It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Dikutip dari buzzfeed.com, Hyong Yi selalu menghitung bertambahnya hari hingga tiba hari
peringatan kematian istrinya. Ia sangat tidak suka
dengan perasaan tersebut. Ia ketakutan setiap hari
dan merasa tidak siap saat hari peringatan semakin dekat. Butuh waktu satu setengah bulan untuk menulis 100 surat cinta berdasarkan percakapan dan kenangan indahnya selama ini bersama istri. Dengan dukungan dari teman-teman dan orang terdekat, ia berani mempublikasikan surat-surat cintanya. Dan di bawah hashtag #100LoveNotes, sebuah website dibuat untuk menyebarkan 100 surat cinta tersebut
Pada hari Jumat, bertepatan dengan peringatan
kematian istrinya, Hyong Yi dan kedua anaknya
pergi ke jalan dan membagikan 100 surat cinta
kepada orang-orang tak dikenal yang ia temui di
jalan di area rumahnya di Charlotte, North Carolina.
Beberapa teman dan media lokal ikut bergabung dengannya dan membagikan amplop surat cinta.
Beberapa orang pergi begitu saja setelah menerima amplop, beberapa lainnya memberikan pelukan kepada Anna, anak perempuan Hyong Yi, untuk memberikan dukungan.
Hyong Yi ingin mereka bisa merasakan bagaimana
jika seseorang memberikan kado pada mereka,
dibanding hanya jadi penonton saja. Segala proses
ini sangat membantunya untuk sembuh dari luka
hati karena kehilangan sosok yang dicintainya.
Hyong Yi berkata, "Salah satu hal yang paling tidak diinginkan istriku adalah jadi orang yang terlupakan. Aku yakin bahwa hal itu tidak akan terjadi sekarang."
Anna, anak perempuannya pun juga berkata, "
Terkadang beberapa orang mengabaikan orang-
orang yang dicintainya, beberapa justru tak punya seseorang untuk dicintai. Berterima kasihlah pada
orang-orang tersayang di sekitarmu."
Demi keluarga dan anak-anaknya, ibu bisa berjuang luar biasa bahkan melebihi kapasitas atau
kemampuan dirinya. Di tengah keterbatasan pun,
seorang ibu akan terus berjuang demi memberi rasa aman dan nyaman untuk orang-orang tersayangnya. Fang Wenying, hidupnya berubah total setelah sang suami meninggal akibat jadi korban tabrak lari tiga tahun lalu. Dilansir dari laman shanghaiist.com, untuk mencukupi kebutuhan keluarga, ia harus melakukan tiga pekerjaan sekaligus di departemen kebersihan kota Anqing dalam sehari. Bahkan 16 jam waktunya per hari habis digunakan untuk bekerja.
Setiap harinya, ia harus bangun pukul 03.30 dan
baru pulang pukul 22.30. Perjuangannya pun makin berat karena ia harus melakukan itu semua dengan satu lengan saja. Fang kehilangan sebelah lengannya setelah bertengkar dengan sang suami tahun 2003 lalu. Menderita schizophrenia, sang suami mencoba membunuh putrinya dengan pisau. Saat Fang berusaha melindungi putrinya, ia malah harus kehilangan satu lengannya. "Di masa-masa kelam itu aku ingin bercerai," kata Fang. "Tapi setelah ia kembali sehat, ia memohon agar aku tak
meninggalkannya."
Pekerjaan berat itu rela ia lakukan demi bisa
menghidupi dan membiayai dua orang putrinya. Putri sulungnya yang berusia 21 tahun, Tingting kini berada di tahun pertama kuliah di Anhui Foreign Language University. Dan biaya kuliah per tahunnya mencapai 10 ribu yuan (sekitar 21,5 juta rupiah). Putri bungsunya Dandan (20 tahun) memutuskan berhenti sekolah dan bekerja di toko roti untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Fang memaparkan pada reporter kalau dalam sebulan ia bisa mengantongi 2.800 yuan (sekitar 6 juta rupiah) sementara putrinya bisa mendapatkan penghasilan sampai 1.000 yuan (sekitar 2,1 juta rupiah).
