It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Penggunaan tombol enter dibanyakin lagi.. jangan ngirit2.. Biar enak bacanya.
ini sebenarnya konsep cerita yang short story dengan open-ended sama dengan cerita ku sebelumnya. nah ini untuk pertama kali dicoba buat bersambung. semoga masih enak dibaca. yang tidak mau dapat mention let me know.
ntar mau malam minggu jadi update sekarang aja. ^^
Bagaimana jika dia tanya dan tau kalau aku horny gara gara dia. “haha… kamu tuh ya? Bawaannya honry mulu” jawabnya dengan tawa penuh keheranan. Dia menatap sebentar ke arah selangkanganku sebentar. Lantas dia bangun dari tempat tidur dan melangkah ke dalam lemari. “Nih tissue, biar gak belepotan ke mana mana.” Ucapnya dengan santai sambil memberikan tissue. Dalam keadaan telanjang cuma pakai atasan, dia memperhatikan ku ketika membersihkan sisa-sisa pejuh. Malu banget bagaimana aku harus membersihkan sisa-sisa ‘dosa’ dengan diawasi olehnya.
“Bantuin dong bersihinnya,” rengek ku kepada Havi. Dia tersenyum kecut, “ogah, kenapa aku yang repot. Cepetan ah.” Pintanya sambil memberi isyarat untuk berdiri, kemudian dia mengambil seprai yang sedikit terkena pejuh dan melemparkan nya ke lantai. “Lagian coli gak ajak-ajak, hahaha”, ucapnya yang bikin aku bengong seketika. “Udah tidur lagi aja, besok harus ospek kan?” ucapnya sambil ambil posisi tidur. Lantas ku ambil celana, membersihkan tissue sisa pejuh dan berniat tidur kembali. Ku lihat Havi sudah langsung tertidur. Kali ini posisinya memunggungi ku.
Ya sudahlah, semoga bisa tidur. Aku masih belum bisa tidur lagi. Apa yang dipikirkan seorang Havi. Kenapa dia bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dengan lampu kamar yang menyala terang ku bisa liat dengan jelas kalau dia emang sudah tertidur. Butuh berapa jam untuk ngantuk lagi entahlah, sepertinya aku gak akan bisa tdur lagi.
“Man bangun”, dengan mata yang sangat berat aku merasa ada yang menggoyang-goyangkan kaki ku. Ku lihat Havi sepertinya berusaha membangnkan ku. Ku ihat dia sepertinya baru saja lari-lari pagi. “Udah jam 6 lebih, ayo bangun. Entar mau ospek kan? Bisa berabe kalau telat mah.” Lantas ku ambil posisi duduk, ku tidak ingat jam berapa bisa tidur. Sepertnya hampir subuh aku baru bisa tidur. Ku lihat Havi keluar sambil membawa handuk. Aku pun ikut keluar bersama dia ke kamar mandi. Di lantai atas ada dua kamar mandi satu dengan toilet satunya tanpa toilet. Kami pun mandi bersisihan. Ku cuma bisa mendengar suara guyuran air dan nyanyiaan kecil Havi. Aku pun mempercepat mandi agar tidak telat di hari pertama ospek.
“Dimana man?” ada sms masuk ketika aku dan Havi sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Havi sudah mau memakai sepatu sementara aku masih ganti baju. “Aku masih di kos Bro” ku balas sms Edrick dengan segera. Tidak ada sms lanjutan. Masih ada waktu 20 menit sebelum jam 7. Ketika mau keluar pagar kos aku dan Havi melihat seseorang, “sapa dia Man? Temen kamu?” tanya Havi. “Entahlah,” ku tatap lekat lekat sosok itu. “Woy Edrick, kok disini?” Tanya ku ketika dia mulai membuka helmnya. “Iya Man, mau barengin, sapa tau km belum berangkat.” Jawab dia singkat.
