It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Buru-buru aku buka pesan masuknya terus aku baca.
Kabar seseorang yang selama semingguan ini selalu aku tunggu akhirnya datang juga. Perasaan senang dan bahagian menyelimuti hatiku. Kerinduan yang terpendam tercurahkan dalam sekejap berkat sms masuk yang tak lain dari Teguh. Tanpa menunggu waktu yang lama, aku balas sms dari Teguh.
"Wann.. Kamu nunggu disini dulu ya, ibuk tak ke wc dulu. Weteng e ibuk mules je. Ojo lungo neng ngendi-ngendi lho yo. Nyoh aku nitip tas."
"Iyo buk.."
Ibuku melangkah cepat pergi ke toilet yang ada dideket pintu keluar terminal. Sepertinya sudah tidak kuat lagi menahan isi perutnya yang mau keluar.
Baru saja mau memasukkan handphone ke saku celana, ternyata ada sms masuk. Dan ternyata itu sms balasan dari Teguh.
Aku senyam senyum sendiri setelah baca sms balasannya si Teguh. Dan saat aku mengetik balasan sms pun masih senyam senyum.
Aku duduk di kursi panjang yang terbuat dari bambu, menunggu ibuku yang masih di wc dan tentu saja menunggu balasan sms dari Teguh. Tak jauh dari tempatku duduk ada yang jual dawet. Ahh.., sudah lama aku tidak minum dawet. Kalau tidak salah tetkahir minum dawet sebulan yang lalu. Itu pun minumnya sama Teguh pas kami berdua jalan-jalan ke pantai Parangtritis yang kebetulan melewati deretan penjual dawet ayu. Tepatnya di daerah kalasan dekat pasar prambanan. Langsung aja aku memesan segelas dawet. Tak perlu memakan waktu yang lama, dawet pesanananku datang. Kuaduk dahulu sebelum aku minum. Hmm.. Warnanya sungguh menggoda. Warna putih coklat santan, hijau dari cendol , dan coklat dari warna gula jawa bercampur jadi satu.
Ahh.. Ternyata sungguh nikmat rasanya. Menyegarkan. Rasanya pengen segera menghabiskan hingga tetes terakhir. Coba kalau Teguh sudah sampai sini dan ikut minum, pasti akan lebih menyegarkan dan lebih nikmat. Hmm..
"Ngopo ngguya ngguyu wae Wan, hayoo... Mau ngalamun wae.. Sakiki ngguyu cengengesan. Ada apa ini?"
"Opo sih bukk.. Ibuk kepooo.. Hehehe.."
"Lha kok kepo.. Yo wajar kan kalau ibuk pengen tau apa yang sedang terjadi dengan anak ibuk sing paling ganteng dhewe. Ora oleh po piye?"
"Hehehe.... Kapan-kapan wae ah ceritane. Yang jelas tidak sekarang yo buk."
"Yo wis. Kamu merasa seneng dan bahagia ibu juga ikut seneng kok Wan. Asal kebahagianmu itu tidak merugikan orang lain."
Entah kenapa perkataan ibuk yang barusan langsung tertanam di hati dan pikiranku. Terus aku berpikir, seandainya kebahagianku sekarang adalah bisa bersama dengan Teguh, bukan sebagai teman dan sahabat, melainkan juga sebagai tambatan hati, apakah ibukku akan merasa senang dan bahagia? Dari dulu sebenarnya aku mau membicarakan masalah pribadiku, terlebih masalah orientasiku yang unik ini ke ibukku. Tapi, aku masih memendamnya sampai saat ini. Karena setelah dipikir-pikir, aku belum siap dengan kondisi terburuk yang akan terjadi bila aku menceritakan semuanya ini. Tapi suatu saat, aku pasti akan menceritakannya kepada kedua orang tuaku. Setidaknya kalau aku sudah bisa hidup mandiri dan bisa mencukupi sandang,pangan dan papanku sendiri.
"Iya buk. Awan ngerti. Matur nuwun yo buk. Sepurane kalau aku belum bisa ngasih apa-apa ke bapak dan ibuk."
Ibukku cuma menepuk-nepuk bahuku sambil tersenyum. Kadang aku merasa kalau sebenarnya ibu tau tentang kondisiku yang seperti ini. Dan sepertinya dia hanya ingin menungguku untuk mengatakan sendiri kepadanya. Tapi ya sudah ah, itu bukan yang utama. Yang penting sekarang Teguh dah ada kabar dan sebentar lagi aku bertemu dengan dia.
"Wann, kamu mau ikut ibuk berkeliling cari barangnya dulu atau nanti nyusul pas mau bawa barang belanjaannya?"
