It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kawan semua, Ini kebersamaan mereka yang tersisa
@ReyhanZa , @dafaZartin, @tarry , @cansetya_s , @arieat , @onewinged_bird , @Gabriel_Valiant , @alvaredza , @greenbubbles , @fends , @zeva_21, @boybrownis , @AlexanderAiman , @kimo_chie, @bumbellbee , @haha5 , @3ll0 , @nakashima , @pradithya69 , @mumura , @astlyo , @Kiyomori, @Mr_Makasar, @d_cetya , @kuroy , @congcong , @Tsunami , @Akbar Syailendra , @rone , @uci , @diditwahyudicom1 @bianagustine
Dika sahabatan dengan Daya , mereka tidak pacaran. Karena Dika sukanya sama Jala !
aku jadi ingin pergi seperti Dika.
Makan dengan menu yang berat atau makan ronde ke-dua, berlangsung di taman belakang rumah keluarga Fanni.
Aku baru tahu bahwa keluarga Fanni juga punya taman di belakang rumah yang tidak kalah bagusnya dari taman belakang rumah Daya.
Ada menu sate daging kambing, namun yang tidak suka daging kambing, tersedia juga sate daging ayam.
Format acara kali ini adalah berasap, hmmm tidak ada hubungan dengan konflik, semua harmonis kok. Berasap disini maksudnya adalah proses pembakaran daging sate melibatkan bara tempurung yang mengeluarkan asap ketika dibakar.
Makanya acara ini cocok dilakukan di ruang terbuka.
"tante, sudah pindah habis ya ? ga akan balik lagi ke Jakarta" tanya Fanni secara tiba-tiba pada mama Dika yang sedang menata sate daging ayam di piring ceper nan lebar.
"iya tuh Fann, tante dan om kan sudah menetap di Surabaya dekat dengan Dika" kata mama Dika
"terus rumah yang di Cemapaka Mas gimana Jeng ?" kata mama Fanni
"sementara dikontrakkan Jeng, ga ada yang ngurus" jawab mama Dika
"tante, kok ga dicegah Dika pergi ke Surabaya ?" protes Nana
Berat nih pertanyaanya, semua terpaku ! mama Fanni kurang suka jenis pertanyaan memojokkan
"maksudmu kalau dicegah, maka ga akan seperti ini jadinya ?" mama Fanni agak emosi
"ya kira-kira gitu tante" lanjutan keterangan dari Nana
walahhhh kalo terus dilayani akan lebih memanas ini, tidak baik untuk perasaan mama dan papa Dika. Pertanyaan ini bergulir dari dua logika yang pertama logika dari generasi muda dan yang kedua adalah logika dari mama dan papa
"Nana, kapan dan dimana seseorang menemui ajal siapa yang bisa mengetahuinya ?" aku bersuara dengan sabar
Ada yang berhenti makan dan minum mencermati kalimatku. Sekarang suasana sudah agak terbuka, aku kira banyak sekali pertanyaan teman-teman yang harus dijawab, mereka tidak terima mantan ketua kelasnya pergi begitu saja
"kira-kira begitu Nana, meskipun dicegah bepergian ke luar kota, bila sudah saatnya kita menghadap Yang Kuasa itu bisa terjadi di tempat tidur, di sekolah, di kantor dan lain sebagainya" keteranganku dengan tidak menjudge karena aku paham perasaan teman-teman semua
"iya, Jala, maaf ya, aku ga nyalahin tante kok, aku sudah lama ingin bertanya mengenai ini" kata Nana
"aku juga minta maaf ya, tapi aku bertanya tentang ini. Daya yang keseringan libur di Surabaya, mengapa Jala dimarahi keluarganya ? Waktu Jala di Jakarta pun, setahuku Daya yang maksa Jala untuk ikut mobilnya" Rini melontarkan kalimat datar penuh harap untuk dijawab
"marah mungkin tidak Nak, hanya yang namanya orang tua harus diperhatikan juga" jawaban diplomatis dari mamaku.
"ini jeng yang ga aku terima ! kita yang punya anak, ya anak kita saja yang dihajar ! ngapain coba nyakitin anak orang lain ? pake ngancam-ngancam segala" akhirnya emosi mama Fanni meledak juga
"mama, cara orang tua tidaklah sama dalam menunjukkan rasa sayang pada anaknya, menurutku begitulah cara orang tua Daya dalam menyayangi Daya" kataku dengan segenap hati dan tidak ada rasa dendam disana.
