It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Berikut adalah kisah seorang raja yang sangat
gemar berburu. Setiap kali berburu, ia selalu
mengajak pembantu setianya. Hal yang istimewa dari pembantunya adalah, ia selalu berkata, "Untuk segala sesuatu selalu ada baiknya. Apapun yang dialami dan diterima dalam hidup selalu ada baiknya!"
Oleh karena itu, jika raja ingin berburu harimau dan hanya mendapatkan seekor kambing gunung, sang pembantu selalu mengingatkan, "Apapun yang didapat, selalu ada baiknya." Jika raja mendapatkan binatang buruan yang lebih kecil, ia pun mengatakan, "Inipun pasti ada baiknya."
Sekali peristiwa, secara tidak sengaja jempol kaki kiri raja tertembak oleh senapannya sendiri. Sang pembantunya mengatakan, "Hal inipun pasti ada baiknya!" Hal itu membuat raja marah dan tidak lagi mengajak pembantunya setiap kali berburu.
Suatu waktu sang raja melakukan perburuan
sendirian. Ia ditangkap oleh suku pedalaman yang gemar makan daging manusia. Raja akan direbus dalam belanga besar. Sang kepala suku memeriksa raja dan mendapati bahwa raja tidak memiliki jempol kaki kiri. Sang raja tidak jadi dikorbankan karena cacat. Akhirnya raja dibebaskan.
Dari peristiwa itu sang Raja memahami bahwa
perkataan pembantunya benar, "Untuk segala
sesuatu ada baiknya." Sang raja bergegas pulang dan menjumpai pembantunya. Ia menceritakan semuanya dengan bersemangat. Pada akhir ceritanya ia berkata, "Sayang sekali kau tidak ada di sana bersama saya waktu itu sehingga tidak dapat merasakan ketegangannya!"
Mendengar hal itu, sang pembantu menjawab,
"Saya tidak ada disana saat itupun ada baiknya. Jika saya ada di sana, bisa jadi baginda raja akan dibebaskan dan sayalah yang akan dimasak."
Berpikir positif untuk setiap hal dalam hidup adalah pilihan yang membuat semua hal yang kita kerjakan tampak indah dan bermakna. Berpikir positif untuk segala sesuatu adalah ciri-ciri jiwa yang sehat.
Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.
Cuma ada satu masalah, ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor.
Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian.
Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi dan menyiksanya.
Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.
Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan
penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu:
“Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan”
Ibu itu kemudian menutup matanya.
“Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?” Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.
Virginia Satir melanjutkan; “Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka.”
“Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi”.
Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, nafasnya mengandung isak.
Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung
cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.
“Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu”.
Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tersebut.
“Sekarang bukalah mata ibu” Ibu itu membuka
matanya
“Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?”
Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
“Aku tahu maksud anda” ujar sang ibu, “Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif”.
Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yang dikasihinya ada di rumah.
Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir
adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming) . Dan teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita ‘membingkai ulang’ sudut pandang kita sehingga sesuatu yang tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.
Terlampir beberapa contoh pengubahan sudut
pandang :
Saya BERSYUKUR;
1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita
hanya makan mie instan, karena itu artinya ia
bersamaku bukan dengan orang lain
2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat dunia malam.
3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan.
4. Untuk Tagihan kartu kredit yang cukup besar, karena itu artinya saya harus bekerja untuk bayar cicilan.
5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman.
6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan.
7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras.
8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat.
9. Untuk bunyi alarm keras jam lima pagi yang membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun dan masih hidup.
10. Dst …
Sungguh indah dan berbahagialah orang yang
mampu mengendalikan pikirannya dan mengubah sudut pandang ke arah yang positif. Semoga kisah ini bermanfaat untuk kita semua.
Sumber: Buku Chicken Soup
Based On A True Story / Berdasarkan Kisah Nyata
Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah,
terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang Pak Guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas. Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan.
"Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah disini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuat kalian bahagia ? Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini ?"
Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari Pak Guru, "Ya, ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidup kalian ..."
Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga
kemudian tangan Pak Guru itu menunjuk pada
seorang murid.
"Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui ? Berbagilah dengan teman-temanmu ..."
Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid,
"Seminggu yang lalu, adalah saat-saat yang sangat besar buat saya. Orang tua saya, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang saya impikan selama ini."
Matanya berbinar, tangannya tampak seperti
sedang menunggang sesuatu. "Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu !"
Pak Guru tersenyum. Tangannya menunjuk
beberapa murid lainnya. Maka, terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir.
Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah
mobil. Ada pula yang baru dapat melewatkan
liburan di luar negeri. Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung.
Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara, hingga terdengar suara agak berteriak dari arah belakang.
"Pak Guru, saya belum bercerita."
Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil sambil mengacungkan jari telunjuknya.
Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.
"Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua," ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.
"Apa hal terbesar yang kamu dapatkan ?" ujar Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.
"Keberhasilan terbesar buat saya, dan juga buat keluarga saya adalah ... saat nama keluarga kami tercantum dalam Buku Telepon yang baru terbit 3 hari yang lalu."
Sesaat senyap.
Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang
memenuhi ruangan kelas itu. Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar cerita itu.
Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, "Ha ?
Saya sudah sejak lahir menemukan nama keluarga saya di Buku Telepon. Buku Telepon ? Betapa menyedihkan, hahaha.."
Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu ?"
Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang
masih memenuhi ruangan. Pak Guru berusaha
menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.
"Tenang sebentar anak-anak, kita belum
mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan, Nak."
Anak berambut lurus itu pun kembali angkat
bicara.
"Ya, memang itulah kebahagiaan terbesar yang
pernah saya dapatkan. Dulu, Papa saya bukanlah orang baik-baik.
Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah. Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa dikejar polisi."
Matanya tampak menerawang. Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan.
"Tapi, kini Papa telah berubah. Dia telah mau
menjadi Papa yang baik buat keluarga saya.
Sayang, semua itu butuh waktu dan usaha.
Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau
memberikan pinjaman modal buat bekerja. Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela
meminjamkan modal buat Papa saya.
Dan kini, Papa berhasil. Bukan hanya itu, Papa juga membeli sebuah rumah kecil buat kami. Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi."
"Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluarga saya ada di Buku Telepon?
Itu artinya, saya tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan Papa untuk terus berlari. Itu artinya, saya tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang saya sayangi.
Itu juga berarti, saya tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang dingin. Dan itu artinya, saya, dan juga keluarga saya, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya."
Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir.
"Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang saya dapatkan nanti ..."
# Suasana Kelas terdiam #
# Pak Guru tersenyum haru #
# Murid-murid tertunduk #
Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan.
Mereka juga belajar satu hal :
" Bersyukurlah dan berbahagialah setiap kali kita mendengar keberhasilan orang lain.Sekecil apapun Sebesar apapun."
Seorang pria tersesat di gurun pasir, ia hampir mati kehausan dan akhirnya ia tiba di sebuah rumah kosong. Di depan rumah tua tanpa jendela dan hampir roboh, terdapat sebuah pompa. Segera ia menuju pompa itu dan mulai memompa sekuat tenaga, tapi tidak ada air yang keluar.
Lalu ia melihat ada kendi di sebelah pompa itu
dengan mulutnya tertutup gabus & tertempel kertas dengan tulisan, "Sahabat, pompa ini harus dipancing dengan air terlebih dahulu. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum Anda pergi."
Ia mencabut gabusnya & ternyata kendi itu berisi penuh air. "Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalo tidak berhasil? Maka tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Lalu untuk apa menuangkannya ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar?" Pikirnya.
Untung suara hatinya mengatakan bahwa ia harus mengikuti nasihat yang tertera di kertas itu sekali pun beresiko. Ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya.
Benar!!
