It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hahaha bubur bayi buat anak 17 tahun itu ajaib brohh :v
Waktu berlalu sangat cepat.
detik ke detik...
menit ke menit...
jam ke jam...
hari ke hari...
Minggu ke minggu...
bulan ke bulan...
tahun ke tahun...
Banyak sekali yang kulewati satu tahun ini. Sedih,Senang,Marah,Kecewa,dan...Patah hati. Ah sudahlah...
Pikiran ku berkecambuk saat bercermin sambil memakai dasi sekolah ku.
Tak terasa, Hari ini adalah hari pertama ku di kelas XII.
Aku menatap pantulan tubuh ku di cermin dengan memakai seragam putih abu-abu.
Rasanya baru kemarin aku memakai putih abu-abu di kelas X.
Berusaha mengingat-ingat apa saja yang belum kulakukan sebelum berangkat sekolah.
saat teringat, aku langsung menyemprotkan parfum Chocolate Mint ku.
Selesai.
Sesaat kemudian aku menyambar tas selempang ku dan Almamater MPK ku.
mengambil name tag yang tergantung di dekat pintu dan kemudian berjalan ke ruang makan.
Saat aku sedang memakan bubur bayi ku sementara Mama,Papa,dan Jhony lebih memilih menyantap Nasi goreng, tentu saja dari pada ikut memakan bubur bayi seperti ku yang tergolong unik, atau aneh ya? hem...sudahlah.
Sesaat aku melirik name tag disamping mangkuk bubur ku. Di name tag itu tertulis "Arman Putra (Sie.Dokumentasi)".
Rasanya aku bosan selalu mendapat pekerjaan ini terus menerus,memegang kamera kesana kesini, turun kelapangan saat matahari sedang sangat menyengat kulit. Oh itu sungguh tantangan setiap acara sekolah berlangsung. Aku dan Elena memang langganan mendapat posisi ini. sangat monoton.
"Di sekolah lo MOPD hari ini mas?" Kata Jhony menyadarkan ku yang langsung ku tatap jutek.
"Iye.." jawab ku singkat dan tak bergairah untuk melanjutkan topik dengannya.
"Asik dah...banyak cewek baru dong mas hahaha" katanya yang membuatku makin tak berminat.
"Banyak lah. kecuali sekolah gue STM baru cewek langka" kataku sekenanya.
"Pacarin lah satu.. perasaan gak pernah pacaran lagi mas, terakhir sama Desi kan lo waktu SMP?" tanyanya sangat membuat mood ku rusak padahal belum jam 6 pagi sekarang. Hebat.
"Pacaran aja yang lo tau. Urusan gue bukan cuma pacaran. dan Stop kepoin gue dek" jelas ku sedikit sewot
"Hei,Arman kamu pagi-pagi udah sewot aja deh" tiba-tiba Mama ikut masuk ke percakapan sialan ini.
"Tau tuh Ma, Sok banget gak mau pacaran padahal kemaren status BBM nya aja galau banget" Sindiran Jhony membuat ku geram yang berusaha aku tahan.
"Wah dek..kamu pinter ya sekarang. Hp gue mana ya. Ah ini dia" Kataku santai sambil mengambil Hp ku dari saku. Kubuka BBM, Mencari Jhony di kontak 'Family' , sementara Jhony melihatku bingung.
"Pinter ya lo sekarang ikut campur urusan orang. Gue delete contact aja lah" kataku sambil memperlihatkan layar Hp ku ke hadapannya dan dengan cepat kusentuh tulisan 'Delete'. Selesai.
"Yaelah gitu aja ngam-"
"Awwww..Maaa" kata Jhony terdengar kaget dan kesakitan.
Kuperhatikan Mama yang duduk disebelah Jhony lalu kutatap mereka bergantian. Terlihat Mama sedang melirik sinis ke arah Jhony sementara yang dilirik hanya menunduk sambil melanjutkan makannya.