"Kalau aku nunggu disini aja,gimana buk, soale ibuk kalau belanja agak lama milihnya. Ibu yang belanja dan Awan yang ambil belanjaanya. Belanja ditempat langganannya ibuk kan?"
"Iyo Wan, ibuk belanja ditempat biasanya. Di lantai bawah yang deket tangga pintu masuk utara itu lho. Sebelahnya Matahari."
"OK buk. Lagian disini aku mau menunggu Teguh. Katanya dia mau nyusul ke sini."
"Ohh.. Jadi tadi kamu senyam-senyum tuh gara-gara Teguh yo?"
Yang begini inilah yang kadang membuat aku berpikir seolah-olah kalau ibuk tau keadaanku. Dia mampu menerka apa yang sedang aku pikirkan.
"Apa sih bukk.. Wis ah.. Sana buruan belanja. Biar cepet selesai dan bisa lekas pulang. Nih tas belanjaanya."
"Iyo iyo. Sek yo Wan. Nanti kalau dah selesai ibuk sms kamu."
"Yo buk. Hati-hati."
Handphoneku bergetar dan nada sms masuk terdengar. Pasti ini sms dari Teguh. Dan tenyata benar adanya.
Yah, tau sendiri kan bagaimana perasaan orang yang pengen ketemu sama pacar, apalagi kami dah lama ga ketemu dan ga ada komunikasi. Seneng banget deh rasanya. Kalau sekarang aku dikamar tidur, pasti aku dah guling-guling dikasur sambil meluk guling. Nyiumin guling. Hahaha.. Terkesan labil ya? Tapi ya sudahlah, emang beginilah aku. Tapi aku merasa heran, kenapa Teguh tidak menunggu dirumah saja ya? Kenapa dia pengen banget ketemu sekarang? Apakah ada sesuatu yang bener-bener penting yang ingin dia sampaikan ke aku? Apakah karena saking kangennya? Ah.. Pusing memikirkan ini. Yang penting sebentar lagi kita ketemu dan bisa ngobrol-ngobrol sebagai pelepas rindu yang sudah tak terbendung ini.
Tiba-tiba perutku terasa mules. Apa karena dawet tadi ya? Ntah lah. Yang jelas aku harus segera mengeluarkannya. Daripada kalau ditahan lama-lama bisa menimbulkan penyakit, langsung saja aku menuju ke WC terdekat. Aku berjalan agak cepat, takut keluar sebelum sampai tempatnya.
Untung saja masih banyak kamar yang kosong, jadi kotoran yang ada diperut ini bisa keluar ditempat yang seharusnya. Kalau dirumah dan pas tidak ada acara, kamar mandi dan WC adalah tempat favoritku. Selain dingin dan adem,di WC aku merasa nyaman dan dapat berpikir jernih. Kadang kedua orangtuaku suka protes, karena aku terlalu lama di kamar mandi.
Tiba-tiba terdengar suara orang mengetuk pintu dari luar dengan bersuara agak keras.
"Mas jangan lama-lama,gantian. Banyak yang antri".
"Maaf mas, ini dah selesai kok".
Langsung aja aku cebok dan menyiram WCnya sampai bersih. Setelah kurapikan celanaku, aku membuka pintu dan alangkah terkejutnya aku. Penyebabnya, orang yang berdiri didepanku adalah Teguh. Dia tersenyum manis ke arahku. Tanpa aba-aba aku langsung memeluknya.
"Heyy.. Apa-apaan ini? Ingat tempat Wannn!!!"
Walaupun dia berkata seperti itu, tapi tetep aja dia tidak berusaha menghindari pelukanku. Tapi aku langsung sadar diri sih, ternyata sekarang ini di tempat umum, bukan di kamar tidur atau tempat yang sepi. Aku langsung melepas pelukanku dan sedikit mundur. Ku amati sekelilingku, barangkali ada yang sedang melihat dan memperhatikan kami. Ah syukurlahh. Ternyata tidak ada orang lain selain kami berdua. Wc yang aku gunakan tepat berada dipojokan dan agak tersembunyi.
"Ga ada orang Guh. Amannnnn. Aku peluk lagi ya? Hehehe.."
"Hushh.. Pelukannya nanti kalau dah sampai rumah saja. Disini,ga enak, kalau ketauan orang lain bagaimana?"
"Hehehe.. Soale aku kangen bangeettt Guhh.. Eh iyaa... Kok ngerti yen aku neng WC?"
"Yo ngerti lah.. Tadi kan kita berpapasan, tapi pas aku mau nyapa kamu kita terhalang bapak-bapak yang lagi manggul karung goni. Dan kamu kelihatannya juga sedang buru-buru, makanya aku urungkan niatku. Mendingan aku ngikutin kamu. Dan yahh.. Disinilah aku menunggumu sampai selesai. Lama banget deh dikamar mandinya. Coli yaaa?"
