It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Sepertinya mimpi buruk semalam memang pertanda buruk. Untungnya bukan untukku Kevin, sepertinya untukku..
Memang naasku hari ini. Aku tertawa sendiri membayangkan aku di serempet mobil tadi hanya karena ingin menolong seekor anak anjing. Anak anjing yang kini ada di pelukanku sekarang. Kasihan, anak anjing ini dibuang dengan diisi dalam sebuah karung goni yang sudah usang. Beruntung aku mendapatinya tepat beberapa detik sebelum sebuah mobil mewah menggilasnya. Anak anjing ini masih beruntung. Yah, sebagai gantinya aku mendapat dua lecet besar masing-masing di lengan kiriku dan di kaki kananku. Yang agak parah adalah sepertinya satu atau dua tulang rusukku retak karena menghantam bahu jalan saat berusaha menghindarkan diri dari terjangan mobil.
Aku tak sepenuhnya merugi, karena memang sejak lama mendambakan seekor anak anjing. Tapi tak pernah kesampaian membelinya. Setiap niat membeli, tak pernah ada yang cocok di hati.
Aku beruntung, orang yang menyerempetku tadi mau bertanggung jawab. Dia seorang berada di dalam mobilnya, mobil yang hampir menabrakku tadi.
Dia seorang wanita, mungkin usianya seumur kak Leo. 25 tahunan. Terlihat begitu cantik dengan setelan pakaian kerjanya. Rambutnya hitam panjang bergelombang. Kalau tidak salah, dia tipe cewek kak Leo sekali.
"A..ah... Iya kak, sudah merepotkan tapi saya belum memperkenalkan diri. Saya Kenny kak, Kenny Ardian." Aku berusaha mengulurkan lenganku untuk menyalami kakak cantik didepanku ini, tapi rusukku yang patah terasa nyeri sekali.
"Aduh, sudah jangan banyak gerak dulu, dek. Dari situ aja. Nama saya Mulan, Mulan Ananda Rotinsulu." Jawabnya sambil raut yang masih terlihat khawatir. "Dan saya masih minta maaf sebesar-besarnya dengan naas yang menimpamu itu. Sa..saya benar-benar kehilangan konsentrasi tadi." Kak Mulan seperti ingin menangis.
"Aduh kak, tak usah terlalu di pikirkan. Ini memang udah nasib saya. Saya... sangat menyukai anjing. Apalagi anak anjing ini sangat lucu, saya heran ada orang yang mau dan tega membuang anak anjing sebagus dan secantik ini."
"Hmmp, saya berjanji akan menanggung semua menanggung dan memonitor proses penyembuhanmu sampai tuntas. Tadi kamu bilang sangat terasa sakit di bagian dada? A...apa ada yang patah?"
"I..iya kak, mungkin beberapa rusuk di sini." Ujarku sambil meringis kecil menahan sakit.
Kak Mulan menghela nafas, lalu fokus kembali menyetir. Kecepatan mobil ditambahnya.
Drrtt... Drrtt...
Ponselku bergetar. Kevin. Ah iya, seharusnya aku sudah di kampus sekarang. Mengikuti ujian mata kuliah Struktur Baja dengannya.
"Halo..."
"Halo Ken? Hey, kamu dimana sih? Sepuluh menit lagi Bu Rita tiba, kamu nggak mau ikut ujian?"
"I...Itu Kev, hmm..." Aku merenung sebentar, kalau aku bilang yang ku alami pagi ini, Kevin pasti akan segera meninggalkan ujian dan menyusulku ke rumah sakit, tidak boleh. Dia harus ikut ujian itu.
"Aku ada urusan mendadak sama kak Leo. Nggak bisa ditinggalin."
"Yah... Terus ujian kamu?"
"Hmm, apa boleh buat. Nanti aku coba menghadap langsung Bu Rita deh, kebetulan juga kan dia dosen wali aku Kev."
"Aduh, panjang umur tu ibu-ibu di omongin udah datang aja. Huh, ya sudahlah. Nanti kalau udah selesai kabarin aku loh, Ken?"
"Siap bos!"
Kevin kemudian memutuskan sambungan telepon.
"Kok bohong Ken?" Cetus Kak Mulan.
"Ah, itu kak. Sahabat aku, dia mau ujian. Nanti kalau aku bilang keadaanku sekarang pasti dia bolos deh, langsung nemuin." Ujarku jujur.