Ketika ditanya apa alasan Fang berkorban dan
berjuang sekeras itu, ia menjawab kalau hanya
dengan kerja keras itulah ia bisa mendapatkan biaya untuk pendidikan putrinya. Sejak kisah Fang
tersebar di berbagai media dan dunia maya, banyak yang memberi simpati. Fang mendapat pujian atas pengorbanan dan kerja keras yang ia lakukan untuk anak-anaknya.
netizen meleleh karena ia rela berlutut demi
menyuapi seorang kakek lansia di pesawat.
Dikutip dari laman asiantown.net, dengan sangat sabar dan ramah Xuesong menyuapi sang kakek.
Saking sabar, ramah dan telaten juga tanpa pamrih, sang kakek sampai merasa terharu. Sang kakek bahkan sampai menangis karena saking bahagianya telah dipertemukan dengan seseorang yang sangat baik padanya. Bagi sang kakek yang bernama Niu (71), apa yang telah dilakukan Xuesong telah membuatnya terharu dan terenyuh.
Pasalnya, Xuesong merasa sedih dan kasihan
karena melihat kakek Niu yang hendak makan.
Baru-baru ini, pria yang telah berusia 71 tahun
tersebut didiagnosa menderita stroke. Karena stroke inilah, kakek Niu tak bisa menggerakkan tangannya. Ia pun merasa kesulitan untuk memegang sendok untuk makan. Sementara itu, pengasuh kakek Niu berada di bangku pesawat yang jauh darinya. Karena hal inilah, Xuesong seorang pramugari dari nomor penerbangan HU7032 milik Maskapai Hainan dengan rute Kota Zhengzhou ke Hainan, di Selatan China memutuskan untuk menyuapi sang kakek. Xuesong berlutut di depan kakek dan menyuapinya
dengan sabar. Melihat kesabaran dan kebaikan hati Xuesong, kakek Niu sampai menangis. Tapi, lagi-lagi Xuesong mampu membuat semua orang
terenyuh dan kagum. Wanita cantik tersebut
berhasil menenangkan hati sang kakek dan menyeka air matanya.
Menurut Xuesong, kakek Niu awalnya kesulitan
untuk makan nasi. Akhirnya, pramugari cantik inipun bernisiatif mengganti makanannya dengan mie yang lebih empuk dan mudah dikunyah. Pramugari cantik ini juga dengan sabar menyuapi sang kakek. Melihat kakek Niu meneteskan air mata, Xuesong yang awalnya biasa saja menjadi ikut sedih dan tersentuh. Terlihat, mata Xuesong berkaca-kaca saat menyuapi sang kakek.
Niu sendiri adalah seorang pensiunan profesor
kedokteran. Beberapa waktu terakhir, ia mengalami
serangan stroke. Sementara Xuesong, ia telah
menjadi pramugari sejak tahun 2004. Ia memang
dikenal sebagai gadis yang cantik, manis dan
sangat baik kepada semua orang.
ini. Sungguh, kisah cinta dan hubungan mereka
begitu manis serta mengesankan. Bagaimana tidak
manis, pasangan lansia ini telah menjalin cinta
kurang lebih selama 9 dekade. Tepat pada 11
Desember 2015 atau kemarin, pasangan asal Bradford, Yorkshire Barat ini telah merayakan ulang tahun mereka yang ke 90. Sangat luar biasa bukan?
Singkat cerita, pasangan ini telah menikah sejak
tanggal 11 Desember 1925 di India yang dihadiri
oleh saudara serta kerabat. Karam dan Kartani
sama-sama lahir di bulan November. Hanya saja, Kartani lebih muda 7 tahun dari Karam. Meski
begitu, dalam menjalani hubungan, keduanya selalu bahagia dan saling pengertian satu sama lain. Keduanya juga selalu mencari jalan terbaik ketika hubungan mereka goyah.
Hingga saat ini, pasangan yang dinobatkan sebagai pasangan terlanggeng dan terlama ini telah memiliki 8 anak, 27 cucu dan 23 cicit. Meski sudah tidak muda lagi, pasangan ini tetap sehat dan mengaku nyaman dengan kehidupannya. Saat ini, pasangan ini tinggal bersama anak bungsunya bernama Paul beserta istri dan keempat cucunya. Wah, bagaimana caranya mereka bisa berusia panjang dan menjalin hubungan yang langgeng ya? Kepada media, Paul mengatakan, "Untuk memiliki usia hingga 110 tahun dan sehat,
kuncinya adalah bahagia. Memiliki usia 110 tahun adalah anugerah yang besar dari Tuhan untuknya dan untuk siapa saja. Ini adalah prestasi yang luar biasa. Orang tua kami telah melakukan perayaan ulang tahun pernikahan ke 90. Ini benar-benar luar biasa." Apa yang diungkapkan oleh Paul, ternyata sama dengan apa yang diungkapkan oleh Karam dan Kartani 3 tahun lalu. Waktu itu, mereka juga
membagi resep panjang umur dan bagaimana cara untuk memiliki pernikahan bahagia.
