tidak pernahnya saya berolahraga dalam 4 bulan belakangan, rutinitas sehari saya pun hanya duduk di motor, di kantor dan di kamar, hahaha cemen lah mager gini. Tapi emang dasarnya saya pendaki santai jd saya tidak memaksakan diri untuk mengikuti tempo anak2 didepan, yo koyok istilah wong jowo ae, alon alon asal kelakon
Pemandang keatas cukup cantik karena saat itu bulan purnama dengan terangnya menyinari angkasa dengan biasan berbentuk pelangi dan didekatnya terdapat bintang yang bersinar lebih kuat dibanding bintang lainnya dan saya membuka aplikasi Stellarium untuk mengetahui apa nama bintang tersebut dan voila, nama bintangnya Sirius dengan jarak 8.60 tahun cahaya. Bintang yang terletak di rasi Canis Mayor ini memiliki arti dalam bahasa Yunani yaitu Σείριος yang berarti "menyala-nyala" atau "amat panas".
Sekitar subuh kami sampai dipuncak, DYA menggelar tikar (?) dan beberapa member mulai shalat shubuh dan sesudahnya kami merebahkan badan disamping saya terdengar HAM mulai menggigil parah, saat aku tanya kondisinya dia hanya diam saja, kemudian Erzaldi pun berinisiatif untuk menukarkan jaketnya yang lebih hangat, kami kewalahan memakaikan jaket tersebut ke HAM karena tangannya yang kaku. Jaket terpakai sempurna, menggigilnya HAM tak kunjung reda, akhirnya saya ke tenda terdekat untuk meminta izin agar HAM bisa menghangatkan diri dalam. Saya dan Kover mulai menyelimuti badan HAM dengan sleepingbag. Awalnya badan dia meringkuk dan tangan menggengga keras, saya mulai memprediksi doi kena Hipotermia dan akhirnya dengan paksa saya dan kover meluruskan badan dan tangan HAM dan melakukan usap2 kebagian tubuh HAM yang merasa kedinginan sambil ngobrol2 supaya doi ga terlelap tidur, karena kata Erzaldi kalo HAM ga sadar bisa wassalam. Sekuat tenaga kami menggosok2an kulit kami ke tubuh HAM dan sesekali saya menampar pipi doi agar tetap sadar, kemudian pemilik tenda memberikan botol air hangat untuk HAM genggam dan secara berangsur kondisi HAM membaaik dan bbrp menit kemudian sudah bisa keluar dan berselfie ria barenga. Saya berterimakasih kpd pemilik tenda dan mulai menikmati pemandangan gunung Andong yang saat itu tertutup kabut. Namun sesekali kabut tersebut mulai menipis dan terlihat bentuk menjulang gunung andong yang memang mirip dengan punuk unta.
Setelah puas menikmati pemandangan puncak, kami memutuskan turun gunung dan sampai di basecamp sekitar jam 7 pagi kemudian kami tidur2an sebentar hingga setengah sembilan dan kami berpamitan dengan pemilik basecamp untuk kembali ke Yogyakarta. Pendakian kali ini memberi pengalaman yang berharga agar selalu mengecek kelengkapan dan kondisi peserta pendaki sehingga hal yang sifatnya membahayakan tidak kembali terulang, tidak peduli seberapa pendek gunung tersebut.
@wing udah siap stargazing? hahah
http://news.nationalgeographic.com/2015/12/151228-astronomy-stargazing-night-sky-comet-moon-planets-star/
Artikel yang dicantumkan mengambil referensi belahan bumi utara, yang belum tentu cocok dg kondisi sebagian besar langit di Indonesia (belahan bumi selatan). Setidaknya, ada dua hal besar yg bisa membuat kegiatan pengamatan bintang terlintang:
1. akhir Desember 2015-awal Januari 2016 masih fase bulan masih berupa purnama dan late quarter, sehingga cahayanya masih cukup terang untuk pengamatan bintang (menutupi cahaya bintang lainnya). Kalau mau mengamati, harus menunggu bulan terbenam, mendekati pagi yang sangat singkat waktunya. Dan kalau pun sempat, masih ada halangan kedua yg lebih besar,
2. Awan. Indonesia sudah memasuki musim penghujan. Setidaknya di tempat saya, hujan dini hari kadang terjadi, ataupun kalau tidak hujan, awan tebal menapis cahaya bintang, dan menghambat pengamatan.
Jadi, bangun dinihari untuk melakukan stargazing sangat beresiko dg kekecewaan. Haha. Itu kenapa, kalau mau melakukan astrofotografi, biasanya saya melakukannya di musim kemarau, dan mengecek jadwal fase bulan. Haha.