It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
terenggut saat hujan malam hari.
Pemberontakan PETA terhadap NIPON banyak merenggut para
saudara seperjuanganku.
Aku tergabung dalam tim medis dan pelajar saat masuk
Mojokerto
Karena kepiawaianku akan bahasa asing yang fasih dan ilmu
medis yang sedikit aku gandrungi.
Disinilah aku sekarang, sama seperti mereka membela ibu
pertiwi
28 bulan lamanya tergabung dengan bendera Negara sakura, dan
kemudian menghimpun kekuatan untuk bergerilya di medan
kematian dengan cara kami
Aku dan sebagian kawan sejawatku hidup dalam pengabdiaan,
kesatria bayangan yang bahkan nama tak di perbolehkan untuk
kita sendiri.
Penyamaran dan Pergerakan bawah tanah
Setelah bulan Juli Bpk. Ir Sukarno dan Pak Hatta tak punya pilihan lain selain bersandiwara
Pilihan satu-satunya yang dimiliki Soekarno dan Hatta adalah pura-pura bekerja sama dengan Jepang. Tujuan akhirnya, sudah tentu, bukanlah untuk mendukung Jepang, melainkan untuk mendapatkan kemerdekaan untuk Indonesia. Belakangan, Belanda yang kembali akan mencoba untuk menuduh Soekarno sebagai kolaborator Jepang guna mendapatkan dukungan Inggris dalam menghadapi republik Indonesia yang baru terbentuk.
Sjahrir memimpin gerakan di bawah tanah dari rumah kakak perempuannya di Cipanas, dekat Bogor. Informasi seringkali dan dengandiam-diam dibagikan Soekarno, yang me ndapatkannya dari lingkaran dalam Jepang, dan Sjahrir.
Aku sendiri menjadi anggota Pak Sjahrir menyusup ke sistem kepemerintahan Jepang di Batavia
___________________________________________________________________________________________________________________________________________
Dan disinilah dimulai kesalahanku, dia opsir Simuto asst Jenderal Besar Jepang,Pria pendiam yang tak murah senyum itu lebih sering membungkukkan badan beberapa kali saat berhadapan langsung dengan jenderal besarnya itu.
Aku di percaya sebagai secretary bagian pencataan. Karena fasihnya dalam berbahasa Negeri kincir angin seberang benua itu.
Sering acap kali aku lihat Jenderal besar mengebrak gebrak meja, saat asst nya itu memberi laporan harian.
Aku terpisah dengan Ridwan dan Andy saat di putuskan harus bergabung dengan gerakan bawah tanah ini.
Mereka berdua berjuang di Nusantara Jawa bagian timur dengan himpunan PETA lainnya.
7 bulan setelah perpisahan kami dari dermaga perak kota suro itu, waktu mempertemukan kita lagi di Surabaya.
Ridwan dan Andy saat itu tergabung dalam polisi rahasia naungan NIPON,Meski jelas tujuan Kami sama saat itu, kemerdekaan Indonesia.
Masih teringat betul waktu itu, Andy berhambur ke pelukanku saat orang yang di depannya adalah aku
Sedangkan Ridwan bisa terlihat olehku sirat kegembiraan dari wajahnya, ia menyalamiku haruKami sempat satu missi selama beberapa bulan disana.
Andy terlihat lebih dewasa dan gagah, sedangkan Ridwan dia bertambah kharismanya menjadi pria yang mungkin di idam idamkan banyak kaum hawa.
Aku masih saja kikuk dan takluk oleh angkuhnya wajah Ridwan, terasa waktu bergerak lamban dan memperlihatkan betapa mempesonanya dia acap kali kita berkesempatan untuk baku cakap.