Meski telah berusia sangat tua, Karam maupun
Kartani tidak pernah merasa kesepian apalagi
mengeluh. Mereka justru bergabung pada salah satu komunitas lansia dunia Girlington Parade untuk mengusir rasa sepi dan agar mereka tetap bahagia. Para anggota dari komunitas ini bahkan diundang dalam acara ulang tahun pernikahan mereka yang ke 90. Seorang putra Karam mengatakan, "Mereka saling mencintai dengan tulus. Jika mereka tak saling mencintai, kami tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi. Terus saling mencintai, menyayangi, menghargai dan membahagiakan adalah resep dari kelanggengan cinta mereka. Kami bahagia telah memiliki mereka."
senang, nyaman dan bahagia. Apalagi, jika
kebaikan tersebut dilakukan dengan tulus dan tanpa pamrih. Kisah inspirasi yang juga mengharukan dan membuat hati kita semua tergerak, kali ini diberikan oleh seorang dokter bernama Ji Zhengyong asal Jianxin, Chongqing, China. Bagaimana tidak menginspirasi, kebaikan yang dilakukan oleh dokter berusia 36 tahun ini mungkin hanya akan dilakukan oleh beberapa dokter lain di dunia. Bahkan, semangat dari dokter Ji mungkin juga hanya dimiliki oleh dia seorang. Dikutip dari laman shanghaiist.com, dokter Ji adalah dokter yang sangat luar biasa. Ia telah dianggap sebagai malaikat oleh warga desa di mana ia tinggal. Bahkan, setelah berita tentang dirinya dimuat di beberapa media setempat, ia kini telah menjadi malaikat oleh sebagai besar warga China. Perlu kita tahu, dokter Ji adalah dokter yang baik dan tak pernah pamrih ketika mengobati semua pasiennya
Dokter Ji sendiri adalah seorang dokter yang hanya memiliki satu kaki. Loh, kog bisa? Baiklah, begini ceritanya. Saat ia berusia 14 tahun, dokter Ji
mengalami sebuah kecelakaan mobil. Karena
kecelakaan inilah, satu kakinya harus diamputasi.
Mau tidak mau, kakinya harus benar-benar diamputasi agar ia bisa bertahan hidup. Karena
kecelakaan ini, dokter Ji yang saat itu masih remaja merasa sedih, kecewa dan menyesal. Ia bahkan telah berhenti sekolah selama 1 tahun. Beruntung, keluarga dan kerabat selalu mendukungnya dengan penuh. Dokter Ji pun melanjutkan sekolahnya.
Mulai saat itu, pria 36 tahun ini bercita-cita untuk
sekolah dengan baik di bidang kedokteran. Ia ingin
menjadi dokter dan membantu semua orang yang
sakit. Ia ingin, apa yang menimpa pada dirinya tidak menimpa orang lain. Ia pun akhirnya sekolah di sekolah kesehatan. Awalnya, ia mengambil Jurusan Pengobatan Tradisional China di sekolahnya. Dan lulus dari sekolah ini, selanjutnya ia melanjutkan pendidikan medisnya di Yuzhou University di Chongqing.
Pada tahun 2003, dokter Ji lulus dari universitas. Ia
pun memutuskan untuk kembali ke kampung
halamannya. Di kampung halamannya inilah, dokter Ji selalu menolong orang-orang yang sakit di sana. Yang lebih mengharukan dan menggetarkan hati, dokter Ji akan mengunjungi setiap pasiennya di rumah pasien. Dokter Ji sadar betul bahwa orang sakit akan kesulitan melakukan perjalanan jauh untuk pergi ke klinik atau rumah dokter. Dengan satu kakinya, baik siang atau malam, baik panas atau hujan, dokter Ji akan mengunjungi dan memeriksa pasiennya yang sakit. Dengan satu kakinya, dokter Ji akan berusaha
secepat mungkin mendatangi rumah pasien yang
memanggil dan membutuhkannya. Yang lebih
menarik lagi, bagi pasien yang kurang mampu,
dokter Ji akan membebaskan biaya pengobatan
alias gratis. Dokter Ji tidak pernah menuntut pasiennya untuk membayar imbalan atas apa yang
ia berikan kepada si pasien.