"uuuuuh orang tua sama supir sama saja, dulu ma waktu Natasya selalu nebeng dengan itu supir, sering sekali supir aneh itu berkata CANTIK KAN CEWEK DAYA ?" kalimat Fanni mulai terbata-bata
"tiga tahun se SMA dengan Daya, aku bisa simpulkan tidak ada yang bisa dibanggakan dari pribadinya, itu hasil didikan Bapaknya" Riki bersuara dengan suara cempreng dan serasa agak menyakiti telingaku. Tidak begitu juga kali Riki, adalah sisi yang membanggakan dari Daya, aku sungguh tahu itu.
"betul itu, 100% lah, giliran sakit saja dia butuh Dika. Setelah itu keluarganya dengan gampang meng......... sungguh kami ga terima tante........." lirih suara Fanni
"Fanni, itu yang perlu kita banggakan untuk Dika ! Bisakah Daya berbuat seperti itu ? Jika papanya mendengar, dia perlu merenungi hal ini" nasehat dari mamaku
"sudah ya anak-anak, om sudah mengikhlaskan kepergian Dika. Dika punya banyak lencana dari Allah akan hal-hal yang telah dilakukannya selama ini. Om bangga sama Dika" akhirnya papa Dika bersuara
"ayo, anak-anak, dilanjutkan makannya" ajak mamaku
Namun inilah teman-temanku, sebentar kritis binti sensitif, tiba-tiba saja jadi ceria dan mendadak manja melihat hidangan yang lezat heheh seperti saat ini.
Jam 3 sore, kami kembali kedatangan tamu penagih janji
Felix
Namun kali ini Felix tidak datang sendiri, dia datang bersama Ibu guru bahasa Indonesia dan bahasa Inggris kesayangan kami semua, kecuali Riki. Kok terlambat sekali ibuku ini hmmmmm
"Silahkan Ibu dan kak Felix, sekarang giliran kami pulang untuk berdandan, siap untuk menikmati hidangan ronde ke tiga di acara keluarga kak Felix" Rini menghambur keluar rumah untuk pulang dan mempersiapkan penampilan waw malam hari ini,
kemudian teman-teman lain juga mengikuti jejak Rini
Felix dan para ibu guru, mendapati sisa hidangan, mata mereka melebar untuk menemukan dimana kue dengan saos asam pedas
"hmmmm ibu dan kak Felix mencari ini ? tenang tadi sudah aku persiapkan" kataku pada mereka
"wah makasih Jala, muaaccchhhhhhhh" mendarat kecupan dikeningku dari ibu yang menyangi anak muridnya yaitu ibu guru bahasa Indonesia
"mama Jala, kami kangen ini ! sebenarnya kami mau minta ini pas di Surabaya dulu, tapi ada anak yang terbujur kaku di Soetomo" kata ibu itu
"hahah bisa saja ibu, sudah hampir 7 bulan kami tidak membuat kue ini lagi" kata mamaku
wajah mama dan papa Dika seolah diingatkan kembali pada hasutan si Tamam
"innii... berkaitan dengan ancaman pak Imam ? maaf ya mama Jala ! dulu si bapak itu ga seperti ini ! untuk apa menolong sekolah Jala jika akhirnya menghentikan peredaran kue yang enak ini" kata Ibu bahasa Inggris
"karena kue ini ditampung oleh caffee rekan bisnisnnya !" kekesalan mama Dika
"hmm sudah ya ma, tapi sekarang kitakan makan kue ini lagi" hiburku pada mama sekedar menjaga emosi mama tetap stabil
"apapun itu, kami harap kamu tetap tabah ya Jala" Felix tiba bersuara dalam alunan pedas kue yang disosornya tiada henti
"huuuuuuu kak Felix ! ngapain berkata itu ! harusnya mamaku yang mengatakan itu" Fanni protes sejadi-jadinya
"serah gue dong ! masalah bagi elu ?" kata Felix seenaknya hehehe
Jam 4 sore kami sudah memasuki ball room pada sebuah hotel ternama Slipi untuk mengikuti resepsi pernikahan koko.
Aku dan Felix langsung menuju ruangan latihan. Samar kulihat rombongan orang tuaku berjalan menuju ke arah koko, kemudian mereka duduk di barisan depan. Mereka disambut oleh koko dan diperkenalkan pada kedua keluarga mempelai.