Dan dari semua yang terjadi aku masih bisa berterimakasih pada nasib yang menbawaku pada semua kesialan yang terselip hal seindah ini
Pernah kah kalian menyadari bahwa setiap hal sekecil apapun itu tak lepas dari rencana Sang Pencipta,
Dan bahwa kesialanku saat harus pergi dari tanah dimana aku dilahirkan dan di besarkan, berpisah dengan mereka yang aku cintai dan mereka yang menyayangiku.
Akan terselip haru biru kebisingan kecil akan kegembiraan di tengah belantara maut yang siap menjemput...Keluarga baru yang bahkan tak pernah aku sangka sebelumnya.
terenggut saat hujan malam hari.
Pemberontakan PETA terhadap NIPON banyak merenggut para
saudara seperjuanganku.
Aku tergabung dalam tim medis dan pelajar saat masuk
Mojokerto
Karena kepiawaianku akan bahasa asing yang fasih dan ilmu
medis yang sedikit aku gandrungi.
Disinilah aku sekarang, sama seperti mereka membela ibu
pertiwi
28 bulan lamanya tergabung dengan bendera Negara sakura, dan
kemudian menghimpun kekuatan untuk bergerilya di medan
kematian dengan cara kami
Aku dan sebagian kawan sejawatku hidup dalam pengabdiaan,
kesatria bayangan yang bahkan nama tak di perbolehkan untuk
kita sendiri.
Penyamaran dan Pergerakan bawah tanah
Setelah bulan Juli Bpk. Ir Sukarno dan Pak Hatta tak punya pilihan lain selain bersandiwara
Pilihan satu-satunya yang dimiliki Soekarno dan Hatta adalah pura-pura bekerja sama dengan Jepang. Tujuan akhirnya, sudah tentu, bukanlah untuk mendukung Jepang, melainkan untuk mendapatkan kemerdekaan untuk Indonesia. Belakangan, Belanda yang kembali akan mencoba untuk menuduh Soekarno sebagai kolaborator Jepang guna mendapatkan dukungan Inggris dalam menghadapi republik Indonesia yang baru terbentuk.
Sjahrir memimpin gerakan di bawah tanah dari rumah kakak perempuannya di Cipanas, dekat Bogor. Informasi seringkali dan dengandiam-diam dibagikan Soekarno, yang me ndapatkannya dari lingkaran dalam Jepang, dan Sjahrir.
Aku sendiri menjadi anggota Pak Sjahrir menyusup ke sistem kepemerintahan Jepang di Batavia
___________________________________________________________________________________________________________________________________________
Dan disinilah dimulai kesalahanku, dia opsir Simuto asst Jenderal Besar Jepang,Pria pendiam yang tak murah senyum itu lebih sering membungkukkan badan beberapa kali saat berhadapan langsung dengan jenderal besarnya itu.
Aku di percaya sebagai secretary bagian pencataan. Karena fasihnya dalam berbahasa Negeri kincir angin seberang benua itu.
Sering acap kali aku lihat Jenderal besar mengebrak gebrak meja, saat asst nya itu memberi laporan harian.
Aku terpisah dengan Ridwan dan Andy saat di putuskan harus bergabung dengan gerakan bawah tanah ini.
Mereka berdua berjuang di Nusantara Jawa bagian timur dengan himpunan PETA lainnya.
7 bulan setelah perpisahan kami dari dermaga perak kota suro itu, waktu mempertemukan kita lagi di Surabaya.
Ridwan dan Andy saat itu tergabung dalam polisi rahasia naungan NIPON,Meski jelas tujuan Kami sama saat itu, kemerdekaan Indonesia.
Masih teringat betul waktu itu, Andy berhambur ke pelukanku saat orang yang di depannya adalah aku
Sedangkan Ridwan bisa terlihat olehku sirat kegembiraan dari wajahnya, ia menyalamiku haruKami sempat satu missi selama beberapa bulan disana.
Andy terlihat lebih dewasa dan gagah, sedangkan Ridwan dia bertambah kharismanya menjadi pria yang mungkin di idam idamkan banyak kaum hawa.