Dokter Ji mengatakan, ]"Saya hanya melakukan yang harusnya saya lakukan. Saya hanya ingin menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan saya. Saya sudah cukup bahagia dan senang ketika mereka bisa hidup sehat. Saya sudah cukup bahagia ketika mereka puas dan percaya dengan apa yang saya lakukan. Kepercayaan dari warga desa adalah hadiah terbesar dari mereka untuk hidup saya. Ketika mereka bahagia, saya pun akan lebih bahagia. Bisa melayani mereka adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan untuk saya."
mobilnya di dekat jalan tol. Lalu, ia mendengar
kabar dari siaran radio bahwa ada seorang perempuan yang memerlukan bantuan karena
hendak melahirkan di jalan tol dekat Middletown.
Dikabarkan, sepasang suami istri asal Lakewood
sedang dalam perjalanan menuju salah satu rumah
sakit di Brunswick. Namun, rupanya sang istri
sudah tidak kuat lagi. Di perjalanan tersebut, sang bayi akan segera lahir. Alhasil, sang suami pun
menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan
menghubungi layanan darurat 911 untuk meminta
bantuan. Karena hal inilah, polisi Sean pun
mendatangi pasangan suami istri tersebut dan
membantu si istri melahirkan.
Kepada wartawan Sean mengatakan, "Saat saya tiba. Bayi yang ada di kandungan wanita itu sudah akan lahir. Empat menit setelah kedatangan saya, wanita itu melahirkan bayi perempuan. Saya meminta wanita itu untuk bertahan. Setelah ia melakukan beberapa dorongan lebih, bayi itu berhasil lahir. Saya membersihkan tubuh bayi dan menyelimuti tubuhnya sebelum kemudian saya meletakkannya di dada ibunya. Lalu kami menunggu bantuan datang. Wanita itu terlihat begitu bahagia.
Ibu dan bayi selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit
Riverview Medical Center di Red Bank untuk
melakukan perawatan intensif. Kepolisian New
Jersey kemudian mengatakan bahwa bayi dan ibu
dalam kondisi sehat. Polisi baik hati Sean mengungkapkan jika sebenarnya ia tidak pernah membantu wanita melahirkan. Ia juga tak pernah punya pengalaman untuk membantu wanita melahirkan. Meski begitu, apapun dan bagaimanapun kondisinya, polisi harus siap. Polisi harus harus selalu siap untuk menghadapi segala kondisi darurat. Atas apa yang dilakukan oleh polisi Sean ini, banyak orang mengatakan kagum dan menghargai apa yang dilakukannya
memberi inspirasi atau cita-cita baru, hal inilah yang kemudian dialami oleh seorang gadis bernama Huang Meihua. Tahun 2008 lalu, Huang harus kehilangan kedua kakinya akibat bencana gempa bumi di Wenchuan. Dilansir dari laman Facebook CCTVNews, beberapa jam setelah tragedi gempa bumi tersebut, Huang ingat kalau dirinya diselamatkan dengan menggunakan helikopter dan dibawa ke rumah sakit. Dan karena pengalaman itulah, Huang ingin menjadi
seorang pilot. Huang ingin menjadi bagian dari tim penyelamat udara kalau berhasil mengantongi izin sebagai pilot.
"Aku ingin pengalamanku ini bisa memberi dampak
positif pada orang lain," tuturnya. Dari
pengalamannya diselamatkan dengan menggunakan helikopter, Huang bertekad bisa jadi seorang pilot yang menyelamatkan nyawa banyak orang dengan keahliannya nanti.
Beruntung Huang baru saja mendapat tawaran
kursus penerbangan selama tiga minggu dari
sebuah akademi penerbangan di Vancouver,
Kanada. Rencananya Huang akan mulai belajar di
sana bulan Februari mendatang. Di Vancouver nanti, Huang akan belajar sejumlah teknik dasar penerbangan dan mengikuti kelas pelatihan terbang selama 10 jam. Setelah kursus tiga minggu, ia akan mengikuti uji komprehensif
untuk memeriksa kondisi fisik dan akademiknya
sebagai syarat bisa tidaknya ia terbang.