Ada kecanggungan dan keheningan sebentar diantara kami bertiga.” Oh ya kenalan dulu dong, ini Havi temen sekamarku.” Ucapku cepat. Mereka pun berjabat tangan. Bagaimana tidak canggung, aku dan Havi mau berangkat jalan kaki, tapi Edrick malah mau jemput. “Gak papa kok kalian duluan aja!” ucap Havi. “Jangan gitu lah, masak kami naik motor, kamu jalan kaki”, ucapku, yang tidak habis pikir Edrick malah diam saja, dia yang punya motor seharusnya yang bilang sesuatu. Antara meninggalkan motorny di kosan ku dan ikut jalan kaki atau gonceng aku dan Havi atau dia berangkat sendiri. Gak peka, batinku. “Ya udah, Edrick duluan aja. Masih ada waktu kok.” “Yah jangan dong, ya udah kalian berdua ku gonceng. Gak papa sekali-kali triple” threesome kali Ed, batinku. Ku tatap Havi yang sedari tadi diam saja.
Aku pun menaiki motor Vixion Edrick dan memberi kode agar Havi naik. Agak ragu awalnya, tapi akhirnya dia duduk dibelakang dengan aku ditengah. Semoga tidak konak, apalagi posisi ditengah begini. Serasa aku posisi bot n top sekaligus, pikirku mesum. Dengan percaya diri ku pegang perut Edrick, Havi di belakang dan oh my God posisi tangan dia dipahaku. Walau mungkin cuma butuh waktu 5 menit untuk sampai, semoga tidak ada gesekan yang berarti yang membuat adik kecil ikutan tegang. Kami hanya diam selama perjalanan.
Hari ini merupakan hari pertama ospek dari total 4 hari ospek. Dari jadwal yang aku dapatkan sepertinya 2 hari akan banyak dilakukan di ruangan. Dua hari sisa banyak dilakukan di luar ruangan. Sepertinya ospek sekarang tidak seseram dulu. Banyak yang cerita kalau dulu ospek sangat berat dan ala militer. Sepertinya sekarang tidak. Mungkin banyak kritik dan sorotan banyak pihak terkait ospek selama beberapa tahun terakhir membuat panitia dan pihak kampus hati-hati dalam melaksanakan ospek.
Banyak yang menilai ospek merupakan ajang balas dendam mahasiswa senior kepada juniornya. Tapi apapun bentuk model ospek-nya yang penting menantang, seru dan berkesan. Apalah artinya jika pertama kali masuk kampus aja sudah tidak ada kesan atau cerita. Bakal garing seterusnya dan malah sangat mungkin akan sangat membosankan, ah semoga tidak.
Setelah parkir motor, aku, Edrick dan Havi mencari kelompok masing-masing yang sudah berkumpul di lapangan kampus. Setelah ada upacara pembukaan sekitar 20 menit. Kami harus mengikuti acara selanjutnya, pengenalan kampus. Acara di kelas yang sepertinya sangat membosankan. Atau malah bikin ngantuk. Seluk peluk tetek bengek soal kampus akan dibahas sehari itu. Ada pembicara yang sangat menarik ada yang membosankan. Ah rasanya ingin cepat pulang.
Saat sedang mendengarkan pembicara yang sepertinya dosen tua dan Cuma duduk saja, edrick mulai mengajak ngobrol. “Nanti pulang bareng lagi aja,” ucapnya lirih. Entah kenapa Edrick selalu duduk di sebelahku, sepertinya Edrick Cuma akrab denganku. Ku belum lihat dia ngobrol dengan yang lain. “Ah jangan, kalau tadi pagi kan karena masih sepi jadi masih berani gak pakai pengaman, eh helm maksudnya. Kalau nanti kayaknya bakal rame jadi takut kalau ada polisi nanti malah ditilang.” Toh aku melihat pagi tadi sepertinya Havi enggan untuk ikut tapi terpaksa. Sepertinya nanti sepulang ospek Havi juga ogah. Dan lebih memilih mengajak jalan kaki. “Yah mana mungkin, gak ada kok polisi yang bakal menilang.” Bujuknya. ”Yah sapa tau”, ucapku. “Ya udah nanti aku mampir ke kos mu aja. Boleh kan?”, oh ternyata dia cuma ingin mampir. “Boleh, tapi harus bawa makanan. Ingat ANAK KOS”, cerocosku. “Oke gampang, ntar aku beliin whiskas”, “emang aku kucing?” jawabku sok sebel. “iya kamu kucing, makannya pengen ngelus elus”, ucap edrick. “Ini tangan ku bisa kamu elus elus” jawabku sambil menyodorkan tangan. Edrick Cuma tersenyum kecil dan jadi kikuk.