"Ah gitu ya. Eh, kita udah sampai ini. Kamu masih bisa jalan sendiri nggak?"
"Masih bisa kok kak."
"Ah iya, the puppy. Hmm, sama kakak aja sini. Kan kotor tuh, kakak bawa pet salon dulu baru di balikin ke sini sama kamu."
"Wah, bener kak? Aduh, makasih banyak yah kak."
"It's a pleasure, kid. Yang penting sekarang kamu sembuh dulu."
*
30 menit kemudian...
"Tidak sampai patah kok, mas... mbak... Cuma retak aja, kecuali itu dan lecet-lecet di luar ini nggak ada yang perlu di khawatirkan." Ujar dokter dengan ramah.
Aku dan kak Mulan sama-sama menghembus nafas lega.
*
Aku hanya butuh mengurangi kegiatan berat untuk beberapa minggu. Yah, sepertinya urusan kuliahku akan terbengkalai selama masa itu. Tapi tak apalah, kalau dipaksakan justru akan lebih lama lagi sembuhnya.
Kak Mulan mengantarku kembali ke rumah setelah menebus beberapa obat untuk pemulihanku di apotik.
"Halo Nathan, iya. Maaf kakak agak telat hari ini, ada urusan sedikit. Kamu sudah makan kan?... Ok bagus, masih ditemani... Oh, gitu... Ya udah kakak segera datang limabelas menit lagi. Ok dear."
"Adiknya ya kak? Ah iya berhenti di depan kak, yang pagar hijau tua itu rumahku." Tanyaku ingin tau. Kak Mulan menghentikan mobil tepat di depan rumahku.
"Iya, sebenarnya dia juga di rawat di rumah sakit tadi. Masih dalam proses pemulihan dari kecelakaan sebulan lalu."
"Ya ampun kak, a...aku minta maaf."
"Kamu tak perlu minta maaf lah, kesembuhan kamu juga tanggung jawab kakak juga. Oh iya, sini hape kamu, kakak minta nomor kamu. Supaya bisa kakak kontrol perkembangannya." Kak Mulan meraih ponsel dari genggamanku.
"Aduh kak, nggak perlu segininya juga kali kak. Aku udah baik-baik aja. Yang kakak lakukan udah lebih dari cukup. Aku udah terima kasih banyak sama kakak."
"It's fine Ken..." Ujarnya sembari menyerahkan kembali ponselku yang sudah ia simpankan nomornya, dan di panggilkan ke ponselnya. "Kakak hubungi lagi nanti, eh... kamu nggak tinggal sendiri kan di rumah sebesar ini?" Ujar Kak Mulan seraya melirik ke arah rumahku.
"Sampai besok malam sih aku sendirian kak, soalnya mama dan papa lagi tugas di luar kota. Aku punya satu kakak laki-laki, dia balik besok malam dari Batam. Dia konsultan proyek konstruksi baru kak." Kak Mulan menuntunku yang belum boleh terlalu banyak bergerak keluar dari mobil dengan perlahan.
"Ah, lulusan teknik sipil ya?"
"Iyah kak, aku juga akan menyusul dia mungkin setahun dua tahun lagi. Amin."
"Wah hebat nih. Amin, kakak doain juga. Ya sudah, kakak permisi dulu ya. Nathan nggak ada yang jagain di rumah sakit. Nanti kalau ada apa-apa, langsung hubungi kakak ya?"
"I-iya kak, tak perlu terlalu khawatir." Sahutku agak risih. Kebaikannya sungguh luar biasa.
Ekor mataku mengikuti mobil kak Mulan sampai menghilang berbelok di ujung jalan. Aku pandangi anak anjing tadi yang kini sudah berada dalam box kecil dari pet salon. Sudah bersih dan wangi. Jarang sekali jaman sekarang ada orang sebaik kak Mulan.
Mungkin karena dia juga punya adik laki-laki seumurku. Aku tersenyum seraya melangkah perlahan memasuki rumah. Hari ini tak sepenuhnya kelabu.
"Ken!!! Apa yang... Ya Tuhan! Apa yang terjadi sama kamu!"
Yeah, i thought this would happen. Kenny yang baru tiba di rumahku segera berhamburan saja mencapaiku saat matanya jelas mendapati tubuhku dalam kondisi babak belur begini.