"Ckck..Kalian ini udah besar masih aja kayak anak kecil. Ayo buruan makannya, Papa tunggu di mobil ya" katanya segera berdiri diikuti oleh Mama.
Dengan cepat ku cek lagi isi tas ku dan memasangkan Almamater Hitam Silver serta memasang Name tag ku yang tergantung di leher ku saat ini.
Kuhabiskan susu ku dan beranjak dari Meja makan meninggalkan Jhony yang masih sibuk dengan makannya tanpa ku lirik sedikitpun. Saat aku berjalan beberapa langkah kecil aku mendengar sesuatu dari mulut Jhony dengan suara membisik yang masih sangat ku dengar jelas "Makan bubur bayi sih,jelas lah cepet".
Kata-kata itu kembali membuatku geram namun aku berusaha tetap berjalan tanpa membalas ucapannya dengan yang lebih tajam.
Saat di depan garasi, Kulihat Mama dan Papa yang sedang berbicara ringan namun serius. Aku mencium tangan mama dan ingin segera duduk di bangku depan. Namun saat aku selangkah ingin membuka pintu, Mama memanggil dan menyuruhku mendekat lagi. Aku menghampirinya setelah meletakkan tas selempang ku duluan di bangku depan.
"Apa ma?" kataku bingung melihat ekspresi mama yang tidak santai.
"Kamu belajar yang bener ya udah kelas 3 kan? kemaren mama dikasih tau sama guru kamu katanya nilai kamu tuh merosot dari sebelumnya yang biasa aja eh sekarang malah tambah....ya gitu deh" jelasnya membuatku menghembuskan nafas bosan.
"Iya kamu tuh belajar yang benar man. Papa daftarin les ya nanti?" tawarnya yang setidaknya membuatku tambah bosan dipagi ini
"Oh udah gak usah pa. hehehe ntar aku belajar sendiri aja kan udah beli buku juga" tolakku mentah-mentah namun terkesan sopan dan sedikit cengiran yang kuyakin sangat aneh.
"Janji ya belajar? awas nanti kalo mama dapet laporan dari guru kamu" timpal mama
"Iya ma..janji deh" kali ini aku tersenyum lepas. Akhirnya.
God...Les? It's waste my fucking time. maksud ku les dan semacamnya itu hanya sia-sia untuk orang seperti ku yang tidak bisa menentukan kapan harus belajar, berapa lama untuk belajar, dan sebagainya. Aku tak mau membuang waktu tidur siang ku untuk les yang membuat otak ku terus bekerja tanpa niat. bukannya masuk, malah hanya membuang banyak hal.
Saat ini aku duduk di bangku depan dengan di temani suara Radio Pagi yang sedang memberitakan arus lalulintas pagi ini.
Pukul 06.07.
Oh, Shit! Seharusnya aku sudah wajib sampai disekolah 7 menit yang lalu. tentu saja panitia seperti ku harus tiba lebih awal dari siswa biasa, bahkan dari calon siswa baru disekolah ku.
Ini Jhony ngapain sih lama banget. Kampret. maki ku dalam hati.
kurasakan Hp ku yang bergetar sedari tadi di saku Almamater ku. Sudah bisa kutebak itu pasti Elena dan Sandra yang menanyakan posisi ku sekarang.
bukannya aku takut, tetapi aku tidak mungkin bilang kalau aku terjebak macet di garasi rumah ku sendiri. sangat tidak lucu.
Euh...!! Aku cukup kesal menunggu Jhony yang lelet, dia itu sengaja atau gimana sih?
Dengan kesal aku mencoba menekan klakson mobil papa beberapa kali seperti yang papa sering lakukan tapi kali ini sedikit lebih panjang.
Tak lama Papa membuka pintu mobil dan masuk kedalam sambil membuang nafas berat. pasti papa juga sebal nih pikirku.
