It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
wah asli mana gan?
kopeng seru asuu pokoknya haha.. semoga lekas kesana
maaf mention dini hari, baru selesai update dan tidak bisa tidur soalnya. hahaha...
mohon saran dan masukkannya ya sukses buat agan semua
mungkin deimos akan bangga mencumbu mars sendiri
tapi nyatanya,
deimos akan sedih, bermuram durja
melempari nebula dengan kerikil angkasa.
meratap semesta berharap sang kuasa mengabulkan harapnya
phobos lah teman setali revolusi
memutar merotasi, merasakan kelamnya jagad ilusi
tidak kah mampu deimos menyeberang mencumbu dan memeluk bulan?
mana mungkin! bulan milik bumi. berdampingan serasi bagaikan awan bersemi.
biarkan phobos disini
-saga rambat semanis madu II-
lereng gunung, pukul 13.20
Surya tersungkur sempurna ke tanah. untungnya dia menimpa karilnya sehingga tidak terlalu menyebabkan luka parah. topi rusia nya terlepas, begitu juga tali tas kameranya. segera ia membersihkan pakaiannya dari debu dan tanah, tak lupa mengambil topi dan mengkaitkan kembali tas kamera yang terlepas itu. nampak kegelisahan tidak hilang dari mukanya, dia khawatir peralatan videografinya mengalami kerusakan parah. Surya mengecek kameranya luar dan dalam, tidak ada yang rusak. dia mengehela napas dalam.
" Sudah? "
surya sontak tercengang, ada sesosok pria yang berdiri di belakangnya menegur. ternyata dari tadi Fares mengamati Surya yang sedang kebingungan.
my godness, dia tahu keberadaanku pikirnya gugup
Surya hanya terdiam sambil berdiri kaku, ia tak mampu menatap mata Fares yang sedang memandanginya. ada perasaan takut dan bersalah karena telah membuntutinya sedari tadi. kakinya serasa kaku tak mampu melangkah. bibirnya kelu untuk mengucap kata. apalagi matanya yang mengabu seakan tak mampu melihat orang di depannya.
Surya masih terdiam, begitu juga Fares.
hingga akhirnya Fares membuka topi milik Surya..
" obati dulu kening kamu mas," ujar Fares datar.
" hah?" surya terkejut,
ia meraba kepalanya. ternyata ada luka gores yang membuat keningnya itu berdarah. awalnya tidak terasa, tetapi darah segar mengucur kebawah mengenai hidungnya yang mancung itu. Surya kembali khawatir.
" aduh, payah!" gerutu Surya.
dia segera membuka karilnya. dikeluarkannya semua isi barang yang ada di dalam untuk mencari perlengkapan p3k, namun tidak kunjung dapat. ada air mineral, nesting, makanan berat, kaos, celana, handuk, dan lain lain. Surya tidak kunjung menemukan perlengkapan vital itu.
" sini,"
Fares menarik tangan Surya. Surya sontak kembali berdiri menghadap Fares yang ternyata berdiri sangat dekat di hadapannya. di tangannya sudah ada kapas dan revanol untuk membersihkan luka Surya. tanpa basa basi, Fares langsung mengusap kening Surya yang berdarah itu.
Fares hanya terdiam kosong. bukan, bukan sakit yang di rasa. luka itu benar-benar kebal di kepalanya. tetapi rasa yang dimiliki sekarang tertuju pada jantung yang berdegup kencang. Pria yang ada di depannya kini sedang mengusap lukannya. begitu cekatan ia membersihkan darah yang mengucur segar itu. di depan matanya tepat terlihat dagu yang berjenggot tipis. bibir merah yang begitu eksotis, dengan jajaran kumis mengular tipis.
Sepersekian detik mungkin degup jantung Surya berhenti, nafasnya juga begitu. Sesosok kegungan Tuhan yang ia puja sekarang berada tidak lebih dari 30 senti di depannya. seperti mendapatkan durian runtuh. apa yang ia dambakan datang seketika dan saat itu juga. dia tidak dapat berkata apa-apa hanya naluri hati dan respon tubuhnya yang menunjukkan semuanya, bahwa ia sedang terpaku akan kehadiran Fares di hadapan Surya.
" pendaki baru ya? "
" ... " Surya tetap terdiam
" nanti nanti kalau mau nanjak lagi, belajar packing barang di karil ya." ujar Fares sambil tetap membersihkan luka.
" i...i "
" medik itu sangat penting, kalau bisa dibawa di kantong depan atau handybag."
Fares telah usai membersihkan luka di kening Surya. Pembalut luka juga telah ia tempelkan di kening putih itu.
" maaf, mas nya tuna wicara? " tanya Fares ragu.
" e.. e.. enggak kok, enggak." jawab Surya mulai berbicara.
" oh."
Fares mengangguk pelan, matanya mengamati sekitar. ia melihat dahan pohon yang patah tadi. diambilnya dan dilihatnya dengan teliti.
" hmmm.. makanya alam marah."
