It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
udah nunggu bnget crita lanjutannya soalnya
@sunnyhoney @nand4s1m4 @mikaelkananta_cakep @dan99ization @TigerGirlz @bumbellbee @onewinged_bird
@ottoRisk @MisterF @Gaebara @mr_makassar @zick_perzon
@Ray_Ryo @leehan_kim @2mocin @latio @rayrio017
@congcong @ajatarman @Ziehl_Neelsen
Good morning.
Makasih sudah menjadi pembaca cerita yang tidak seberapa ini. Untuk temen temen yang ngasih saran, thanks so much. Oh ya Udah aku edit dengan nambah satu paragraf untuk ng lead ke flasback. Mohon di baca lagi.
Ini next update gak terlalu banyak. Semoga bisa di nikmati. plis komen or click lol or like.
Suatu Waktu Dimasa Lalu.
Kalah Taruhan.
“Ayo cepetan, salah sendiri aneh-aneh taruhannya…”, ujar Jay sambil memasang muka jutek.
“Ah malu, masuknya berdua dong.” Rengek Salman.
“Enak aja, ntar kasirnya mikir aneh-aneh”
“Ih, nggak gitu juga.”
“Ogah, pokoknya aku tunggu di luar. Masih mending aku mau nganter”
Dengan ragu ragu Salman menatap Jay, ketika Salman mau melangkah menuju pintu masuk Jay memegang ujung jaket Salman, member isyarat dengan mata melotot untuk melepaskannya. Dengan pasrah salman melepaskan jaketnya dan melangkah menuju ke dalam indomaret. Tidak ada pembeli lain, yang ada hanya pegawai cewek di kasir. Dengan malu malu-malu Salman bilang lirih ke kasirnya.
“Mbak kondom”
“Beli berapa mas?”
“Satu...”
“Yang berapaan dan merek apa?”
Oh goshh, mbak nya kenapa gak langsung ngasih aja sih, ucap Salman dalam hati.
“Sutra, beli satu aja mbak”
“Fiesta strawberry, fiesta partypacks, atau fiesta banana?”
Ya ampun baru tau beli kondom kayak beli buah.
“Yang paling murah mbak!”
“Banana sama strawberry isi tiga harga sama delapan setengah…”
“Yang strawberry”
Lantas mbaknya mengambil kan kondomnya, Salman mngeluarkan uang sepuluh ribu. Setelah di beri uang kembalian dengan langkah cepat Salman melangkah keluar dan tidak berani menengok ke belakang. Cepat cepat Salman naik sepeda motor Jay. Diperjalanan pulang Salman masih tidak percaya dia beli kondom dengan memakai seragam sekolah lengkap, apalagi jam sepulang sekolah.
“Ah malu banget aku”, ujar salman dengan mimic bengong.
“Makannya kalau buat taruhan jangan aneh-aneh, udah tau sering kalah”, Timpal Jay dengan semangat.
“Kasirnya mikir gimana ya? Anak sekolah beli kondom pada jam segini. Ada nggak sih orang tua yang nitip beliin kondom ke anaknya?”
“Mana aku tau. Kayaknya gak ada deh.”
“Ah iya juga sih, arghh malu. Pasti di pikir aneh-aneh.” Ucap salman dengan kelu, mengetahui fakta kalau hampir tidak ada orang tua yang menyuruh anaknya beli kondom. Jay hanya ngikik sepuasnya sambil nyetir. Dengan lesu Salman memikirkan buat apa 3 kondom yang telah ia beli. Terlintas di benaknya untuk meniupnya kayak balon atau mencoba memakainya nanti. Salman pun tersenyum sendiri membayangkannya.
FLASHBACK
Saatnya menang
Pada malam minggu itu, Salman mengusulkan taruhan yang lebih gila dari sekedar membeli kondom. “Yang kalah copot baju”, usul Salman dengan berapi-api.
“Boleh, copot baju doanng”
“ah nggak gitu, nanti kalau aku ngegolinsatu, lawan copot baju. Ngegolin lagi copot celana. Ngegolin lagi copot CD. Gitu.”
“ha…. Ogah, malu ah.”
“Ih, kayak cewek aja. Sama sama cowok juga.”
