It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@wyatb Hehe thanks, 2-3 kali biasa nya selesai nulis satu bagian. nah dari pada nunggu selesai mending ku uplud yang susah ada. Gitu. Aku juga ngerasa kok.
@telur_ungu
Wah, masak aku harus bilang maksud ku apa? Berarti aku gagal dong dalam menulis. Tapi semoga nangkep jika cerita Udah selesai.
@babycurse @wyatb @be_double
@blackshappire @ottorisk @asz_2468
@adamy @telur_ungu
@indra_perjaka @bagoes_cahbagoes
@antis @mltgw @edwardlaura
@admmx01 @aicasukakonde @fends
@adinu @LastBreath @d_cetya @luky
@aicasukakonde @buyung-yk
@permanario @alvaredza .
@boybrownis @Ian_sunan
@Monster_Swifties @arieat @cibro
@Wooyoung @CL34R_M3NTHOL
@kiki_h_n @yuzz @elsa @iuss
@indra_hunks @adamx @arixanggara
@hendra33
@sunnyhoney @nand4s1m4
@mikaelkananta_cakep
@dan99ization @TigerGirlz
@bumbellbee @onewinged_bird
@ottoRisk @MisterF @Gaebara
@mr_makassar @zick_perzon
@Ray_Ryo @leehan_kim @2mocin
@latio @rayrio017
@congcong @ajatarman
@Ziehl_Neelsen
Pagi, Haha... Mau update lagi. Anggap saja ini part 2 dari episode 6, )
Well, thanks Udah baca. Semoga bisa menyelesaikan cerita ini. Walau sebenarnya ini cuma proyek coba coba, buat cerita bersambung. Salam kenal untuk semua dan maaf karena tidak bisa menanggapi satu persatu. *hug tight*
“Ya nggak suka aja tidur sebelahan dengan orang yang gak pakai baju.” Jawabku.
“hm… oke.” Ucapnya sedikit bergumam.
Lantas Edrick memakai baju yang dia siapkan untuk ku, yang tidak jadi ku pakai. Dia bangun dan memakainya dan langsung tengkurap tidur. Sepertinya dia ngantuk dan tidak mau Tanya macam-macam. Aku pun perhatikan tidurnya, yang sepertinya sudah terbang ke alam mimpi. Aku pun naik ke atas ranjang memunggungi Edrick dan mulai tidur. Tak lupa ku memakai selimut. Ku lihat jam di hape menunjukkan pukul 23.00 lebih. Ketika Edrick sudah memakai baju aku langsung bisa ngantuk dan tertidur.
Edrick menggoyang-goyangkan kakiku. Ku lihat dia telah selesai mandi. Jam di hape masih menunjukkan pukul 05.15. aku beneran masih ngantuk. Aku pun mengabaikannya, aku pandang wajahnya dan menarik selimut ku lagi. “Sebentar lagi…” ucapku.
20 menit kemudian aku terbangun. Entah masih ada waktu untuk sholat subuh atau tidak. Aku pun bergegas ke kamar mandi untuk buang air kecil dan wudhu. Ku lihat Edrick sedang menonton berita olahraga. Dengan cepat ku buang air dan wudhu. Ketika ku kembali Edrick telah menggelar sajadah untuk ku sholat. Dia menekan tombol mute tv nya.
“Kamu gak mandi?” Tanya Edrick ketika aku sudah selesai sholat. Aku bingung harus jawab apa. Ini masih dingin dan entah kenapa emang air di rumah Edrick lebih dingin dari pada dikosan.
“Enggak deh, nanti aja di kos” ucapku.
Edrick beranjak dari tempatnya duduk dan keluar kamar. Aku pun menempati tempat duduk yang telah dia tinggalkan. Acara tv sudah berganti siaran berita biasa. Aku pun melihat tumpukan majalah remaja. Ada 5 eksemplar. Ku ambil satu majalah. Sudah lama tidak membaca majalah Hai. Dulu kakakku sering beli. Tapi semenjak smartphone muncul sudah tidak pernah lagi, dan memilih baca di media online. Edrick pun kembali sambil membawa segelas the hangat.
“Ini silakan diminum” ucapnya sambil meletakkannya di meja belajar di sampingku. Aku pun membuka penutup gelas nya biar cepat dingin. Dia duduk di ranjang.
“Jam berapa ke kampus?” Tanya nya.
“Terserah sih, sepertinya Cuma lihat jadwal perkuliahan. Toh gak ke kampus juga gak papa.”
“Ya udah deh, gak papa ke kampus aja sambil lihat lihat.”
“Ya udah bentar lagi, kita berangkat nanti ke kosku dulu.”
“Lha ini juga masih jam 6”
“Aku belum nyuci baju sama sekali sejak ospek. Banyak baju kotor.” kilahku. Sambil ku menyeruput teh ku yang mulai dingin.