Aku masih saja kikuk dan takluk oleh angkuhnya wajah Ridwan, terasa waktu bergerak lamban dan memperlihatkan betapa mempesonanya dia acap kali kita berkesempatan untuk baku cakap.
Dan dari semua yang terjadi aku masih bisa berterimakasih pada nasib yang menbawaku pada semua kesialan yang terselip hal seindah ini
Pernah kah kalian menyadari bahwa setiap hal sekecil apapun itu tak lepas dari rencana Sang Pencipta,
Dan bahwa kesialanku saat harus pergi dari tanah dimana aku dilahirkan dan di besarkan, berpisah dengan mereka yang aku cintai dan mereka yang menyayangiku.
Akan terselip haru biru kebisingan kecil akan kegembiraan di tengah belantara maut yang siap menjemput...Keluarga baru yang bahkan tak pernah aku sangka sebelumnya.
Sebenarnya tak boleh saya berjanji lagi kepada kawan.
Sebab tiap - tiap kali aku berjanji, tiap-tiap kali itu juga terasa kepadaku betapa sukarnya menepati janji. Kesukaran ini terasa lagi sekali ini hendak bercerita pendek tentang "Setangkai kembang melati". Kawan, ah, betapa bagusnya dan indahnya cerita pendek itu sudah ada dalam kalbuku. Tetapi kebagusan dan keindahannya lebih menyukarkan lagi saat hendak menjelmakannya.
Cobalah lihat kawan sebuah gedung yang besar dan mengagumkan. Tak boleh tidak gedung itu kepunyaan seorang kaya.Siapakah orang kaya itu, tak tahu saya, dan kawan pun tidak usah mengetahui pula. Yang penting ialah halamannya yang penuh dengan bunga-bungaan dari pelbagai warna. Cobalah lihat kawan, warna dari pelbagai corak. Merah tua, merah muda, merah yang bercampurkan kuning dari berbagai warna. Tetapi di sudut halaman itu ada sebuah prieel dan inilah yang menjadi pusat cerita pendek ini. Sebab di dalam prieel itu terdapat sebuah meja yang dikelilingi oleh sebuah bangku dan dua buah kerosi. Di atas bangku dan kerosi itu berganti - ganti orang duduk. Bukan hanya orang yang bertinggal di rumah itu, tetapi orang lain pun turut duduk di atas kerosi itu. Di keempat penjuru rumah kecil tumbuh pohon kembang melati.
Dapat kawan membayangkan kembang melati yang tumbuh? Pernahkah kawan melihat dan meneliti kembang itu?
Pernahkah kembang melati itu menjadi sebuah pintu atau jendela yang memberi pemandangan kepada sesuatu dunia yang lain?Tidak? Ah, betapa miskin kawan. Bagi saya kini bunga melati itu bukan saja menjadi pintu atau jendela ke alam yang lain, baik alam zaman yang silam, baik alam perubahan zaman sekarang, maupun alam masa yang akan datang, tetapi kembang melati itu menunjukkan pula jalan kepada Tuhan, dan juga kembang melati itu seolah - olah sesuatu yang melayangkan pesan kepada tiap - tiap umat bangsa Indonesia, yang mencintai Indonesia sebenarnya-benar sebagai tanah airnya, yang harus dijunjung tinggi, yang harus dibangga-banggakan, yang meminta kurban kepada yang mencintainya, kurban berbagai perasaan, sebagai perasaan yang mengikat kita kepada main kerabat, perasaan yang mengikat kita kepada daerah serta kaum segolongan.
Semuanya itu seolah-olah dimintanya untuk dikurbankan kepadanya.Jangan pikir panjang, jangan timbang-menimbang lagi, jangan memikirkan nasib kita masing -masing di masa yang akan datang, sebab dengan memikirkan nasib kita masing-masing itu, nasib tanah air kita Indonesia bersama, tidak diperdulikan. Dengan demikian terlantar pula kedudukan Indonesia di tengah-tengah negeri yang lain.