" maksud mas nya?"
" kamu mencoba untuk merusaknya sih. sudah izin belum?"
" maaf."
" hahahaha... kenapa sama saya, sama hutan ini lah." kata Fares terbahak.
Ia lalu berdiri dan membuang dahan pohon itu. sekali dia mematung sambil melihat suasana di sekitar hutan. ia melihat jam tangannya, dan segera berjalan meninggalkan Surya yang masih di situ.
" mas, terima kasih ya."
" iya sama-sama." jawab Fares berjalan meninggalkan Surya.
" mas!"
" ya?" Fares menoleh.
" boleh bergabung? saya sendirian kebetulan. mungkin kita bisa mendaki bersama." tawar Surya ragu.
Fares terdiam. dia sedang berpikir. apakah dia memperbolehkan Surya untuk bergabung jalan bersamanya. padahal tekad awal dia ingin mendaki sendiri untuk berkontemplasi dengan alam. pasti dengan kehadiran Surya yang nampak ceroboh tadi akan merusak rencananya. tetapi dalam hati kecilnya berucap lain, pria manis itu terlihat lugu dan amatir. pasti di perlu arahan seorang expert sepertinya. kasihan juga jika Fares harus meninggalkan Surya mendaki sendiri.
" percepat langkahmu mas, aku akan jarang berhenti." kata Fares sambil melanjutkan perjalanan.
hihi... asik asikk, nanjak bareng akhirnya
Surya senyum senyum sendiri.
bergegas ia mengambil karil yang ditimpanya tadi. setelah nyaman di punggung, Surya berlari mengejar Fares di depan. Fares sudah kembali di jalur setapak. dia begitu cepat melangkah sehingga Surya sedikit kesulitan mengimbangi jalannya. tetapi ia tak mau menyerah.
setelah kurang lebih 30 menit pendakian, kecepatan langkah Surya mulai melemah, sepertinya ia kelelahan. tetapi apa yang dilihatnya? Fares tetap saja melangkah dengan kecepatan yang sama. meninggalkan jauh Surya di belakang.
" Mas, tunggu!" teriak Surya dari belakang.
" Sampai Jumpa di pos bayangan 2!" teriak Fares.
ia tetap saja melangkah tanpa sedikitpun berhenti menengok Surya.
Surya kesal terhadapnya. dia masih saja berhenti mengatur nafas yang terengah-engah. ingin rasanya melepas karil berat itu. namun itu akan membuatnya semakin kerepotan. akhirnya ia kembali melangkah perlahan untuk mengejar Fares. Surya tidak ingin kehilangan jejak Fares dalam pendakian ini. mengingat rencana awalnya untuk merekam Fares secara candid.
dengan masih terus terengah, Surya mengambil permen karet persidaannya. Ia lumat kembali satu trip permen karet untuk meringankan beban perjalanan. terbesit ide merekam perjalanan kembali, kebetulan vegetasi disekitar sudah didominasi oleh pinus raksasa. Surya mengeluarkan kameranya kembali. ia rekam pemandangan hijau disekitar sambil terus berjalan perlahan. tidak luput juga footage scene juga ia rekam ketika mendaki agar semakin jelas perjuangannya terekam dalam dokumenter nanti.
hutan pinus, pukul 14.10
" sudah jam dua lebih kayaknya. mana itu orang tidak keliatan lagi. jangan-jangan aku ditinggal." kata Surya menggerutu sendiri.
Surya terus melangkah, hingga akhirnya sampai juga di pos bayangan 2. pos bayangan 2 ini hampir mirip pos bayangan satu. ada bangunan beratapnya juga yang bisa dipakai untuk berteduh dan melegakan kaki. Surya berdiri melihat sekitar tidak nampak ada wujud Fares yang katanya akan berjumpa di pos bayangan 2
tuh kan bener, aku ditinggal.. sial
umpat Surya dalam hati.
tiba-tiba...
" hei, lambat juga kamu mas jalannya!" Kata Fares mengagetkan Surya dari belakang.
Surya kembali tersontak. Untuk kedua kalian ia harus salah tingkah dengan kehadiran Fares yang tiba-tiba.
" buset mas, seneng amat ya ngagetin."
" hahaha... aku dari tadi berdiri di papan itu, kamu saja yang tidak awas." tawanya sambil kembali melanjutkan perjalanan.
" mas istirahat dulu siih..." ujar Surya memelas.
Fares menoleh ke arah Surya, nampak guratan lelah tergambar dari raut mukanya. peluhnya membanjiri muka baby face-nya itu. Fares merasa iba, ia menghampiri Surya dan membantu menurunkan kerilnya.
" lepas saja parka mu itu?"
" dingin mas nanti. jangan.."
" percuma, ketika mendaki tubuhmu bergerak. parka mu nanti malah membakar banyak kalori. mau diet?"
" ngga sih," jawab surya memelan.