“Ya udah, nanti ku main di kos mu aja.” Ucapnya sambil berdiri menuju lemari pakaian dan ganti pakaian. Ku lihat dia bersiap siap. Aku pun berdiri ambil sisir untuk menyisir rambutku yang masih berantakan.
Lantas aku dan Edrick keluar kamar. Aku berjalan di belakang Edrick. Tiba-tiba Edrick mengarahkan ku ke dapur. Sepertinya dia mau mengajak ku sarapan. Ku lihat ibu Edrick sedang sibuk masak dengan ragu aku duduk di meja makan.
“Ah nggak usah. Aku sarapan di kos aja”, ucapku basa-basi.
“Ya silakan aja pulang sendiri”, ucapnya tanpa ekspresi.
Aku pun langsung duduk di meja makan. Meja makan dan dapur hanya di sekat dengan tembok setinggi 1 meter lebih sedikit. Ada 4 kursi yang mengitari meja makan yang berbentuk bundar. Di meja makan ada satu toples kerupuk. Ku lihat ibunya Edrick dan Edrick mulai memasak sesuatu. Ku lihat Edrick ikut membantu memotong sosis dan beberapa sayuran. Sekitar 15 menit nasi goreng yang mereka buat pun selesai.
Ku lihat Edrick membawa tiga piring. Bukannya ibunya sedang sibuk memasak.? Ku kira hanya aku dan Edrick saja yang sarapan. Dia menyorongkan piringnya mendekatiku. Dia juga mengambil kan segelas air minum untukku. Ibunya Edrick ikut duduk di meja makan. Ternyata, ibunya Edrick juga ikut sarapan. Ku kira dia akan meneruskan memasak.
Lantas kami bertiga mulai ngobrol-ngobrol ringan. Ibunya Edrick bilang kalau sudah membeli beberapa lauk agar bisa buat sarapan. Aku pun bilang kalau belum mencuci baju sejak beberapa hari ini, jadi buru buru pulang. Nasi gorengnya enak aku pun menghabiskan dengan cepat bahkan lebih cepat dari Edrick dan ibunya. Aku pun mengambil kerupuk. Dan memakannya. Biar mereka tidak kikuk dan buru-buru. Waktu menunjuk pukul 06.30 lebih sedikit.
Akhirnya aku berpamitan kepada ibunya Edrick. Aku pun keluar bersama Edrick menuju garasi ambil motor dan langsung pulang ke kos. Cuaca masih cukup dingin ku peluk erat tubuh Edrick dari belakang. Butuh waktu 20 menit untuk sampai ke kos karena jalanan masih agak sepi dan edrick agak ngebut.
Aku pun turun dari motor Edrick dan mengisyaratkannya untuk parkir di teras kos. Ada mas Alung yang duduk di tempat duduk di teras depan, di sebelahnya ada secangkir kopi.
“Wuih, dari mana aja, jam segini baru pulang.” Ucapnya sambil sedikit meledek.
“Wuih enak banget, pagi-pagi udah ngopi”, jawabku.
“Haha… iya ini rutinitas pagi yang gak boleh dilewatkan” ucapnya.
“Semalam nginep di rumah temen, ini kenalin Edrick.” Mereka pun saling bersalaman.
Tidak seperti tadi malam, mas Alung kelihatan lebih ramah. Aku pun langsung mengajak Edrick naik ke atas menuju kamarku. Ku lihat pintunya tertutup. Ku buka pintu dan betapa kagetnya aku.
Ku lihat tubuh Havi yang atletis tanpa memakai kaos tidur telentang. Selama ini tidak pernah ku lihat Havi tidur tanpa memakai atasan. Ku lihat Edrick juga memperhatikan Havi yang sedang tidur. Aku takut terjadi kesalah pahaman. Semalam aku meminta Edrick memakai kaos ketika dia tidur. Aku gak mau dia menyangka kalau Havi biasa tidur tanpa baju ketika kami satu ranjang. Cepat-cepat ku hampiri ranjang itu. Walau aku sebenarnya tidak rela membangunkannya. Pertama, aku gak mau bertanggung jawab jika dia menuntut aku jika dia tidak bisa tidur lagi. Kedua, Havi terlihat jauh mempesona ketika matanya terpejam dan tubuhnya kelihatan tanpa penutup.
“Hoe… bangun. Bangun… udah siang. Tumben gak pakai baju”, ucapku dengan suara agak keras agar Edrick bisa menangkap dengan jelas.
Edrick duduk di kursi. Ku terus goyang-goyangkan kaki Havi, tapi dia tetap tidak bangun-bangun. Dia Cuma menggeliat, dan bilang “hoahm… ngantuk dan capek habis jogging”. Dia Cuma merubah posisinya menjadi miring. Akhirnya aku Cuma diam dengan sikapnya. Akhirnya ku biarkan saja Havi tetap tidur. Ku lihat Edrick juga melihat havi dari tempatnya duduk.