“Hm… baiklah. Lagian yang sering menang tetap aku”, ucap Jay yang sebenarnya ragu menerima tantangan konyol Salman. Saat itu masing masing memakai 3 pakaian, Salman memakai celana jins pendek, kaos dan celana dalam. Sementara jay memakai kaos, celana trening, dan celana dalam. Jika kebobolan 3 gol seseorang akan benar benar telanjang bulat. Ketika permainan baru beberapa meni t, bulir bulir keringat menetes dari dahi Jay, melewati kacamata yang sedang dia gunakan. Salman memakai tim Real Madrid dan Jay memakai tim Barcelona. Sebelum babak injury time, tanpa disangka Salman berhasil mencetak gol. Satu gol yang membuat Jay melepas kaos yang dia pakai.
Jay pun merombak total konfigurasi pemain nya. Salman hanya bisa senyum-senyum menikmati gol pertamanya. Dari punggung , dada Jay mulai muncul bintik-bintik keringat, walaupun malam itu cukup dingin. Salman tanpa kesulitan berhasil membobol kembali gawang Jay di menit 60. “Ayo lepas celananya”, ucap Salman penuh tawa kemenangan. Dengan ragu Jay berdiri dan melepas celana treningnya. Dengan hanya memakai celana Dalam, butir-butir keringat mulai berjatuhan, mengalir deras dari tubuhya. 10 menit berlalu saat Jay berhasil membobol gawang salman. Giliran Salman yang melepas kaos.
Tepat dimenit 80 Salman berhasil membuat satu gol lagi, sehingga skor 3-1. Dengan penuh tawa kegirangan Salman bersorak penuh gembira. Jay masih ragu untuk berdiri dan melepas celana dalamnya. Jay memang malu. Ini adalah untuk pertama kalinya dia telanjang dihadapan orang lain. Dengan cepat Jay berdiri dan melepas celana dalamnya. Mereka berdua duduk bersila dilantai bersebelahan. Salman masih tertawa, sementara Jay Cuma bisa tersenyum kecut dalam kedaaan telanjang. Salman tidak mengalihkan perhatiannya dari layar TV, tidak sedetikpun mengalihkan pandangan nya ke tubuh telanjang Jay yang ada di sampingnya.
Akhirnya pertandingan berakhir dengan kemenangan Salman 3-1. Salman masih tertawa girang, sambil merebahkan tubuhnya ia memegangi perutnya karena tidak bisa berhenti tertawa. Akhirnya Jay berdiri dan berusaha memakai pakaiannya kembali. Untuk sesaat tanpa Salman sadari dia bisa melihat tubuh Jay tanpa sehelai benang dari ujung kaki sampai ujung rambut. Ada rasa lain yang muncul saat salman terpaku sejenak melihat tubuh telanjang Jay. Rasa yang seharusnya tidak tumbuh dihatinya.
“Haaa…. Emang aku ngapain semalam?” Tanyaku dengan kaget.
“nah itu makannya aku juga heran. Aku juga tidak sampai terbangun sih. Sepertinya kamu lagi ngelindur. Aku kamu peluk-peluk gitu”
“Ha… terus terus…” semoga cukup sampai disitu, ucapku dalam hati.
“Tiba-tiba ngelus-ngelus pipiku gitu. Cuma sebentar sih terus kamu melepaskan pelukan mu terus memunggungi ku. Emang kamu mimpi apa semalam?”
Oh goshhh, gak munngkin aku bilang nge-BJ. “aku ngimpi bak mandi penuh tikus mati gitu.”
“Oh ya? Aneh. Kirain ngimpiin cewek gitu dan ngelus-ngelus pipinya”
“Nggggak…”
“Berarti kamu mimpi horror, ketakutan terus meluk aku”
‘Hmm… Bisa jadi” bukan ketakutan havi, tapi ngimpiin kenikmatan. Batinku.
Havi kemudian diam saja. Tidak lagi membahas mimpi yang ku alami dan pelukan ku semalam. Dengan langkah lelah kami Cuma bisa diam sepanjang perjalanan menuju kos.
Sesampainya di kos. Ku lihat ada beberapa anak kos yang sudah kembali setelah liburan panjang. Ada tiga orang yang sedang menonton tv. Kos-kosan yang ku tempati memiliki delapan kamar. 4 kamar di atas dan 4 kamar dibawah. Tidak semuanya sepertinya untuk dua orang. Ada kamar yang berukuran lebih kecil. Sepertinya mereka dari kampus yang sama denganku. Aku berpikir untuk berkenalan nanti malam ketika nonton TV. Untuk saat ini aku ingin istirahat. Ku lihat Havi juga langsung ke atas. Setelah berganti pakaian aku pun berbaring di kasur sambil memainkan hape. Havi hanya berganti atasannya dengan kaos berwarna merah dan ikut berbaring di sampingku.