Air keluar dengan limpahnya dan ia dapat minum sepuasnya. Setelah istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambahkan beberapa kata di bawah instruksi pesan itu, "Saya telah melakukannya dan berhasil. Engkau harus mengorbankan semuanya terlebih dahulu, sebelum bisa menerima kembali. PERCAYALAH !!!"
Barang siapa berhati egois dan terlampau
mementingkan diri sendiri, ia tidak akan beroleh kemudahan dalam hidupnya.
Barang siapa berhati baik dan bertindak demi
kepentingan orang lain maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Berkat dan damai sejahtera akan mengalir dalam hidupnya.
Seorang guru memberikan tugas kepada siswa-siswanya untuk menuliskan Tujuh Keajaiban Dunia.
Tepat sebelum kelas usai, siang itu semua siswa diminta untuk mengumpulkan tugas mereka masing-masing.
Seorang gadis kecil yang paling pendiam di kelas itu, mengumpulkan tugasnya paling akhir dengan ragu-ragu. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan hal itu. Malamnya sang guru memeriksa tugas siswa-siswanya itu.
Sebagian besar siswa menulis demikian:
Tujuh Keajaiban Dunia:
1. Piramida
2. Taj Mahal
3. Tembok Besar Cina
4. Menara Pisa
5. Kuil Angkor
6. Menara Eiffel
7. Kuil Parthenon
Lembar demi lembar memuat hal yang hampir
sama. Beberapa perbedaan hanya terdapat pada urutan penulisan daftar tersebut, Guru itu terus memeriksa sampai lembar yang paling akhir. Tetapi saat memeriksa lembar yang paling akhir itu, sang guru terdiam.
Lembar terakhir itu milik si gadis kecil pendiam…
Isinya seperti ini:
Tujuh Keajaiban Dunia:
1. Bisa melihat
2. Bisa mendengar
3. Bisa menyentuh
4. Bisa disayangi
5. Bisa merasakan
6. Bisa tertawa, dan
7. Bisa mencintai…
Setelah duduk diam beberapa saat, sang guru
menutup lembaran tugas siswa-siswanya.
Kemudian menundukkan kepalanya berdoa.
Mengucap syukur untuk gadis kecil pendiam di kelasnya, yang telah mengajarkannya sebuah pelajaran hebat.
Tidak perlu mencari sampai ke ujung bumi untuk menemukan keajaiban. Keajaiban itu ada di sekeliling kita untuk kita miliki.
Bersyukurlah atas semua yang kita sudah miliki hari ini.
1. 父 母 不 孝 , 奉 神 無 益 。
Bila tidak berbakti pada orang tua; Percuma saja menyembah Tuhan.
2. 兄 弟 不 和 , 交 友 無 益 。
Bila dengan saudara sendiri tidak rukun; Percuma saja menjalin persahabatan.
3. 存 心 不 善 , 風 水 無 益 。
Bila hati penuh pikiran jahat; Percuma saja
mengatur Feng Shui.
4. 行 止 不 端 , 讀 書 無 益 。
Bila tindak tanduknya tanpa tata karma; Percuma saja sekolah.
5. 心 高 氣 傲 , 博 學 無 益 。
Bila bersifat angkuh; Percuma saja menjadi seorang terpelajar.
6. 作 事 乖 張 , 聰 明 無 益 。
Bila seenaknya sendiri dalam melakukan segala sesuatu; Kepintaran pun percuma.
7. 時 運 不 通 , 妄 求 無 益
Bila belum tiba saatnya; Memohon dengan
membabi buta juga percuma.
8. 不 惜 元 氣 , 服 藥 無 益 。
Bila tidak menghargai kesehatan; Minum obat pun percuma.
9. 妄 取 人 財 , 布 施 無 益
Sembarangan mengambil harta orang lain; Percuma saja beramal/berdana.
10. 淫 惡 肆 欲 , 陰 騭 無 益
Bila suka mengumbar hawa nafsu; Percuma saja berbuat kebaikan.