Ku simpulkan tamu masih belum banyak yang datang. Koko menyediakan banyak bangku yang dibentuk melingkar permeja. Ada 4 kursi yang melingkari setiap mejanya.
Menarik sekali semua serba kuning gading dipadu dengan sinar keemasan dari cahaya lampu, ruangan ini begitu semarak, apa lagi hari telah gelap, maka warnanya akan lebih tajam.
Kemudian aku fokus pada latihan yang ada di depan mataku di bawah arahan Felix
"Jala, aku kangen kamu, apa kabar Jala ? ini sapaan resmi, tadi banyak pengacau, wkwkwk" canda Felix
"oh, Pratiwi mau kakak kemanakan ? ga boleh gitu ! hmm kabar ku agak mendingan, kabar kak Felix bagaimana ?" jawabku
"baik, ada semakin baik jika kamu ada disini untuk bernyanyi" jawab Felix agak lebay
"wah ada suara biola dan fluit, mereka latihan juga ?" aku segera memutus fokus Felix untuk membahas tentang diriku
"iya itu semua akan mengiringimu" Jawab Felix
"hmmm lagunya apa sih Kak ? serius amat ?" tanyaku heran
"Ada yang kupilih untuk memdendangkan lagu spesial untuk koko !" jawab Felix
"Siapa ?" tanyaku penasaran
"Ntar kamu tahu sendiri" jawab Felix
Aku buka pintu ruang latihan itu
"Assalaamu'alaikum Jala" sapa seseorang
"Waalaikumsalam, oh Daya ? Apa kabar ?" sapaku datar
"Baik Jala, kamu apa kabar juga ?" Daya balik bertanya
"Baik" kataku
"sama siapa kesini ?" kalimat Daya
"sama mama dan orang tua Dika" kataku
"Oh ya kenalin ini Fariz, teman aku waktu di UI dulu" kata Daya
"Saya Fariz, kalau anak UI emank gini keren bro" kata dia, ...
"Saya Jala, teman Felix" kataku
"Nah sekarang giliranku mengenalkan yang ini, arek suroboyo ini namanya Prass, teman kuliahku" kata Felix
"aku Jala mas" kataku
"aku Prass, oh ini yang namanya Jala, iya guanteng tenan" kata Prass
"jangan puji-puji begitu" Daya mendekat dengan guyon
"walah, giliran ada Jala kamu menjauh dari Felix, ckckc Daya..... Daya" kata Prass
"tadi kan sudah dekat-dekat dengan Felix" jawab Daya
"Sudah temu kangen sudah, waktu kita terbatas" kalimat tegas Fariz, wah boleh juga nih teman Daya, emang dari kampus yang hebat adalah anak hebat
"Jala, kamu kenal lagu I Believe dari Maher Zain ? ini Daya yang memilihkan ! koko lagu apa saja asal dengar suaramu ia suka ! terus..." kalimat fariz terputus
"Tahu mas, aku kenal lagu itu ! terus apa mas ?" tanyaku
"jiwa musikalis kamu tinggi sekali, kabar angin yang berhembus" info darimulutnya, hmm makin menarik nih anak UI heheh
"tidak kok mas, biasa saja" jawabku
"kamu kuliah dimana sih ? cakep amat ! anak ekonomi Trisakti ya?" todong Fariz
"aku tidak kuliah mas" jawabku
"sudah-sudah ! tidak ada pertanyaan pribadi ! Ini Jala, yang ini anak band kampus Felix" kata Daya
"saya Jala mas" sapaku, dia memegang fluit yang sangat panjang haha, namun suaranya waw aku dah dengar tadi
Mereka profesional sekali ! dan Felix sangat hafal warna suaraku
Agak tersentuh aku dengan lagu ini, apa lagi feel mas Fariz masuk pada lagu ini, biola yang digeseknya padu dengan keyboard yang diusung Felix
"akhirnya..............., eh punggungmu ga sakit ?" tanya Daya
"loh kamu tahu aku sakit punggung ? kirain ga tahu !" kalimatku datar
"ya tahulah Jala, apapun tentang kamu aku pasti tahu" jawab Daya
"Jangan terlalu masuk hati Jala, si Daya memang begitu" kata mas Prass
"Berapa hari kamu di Surabaya Daya ? kok dari Jerman ga langsung ke Depok ?" mas Fariz ikut menimpali sambil istirahat minum teh kemasan
"Semalam saja, tadi pagi aku ke makam Dika" informasi dari Daya
"Oh Daya ke Jerman dan Surabaya ? aku juga ga tahu ini informasinya" kataku dengan suara bersahabat tidak ada kesan bertanya akan perhatian Daya
Felix dan mas Prass langsung melihat Daya
Daya agak tertunduk
"bagaimana ya perasaan seorang bapak yang membunuh teman anaknya ?" kalimat mas Prass meluncur dengan tajam
Oh kok begini ? Masih aku mengucap syukur Alhamdulillah..... akhirnya kalimat ini keluar bukan dari mulutku.