"Karena sekolah tersebut sudah memilihku, aku percaya diri aku mampu melakukannya," kata
Huang. "Banyak orang yang punya mimpi-mimpi
(yang sulit), tapi ada banyak hal yang bisa dicoba di hidup ini."
Huang baru berusia 11 tahun ketika gempa bumi
melanda desanya di Beichuan. Dia terkubur di
bawah reruntuhan gedung sekolah. Baru beberapa
jam kemudian, ia berhasil diselamatkan meski
kedua kakinya harus diamputasi. Meski mengalami tragedi buruk dalam hidupnya, Huang tetap melanjutkan hidupnya dengan baik. Ia bahkan diterima di sebuah sekolah internasional di
kota Dujiangyan melalui jalur beasiswa. Meski ia
masih kesulitan belajar bahasa Inggris, ia
berprestasi di sekolahnya dan akan memperjuangkan impiannya jadi pilot.
Sebelum meninggal pada awal tahun ini, nenek Lily
berpesan kepada sanak saudaranya jika saat ia
meninggal dunia nanti, ia ingin menjual rumahnya
dan uang penjualan rumah tersebut harap diberikan kepada tunawisma serta anak-anak yatim piatu di sana. Pengacara nenek, Nick Dean mengatakan, "Dia berpesan rumah itu harus dijual dan uangnya harus diberikan kepada tunawisma dan anak-anak kurang mampu." Ya, sejak muda, nenek Lily memang dikenal sebagai seseorang yang sangat baik. Nenek berusia 96 tahun tersebut juga dikenal sebagai seseorang yang sangat dermawan dan murah hati. Selama hidupnya, nenek Lily tidak pernah punya anak. Suaminya sendiri yang bernama Noel telah meninggal dunia sejak 15 tahun lalu. Sepeninggal sang suami, nenek Lily dirawat oleh keponakan-keponakannya.
Meski selama hidupnya tak pernah punya anak,
sanak saudara mengatakan jika nenek Lily sangat
sayang dan peduli kepada semua anak. Karena
kepedulian yang besar inilah, tidak heran jika nenek Lily ingin menyerahkan hartanya kepada tunawisma dan anak-anak kurang mampu di sana. Salah seorang keponakan nenek Lily mengatakan, "Bibi memang tidak punya keturunan. Tapi, dia sangat sayang kepada anak-anak, kepada kami dan kepada semua orang di sekitarnya. Ia adalah wanita yang luar biasa baik. Kebaikannya inilah yang menjadi dasar kenapa ia menyumbangkan seluruh hartanya untuk anak-anak dan orang-orang yang kurang beruntung dalam hidup mereka.
Menurut catatan Badan Amal St. Vincent de Paul,
sumbangan dari nenek Lily adalah sumbangan
terbesar yang pernah mereka terima. Nick Dean
juga mengatakan, "Ini sungguh sangat luar biasa. Ini bukan sumbangan yang kecil. Ini adalah sumbangan yang sangat besar yang diberikan secara personal. Ia adalah wanita luar biasa dan sangat baik
Universitas Trisakti tepatnya aku jualan di depan gedung ekonomi. Aku berjualan mulai dari jam 5 sore sampai jam 9 malam. Setiap hari aku membawa kue seanyak 20pcs-40pcs. Aku adalah anak tunggal, bapak dan bundaku telah berpisah. Bunda tinggal di Palembang sedangkan aku tinggal bersama bapakku di Tj Gedong. Bapakku seorang supir dan terkadang menimba air untuk dijual. Keuntungan aku berjualan tidak tentu, kadang laku kadang masih tersisa banyak. Aku telah putus sekolah sejak kelas 3 SD, rapotku telah dibakar oleh bunda saat bapak dan bundaku berkelahi. Tetapi aku tidak marah sama bunda. Sebagian uang, aku sisihkan untuk kirim ke bunda di Palembang. Aku ingin sekolah tapi aku belum punya biaya dan bagaimana aku bisa sekolah sedangkan rapotku sudah menjadi abu. Aku tetap berdoa dan optimis suatu saat TUHAN akan menolongku." Kisah Rizky pun mengundang keprihatinan netizen. Postingan foto tersebut lantas dibanjiri banyak komentar. Nyaris semua komentar yang muncul menyuarakan dukungan bagi bocah kecil yang malang itu.