Sekalipun banyak yang telah Kulihat, serta kudengar, yang menjadi sumbangan perasaanku tetapi tidak berubah sedikit jua aku. Perhiasan ku tetap putih suci bersih, dan pakaianku tetap hijau. Mulai apabila kami ada di tengah - tengah kamu, tak dapat pastikan benar. Yang hanya kami tahu benar-benar, ialah bahwa sejak dulu-kala, kamu kurang sekali memperdulikan kami sehingga perhubungan kita tidak begitu rapat.
Dari sebab itu tak dapat kita bersama-sama membentuk jembatan gantung persatuan, yang menghubungkan hati dengan hati. Karena tak ada perhubungan itu, maka lupalah kamu akan kewajiban yang suci akan tanah airmu. Untung sekali bukan semuanya di antara kamu yang melupakan kami. Di antara kamu yang sempat memandang jauh daripada warna kami yang putih hujau itu, ialah seseorang yang sudah tidak ada di antara kamu dewasa ini.
Beginilah katanya tentang kami,
"Meskipun orang Eropah tidak begitu menghargai kembang melati, oleh karena rupanya tidak begitu cantik dan baunya kurang semerbak, tetapi kembang itu yang mengikat saya dengan Indonesia. Apabila saya melihat kuntum itu dimana jua pun, di mata saya terbayanglah kepulauan Indonesia yang cantik manis itu, yang laksana seorang bidadari yang berhiaskan emas berlian, berjalan tergontai-gontai di dalam khatulistiwa itu.
Waktu saya masih dalam buaian, kembang melatilah yang
ditaburkan di tempat ketiduran saya, dan apabila saya
menangis, dengan kembang melati saya dibujuk. Ibu saya
berhias dengan kembang melati, sanggulnya bertahtakan kembang
itu, Apabila bau-baunya ini melintas di hidung saya, Tandanya
ibu saya sudah dekat tiba.
Teman sejawat saya membanggakan dalam bermain-main di dalam
kebun, dan waktu kawin, kembang itu jugalah yang dipersunting
dan ditaburkan di tempat yang dilalui mereka.
Di waktu suka dan duka, kembang melati tidak bercerai-cerai
dengan kita.
Bukankah di atas pusara kita, kembang itu juga yang
ditaburkan.....?
Dari itu, saya mencintai tanah tempat tumbuhnya:
Indonesia!"
Kini tahulah kamu bahwa kamilah yang mengikat almarhum dengan
Indonesia. Kamilah yang menjadi jendela yang terbuka baginya
yang dapat melukiskan dan membayangkan keindahan kepulauan
Indonesia. Rupa dan warna kami putih hijau yang sederhana
baginya, laksana seorang bidadari yang berhiaskan emas
berlian. Bagi kamu masing - masing tentu saja berlain-lainan
lukisan yang tampak di balik rupa dan warna kami. Tetapi
tiap-tiap lukisan itu tidak lain timbulnya daripada cinta
kepada sesuatu yang senantiasa tersembunyi di dasar kalbu.
Barang siapa yang terikat kepada tempat tinggalnya atau
daerahnya, tak dapat tidak kami menimbulkan gambaran
tempat yang mengikat hatinya. Dan bagi barang siapa yang
cinta kepada ibu atau kekasihnya, maka kami seolah-olah
menjadi layar putih gambar hidup yang melakonkan peristiwa-
peristiwa yang berhubungan rapat dengan yang dikasinya itu.
Tetapi barang siapa yang perasaan cintanya hanya di lahirkan
kepada tanah airnya semata-mata, maka kami bukan membayangkan
kecantikan kepulauan Indonesia semata-mata, tetapi juga riwayat kemajuannya serta kisah penderitaannya.Dan apabila bau kami yang harum iyu memenuhi sesuana alam perasaan kamu, niscaya turut terasa juga kemajuan dan penderitaan itu.