Nah itu dia si kampret yang berjalan santai ala Putri Solo. Oh bisakah dia tidak membuang waktu. Kubuka kaca mobil dan langsung berteriak kepadanya.
"Buruan woy kam-" kata ku yang langsung dipotong oleh seseorang disebelah ku.
"hei hei..mulai lagi deh kamu tuh" potong papa dengan nada bosan.
dengan sekali gerakan ku tutup jendela dan duduk dengan rasa mood yang hancur.
Tak lama, Jhony masuk dan langsung duduk anteng bermain PSP.
Tak terlihat rasa bersalahnya dia,kulirik dia dengan sedikit menengok.
Dasar alay. baju di keluarin, rambut panjang, gelang yang menurut ku aneh itu.
Tak berapa lama,mobil papa berjalan setengah perjalanan, dan....Padat merayap.
Terimakasih Jhony. Fix aku telat kompleks hari ini. apa bedanya aku dengan siswa lain jika datang diwaktu yang sama dengan memakai pakaian orang-orang eksekutif di sekolah ku.
Pukul 06.32
Akhirnya...sampai juga di depan sekolah ku yang ramai dengan berbagai macam wajah baru yang baru kulihat dengan seragam Putih Biru,Khas anak SMP. banyak pula orangtua murid yang mengantarkan anak mereka.
"Rame banget man?" kata papa
"iyalah,jam berapa ini? 13 menit lagi bel masuk gini. TELAT" kata ku menekan kata terakhir itu sambil melirik kebelakang.
"Yaudah sana, jangan galak jadi kakak kelas man hahaha"
"Gak janji deh ya, Moodnya udah ancur sih" kataku menyindir sambil mencium tangan Papa dan keluar dari mobil.
Seragam ku yang beda dari siswa biasa tentunya sangat menjadi pusat perhatian dari mereka anak baru dan orangtuanya.
dengan senyum yang dipaksakan aku berjalan melewati tatapan-tatapan mereka.
Aku berjalan ke koridor paling belakang gedung sekolah ku.
Yaampun...kenapa juga ruang MPK OSIS harus diletakan di paling belakang,sungguh menyebalkan.
"Eh Arman,Sehat man? hahaha jam berapa nih?" sapa Ando yang merupakan ketua OSIS disekolah ku.
"Eh iya maaf An,ada insiden kecil tadi hehe" tawa ku kaku sambil memasang wajah harap maklum.
"Yaudah sana keruangan trus jangan lupa senyum ya man" katanya mengingatkan
"iyaaaa..." jawabku sambil berjalan cepat menuju ruangan yang dimaksud.
"Arman...jam berapa nih?" kata Elena saat baru saja aku meletakkan tas dan mengeluarkan kamera digital yang biasa ku pakai untuk acara sekolah.
"Iya sabar bu...tadi Jhony pagi-pagi bikin masalah" jelasku.
"Yaelah adek lu itu biasa banget dah" seru Sandra yang langsung kubalas dengan anggukan setuju.
Saat kami bertiga sampai dilapangan, ternyata Apel pagi akan segera dimulai. aku segera mengambil beberapa gambar dari berbagai sudut yang berlawanan dengan Elena, sementara Sandra menunggu di belakang barisan anak-anak itu.
di Apel pagi ini mereka akan di bagi menjadi 9 gugus yang terdiri dari 38-40 orang per gugusnya.
Setelah selesai mengambil gambar dari berbagai sudut aku kembali dan berdiri dibelakang barisan tepat di sebelah Sandra dan Elena.
Aku mengedarkan pandangan ku ke wajah-wajah mereka terutama ke cowok-cowok brondong yang ku perhatikan tak satu pun yang menarik.