Deborah Leong (35), ingin berbuat sesuatu untuk masyarakat. Dan program inilah yang mereka lakukan. Pada 22 Desember yang akan datang, mereka akan mengajak anak-anak pengungsi Myanmar di Malaysia untuk makan malam. Mereka mengundang pelanggan untuk andil dalam program itu. Pelanggan dipersilakan memberikan sumbangan dengan membeli voucher makan senilai 15 ringgit Malaysia atau sekitar Rp 48 ribu. Target mereka, kegiatan ini mampu membantu 80 anak pengungsi. “Ini sebenarnya kampanye yang sedang berlangsung. Kami mulai ini pada bulan Juli,” tutur Desonny sebagaimana dikutip Dream dari The Star, Minggu, 6 Desember 2015. Kafe ini memang didirikan untuk tujuan sosial. Tak hanya makanan hasil olahan yang dijual untuk kaum papa. Bahan baku yang dipakai, sayur mayur misalnya, dibeli dari Orang Asli, sebuah suku pedalaman Malaysia. “Beli dari mereka dan mendukung kerja mereka. Kami akan bahagia untuk mempekerjakan kelompok orang-orang ini,” tambah Desonny. Dan dalam kafe itu, pelanggan yang berduit dipersilakan membeli voucher yang nantinya ditempelkan di dinding kafe. Voucher itu bisa dipakai oleh kaum papa yang datang ke kafe ini. “Kaum yang membutuhkan, tunawisma, buruh, Anda dapat mengambil dan tinggal makan. Kami tidak akan menanyai mereka,” ujar Desonny.
seluruh isi toko tersebut disumbangkan untuk orang-orang tak mampu. Mengutip laman metro.co.uk, Carol Suchman, yang menjalankan perusahaan public relation bidang teknologi memang rutin menyumbangkan uang
untuk anak-anak tak mampu. Kebiasaan ini juga yang dilakukannya tahun ini. Saat melewati sebuah toko dengan sebuah papan pengumuman For Rent (untuk disewa), ide pun muncul di kepala Carol. "Saat saya melihat toko itu, saya tersadar saya bisa melakukan sesuatu yang hebat tahun ini," kata
Carol kepada NY1. Aksi Carol ini membuat Direktur Event Khusus dari Department of Homeless Service terkejut bukan kepalang. "Saya sudah banyak melakukan kegiatan sosial ini dan banyak orang-orang baik yang menyumbang mainan dan hadiah lainnya. Namun ini baru pertama kali saya melihat ada orang membeli seluruh isi toko
mainan dan menyumbangkannya kepada anak-
anak," katanya. Disinggung mengenai kemurahan hatinya, Carlo hanya menjawab singkat. "Saya tahu setiap orang bisa memberikan hadiah di hari istimewa ini," ujarnya.
lantaran menemukan bahwa ia sudah bisa memutar lehernya. Tak lama setelah itu, ia pun bisa menggerakkan tangan kirinya. otot-otot wajahnya pun telah kembali normal dan kekakuan di punggungnya pun menghilang. Ia pun sangat bergembira dan ingin memberikan Siti hadiah berupa uang tunai lantaran telah membantunya sembuh. Namun Siti menolaknya. Ia mengatakan bahwa apa yang dilakukannya memang merupakan tanggung jawabnya. Nyonya Zheng dan Siti menjalin hubungan kerja yang begitu baik sebagai majikan dan bawahan. Karena hal itu pula, Zheng dinominasikan untuk mendapat penghargaan the FDW & Employer of the year 2015 Awards oleh Foreign Domestic Worker Association for Social Support and Training (FAST). Siti menjelaskan, ketika ia baru tiba di Singapura, bahasa Inggrisnya tak baik, namun Zheng cukup sabar mengajarinya. "Ibu Zheng dan anak-anaknya mengajari saya bicara
bahasa Inggris. Mereka juga mengoreksi pengejaan saya. Bahasa Inggris saya meningkat baik dan saya sayang anak-anaknya. Mereka menghormati saya, dan tak menganggap saya sekadar pembantu," tutur Siti. Siti juga mengungkapkan bahwa ketika baru bekerja untuk keluarga Zheng, ia menunggu keluarga selesai makan sebelum mulai makan. Namun Zheng
bersikeras mengajaknya menikmati hidangan bersama. "Saya bisa menikmati semua makanan di meja, bahkan yang sangat mahal seperti abalone dan sirip hiu di acara Tahun Baru China. Mereka sudah menganggap saya keluarga."