Aku pun bersiap mencuci baju dan mandi. Ku kumpulkan beberapa potong pakaian yang kotor dan membawanya ke kamar mandi. Sebelum aku keluar, terlintas sesuatu di benakku yang harus ku lakukan. Aku pun mendekati ranjang dimana havi tidur. Karena posisinya miring dengan mudah aku bisa mendekatkan mulutku, meniup telinga nya dan berbisik, “Edrick ada di sini”. Seketika Havi membuka mata dan bangkit. Lantas dia mengambil kaos yang ada pinggir ranjang dan ambil posisi duduk.
Ku langsung keluar ketika Havi sudah terbangun dah langsung mencuci baju. Butuh waktu mungkin sekitar setengah jam untuk menyelesaikan semua cucian. Di tengah-tengah mencuci Havi datang ke kamar mandi dimana aku mencuci baju. Pintu kamar mandi emang tidak aku tutup. “Nitip sedikit aja dong pliss” ucapnya sambil memohon. Havi sudah memakai atasan kaos putih. Ku lihat di tangan Havi sepertinya ada dua kaos. Ku ragu sejenak untuk mencucikan baju miliknya. Aku pun mengangguk tanda setuju.
Dia mengulurkan bajunya dan pergi. Bukan karena aku baik mau mencucikan bajunya. Tapi sebagai temen satu kamar itu wajib saling bantu membantu. Ku buka gulungan kaos yang yang dia berikan padaku. Terkejut aku dibuatnya. Ada dua celana dalam juga diantara dua kaos yang telah dia berikan padaku. Dua celana dalam berwarna biru dan coklat. Ku pandangi celana dalam itu. Masih heran Havi kok tidak malu meminta ku mencucikan celana dalamnya. Huh, emang aku istrinya, batinku.
Terlintas pikiran kotor untuk mencium celana dalamnya. Tapi langsung ku urungkan niat itu. Itu menggelikan, batinku. Langsung ku rendam dengan pakaian yang lain dan meneruskan mencuci. Sambil mencuci aku penasaran apakah Edrick mau mengobrol dengan Havi, Edrick adalah type yang sulit memulai obrolan walaupun mereka sudah cukup saling kenal. Di samping itu selalu ada aku ketika Edrick dan Havi ngobrol. Entahlah, biarkan saja. Cepat-cepat ku selesaikan menjemurnya dan mandi.
Ketika ku masuk kamar dan selesai mandi, ku tidak melihat Havi di dalam. Ku lihat Edrick di dalam berbaring di ranjang sambil memainkan hapenya. Aku pun menuju lemari untuk mengambil baju ganti. Dengan cuek aku ganti baju. Urutan aku ganti baju. Dari mandi aku selalu memakai handuk membelit di pinggang dan memakai kaos. Cukup tau diri untuk tidak topless. Memakai celana dalam ketika handuk masih membelit, lepas kaos pakai baju ganti. Melepas handuk dan memakai celana. Tidak ada acara full-naked show.
Ketika memakai baju ganti aku menoleh kepada edrick, “Havi kemana?”. Untuk sekilas aku yakin kalau Edrick memperhatikan ku. Ketika ku menoleh padangan kita bertemu. Dia dengan cepat melempar pandangannya ke layar hapenya. “Tadi dia bilang mau cari sarapan”, ucapnya. “Dia ngajak, tapi aku bilang udah sarapan di rumah.” Sambungnya.
Jam di dinding menunjukkan jam 08.00 kurang. Ku kirim pesan kepada Havi bilang kalau aku akan ke kampus bareng Edrick, pintu kamar tidak aku kunci. Kalau keluarnya barengan masuknya barengan enak, tapi kalau sendiri-sendiri repot. Apalagi kuncinya Cuma satu lagi. Tidak dikunci bukan pilihan yang baik. Havi membalas, dia sudah mau balik gak usah dikunci.
Aku pun mengajak Edrick turun dan berangkat ke kampus.
Jam 12 siang aku sudah sampai di kosan. Ku minta Edrick untuk mampir tapi tidak mau. Dengan gontai ku menaiki tangga. Ku lihat pintu kamar terbuka. Ketika ku masuk ada mas Alung dan havi yang sedang ngobrol. Terlihat mereka ngobrol dengan serius. Ku letakkan tasku di meja dan duduk di ranjang sebelahan dengan Havi sementara mas Alung duduk di kursi.
“Man ntar malem ibu kos ngadain makan malam bareng, semua anak kos di undang. Walaupunn galak, ibu kos baik kok. Ini acara rutin setelah libur panjang. Biar ibu kos dan penghuni kos saling akrab.” Ucap mas Alung.