"Eh..eh ada yang ganteng gak guys?" tanya Elena
"Ah gak ada El, brondong gini..muka polos semua" jawabku
"Kayak gue dong? hahaha" sambar Sandra sambil tertawa pelan
"Yeee pengen banget? hahaha gue gak tertarik sama brondong kayaknya" jawabku sambil tertawa kecil
"Ah yakin lo? siapa tau ada yang gay juga man"
"Hahaha discreet mah banyak El" tambah ku mengkonfirmasi pernyataan Elena.
"Udah jangan ngomongin cowok dong, ntar gue khilaf nih guys haha" ucap Sandra sambil terkikik
"Gak cukup lu punya Ali? hahaha. flirting mulu lu gue bilangin loh hahaha"
seketika kami bertiga tertawa dan seketika pula kami ditegur oleh Bagus, Wakil ketua acara ini. Huft, mengganggu suasana saja.
Setelah masuk ke gugus masing-masing dan mendapat pengarahan dari panitia yang lain, mereka harus mencatat apa saja yang harus mereka buat dan bawa sebagai atribut besok.
"Arman...Sini dah,gak ada kerjaan kan lo" panggil Bagus dari meja piket di lobby sekolah. kenapa Bagus ini selalu merusak kesenangan yang ku dapat sih tadi kan aku sedang asik duduk tenang sambil melihat hasil foto-foto ku.
Elena sibuk memfoto setiap gugus sedangkan Sandra sibuk mengatur perlengkapan alat untuk presentasi guru-guru di Aula.
"Apaan?" jawab ku singkat ke Bagus
"Ini dong tolong bawain buku MOPD nya ke Gugus 2" jelasnya
"Gugus 2 dimana?" tanyaku bingung
"Itu di lantai 3, sebelah Lab.Bahasa itu loh" katanya sambil mencatatkan jumlah buku yang harus ku bawa.
"Ah gila lo, sendiri? copot dong kaki gue naik ke lantai tiga bawa buku banyak begini" kataku keberatan
"Ah lebay lo. Ayolah, gue mau nganter ke yang lain dari tadi nih. Cuma 39 kok buat Gugus 2" paksanya dengan nada datar.
"39 ? doang? ntar kalo jatohan gimana? naik tangga bawa buku kan susah, mending kalo dikit" protesku makin jadi.
"Bawel amat dah perawan. ntar gue iket nih biar gak jatohan" katanya tetap datar sambil mengikat buku-buku itu
"Nih..udah sana buruan jalan" perintahnya seperti raja.
Aku berjalan membawa buku-buku itu didepan dadaku yang sedikit menutupi pandangan ku,menaiki tangga, perlahan-lahan.
Baru lantai 2. Oh god...satu lantai lagi. Tangan ku sudah gemetar menahan beban buku yang ku bawa.
Saat aku berada di tengah-tengah tangga dan ingin sedikit memutar badan untuk melanjutkan menaiki tangga selanjutnya namun kurasakan ada derab langkah yang mendekati ku,pandangan ku terhalang buku membuat ku tak bisa melihat.
Saat ku pijakan kaki ku ke tangga kedua dan "Bruuukkk... Awwww anjrit"
Kurasakan pantat dan pinggang ku sakit dan ngilu terbentur 2 anak tangga dan mendarat keras dilantai ini.
Aku meringis kesakitan saat seseorang datang menghampiri ku.
"Kak, Kenapa kak? Gapapa kan kak? mananya yang sakit?" kata orang itu dengan pertanyaan bodohnya.
kucoba melihat seseorang itu sambil meringis.
"Lo liatnya gue kenapa? dan menurut lo? sakit gak?" kataku marah.
"Iya maaf kak, jadi jatoh gini tadi aku nabrak lu kak,gue jalan mundur dikit tadi di tangga" jelasnya dengan nada polos
Apa katanya tadi? Jalan mundur? ditangga? Gila.
"Gila..Lo baru sehari kalo mau bunuh diri jangan disini dong. mau mati lo jalan mundur gitu?" semprotku lagi sambil memijat pinggang ku yang nyeri.