“Nggak ke bawah?” tanyaku pada Havi.
“Nggak ah, ngantuk mau tidur aja.” Ucapnya sambil menata bantalnya dan memejamkan mata. Ku lihat wajahnya yang damai. “Ngapain liat liat”, tiba tiba havi membuka matanya dan kami pun beradu pandangan. “Enggak, Cuma merhatiin dahi kamu lebar kayak lapangan golf” ucaku sambil nyengir. Havi pun melempar bantal di sampingnya, terus memunggungiku. Aku pun menata bantalku dan mulai tidur.
Akhirnya malam tiba, dengan agenda kenalan dengan anak kos lain. Pasti bakal banyak yang nonton tv. Jam 7 aku dan Havi mulai ikut duduk didepan televisi. Ku lihat hanya seorang saja yang duduk. Tanpa komando aku pun langsung duduk di sampingnya. Havi dengan ragu ikut duduk.
“Itu acara apa mas?”, tanyaku.
“Gak tau nih…”
“Kok gak tau, baru nonton?”
“Iya…”
“Mas mas nonton sinetron aja.” Ucapku sambil meraih remot tv. Ku ganti channel yang di tonton mas mas yang baju putih itu. Ku lihat mas nya diam saja. Havi terlihat bingung. Mas yang tidak dikenal itu dengan muka yang tidak senang tetap diam saja dengan kelakuanku. Aku sengaja berbuat menyebalkan. Semakin orang menyebalkan di pertemuan pertama. Semakin mudah diingat.
“Ih masnya serius amat. Gak ingin kenal apa dengan aku…?” ucapku sambil menyerahkan remot kepadanya.
“ha…”, masnya terlihat bingung melihat perubahan sikapku.
“SALMAN anak kos baru yang tinggal diatas. Ini suami saya Havi,” havi langsung menyodok perutku dengan sikunya. lantas Kami pun saling berjabat tangan.
“Bukan suami, ngarang bebas. Saya yang satu kamar dengan Salman.” Ucap Havi mengklarifikasi.
“Hahaha… aku Alung.” Ucapnya sambil sedikit tertawa.
“Alung, ? “ ucapku dengan nada tanya.
“Temen kos manggil Alung, sementara nama asli ku Alexander Hermanto”, ku lihat wajah pribumi jawa seperti kebanyakan dengan perawakan yang sedang, tidak tinggi tidak pendek.
“Iya yang ngasih nama itu bu kos! Yang lain jadi ngikut. Dasar emak-emak asal manggil aja.” Ucapnya dengan sebel. Dalam batin, ku pesan nama Susi atau Salma saja ke ibu kos jika mau kasih nama ke aku.
“Hehe kan bisa Lex, Xander, Herman, Anto. Duh nama panggilan semua tuh.” Usulku.
“Kalau di kampus Lex kok” ucapnya dengan sedikit nada bangga.
Akhirnya mas Alung bercerita sedikit tentang temen-temen satu kos. Mas alung sendiri mengaku mahasiswa tingkat akhir. Dia pun menyebut nama nama lain yang tinggal di kosan ini ada Bambang, Wawan, Cipto, Bidin, Hasan, Rifqi, Santo dan Mukti. Ku lihat dia tidak seperti tadi, ketus. Sedikit ngobrol tentang kampus juga. Havi sesekali juga ikut Tanya ke mas Alung. Sekitar setengah jam kami ngobrol bertiga. Ku lihat tidak ada yang lain yang nongol yang ku lihat tadi siang ikut nonton tv.
Akhirnya aku keluar, ada janji dengan Edrick untuk menraktirnya. Aku pun menunggu di teras. Tidak lebih dari lima menit muncul Edrick sambil membawa satu helm. Aku pun menghampirinya. Dia membuka helmnya ku lihat wajahnya dihiasi senyum lebar. Aku tidak bilang menraktir dalam rangka dia udah bantu ketika ospek. Biar tidak dianggap sebagai balas budi. Malahan aku ngomong menraktir dalam rangka memulai persahabatan baru. Aku buat alasan saja.
“Bedaknya tebel banget”, ucapku asal.
“Enak aja, ak udah putih sejak lahir apa lagi malem hari jadi kelihatan lebih putih”,
seolah-olah dia mau bilang ‘aku lebih cantik saat malam hari’.
“Kirain bedakan,” ucapku sambil naik ke sepeda motornya.
Langsung ku peluk erat tubuh Edrick dari belakang.
“Neng, jangan erat-erat” ucap dia sambil tertawa.