Membayangkan seorang Edrick yang sempurna ternyata seorang gay bikin aku malah sedih. Secara kalau gay cakep pasti saingannya juga cewek-cewek. Selain itu, susah dijaga jika punya pasangan terlalu cakep. Ah kayaknya sejak kejadian itu aku sudah berhenti menebak-nebak seorang itu gay atau bukan. Aku lebih memilih yang pasti-pasti saja. Selama tidak ada pengakuan bagiku semua masih straight. Setelah obrolan singkat itu, aku tidak punya kesempatan ngobrol lagi sama Edrick.
Acara ospek berakhir dengan apel sebentar di lapangan. Sekitar pukul 15.00 aku sudah meninggalkan kampus. Sebelumnya havi sms, akan menunggu di jalan keluar kampus. Kami berdua berjalan pulang. Dan entah kemana si Edrick dia Cuma bilang akan mampir. Selama perjalanan pulang, Havi sepertinya agak diam. Ya lumayan capek mungkin, dari pagi dan belum istirahat sama sekali.
“capek ya Hav?” Pancingku. “iya capek, banyak duduk diruangan malah bikin pegal-pegal dan bosen.” Ucapnya sambil memegangi leher dan memutar kepalanya. “iya juga sih,” ucapku “eh ada cewek cakep gak dikelompokmu?” dengan gaya yang sok normal. Tapi kayaknya udah jadi hal yang lumrah di kalangan straight kalau ngomongin cewek itu merupakan hal yang sangat menarik. “Entahlah, sepertinya ada beberapa yang cantik.” Ucapnya dengan penuh keraguan. “kalau cowok cakep ada nggak?” ucapku dengan ekspresi manja-manja menjijikkan. “haha…” lantas kami tertawa bareng. Kadang aku menertawakan kehomoan ku sendiri, bukan pura-pura tertawa.
“Ada sih cewek yang cakep tadi. Ada yang cakep tapi pendiam. Ada yang cakep, vocal dan sok-sok ngatur. Tapi yang sok-sok cakep lebih banyak.” Ceritanya. “ya ini kan hari pertama jadi pantes dong, kalau setiap orang ingin membuat kesan dan caper,” Jawabku. “bisa jadi-bisa jadi”, ucapnya sambil tersenyum.
Tanpa pikir panjang tiba-tiba terlintas di benak ku untuk meloncat ke atas punggungnya minta gendong, “gendong,” ucapku. Dia kaget tapi sekaligus berusaha menghindar tapi aku gak kalah cepat sehingga dia tidak bisa menghindar. “Ku gendong, tapi makan malem nanti aku ditraktir” tawarnya sambil nyengir. “Iya deh boleh,” dalam hati seneng tapi emang udah sepuluh 10 meter dari gerbang kos jadi gak bakalan lama deh diatas punggung Havi. Selain itu kemarin dia udah nraktir, jadi gak papa deh anggap traktir balik.
“Turun,” ucapnya, “sampai atas lah” rengek ku.”kalau sampai atas nraktir seminggu”, “enak aja, ogah.” “Ya udah turun”, ucap Havi sambil membuat gerakan yang membuat ku terlempar dari punggungnya. Aku pun terlempar dari punggungnya dan Havi langsung lari meninggalkan ku dibelakang sambil nyengir. Aku berjalan pelan ketika mulai naik anak tangga, dan tiba-tiba ingat sesuatu dan lari sekuat tenaga. Hilanglah kesempatan itu ketika Havi sudah berganti kaos dan bercelana pendek. Momen ganti baju yang terlewatkan kembali.
Aku pun berganti baju, ku pede saja melepas baju satu persatu. Ku lihat Havi sedang main hapenya sambil tiduran di atas kasur. Kayaknya aku mau telanjang ngumpet-ngumpet gak ada bedanya bagi seorang Havi. Berbeda dengan Havi yang ganti baju. Jadi udah berapa kali aku ganti baju ketika dia juga ada di dalam kamar, tapi ku belum pernah menemukan dia melucuti baju-bajunya ketika aku juga ada didalam kamar. Sesaat Havi beranjak dari kasur, meninggalkan hapenya yang tergeletak. ”Aku mau ke bawah nonton tv aja, mau tidur udah terlalu sore”, ucapnya sambil melangkah keluar. Aku Cuma mengangguk pelan.