Langsung saja aku jitak kepala Teguh. Mana ada aku coli ditempat umum. Emangnya aku cowok apaan coba? Coli disembarang tempat. Lagian aku bukan cowok yang hiper sex.
"Enak wae yen ngomong. Ngawur ah. Neng WC yo beol lah. Mesum,wae pikiran e".
Dia hanya tertawa senang mendengarkanku. Jitakanku pun juga ga dibalasnya, dia hanya mengelus-elus kepalanya saja.
"Dah ah.. Yuk kita cari tempat yang lain untuk duduk dan ngobrol. Aku pengen tau apa yang terjadi denganmu selama semingguan ini. Kamu ga tau ya kalau disini aku sangat tersiksa olehmu. Sms ga pernah dibalas. Tiap aku telpon juga ga bisa."
Kami berjalan keluar menjauhi WC mencari tempat yang agak sepi. Sambil berjalan aku ngoceh banyak hal kepada Teguh, apa yang ada dikepalaku aku keluarkan semua. Semua kerinduan dan keluh kesahku saat tidak ada kabar sama sekali dari Teguh yang berlangsung semingguan ini, aku ceritakan semua. Teguh yang berjalan di sampingku dari tadi hanya tersenyum mendengarkan ocehanku yang seakan tidak berhenti.
Tiba-tiba dia menaruh tangannya dipundakku dan berkata,"Kita ke seberang jalan aja yuk Wan. Disana bawah pohon itu sepi dan rindang. Nanti aku ceritakan semua disana."
Aku melihat ke arah ditempat yang ditunjukkan oleh Teguh. Emang iya sih, disana sepi dan lebih enak untuk ngobrol2.
"Yoh."
Kami pun menyeberang jalan yang lalu lintasnya tidak terlalu ramai. Mendekat ke arah pohon beringin yang rindang. Walapun termasuk jalan kota, tempat ini sepi dan jarang ada orang mampir duduk-duduk disini. Mungkin karena kondisinya yang agak kotor yang menjadi penyebabnya. Guguran daun-daun dan bercak-bercak putih bekas kotoran burung yang telah mengering tersebar dimana-mana.
Aku melihat ada sapu lidi yang sudah tak utuh lagi. Kuambil untuk menyapu permukaan kursi yang akan kami gunakan.
"Guhh.. Sinii. Aku pengen denger dan pengen tau kenapa kamu menghilang selama ini." Dia pun lalu berjalan mendekat dan duduk disampingku, yang sebelumnya dia berdiri bersandar di pohon beringin memperhatikanku bersih-bersih.
"Kamu sedang ada masalah po?"
Dia terlihat menghela nafas panjang. Sepertinya ada permasalahan yang cukup serius yang ingin disampaikan, tetapi dia bingung mau memulai dari mana.
"Kenapa kamu tidak menungguku dirumah saja? Kenapa kamu malah menyusulku ke pasar?"
"Hmm.. Ya karena aku harus segera mengatakan ini Wan. Aku ga mau menundanya lagi. Semakin lama aku menunda dan menyembunyikan ini semuanya darimu, aku malah semakin tersiksa dan ga tenang. Maaf kalau semingguan ini aku tidak membalas sms mu. Hape baru aku hidupkan tadi pagi. Sebelumnya emang sengaja aku matiin Wan."
"Jangan bikin aku penasaran dong Guh. Apakah ini menyangkut hubungan kita berdua?" Tanyaku dengan nada yang lirih.
Dia diam dan tidak menjawab pertanyaanku. Yang ada hanya anggukan pelan pertanda bahwa memang benar, sepertinya hubungan yang telah kami bina selama ini menemukan batu sandungan. Entah yang seperti apa bentuknya, aku belum tau. Dulu waktu awal pacaran, aku pernah bilang ke Teguh, kalau ada masalah yang menyangkut dengan hubungan kami berdua, sebaiknya lekas dibicarakan. Jangan dipendam sendiri. Daripada ditanggung sendirian, sepertinya akan lebih enteng bila masalah itu ditanggung bersama, dibicarakan bersama sampai kita menemukan jalan keluar yang terbaik.
Tadinya aku berharap kalau pas dia sampai sini, kami akan bercanda seperti biasanya. Tertawa riang dengan gembira, seakan tidak mempunyai beban masalah hidup. Yang ada hanyalah suka cita.
"Wann.. Sebenarnya.. Hmm.. Sebenarnya akuuu..."
Dan Teguh pun lari ke WC bekasnya Awan tadi.
mbok tumm....
#panggill didi @3ll0