It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hahahaha.. Emng kayanya salah judul ya.. Karena cerita selanjutnya gak terus d pesantren.. Harap di maklum ya masih pemula.. Thank's u so much.. Hehehe
Besok pasti saya update.. Untuk sekarang ceritanya saya edit sedikit biar lebih bagus.. Sabar ya mas bro.. Hehehe
Iya kali ya.. Hahaha
Siap pak..
Oke bos
Iya tu' maz brow.. Judul'y agak2 gimana gtu.. Seandai'y bisa di GANTI yaaa.. Dgn yg lebih universal (kali.. hehe) mklum'lh maz brow.. Jmn skrng.. Takuut'y setitik nila merusak susu sebelang.. Smangat yaa maz'brow lanjutttt,!!
Tapi jujur dari lubuk hati ini aku mengakui bahwa kak pian semakin mempesona bertingkah seperti itu. Tajam sorot matanya semakin menambah kharisma dalam dirinya. Aura kejantanan dan ketegasan dari seorang pria semakin keluar pada sosokya.
"Kamu sudah tau kesalahan apa yang telah kamu perbuat" kata kak pian memecah kesunyian di antara kami. Sekarang bahasa yang ia gunakan sangat sopan daripada tadi.
"Iya kak pian, gua akui berbuat salah" balasku masih ketus.
Ini pertama kalinya aku memanggil sebutan kakak untuknya.
"Kalo kamu sudah mengerti salah, harusnya sekarang tau apa yang harus kamu lakukan" jawabnya
Aku sedikit bingung dengan jawaban yang dia berikan. Apa yang harus aku lakukan sekarang ya..???
Aku mencoba berpikir sejenak mencari jawaban pada pertanyaan yang ia berikan. Akhirnya aku tahu mungkin harus melaksanakan solat subuh sesuai yang dia harapkan saat membangunkan tadi.
"Baiklah gua akan segera pergi ke mesjid untuk solat subuh. Tapi sebelumnya berikan waktu untuk membersihkan diri" ujarku memberi jawaban pada pertanyaan kak pian.
Tampaknya kak pian kembali terpacu emosi mendengar jawaban dariku yang di nilainya masih bernada kurang sopan. Terlihat dari tangannya yang mengepal seolah olah siap untuk meninju.
"Bukan itu maksud saya seharusnya orang yang mengaku salah itu meminta ma'af atas perbuatannya, dan berjanji tak akan mengulanginya" jawab kak pian masih mencoba menahan emosi.
Aku sedikit kaget mendengar penuturannya. Jadi itu yang di harapkan dirinya.
"Gua mau minta ma'af asalkan kak pian juga mengakui kesalahan dan meminta ma'af karena tadi membangunkan orang secara tidak sopan." Timpalku gak mau mengalah.
"Baiklah saya minta ma'af atas kesalahan tadi dan saya berjanji hal itu tak akan terulang lagi" jawaban tegas kak pian.
Duuuug.. Rasanya terpukul sekali dada ini mendengar perkataan kak pian. Tadinya aku pikir kak pian tidak bakalan mau melakukan hal itu karena dirinya merasa senior di pondok ini. Sama seperti halnya yang terjadi di sekolah sekolah lain bahwa senior selalu benar. Tapi kak pian mau mengatakan itu dan menurunkan sifat egois seorang senior. Hal ini semakin menambah rasa salutku pada dirinya.
"Ma'af" jawabku pendek masih tetap mempertahankan harga diri.
"Ya sudahlah daripada kesabaran saya habis. Sekarang kamu mandi dan pergi ke mesjid, tapi saya harap kamu harus mengikuti solat berjamaah subuh ini. Saya tidak mau menerima alasan apapun yang kamu berikan. Kalau sampai telat saya akan menambah hukuman kepadamu. Dan saya akan tunggu kamu di mesjid nanti" kata kak pian setengah mengancam sambil mengepalkan tangannya dan beranjak pergi.
Haduuuuuuuuh..
Dengan setengah berlari aku masuk kamar mengambil semua peralatan mandi. Setelah semua di dapat kembali berlari tidak karuan menuju kamar mandi. Karena tergesa gesa di tengah jalan hampir aja aku terjatuh ke lantai tapi untungnya bisa ku tahan. Tiba di kamar mandi entah pikiran licik darimana mendadak ada ide "sudah jangan mandi saja". Ku urungkan niat mandi dan berlari lagi menuju kamar.
Bergegas aku pakai baju koko kain sarung dan kopeah di kepala dengan tergesa gesa. kegiatan selanjutnya berlari dan berlari terus menuju mesjid. Sambil menuruni tangga pondok aku berpikir jangan sampai hukuman yang di berikan kak pian bertambah. Sudah cukup satu hukuman saja yang dia berikan dan aku gak mau lagi berurusan sama yang namanya kak pian.
Dengan berlari sekencang kencangnya akhirnya sampai juga di depan mesjid. Dari kejauhan ku lihat para jama'ah tengah berdiri bersalam salaman sambil menyanyikan shalawat.
Dan itu pertanda bahwa solat telah usai............
Menurut kamu lanjutannya lebih suka pke tata bahasa yang mana..