It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@lulu_75 hehehe ... trims yak, share crt inspiratifmu d tunggu, siapa tau ktm wkt browsing2 apa gt
Aishh,,
Jadi ingat keluarga kalo baca ini,,
*ratapan anak rantau*
okay bang tsunami
nanti ku share dimari.
Hehehe ... kayaknya itu lebih ke romance bukan inspirasi sih.... wkwkwkwk
I“Mungkin USD1.” Ia menjawab.
“Bisakah dijual seharga USD2? Jika berhasil, berarti engkau telah membantu ayah & ibumu. “
"Saya akan mencobanya.”
Ia membawa pakaian itu ke stasiun kereta bawah tanah & menjual selama lebih dari enam jam, akhirnya ia berhasil menjual USD2 & berlari pulang. Kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya: “Coba engkau menjual seharga USD20?”
"Bagaimana mungkin? Pakaian ini paling hanya USD2."
Ayahnya berkata “Mengapa engkau tidak mencobanya dulu? ”
Akhirnya, ia mendapatkan ide, ia meminta bantuan sepupunya untuk menggambarkan seekor Donal Bebek yg lucu & seekor Mickey Mouse yg nakal pada pakaian itu, ia lalu menjualnya di sekolah anak orang kaya & laku USD25.
Ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya: “Apakah engkau mampu menjualnya dgn harga USD200?"
Kali ini ia menerima tanpa keraguan sedikit pun, kebetulan aktris film populer “Charlie Angels”, Farrah Fawcett berada di New York,sehabis konferensi pers, ia pun menerobos penjagaan pihak keamanan & meminta Farrah Fawcett membubuhkan tanda tangan di pakaian bekasnya.dan kemudian terjual USD 1500.
Malam nya. Ayahnya bertanya: “Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian ini apa yg engkau pahami?”
Ia menjawab “Selama kita mau berpikir pasti ada caranya. ”
Ayahnya menggelengkan kepala: “engkau tidak salah! Tapi bukan itu maksud ayah, ayah hanya ingin memberitahukanmu bahwa sehelai pakaian bekas yg bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya, apalagi kita sebagai manusia? Mungkin kita berkulit gelap dan miskin, tapi apa bedanya?”
Sejak itu, ia belajar degan lebih giat dan menjalani latihan lebih keras, dua puluh tahun kemudian, namanya terkenal ke seluruh dunia. Ia adalah Michael Jordan.
Hillary mengimpikan untuk menjadi manusia
pertama menjejakkan kaki di puncak Everest.
Berkali-kali Hillary gagal. Ia tidak putus asa.
Hari itu 29 Mei 1953. Hillary hampir pasti akan
berada di puncak Everest. Seluruh pemberitaan di
Asia fokus kepada Hillary, mengalahkan gejolak dan pembantaian yang terjadi di Vietnam dan Kamboja. Tinggal 20 meter lagi. Tampak yang mendekati puncak tinggal dua orang, yaitu Hillary dan seorang pengangkut barang, biasa disebut sherpa, Tenzing Norgay namanya. Posisi Tenzing lebih di atas. Hillary 10 meter di bawah. Dengan posisi ini, kemungkinan yang akan menjadi manusia pertama mencapai puncak Everest adalah si pengangkut barang itu, Tenzing.
Sepuluh meter terakhir. Waktu setempat menunjukkan 11.25. Terlihat Tenzing menahan
langkah. Ia perlahan-lahan bergeser ke kiri. Hillary
meneruskan langkahnya. Hillary meneruskan
langkahnya. Pada lima meter terakhir Tenzing berhenti. Edmund merangkan gegas mencapai
puncak Everest. Ia kemudian tercatat menjadi
manusia pertama yang berhasil mencapai puncak
tertinggi di dunia. Mengapa Tenzing berhenti? Bukankah kalau ia mau, bisa saja ia yang akan mencapai puncak tertinggi itu kali pertama? Para reporter mengerumuni Hillary ketika berada di basecamp dasar. Tapi seorang reporter yang jeli dari Prancis justru mewawancarai Tenzing yang seakan tidak diperhatikan reporter lain. Sang reporter bertanya, “Mengapa Anda
mempersilakan Hillary mencapai puncak lebih dulu? Bukankah Anda di posisi mendekati puncak?” Tenzing dengan tenang menjawab pertanyaan reporter itu, “Impian Hillary adalah menjadi manusia pertama mencapai puncak Everest. Impian saya adalah membantunya menjadi manusia pertama mencapai puncak Everest…..” Edmund Hillary meninggal, 11 Januari 2008. Tapi kisah penaklukan Everest akan terus dikenang sebagai salah satu kisah terbaik di dunia. Banyak hal indah tercatat di dalamnya.
Jadi, berapa kali Anda melangkah hari ini Berapa
pun Anda melangkah, sebaiknya ada satu jejak
yang bisa dikenang. Dari ribuan langkah pendaki
Everest, yang kita bicarakan di atas, kita kenang
satu jejaknya. Sebagai orang pertama yang
mencapai Everest.
itu. Semua hendak menyaksikan event atletik besar di ajang olahraga terbesar seplanet bumi. Nama lelaki itu Derek Redmond, seorang atlet pelari olimpiade asal Inggris. Impian terbesarnya ialah mendapatkan sebuah medali olimpiade, -apapun medalinya-. Derek sebenarnya sudah ikut di ajang olimpiade sebelumnya, tahun 1988 di Korea. Namun sayang beberapa saat sebelum bertanding, ia cedera sehingga tak bisa ikut berlomba. Mau tak mau, olimpiade ini, adalah kesempatan terbaiknya untuk mewujudkan mimpinya. Ini adalah hari pembuktiannya, untuk mendapatkan medali di nomor lari 400 meter. Karena ia dan ayahnya sudah berlatih sangat keras untuk ini. Suara pistol menanda dimulainya perlombaan.