Dengan sigap malah ku remas dadanya. Edrick malah kegelian dan tertawa ngakak.
“Udah-udah” ucapnya. Aku pun melepas pelukan ku. Aku mau makan sate kambing sehingga aku meminta Edrick untuk mencari penjual sate kambing. Kata Edrick lumayan jauh. Kami pun membelah jalanan yang penuh lalu lalang kendaraan.
Kami pun berhenti di warung tenda pinggir jalan. Butuh waktu 30 menit untuk mencapainya. Kata Edrick ini adalah warung tenda yang biasa dia kunjungi ketika ingin makan sate kambing. Kami pun mengambil tempat duduk. Ku lihat ada empat pengunjung lain.
“Havi gak kamu ajak.?” Tanya Edrick.
“Masak bertiga sih. Gimana ke sininya. Aku juga udah bilang ke Havi mau keluar sama kamu”
“oh… ya udah. Lain kali aja kamu traktir makan disini.”
“Hm… kak Edlick udah punya pacal?” ucapku dengan gaya cadel.
“Ha pacar…? Enggak gak punya.” Ucap dia yang sedikit kaget dengan pertanyaan ku barusan.
“Emang kenapa gitu”, sambung dia.
“Coba deh yang lain berpasangan, masak kita nggak.” Ucapku sedikit berbisik sambil menunjuk pengunjung lain.
Edrick hanya tersenyum kecil, “emang kamu udah punya Man?”
“Punya, dulu.” Jawabku.
“Halaah mantan disebut.” Gerutunya. Kemudian edrick bercerita dulu dia pernah pacaran ketika kelas XI dan putus ketika mulai kelas XII. Dia hanya pacaran selama enam bulan. Terus tidak pacaran lagi sampai sekarang.
“Napa putus?” Tanya ku.
“Karena udah kelas XII aja. Mau focus belajar”
“Ah ada ada saja alasan kamu. Aku tahu kamu gak bisa memuaskan mantan mu itu.”
“Enak saja. Aku tidak pernah gituan ya” sanggahnya.
Aku pun tertawa, “Kamu tuh yang mikir mesum. Malah mikir kesono”
-___-“
Sate yang kami pesan pun datang. Sambil ngobrol-ngobrol seputar ospek dan kampus kami makan. Edrick makan dengan cepatnya. Aku makan dengan pelan, sehingga Edrick selesai lebih cepat. Edrick bilang kalau dia menawari ku menginap. Karena jarak ke rumahnya lebih dekat, sekitar sepuluh menit bisa sampai. Dari pada dia bolak-balik ke kosanku terus pulang, mending dia nganter aku besok sambil ke kampus.
Aku pun setuju. Aku pun membayar sate yang telah kami makan. Karena udah sekitar pukul 21.00 Edrick langsung mengarahkan laju motor ke rumahnya. Rumah yang tidak terlalu besar dan tidak kecil. Aku pun diminta turun dan membuka gerbang. Dia memasukkan motornya ke garasi. Aku pun berjalan di belakangnya. Melewati ruang tamu, ruang keluarga dimana ibunya sedang nonton tv. Edrick berhenti sejenak mengajak ku duduk dan memperkenalkanku.
“Ma… ini temen kuliah. Salman” ucap Edrick kepada ibunya.
“Salman”, ucapku sambil mennyorongkan tangan untuk berjabat tangan.
“ibu Susan,” ucapnya dengan senyum yang manis.
Aku pun memperkenalkan diri dengan menyebut asal dan dimana sekarang tinggal. Ibunya Edrick juga bercerita sedikit tentang Edrick. Beberapa kali menceritakan ‘aib’ anaknya. Edrick hanya cemberut mendengarnya. Akkhirnya setelah basa-basi sebentar edrick mengajak ku untuk ke kamarnya. Kamarnya terletak di belakang samping kanan rumah. Agak jauh dengan kamar tidur yang lain. Dia membuka pintunya.
Kamar yang rapi dengan bau yang harum. Ada meja belajar dan televisi 14 inci. Selebihnya ranjang dan lemari. Tidak banyak barang yang ada di kamarnya. Ada pula poster terpampang di sebelah lemarinya. Poster game Devil May Cry. Ada pula beberapa bingkai poto mewakili masa SD, SMP dan SMA. Aku pun duduk di ranjang yang posisinya di tengah. Dia duduk di kursi belajarnya. Dia mengulurkan air mineral yang tadi ada di meja belajarnya. Ku terima dan mulai meminumnya.