"Bukan kak,gak sengaja tadi Gue bingung nyari Toiletnya trus gak sengaja liat lukisan yang ditempel ditembok tangga" jelasnya dengan nada polos lagi yang tak kurespon, perhatian ku kini hanya tertuju pada pinggang ku yg nyeri berat sambil ku pijat perlahan.
"Sakit ya kak? Gue bener-bener minta maaf kak" katanya sedikit kasihan mungkin, sambil menaruh tangannya di pinggang ku ikut memijat.
"Awww sakitt kali" protesku sambil mencoba melihat wajahnya.
Sial! Dia.....Lumayan, dengan hidung mancung,kulit putih,alis tebal yang tegas,dan bibir yang tipis merah muda.
Oh tidak tidak... Dia menabrak ku tadi dan..
"Awww aduh aduh sakit" pikiran ku tersadarkan dengan pijatannya yang sangat sakit.
Refleks ku tepiskan tangannya yang berada di pinggang ku.
"Udah deh lo gak usah ikutan megang pinggang gue yang lo tambahin sakit" kata ku cetus.
kulirik tatapan matanya yang sebenarnya teduh namun sekarang tajam menatap ku.
kualihkan wajah ku dan melihat buku-buku itu berserakan ditangga dan terlepas dari iketan bodohnya.
"Mending lo pungutin deh tuh buku,beresin itu juga buat lo juga" perintah ku sambil meringis.
Kutatap sekilas matanya yang memperhatikan wajahku dengan tatapan hangat namun tajam.
"Iya kak,gue beresin dulu. kayaknya kaki lo itu di lurusin kak biar lebih tenang uratnya" katanya seraya berdiri dan mulai memungut buku-buku yang berserakan itu.
Kuluruskan kaki ku sambil berkata dalam hati, tau apa dia tentang urat-uratan. sok care banget udah nabrak juga.
Ku pijat lagi pinggang ku sambil terus memperhatikannya.
kulihat di lengan kiri seragamnya yang terdapat nama sebuah SMP di Bandung.
Oh dari Bandung...gumamku dalam hati.
"udah kak. Gue iket ya" katanya sambil mengikat tumpukan buku itu.
Saat aku mencoba berdiri, sangat sakit rasanya. sepertinya dia peka dan langsung mengulurkan tangannya.
kulirik telapak tangannya, dan ku genggam pelan namun lama-lama ku eratkan genggaman ku yang dibalas olehnya dengan cukup erat juga.
melihat ku susah berdiri meski dengan bantuan tangannya, kemudian dia memeluk pinggang ku dari belakang sambil menarik ku untuk berdiri.
Akhirnya aku berdiri dengan susah payah dan dengan nyeri. Aku melepaskan genggaman ku secepat kilat dan menggantikannya dengan memegang sisi atas pegangan tangga.
"Karna gue sakit gini karna lo, dan karna beban buku itu berat. gak mungkin dong gue bawa itu keatas? Jadi sebagai hukumannya lo bawa tuh ke Gugus 2. Gue gak mau tau pokoknya harus nyampe" jelasku sinis ke padanya yang menatapku pengertian dan sedikit menyesal dari matanya yang tak bisa berbohong dan kusadari badannya lebih tinggi dan bidang untuk anak seumurnya.
"Iya kak. Tapi gue mau ke Toilet dimana ya?" tanyanya datar.
"Lo bawa aja itu dulu. dilantai dua ada toilet, belok kanan mentok, ada Perpus, belok kiri. Buruan bawa dlu" perintah ku sedikit di tekan.
tanpa ba bi bu lagi dia mengambil dan membawa tumpukan buku sialan itu ke tempat yang ku jelaskan.
Aku mencoba turun dari tangga perlahan-lahan sambil menahan rasa sakit dipinggang ku.
"Arman..." suara Elena membuat ku menengok kebelakang. Elena berjalan bersama Sandra sedikit cepat.
