It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Keren ceritanya...
Aku new reader... Aku suka cerita mu..
maacih ;;)
thanks semua sudah baca dan mampir, maaf 3 minggu belum update karena susah koneksi dan sikon kurang mendukung. asap pasti bakal dilanjutkan heheh
thanks juga @rasdidin yang trnyata udah menjadi silent rider but live commentator ama cerita nya. baru sadar dirimu ada di bf cuk!
thanks semua sudah baca dan mampir, maaf 3 minggu belum update karena susah koneksi dan sikon kurang mendukung. asap pasti bakal dilanjutkan heheh
thanks juga @rasdidin yang trnyata udah menjadi silent rider but live commentator ama cerita nya. baru sadar dirimu ada di bf cuk!
Malam yang panjang pikirku. Malam minggu katanya. Memang. Malam yang panjang karena aku memulainya cukup awal. 18.30. masih ada lima setengah jam lagi untuk malam minggu. Belum nanti berlanjut Minggu dini hari, malam yang panjang pikirku.
Malam ini tidak ada tujuan pasti. Belum maksudnya. Apakah Coffee shop di atas toko buku itu, atau yang berada di daerah Keraton Yogyakarta waktu itu. Aku belum tahu. Malam yang panjang pikirku. Aku harus menentukan pilihan untuk menghabiskannya. Jangan Cuma berjalan tanpa arah menghabiskan premium motor, percuma. Jalanan juga padat. Jadi aku harus menjadikannya malam yang panjang ini untuk segera menentukan pilihan.
Seorang sahabat,
Malam yang panjang katanya. Aku harus mencari bahagia. Di tengah ketidakjelasan hidupku di Yogyakarta. Selalu menghabiskan malam dengan diam, tertawa, nge-net, tidur atau kadang jalan-jalan. Malam yang panjang katanya. Tapi dia tidak bisa menemaniku menikmatinya. Tak apa pikirku. Sahabatku memberikan rujukan tempat yang mungkin bisa menjadi tempat melewatinya. Ya. Malam yang panjang itu maksud dia.
“ Pergilah ke Serafin.” Katanya.
“ Dimana itu?”
“ Dekat mbak yuni, di Kranggan. Utara jalan.”
“ Baiklah, semoga jadi.”
Malam yang panjang dan tidak jelas pikirku. Aku semakin ringsung tak tahu arah tujuan. Apakah Coffee shop di atas toko buku itu, yang berada di daerah Keraton Yogyakarta waktu itu, atau Serafin yang dikata sahabatku. Aku semakin tidak pasti. Atau mungkin ¬nge-net saja mencari barang bagus. Siapa tahu ada yang pas. Pas di hati, mata, mungkin juga kelamin. Ya pikirku, mungkin chatting buta bisa menjadi kawanku di malam yang panjang dan tidak jelas.
20.30
Malam yang semakin terasa panjang. Tidak satupun sosok yang mampu membuatku tertarik untuk bertemu. Setidaknya satu dua barang bagus. Atau jangan-jangan barang bagus sudah terjual sore tadi. Dan sedang menikmati malam panjang mereka. Yaowoh... aku lupa aku siapa. Aku kan jomblo. Makanya bingung menghabiskan malam yang panjang ini. Berharap mendapat barang bagus. Barang bagus pasti sudah memiliki pemiliknya masing-masing. Tapi pasti adalah lah barang bagus yang masih jomblo..? ya mungkin ada. Salah satunya aku. Hahaha.. Narsismu nak!
Malam panjang mulai memendek. 21.00. tapi apadaya, masih tetap terasa panjang. Semakin malah. Aku beranjak ke toko buku itu. Premium motor masih sanggup mengantarku menikmati malam panjangku. Tidak yakin sebenarnya apa yang aku cari. Ingin membeli novel, masih ada satu buku yang belum terselesaikan, membeli buku kuliah? Aku kan sedang cuti kuliah hahaha... klise! Jangankan terbaca, keluar piti saja aku tak rela. Melirik sebelah kanan rak spidol.