"Hehe, hanya sedikit sial di pagi hari."
Raut khawatirnya terlihat jelas. Ia memperhatikan sekujur tubuhku dari ujung rambut sampai kaki.
"Bagaimana kejadiannya?"
"Sebenarnya ini salahku juga... tadi..."
Singkatnya aku kemudian menuturkan kembali bagaimana semua ini terjadi pada Kevin. Bagaimana aku tertabrak hingga di tolong kak Mulan kemari.
Aku hanya tersenyum menanggapi betapa sewotnya Kevin yang mengomeliku tanpa henti.
"Jadi... Kamu sampai babak belur begini cuma karena nolongin anak anjing ini? Ya Tuhan..."
"Hehe, tapi kamu lihat deh... dia lucu sekali kan? Aku tak rugi sepenuhnya."
*
Aku terbangun malam hari merasakan dada bagian kiriku sakit sekali. Seperti koyak dari dalam. Ada apa ini? Padahal sampai sebelum tidur tadi sakitnya sudah jauh berkurang. Terasa jauh lebih nyaman lagi dengan obat yang diberikan tadi pagi.
Tapi sekarang, aku sampai menahan nafas merasakan sakit yang teramat sangat. Menjalari dada bagian kiriku. Dapat kurasakan airmataku keluar dengan sendirinya, sakit ini sungguh tak tertahankan.
"Ke...Kevin... Kevin..."
Kevin yang tidur di sofa sepertinya terlelap sangat dalam. Aku berusaha membangunkannya dengan seruan-seruan kecilku. Sambil menahan sakit yang begitu menusuk.
"Kevin... Tolong..."
Rasa sakit yang mengguncangku ini perlahan membawa pergi kesadaranku. Rasa sakit ini perlahan menghilang seiring pandanganku yang kian gelap. Kian gelap hingga aku tak bisa melihat apapun. Dapat kudengar dengan samar seruan Kevin yang berusaha membangunkanku...
"Ken?! Kenny? Kamu kenapa? Ada apa....."
Sebelum kesadaranku sepenuhnya hilang.
*
"Ken... Kenny?"
"Kenny? Bangun dek... Ini kakak dek, Kev ayo panggilkan dokter.”
Perlahan mataku terbuka, rasanya tubuh seperti tak bertulang saja. Letih sekali. Pendengaranku disambut dua suara lelaki. Yang ku kenal dengan baik keduanya.
Mindaku memutar kembali apa yang terjadi padaku sebelumnya. Kecelakaan kecil, sampai kehilangan sadarku semalam.
"Kak... Kevin."
Sudah ada kak Leo dan Kevin di sampingku. Aku coba tersenyum walau sisa-sisa rasa sakit itu masih menyerang walau tak seintens sebelumnya.
“Kak haus…” Tenggorokanku rasanya kering sekali.
“Haus dek, se…sebentar, ini airnya.” Kak Leo memberikan air putih lewat sedotan ke mulutku.
Tak lama berselang Kevin datang dengan seorang dokter dan suster. Suster mengecek kembali infus, dan tranfusi darah yang di pasangkan padaku. Dokter mengecek suhu tubuhku, juga memeriksa dadaku dimana lokasi luka tadi.
“Syukurlah mas Kenny sudah sadar, ini lebih cepat dari perkiraan kami. Pak Leo, kondisi adik anda sudah terkendali sekarang. Tapi tolong kalau bisa untuk beberapa hari ke depan mas Kennynya harus di rawat inap dulu untuk di pantau. Jangan sampai ada infeksi. Tapi overall, pemulihannya sudah bagus.”
Kak Leo menghela nafas berat, lalu tersenyum dan berterima kasih pada pak dokter. “Terima kasih, dok.”
“Kalau begitu kami permisi dulu, semuanya. Kalau ada perkembangan langsung hubungi kami.”
“Iya dok, terima kasih.”
Ku pandangi Kevin di samping kak Leo, seperti ini berlaku banyak. Memberikan perhatannyannya, tapi semua tertahan karena keberadaan kak Leo. Kak Leo belum tahu seperti apa hubungan kami. Bahkan kenyataan bahwa aku juga menyukai sesama lelaki. Aku belum berani mengutarakannya. Aku coba tersenyum, mengisyaratkannya untuk sedikit bersabar.