Mas Prass, hmmm nama yang menarik ! harusnya ditanyakan saja sama bapaknya, bukan anak yang menjawab ! dari Surabaya aku berdo'a agar aku tetap diberi keikhlasan Jiwa dalam memandang kasus ini, dibalik semua derita, bukan Daya pelakunya ! tapi pak Imam dan Tamam yang lepas kendali.
Daya tidak menjawab, dia keluar ruangan ! aku melihat Felix untuk segera bertindak.
Setelah itu, mereka semua berganti pakaian hingga giliranku datang juga.
Tok...Tok...Tok
Pintu diketok,
"kami mau ketemu jala, lama amat ngumpetin jala !" suara Fanni
"Maaf mbak Jala mau milih costum" kata juru rias
Untuk vocalis, sudah disiapkan jas slim warna coklat muda. Kemeja lengan panjangnya warna kuning pudar, dibalut dengan dasi semi formal model terkini, aku memilih warna biru muda. Celana slim yang kupilih adalah warna hitam blinky, yang akan memadu dengan warna keemasan lampu ruangan resepsi.
Dapat kukatakan, inilah pakaian yang terbaik yang pernah kukenakan saat manggung.
Ini saja yang mampu kuberikan untuk koko, yaitu penampilan dan suara yang baik untuk hari yang sangat istimewa bagi koko.
Selanjutnya tata rias wajah fokus pada gel rambut dan sedikit make up wajah. Selesai sudah dan Felix ternyata juga telah mempermak penampilannya
...................
"Benaran cakep mas ! olah raga apa mas ? bagi-bagi dong rahasianya ?" pertanyaan mas Prass
"habis sakit saja kaleee! kalau lagi sehat dia berotot kawat" kata Felix
"ah ... kamu ! aku seriusan ni" kata mas Prass
"aku tidak ada olah raga khusus mas" jawabku
"Karakter lagu dan suara mas Jala cocok dengan jas slimnya" kata Faris
"hmm... hmm iya apa ?, kecuali pucat-pucat wajah dan langsingnya dicari cewek banget nih" kata Felix
"jadi daku dianggap cewek ? bedebah kau !" canda mas Prass
Ke luar dari ruangan itu, kudapi teman-teman yang masih menunggu di pintu
"jam berapa ntar ke Soeta ?" kata Nana
"Pesawatnya jam 10 malam, bisa diperkirakan jam berapa dari sini" kataku
"yah kalau gitu, kami mau langsung foto bersama kamu ya, mumpung ada Daya juga" kata Rini
"iya ayo saja" kataku mengiyakan
"kak Felix ga boleh ! ini ex XI IPA. Dan ingat jangan peluk Jala di akhir lagu !!!" kata Fanni tegas
"hahah aku makin dilarang makin jadi" kata Felix dengan candanya
"uuuuuuuuuuuuu, awas ya !" sorak dari anak-anak
Selanjutnya mereka bubar, melihat ada yang menarik untuk dimakan atau yang diajak ngobrol, hehe
Datang jugalah kesempatan itu
Nada terompet kematian mengalun derasssss......................... orang-orang yang tadi sibuk sosialisasi dan ngemil, jadi terpana pada panggung, dua anak muda ber jas putih begitu terampil dengan alat musiknya
"Koko, keluargaku dan keluarga istri koko, serta para undangan, inilah sajian kami untuk kalian semua. Apakah kalian percaya, koko disatukan oleh yang maha kuasa ? " suara drama Felix
"percaya" kata undangan
"apakah kalian percaya kasih sayang yang kuasa terlalu banyak untuk kita semua" kembali Felix berucap dramatik
"percaya" kata mereka lagi
"Ini dia adek pungut koko yang bernama JALA ............................" candaan Felix menuai tawa ngakak para undangan
.... loh kok adek pungut ? hehe.......