Latihan keras yang dijalani Derek Redmond,
membuatnya segera unggul melampaui lawan-
lawannya. Dengan cepat ia sudah memimpin hingga meter ke 225. Berarti kurang 175 meter lagi. Ya, kurang sebentar lagi ia kan mendapatkan medali yang diimpikannya selama ini. Namun tak ada yang menyangka ketika justru di performa puncaknya, ketika ia sedang memimpin
perlombaan tersembut, tiba-tiba ia didera cedera.
Secara tiba-tiba di meter ke 225 tersebut, timbul
rasa sakit luar biasa di kaki kanannya. Saking sakitnya, seolah kaki tersebut telah ditembak
sebuah peluru. Dan seperti orang yang ditembak
kakinya, Derek Redmond pun menjadi pincang.
Yang ia lakukan hanya melompat-lompat kecil
bertumpu pada kaki kirinya, melambat, lalu rebah di tanah. Sakit di kakinya telah menjatuhkannya. Derek sadar, impiannya memperoleh medali di
Olimpiade ini pupus sudah. Melihat anaknya dalam masalah, Ayahnya yang berada di atas tribun, tanpa berpikir panjang ia segera berlari ke bawah tribun. Tak peduli ia menabrak dan menginjak sekian banyak orang. Baginya yang terpenting adalah ia harus segera menolong anaknya. Di tanah, Derek Redmond menyadari bahwa
impiannya memenangkan olimpiade pupus sudah.
Ini sudah kedua kalinya ia berlomba lari di
Olimpiade, dan semuanya gagal karena cidera
kakinya. Namun jiwanya bukan jiwa yang mudah
menyerah. Ketika tim medis mendatanginya dengan membawa tandu, ia berkata, “Aku tak akan naik tandu itu, bagaimanapun juga aku harus
menyelesaikan perlombaan ini”, katanya. Maka Derek pun dengan perlahan mengangkat
kakinya sendiri. Dengan sangat perlahan pula,
sambil menahan rasa sakit dikakinya, ia berjalan
tertatih dengan sangat lambat. Tim medis mengira
bahwa Derek ingin berjalan sendiri ke tepi lapangan, namun mereka salah. Derek ingin menuju ke garis finish.
Di saat yang sama pula Jim, Ayah Derek sudah
sampai di tribun bawah. Ia segera melompati pagar
lalu berlari melewati para penjaga menuju Anaknya
yang berjalan menyelesaikan perlombaan dengan
tertatih kesakitan. Kepada para penjaga ia hanya
berkata, “Itu anakku, dan aku akan menolongnya!” Akhirnya, kurang 120 meter dari garis finish, sang
Ayah pun sampai juga di Derek yang menolak
menyerah. Derek masih berjalan pincang tertatih
dengan sangat yakin. Sang Ayah pun merangkul
dan memapah Derek. Ia kalungkan lengan anaknya tersebut ke bahunya. “Aku disini Nak”, katanya lembut sambil memeluk Anaknya, “dan kita akan menyelesaikan perlombaan ini bersama-sama. Ayah dan anak tersebut, dengan saling berangkulan, akhirnya sampai di garis finish. Beberapa langkah dari garis finish, Sang Ayah, Jim, melepaskan rangkulannya dari anaknya agar Derek dapat melewati garis finish tersebut seorang diri. Lalu kemudian, barulah ia merangkul anaknya lagi. Enam puluh lima ribu pasang mata menyaksikan mereka, menyemangati mereka, bersorak bertepuktangan, dan sebagian menangis. Scene Ayah dan anak itu kini seolah lebih penting daripada siapa pemenang lomba lari. Derek Redmond tak mendapat medali, bahkan ia
didiskualifikasi dari perlombaan. Namun lihatlah
komentar Ayahnya. “Aku adalah ayah yang paling bangga sedunia!, Aku lebih bangga kepadanya sekarang daripada jika ia mendapatkan medali emas.”
Dua tahun paska perlombaan lari tersebut, dokter bedah mengatakan kepada Derek bahwa Derek tak akan lagi dapat mewakili negaranya dalam perlombaan olahraga. Namun tahukah kalian apa yang terjadi? Lagi-lagi, dengan dorongan dari Ayahnya, Derek pun akhirnya mengalihkan perhatiannya. Dia pun menekuni dunia basket, dan akhirnya menjadi bagian dari timnas basket Inggris Raya. Dikiriminya foto dirinya bersama tim basket ke dokter yang dulu memvonisnya takkan mewakili negara dalam perlombaan olahraga.
Jika kasih ibu, adalah melindungi kita dari kelamnya dunia, maka kasih sayang seorang Ayah adalah mendorong kita untuk menguasai dunia itu. Seorang Ayah akan senantiasa mendukung, memotivasi, men-support, dan membersamai kita dalam kondisi apapun. Ayah pulalah yang akan meneriakkan kita untuk bangkit, lalu memapah kita hingga ke garis finish. Karena mereka tak ingin kita menyerah pada keadaan, sebagaimana yang ia contohkan.