“Bayar gak mas?” tanyaku.
“Haha… ya nggaklah, emang ibu kosnya yang bikin acara kayak gitu. Pokoknya tinggal hadir aja dan makan-makan”, jawabnya.
“Semua anak kos sepertiny sudah pada balik ke kosan. Rame ntar. Kalau buat kalian sebagai ajang kenalan, karena kalian anak baru.” Sambungnya.
Baik juga ya ibu kosnya. Bikin acara yang mendekatkan penghuni kos. Ku lihat Havi diam saja. Mas Alung tiba-tiba berdiri dan bilang sudah lama ngobrol sama Havi dan pamit ke kamarnya. Dia bilang udah ngantuk, mau tidur siang. Dia pun keluar.
“Man kamu pakai celana dalam ku ya?” Tanya Havi tiba-tiba.
“Ha… apa maksudnya?” jawabku dengan kaget.
“Celana dalam ku gak ada, tadi pagi masih ada di lemari.”
“Hahaha… Havi, kamu ada-ada aja. Kalau tukeran yang lain masih wajar. Kalau celana dalam bisa bisa jamur situ menular ke aku” ucapku tak mau kalah.
“Enak aja situ kali yang jamuran panuan, milikku bersih” ucapnya.
“Coba liat”
“Ngarep parah”
“Haha… pede gilak” ucapku sambil tertawa.
“Tadi pagi kamu nitip nyuci dua kaos itu di dalamnya ada dua celana dalam. Kirain emang kamu mau nitip. Berarti tidak sengaja”, ucapku memberi penjelasan.
“ha… apa?” dia kaget, seketika muncul semburat merah di wajahnya. Dia malu. Seketika dia diam. Terbengong dan bingung mau bilang apa. Hampir aku menyesal kenapa aku tidak jadi mencium celana dalam Havi ketika mau ku cuci. Kalau masih harum kan masih bersih. Tapi aku kira Havi sengaja nitip nyuciiin celana dalamnya.
“Ya udah biar adil sini celana dalam kamu aku cuciin balik” ucapnya dengan spontan.
Aku terbengong mendengar yang barusan ia ucapkan. “Nggak gitu juga kali, udah gpp. Cuma nyuci celana dalam aja, bukan nyuci popok”, semoga dia berkurang rasa malunya. Aku tahu dia malu. Kemaluan ada kata malu di dalamnya. Jadi sudah sepantasnya ada malu. Walapun itu Cuma soal ‘pembungkusnya’. “Udah lepas sekarang jika nggak ada yang kotor. Kan udah kamu pakai, berarti udah kotor” ucapnya.
Aku bingung sendiri, mungkinkah Havi sangat malu, sehingga dia bersikap konyol untuk mengurangi rasa malunya. “hih apa-apa an sih, celana dalam boleh dicuci minimal telah dipakai 24 jam”, ucapku dengan pura pura kesal.
Tanpa disangka dia malah mendekat dan memegang kepala ikat pinggang di celanaku. Ku kibaskan tangan nya dengan tanganku. Aku pun berdiri dan tertawa dengan sikap konyol dia.
“udah udah, kamu ada ada aja,”ucapku sambil tertawa. Terlihat wajah bercanda sambil menahan malu tergores di wajahnya. Walau aku penasaran jika aku malah menantang, mungkinkah dia akan tetap melucutiku juga.
Aku pun mendekat ke lemari pakaian dan berganti atasan dengan kaos. Ku lihat havi tetap diam. Ku bingung, haruskah aku come out? Beberapa situasi membuatku semakin sesak. Dengan come out mungkin aku tidak lagi berhadapan dengan situasi yang dilematis seperti beberapa hari terakhir. Dengan come out Havi akan sadar situasi ku dan aku lebih bisa mengontrol diri. I wish.
Tapi aku juga teringat dengan Jay, temen masa lalu ku. Come out tidak selamanya berhasil. Jay dan aku sekarang bagaikan orang asing. Ah situasinya kan berbeda aku Cuma mau come out tidak bilang cinta, ucap pikiranku yang lain.
“Man, boleh aku ngomong sesuatu?” Ucapnya. Aku Cuma mendelik sedikit kaget, sepertinya otak ku dan otak Havi satu frekuensi. Tapi apa yang mau dia katakan?!
jadi inget dulu , temen sekos sering banget nitip nyuci in , kadang dengan cara halus , kadang dengan terang terangan minta tolong .
well . mungkinkah Havi sehati juga dalam orientasi nya ???
lets see :x
Otomatis harus nge kost. Jadi suka ngebayangin sendiri gimana kehidupan di kost
"Man...kan gay ya ??? "
"Iaa..gw gay...hahahahaha....
"Ya udaah man...yuuk kita Ml........"
"Yuk.....
Hahahaaha......dasaar otak mesum.....lol