Tenggorokanku terasa lumayan membaik setelah menelan beberapa mililiter air dari sedotan itu.
“Kevin udah cerita semuanya, apa yang terjadi sama kamu kemarin. Oh ayolah dek, ini kebiasaan kamu sejak kecil. Ini bukan yang pertama kamu celaka cuma gara-gara menyelamatkan anak anjing.”
“Hmmp, aku nggak bisa kak. Kalau terlambat sedetik saja, anak anjing itu pasti sudah mati. I can’t let it.”
“Gosh, pokoknya lain kali lebih hati-hati. Lagian kenapa tidak pakai mobil ke kampusnya?”
“Lagi di bengkel kak mobilnya, niatnya mau naik bus dekat situ. Tapi nemu anak anjing lucu itu.”
Kak Leo menyuapiku sarapan setengah jam kemudian. Kevin dengan susah hati pamit untuk mengikuti kuliah. Aku melarangnya bolos dengan sangat hanya untuk menjagaiku di rumah sakit. Lagipun ada kak Leo yang menjagaku.
Pintu ruanganku di ketuk beberapa menit setelah Kevin pergi. Kak Mulan.
“Kenny! Ya Tuhan… Kenapa bisa seperti ini lagi. Bukannya kemarin sudah membaik.” Seru Kak Mulan gusar, mendekati kami. Lalu kemudian sedikit salah tingkah menyadari kalau aku tak sendiri di ruangan ini, ada kak Leo.
Kak Leo mengernyit ke arahku lalu berbisik, “Girlfriend?”
“Kenny udah nggak apa-apa kok kak Mulan, kemarin tengah malam nggak tau kenapa kumat lagi sakitnya, sakit banget! Tapi udah di tangani kok, katanya di operasi kecil tadi.”
“Operasi?” Kak Mulan makin terperanjat.
“Cuma… Aww…” Tiba-tiba nyerinya menyerang sejenak, menghentikan ujaranku.
“Ehm, kata dokter ada inner bleeding skala kecil di lokasi luka dalamnya, darahnya nekan sobekan di luka itu makannya Kenny kesakitan. Operasinya buat ngeluarin gumpalan darah itu. Udah kok, udah aman… Mmm, anyway anda…”
“Aa… I…ini kak Mulan kak, kenalin… kakak ini yang nyerempet aku kemarin pagi.”
Seketika raut wajah kak Leo berubah, sebelum ku lanjutkan kalimatku.
“Tapi, kak Mulan bertanggung jawab atas semuanya kak sejak kemarin. Pengobatanku, sampai di antar pulang ke rumah lagi kak. Tolong jangan dimarahi ya kak.”
“Sa…saya sangat menyesal, saya minta maaf atas keadaan adik anda. Saya tidak menyangka akan separah ini.” Kak Mulan tak kuasa menahan tangis.
Aku agak jengah dengan suasana ini, diam untuk beberapa saat. Aku juga bingung harus berujar apa.
Kak Leo menarik nafas dalam-dalam, lalu berujar.
“Hmmp, yang terpenting kondisi Kenny sekarang sudah baik-baik saja. Saya tidak mempermasalahkannya lagi.”
“Sa…saya berjanji akan menangani segala biaya pengobatan adik anda. Saya, saya juga punya seorang adik, dengan kondisi yang tak jauh beda dengan Kenny sekarang. Saya sangat menyayangi dia, saya tidak bisa memaafkan diri saya jika sampai ada adik orang lain yang bernasib sama dengan adik saya, dan itu karena kelalaian saya.”
Kak Mulan berujar panjang, kali ini ku tangkap sorot mata Kak Leo yang terpaku menatap Kak Mulan. Aku tersenyum dengan hati berfantasi andai mereka berdua menjadi sepasang kekasih.
@greenbubles
@YANS FILAN
@Zazu_faghag
@Agova
@doel7
@Beepe
@TigerGirlz
@Lonely_Guy
@amira_fujoshi
@kleetonriver
@bumbellbee
@jacksmile
@Adityaa_okk
@d_cetya
@Joewachecho
another short update...
told you
coz its so hard to find a free time to write
yap
Kalo itu terjadi aku bakalan cemplungin kevin kelaut biar dimakan cebong
kenny sama kevin aja, ngapain juga kevin balik lagi ma jonathan yg jelas2 ninggalin dia demi orang lain,huh