Aku juga berpikir mau ke bawah, ikut nonton tv bersama ketika ada sebuah panggilan masuk, kulihat dilayar, Edrick, “halo assalamuaalaikum,” ucapku pelan. “Waalaikum salam, Man kayaknya aku gak jadi mampir deh. Sama mama disuruh langsung pulang tadi, nih sekarang udah di rumah. Gimana nih? Sementara tadi udah bilang mau mampir, jadi gak enak ma kamu yang udah nungguin.” Ucap edrick nyerocos tanpa bisa ku stop. Ya elah aku aja udah lupa Ed, kalau kamu mau mampir, batinku. “iya gak papa, lain kali aja.” Balasku. “Maaf ya man. Jadi gak enak ma kamu.” Ucapnya sedikit merajuk. “iya lain kali aja, kalau perlu kamu nginep sekalian deh,” mau dikemanain si Havi emang sekasur bertiga? Atau malah mau threesome, haha batinku mesum. Terdengar suara yang lebh ceria diujung telepon, “wah syiip syiip, sampai besok ya? Wassalamualaikum.” “waalaikum salam,” ada ada aja si Edrick ini, kenal juga masih beberapa hari tapi seperti udah lama.
Kayaknya emang si Edrick anaknya pendiam dan mungkin tipe orang yang seperti ku kenal sebelumnya, pendiam dan sulit memulai sebuah hubungan tapi orang yang sangat loyal dan perhatian ketika menemukan seorang yang tepat. Ya semoga bisa menjadi temen yang baik, apalagi aku cuma mahasiswa rantau tanpa sanak saudara di kota ini. Kata ayahku sebelum pergi, setiap orang yang pindah ke suatu tempat baru akan selalu menemukan keluarga baru yang membuatnya lupa bahwa sedang di perantauan. Ya semoga benar apa yang dikatakan ayahku, aku menemukan keluarga baru yang bisa dimintai pertolongan jika suatu saat terjadi apa-apa padaku.
Aku lantas mengecek pulsa di hape ku. Seketika aku ingat kalau kuota internet ku masih banyak karena saking sibuknya beberapa hari belakangan jadi tidak terlalu sempat buka hape. Terlintas di benak ku untuk nge-Youtube aja. Udah lama tidak liat gay short movie. Aku ambil earphone dan mulai mencari dari daftar pencarian mana yang belum ku tonton.
Ada satu yang sepertinya menarik, ketemu judul “cousin”, gay themed movie dari spanyol. Ah perlu log in nih, kayaknya lumayan eksplisit. Ada subtitle berbahasa inggrisnya. Adegan pertama ketika tokoh utama datang ke rumah temennya untuk berkunjung. Tokoh utama juga diberitahu kalau sepupu temennya itu juga sedang berkunjung dan sedang menginap. Alhasil tokoh utama dan si “sepupu” ini berada dalam satu kamar.
Tidak banyak dialog, hanya adegan adegan yang lumayan menggambarkan “malu-malu kucing” nya si tokoh utama. Di tambah ketika si tokoh utama melihat si “sepupu” tidur dalam keadaan telanjang. Ranjang nya tingkat, dan tokoh utama tidur dibawah. Paginya si tokoh utama juga diperlihatkan adegan dimana “sepupu” ini habis mandi mengeringkan baju nya dengan handuk dalam keadaan telanjang bulat. Si tokoh utama juga melihat dari jarak yang sangat jelas—karena berdiri di pinggir ranjang si tokoh utama—memakai celana dalam. Tidak ada adegan kalau tokoh utama dan “sepupu” kenalan dan ngobrol. Sampai suatu ketika ada adegan ketiga tokoh, tokoh utama, temen dan “sepupu” melihat poto-poto bersama di depan komputer. Ah lumayan bikin horny walau tidak ada adegan seksual. Tokoh utama duduk dan tangannya di belakang sandaran punggung kursi. Jadi “sepupu” berdiri di belakang dan yang lain duduk. Tanpa di sangka-sangka si “sepupu” menggesek-gesekkan tititnya ke tangan si tokoh utama…
“Nonton apa Man?” ucap havi sambil mengambil hape yang tergeletak di sampingku. Oh my God, kenapa aku tidak sadar kalau Havi masuk kamar, jawab apa…?
pandai, pandai ngeles lah kau Salman.. Hohohoho
kenapa ya si havi ko' gak mau ganti baju didepannya salman,jangan2,,, :-?
eh ada @kiki_h_n ...gimana kbr ki..