“Sering temen mu nginep?” Tanya ku memulai pembicaraan.
“Jarang sih, dulu paling ada satu dua.”
“Emang saudara mu kemana?”
“Oh kakakku cowok udah nikah kakakku cewek juga udah nikah”
“Jadi kamu doang dong yang belum nikah?”
“Yup, doakan ya sebentar lagi”, jawabnya sambil terkekeh.
“Iya deh amin.” Jawabku, mungkin Edrick memang straight, pikirku.
Edrick lantas bangkit dari tidurnya dan membuka lemarinya. Dia mengambil kaos dan dan celana basket. Dia memberikan nya padaku. Menawarkan bajunya jika aku mau ganti. Dia meletakkan di pinggir ranjang. Dia kemudian keluar katanya mau ke kamar mandi. Aku teringat Havi yang sedang di kos.
Aku pun mengiriminya pesan
“Edrick mengajak aku nginep di rumahnya” 21.25
“Bakal kangen, dong ” 21.26
“haha lebay, nikmati ranjangnya sendiri. Mumpung aku gak ada” 21.26
“Malam ini agak dingin. “21.27
“Ibu kos sendirian kayaknya ”2.28
“Mas Alung juga sendirian , ) )”21.28
Entah kenapa ketika dia bilang mas alung, ada rasa lain muncul di sudut hatiku.
“Oh dasar cowok nakal, baru kenal ngajak tidur” 21.29
" ) ) “21.29
“Ya udah gud nite”21.30
“Gud nite. Edrick jangan di apa-apain ” 21.31
Aku terdiam, tapi ku putuskan untuk tidak menjawabnya. Edrick masuk dan menwari ku makan. Ku jawab tidak usah karena masih kenyang. Lantas dia melepas kaosnya kemudian celana jeans nya. Sehingga dia Cuma pakai celana pendek. Dan meletakkan begtu saja baju dan celana nya di lantai. Aku pun bingung antara harus ganti atau tidak.
Ku pikir dia mau ganti pakaian ternyata di langsung merebahkan tubuhnya begitu saja. Dia mulai menutup matanya. “Aku ngantuk, sepulang ospek gak sempat istirahat.” Gumamnya. Aku pun Cuma terbengong dengan sikapnya. Bahkan dia tidak memakai selimut. Terlihat punggungnya yang putih dengan posisinya yang telungkup seperti itu. Aku pun hanya menelan ludah. Betis dan pahanya dan bokongnya terlihat jelas.
Bingung antara langsung ikut rebahan di sampingnya. Tapi juga belum tentu bisa merem. Apalagi tadi siang tidur cukup lama. Aku pun bingung sendiri. Detik dan menit berlalu aku masih bingung harus memutuskan yang mana. Jam sudah lewat pukul 22.00. aku pun beralih duduk ke kursi belajar yang ada di samping ranjang. Ku lihat tv 14 inci itu. Aku memutuskan menyalakan nya. Ku pelankan volume nya. Ku tekan tombol channel, tapi tidak ada acara yang bagus.
Aku paksakan nonton dari pada ikut berbaring dan belum ngantuk. Setengah jam ku lewati dengan nonton sinetron yang tidak jelas itu. Belum muncul juga rasa kantukku tapi aku sudah bosan dari tadi ku ganti channel tv nya dan tidak ada yang bagus. Akhirnya aku matikan televisinya. Terbersit suatu ide di benakku.
“Edrick Edrick bangun,” ucapku sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Dia pun bangun berbalik dan mengubah posisi tubuhnya menjadi terlentang. Ku lihat ada Sesuatu yang menggoda diantara pusar dan pahanya. Aku pun Cuma menelan ludah.
“Kamu pakai baju dong”, ucapku.
“Ha… napa? Aku udah biasa gak pakai baju, gerah”
Ah nih anak, malam ini lumayan dingin. Dia sengaja memancingku atau menganggapku cowok straight yang seharusnya tidak peduli dengan itu. Aku pun bingung memberi alasan apa agar dia mau pakai baju.
awalnya sempet males ngeliat postingannya udah banyak, tapi tnyata critanya sdiri blm tlalu panjang
first thing first, banyak typo dan penggunaan huruf kapital yg brantakan
dari segi cerita lumayan lah, ringan dan nyata
pemenggalan cerita di awal2 seru dan bikin penasaran, tapi makin ke belakang makin ketebak dan jatohnya ngebosenin
udah gitu aja, keep to post ya ... (hehe, geli deh ma bahasa inggris ala abg skarang)