"lo turun tangga kayak Putri Solo lama amat man" Celoteh Elena.
"Aduh bawel lo. Gue jatoh ditangga tadi ditabtak anak SMP yang coba jalan mundur di tangga" jelasku sewot.
"Hah? gimana ceritanya?" Kata Sandra cepat yang mewakili pertanyaan Elena.
Aku pun menjelaskan kronologisnya sambil menuruni tangga yang di bantu mereka.
"Gila kali tuh anak. mundur-mundur cuma karna lukisan" celoteh Elena.
"Ganteng gak man?" tanya Sandra disaat yang sama sekali tidak tepat.
"Cakep kek,jelek kek... gue udah ilfeel pokoknya" cetusku sinis.
"Awas lo ntar gegabah kualat lagi hahaha" kata Elena melucu yang tidak lucu bagi ku.
"Udah sabar man,sejam lagi kelar kok. Kita bisa pulang deh" kata Sandra yang membuatku sedikit bersyukur karna akan pulang.
Sementara waktu diruang panitia aku memberikan Koyo di pinggang ku.
Hari apa sih ini? Sial banget.. batin ku dalam hati.
Saat ini aku menunggu taksi yang ku telfon sampai.
Aku dibantu Elena berjalan ke arah gerbang sementara Sandra membawakan Tas selempang ku.
Mereka berarti sekali disaat aku susah. sangat susah. mereka tetap ada disampingku seperti ini. Aku hutang budi banyak pada Elena dan Sandra.
Untungnya Taksi yang ku pesan sampai tepat saat aku di gerbang. Aku masuk ke dalam taksi setelah berpelukan dengan mereka.
Setelah itu aku berkonsentrasi mengetikkan pesan ke Mba Ika untuk memanggil Tukang Urut kenalannya secepatnya. Aku benar-benar membutuhkan itu jika tidak mau pinggangku membengkak mungkin seperti Nicky Minaj nantinya.
Setelah sampai, aku membayar Taksi dengan uang pas dan turun dengan susah payah,berjalan perlahan ke dalam rumah.
Saat aku berada di dalam, Mba Ika sedang berbicara dengan wanita paruh baya yang terlihat ramah.sepertinya ini tukang urutnya.
"Mas kenapa mas? apanya yang diurut?"
"Tadi jatoh ditangga mba, nyeri pinggang jadinya" jelas ku pada Mba Ika
"Ini Mas diminum dulu Jusnya" katanya sambil menyodorkan Jus Jeruk yang segera ku minum.
Pukul 20.07
Aku masih meringis sedikit saat berganti posisi tidur ku.
Saat tadi di urut aku rasa aku menjerit terlalu keras karena sakit yang kurasakan. Demi kesembuhan pinggang ku dan mencegah pembesaran pinggangku layaknya Nicky Minaj.. Euww.. Aku memilih menahan sakitnya dijamah tukang urut itu.
Seketika aku mengingat wajah anak baru yang menabrak ku tadi. Dia ganteng sih tapi kenapa dia menatap tajam terus. Aku tak suka first impression dengannya yang membuatku kesakitan.
Aku tau dia tak sengaja sih,tapi aku tadi terlalu jahat kah memakinya seperti itu? padahal dia sudah minta maaf dengan alasan konyolnya itu.
Ah.....Kenapa aku baru sadar bahwa jantungku tak terpacu dengan normal tadi? detaknya terasa lebih cepat..apalagi saat.....
Aku memegang pinggang kanan ku yang tadi disentuhnya..oh bukan,malah sampai di pijatnya.
Saat itulah detak jantungku berpacu cepat.
Apa lah yang aku rasakan ini? sudahlah mungkin hanya masih kaget karna terjatuh.
Tapi aku baru sadar... Siapa namanya ya?
Apa dia membaca namaku di name tag?
Now Playing : Mata ke Hati - HiVi