Koko memeluk tubuhku, saat ini koko tidak bisa membendeng air mata. Nada yang mengentak mulai keluar dari jari tangan Felix
Aku satukan tangan koko dan istrinya
Aku mulai mengeluarkan suara menohok perasaan padu dengan irama mengentak berlatar biola dan fluit yang begitu sempurna
Jala............................................................... temanku berteriak ketika aku membuka lagu itu
When you're searching for the light
And you see no hope in sight
Be sure and have no doubt
He's always close to you
He's the one who knows you best
He knows what's in your heart
You'll find your peace at last
If you just have faith in Him
Aku pandang mata mereka berdua, mereka merasakan makna dari kalimat yang kunyanyikan
Para orang tuaku duduk dengan penuh perhatian, penuh senyum melihat kebahagian koko saat ini
Kesempatan selanjtnya aku beralih pada teman-teman yang sudah lama kutinggalkan, aku suarakan baik iti untuk mereka :
You're always in my heart and mind
Your name is mentioned every day
I'll follow you no matter what
My biggest wish is to see you one day
Jala............................... kamu akan baik-baik saja ! .............. sebuah do'a dari teman-teman terbaik yang pernah kumiliki
Entah dari mana Felix mulai, sekarang nada telah begitu padu dan semakin bergema menyambut bagian REFF dari lagu ini
Diantara teman-teman, terdapat Daya yang menyambut REFF ini
I believe
I believe ...................................
I believe
Do you believe, oh do you believe?
Aku selalu percaya Jala.......... akan ada hari yang indah, hajar Jala............ sorak dari Daya
Sekarang giliran mas Faris mengarah nada lebih tinggi, gesekan thunder nya diarahkan tepat di depan dadaku, tak pelak lagi para undangan memberikan tepuk tangan tiada henti
aku merinding mendengar permainan biola mas Faris ini, dan akupun bersiap dengan nada tinggi pada REFF terakhir
Tiada kebahagian rasanya jika tidak berada di tengah keluargaku, aku persembahkan REFF terakhir ini untuk keluargaku
Papa dan mama sudah menanti, mamaku dan dek Ratna yang digendong juga senyum bahagia mendengar suaraku. Akhirnya REFF terakhir lagu ini meluncur juga
I believe
I believe ...................................
I believe
Do you believe, oh do you believe?
Klimaks yang agak terasa sakit dipunggungku dengan bekas jahitan lukanya
Itu tidak ku hiraukan
Terpenuhi oleh ritmik dan melodi yang teramat bagus dan padu dari keyboard, biola, serta fluit
Tepuk tangan dan decak bangga tumpah meski lagu sudah usai sekalipun
Aku dipeluk papa
"bagus sekali suaramu nak ! papa suka apapun lagu yang kamu usung nak" kata papa yang rasanya mampu menghilangakn rasa sakit di punggungku
Sekarang giliran para undangan dan kerabat koko yang mendekapku, aku ga begitu menanggapi karena lagu ini adalah untuk koko, maka aku kembali berlari ke hadapan koko, diikuti oleh pengiring musik yang sangat profesional ini
Jam 20.45 kami bersiap ke Soeta untuk kembali ke Surabaya dan kami dilepas oleh keluarga koko, sementara acara pesta masih terus beranjut.
Di depan hotel itu teman-temanku melambaikan tangan,
terlihat Daya senyum sembringah dalam dekapan Felix. Mereka melambaikan tangan melepas kami.
Selamat tinggal Daya, percintaan itu seringnya memberikan kesan sakit hati,
tapi persahabatan adalah abadi, tanpa sakit hati.
Seperti saat ini, tidak ada rasa sakit hati ketika membuktikan kata-kata Dika mengenai kedekatan kamu dengan Felix sejak SMP dulu,
karena apa Daya ? karena kamu sahabatku, kamu berhak bahagia.
T A M A T
Berakhir sudah tugas Jala, inilah untuk kawan baikku semua. Tidak ada lagi air mata
@ReyhanZa , @dafaZartin, @tarry , @cansetya_s , @arieat , @onewinged_bird , @Gabriel_Valiant , @alvaredza , @greenbubbles , @fends , @zeva_21, @boybrownis , @AlexanderAiman , @kimo_chie, @bumbellbee , @haha5 , @3ll0 , @nakashima , @pradithya69 , @mumura , @astlyo , @Kiyomori, @Mr_Makasar, @d_cetya , @kuroy , @congcong , @Tsunami , @Akbar Syailendra , @rone , @uci , @diditwahyudicom1 @bianagustine