Surya menuruti kata Fares. ia melepas jaket parka kesayangannya itu dan menyampirkannya di tas kamera. sekarang ia hanya memakai kaos oblong tozca bergambar lambang komunis. itu adalah kaos kesayangannya. maka dari itu ia memakainya sekarang. berharap nanti di pendakian ia dapat berfoto dengan kaos itu. mungkin untuk mendeklarasikan bahwa dia communist pertama yang mampu menancapkan bendera di gunung merbabu. siapa tahu...
Fares memperhatikan kaos Surya. ia hanya tesenyum simpul. apa yang ada dibayangannya adalah seorang pemuda labil dengan jiwa pergerakan yang masih abu-abu. begitu bangga dengan keradikalan komunisme melawan kaum liberal. kelompok minoritas yang menjadi penghabisan para jagal politik masa lalu kini muncul kembali dalam kaos pemuda bermuka bayi di depannya. hal yang wajar menurutnya. banyak ia temukan di jogja sosok seperti itu.
" sudah istirahatnya? ayo jalan." kata Fares meninggalkan Surya yang sedang duduk meluruskan kakinya.
" sekarang?"
Fares tetap berjalan tanpa menggubris perkataan Surya. sudah untung ia mengijinkan Surya untuk mendaki bersamanya. jadi Surya harus mengikuti aturan main Fares.
Surya yang sedikit dongkol akhirnya berdiri dan mengenakan kembali kerilnya. ia berjalan mengikuti Fares yang ada di depannya. kali ini Fares sedikit bersahabat, akselarasi langkahnya diperlembat. Surya dapat menyusulnya hingga akhirnya berjalan tepat di belakang Fares.
" Hai, Aku Surya. 20 Tahun. Asli Padang tapi tinggal 2 tahun di Semarang. mas nya? " Ujar Surya memperkenalkan diri.
sudah 2 jam lebih mereka bersama tapi mereka belum mengetahui nama satu sama lain.
" masnya,. halo? nama kamu siapa?"
Fares tetap diam dan terus berjalan.
" mmmhh... masnya tuna wicara ya?" tanya Surya kesal.
Fares berhenti mendadak. Surya yang tidak menyadarinya tertabrak keril milik Fares. Ia mengaduh.
" Jalanan di depan akan semakin terjal. jangan banyak bicara mas kalau mendaki. nanti kamu cepat lelah." kata Fares datar dengan tetap membelakangi Surya.
Surya memonyongkan bibirnya. Ia menyadari mengapa jadi seperti kambing congek di dekat Fares. Sedikit menyesal menawarkan diri untuk mendaki bersama. tahu seperti ini lebih baik ia mendaki sendiri tanpa harus bersama makhluk super dingin seperti Fares.
Tetapi Surya tidak kehabisan akal, daripada diam saja akhirnya mengambil kembali kameranya untuk merekam Fares dari belakang. kesempatan emas baginya, selagi dekat dan Fares pun juga tidak menyadarinya.
kapan lagi sedeket ini hehehe..
tawa Surya dalam hati.
Fares yang berada di depan terus saja berjalan menjejakan kakinya. ia hanya ingin merasakan keheningan dalam pendakiannya kali ini, maka dari itu ia tidak terlalu menanggapi setiap perkataan Surya.
Kanan kiri mata memandang, sudah menunjukkan perubahan kontur alam. telah nampak lembah-lembah hijau terhampar di sekitar. Fares menilik jam tangannya. pukul 15.00. sebentar lagi sampai di pos bayangan satu bathinnya. ia berencana untuk beristirahat cukup lama disana. barang 15 menit mungkin, meluruskan kaki dan berburu landscape indah untuk koleksi gambarnya.
benar saja,
tidak lebih dari sepuluh menit berjalan mereka tiba di hamparan rumput yang cukup luas. tempat ini disebut sebagai pos 1 jalur cunthel atau watu putut. terlihat beberapa rerimbunan daun berry yang meranggas di sekelilingnya. ini berarti mereka telah menempuh ketinggian sekitar 2000 meter dari permukaan laut.
dari kejauhan nampak beberapa pendaki yang sedang berfoto dengan kelompoknya. ada spanduk besar yang mereka bawa bertuliskan klab motor dari salatiga. jauh di sebelah timur sepasang pemuda pemudi sedang berjalan memulai pendakian kembali, sepertinya mereka baru saja berisitirahat disini.
" kita istirahat di sini cukup lama, lepas saja keril mu."
Fares menoleh ke belakang, dirinya heran karena tidak ada respon dari Surya.
ternyata benar, Surya tidak ada di belakang. dia hilang dari pandangan Fares.
" Suryaa..!!" Teriak Fares mencarinya ke bawah.
" Surya,..!!"
gawat, jangan-jangan dia pingsan di jalan ...
Fares mulai cemas
thx dah dilanjut..
kebetulan saya memang pernah kesana, jadi dapat menggambarkannya. tidak terlalu berimajinasi hehe :P
ceritanya seru.. mas jangan lama2 ya.. sudah ga sabar