Ah, tak dapat tidak kamu akan hanya mengetahui kemajuan serta kesenangan dan Kesukaran yang dialami oleh kepulauan Indonesia, tetapi akan turut merasakannya, sebab di dasar tiap-tiap jiwa kamu tak dapat tidak tersimpan berbagai -bagai perasaan yang dialami oleh kepulauan Indonesia pada empat puluh abad yang lampau, ketika suatu bangsa segolongan demi segolongan meninggalkan Hindia Belakang, menuju, lalu menempati kepulauan Indonesia seluruhnya, bercampur dengan penduduk asli, yang masih " percaya kepada makhluk-makhluk yang halus itu diam di khayangan, di gunung, pohon, batu besar dan lain-lain. Nenek moyang disamakan dengan dengan hiyang" pada ketika itu sudah kami menghiasi kepulauan Indonesia dengan rupa kami yang nampak kepada kamu sekarang ini, demikian juga dengan bau yang menimbulkan kenangan susah dan senang.
Ah, betapa sukarnya kami hendak menceritakan segala sesuatu yang kami alami bersama-sama dengan nenek moyang kamu, yaitu dengan alat perkataan yang kamu pergunakan sekarang ini.
Tetapi kami bukan manusia serupa kamu, kami tak dapat berkata-kata serupa, selancar dan secepat kamu dewasa ini, Sekalipun kekosongan yang terbanyak diucapkan. Kami hanya dapat memperlihatkan warna kami yang sederhana, warna hijau dan putih, ialah pengharapan dan kesucian yang menjelma di dalam bau kami yang harum.Pesan yang kami bawa dari zaman yang lampau ialah terjelma di dalam bau kami yang harum dan warna sederhana itu. Pandangilah dan ciumilah kami, Pandangilah dan ciumilah kami berkali-kali, sebab Kami tak akan menjemukanmu. Sebab yang abadi itu tetap kekal, tidak berubah dan selamanya dicintai oleh jiwa yang abadi pula. Ciumilah sekali lagi, dan keharuman kami akan membawa kamu kembali ke zaman yang sudah dua puluh abad telah berlalu.
Maka diwaktu itu datanglah bangsa dari Hindia Hadapan mengunjungi kepulauan Indonesia, membawa kebudayaannya yang ditimbulkan oleh kepercayaan kepada dewa-dewa.
Maka bercampurlah mereka itu dengan penduduk kepulauan Indonesia di beberapa tempat. Maka timbullah kerajaan berturut-turut yang berdasarkan kebudayaan bangsa pendatang baru itu. Di masa itu berbagai-bagailah candi yang didirikannya, ada yang kecil dan ada yang besar.Oleh semangatnya yang dibulatkan kepercayaan kepada dewa-dewa, maka terciptalah Borobudur, salah satu keajaiban dunia.
Diwaktu mendirikannya kami hanya dapat menyumbang dengan bau kami yang harum dan dengan rupa dan warna kami yang sederhana. Seringkali beberapa di antara kami dipetiknya, rupanya untuk melepas lelahnya, tetapi sesudah itu ditujukannya segala tenaganya. kepada pekerjaannya masing-masing. Yang. Mengangkat batu. Tetap mengangkat batu, yang memahat patung tetap memahat patung. Yang mengatur pekerjaan tetap mengatur pekerjaan. Dalam pada itu tak ada saya dengan mereka itu berkumpul-kumpul, bercakap-cakap dengan panjang lebar, sebab perhatiannya semata-mata ditujukannya pada pekerjaannya masing-masing. Dan. Sebuah Borobudur itu siap didirikannya, maka didirikannya sebuah lagi. Dalam pada itu berganti-gantian berbagai-bagai kerajaan. Kejatuhan yang satu berarti timbulnya yang baru atau semaraklah bertambah yang lain.