Sketch book
Malam yang panjang dan aku mendapatkan hiburan. Kata kekasih, eh seorang teman ding, aku dulu suka menggambar. Iya sih. Yaudah deh aku beli saja. Berikut spidolnya. Banyak warna. Galau? Tidak juga. Aku beli semuanya. sketch book 12.000 idr, spidol hitam merah hijau biru 8.000 idr. Habis 20.000. tidak mahal lah. Dan aku menemukan hiburan di malam yang panjang pikirku.
Aku menaiki tangga toko buku itu. Mencoba melihat langsung coffee shop yang membuatku penasaran. Penasaran karena menjadi setting sebuah buku. Ah, tidak seperti bayangan. Terasa panas di malam panjangku. Ramai lagi. Duh! Masa coffee shop lesehan sih. Tak ku..ku.. Lantas aku kembali turun. Keluar dari coffee shop kayu itu. Pilihan pertama ku coret. Lanjut opsi kedua. Oya, aku hampir lupa. Ternyata ini masih malam. Namun aku mulai tidak memikirkannya. Semoga tidak terasa sampai pagi dini hari.
“ Dimana?” tanya sahabatku melalu sinyal selular.
“ Jalan. Habis dari toko buku. Mau ke keraton.”
“ Jauh bingit!”
“ lha piye e, bingung mau kemana aku.”
“ Udah Serafin aja. Ngga nyesel.”
“ ... “
“ Atau kesini ae, Frankwurst?” tawarnya untuk datang ke tempat kerjanya.
“ Mahal! Yaudah aku coba. Awas ngga enak!”
“ Bye..”
Malam yang kembali terasa panjang. Aku kembali ringsung. Kalau kata anak muda sekarang sih geje. Opsi kedua aku coret. Jauh memang setelah dipikir. Akhirnya kujatuhkan pilihan ke opsi ketiga. Serafin. Sambil melihat indikator bahan bakar motor. Masih aman. Ahh, paling tidak premium masih setia menemaniku menghabiskan malam ini.
Serafin Coffee Shop and Patisserie, 21.30
Aku tidak yakin, kok sepi. Ini kan malam minggu. Panjang lagi. Tempatnya sih ngga jelek-jelek amat. Cozy malah. Akhirnya ku parkirkan motor dan rencana malam panjangku di sana.
Order and Pay. Tidak mau repot ternyata. Pesan di kasir dan langsung bayar. Barista tinggal mengantar order setelah bayar selagi kita menunggu. Model coffee shop yang berjamuran juga di Bandung maupun Jakarta. Menunya ? Standar lah. Nothing special. Bukan berarti ngga enak lho! Espresso, americano, machiatto, latte, chocolate, rainbow cake, red velvet, maccaron, dan sejenis lainnya yang manis di mulut.
“ Silahkan! Sudah siap pesan?” Barista Serafin.
“ ... “
Damn, freezing!
Maniss!! Eh cakep! So seksi gelaa!!”
“ Americano dingin, Apple Pie.”
“ Pilihan tepat mas!”
Ebuset, pernah kerja di Pizza Hut kali ya ni mas mas gemes..
“ Toilet dimana ya? Oya disini ada colokan mas? Ada wifi?” tanyaku bertubi.
“ Sekalian nyari jodoh bisa lho mas!”
Iihh... udah badai, humoris lagi! Hhhrrr...
“ boleh kalau cocok.”
“ Hahaha.. toilet di belakang sana mas, kalau colokan mas nya bisa di duduk depan sini. Untuk wifi maaf mas lagi dalam perbaikan.” Jawab si barista menyelingi tawa renyahnya (renyah sumpah! Kalau bisa aku rekam, aku rekam deh!)
Malam panjang yang nyatanya memendek. Aku sedikit kecewa. Rencana mendadak berubah. Padahal ingin hati membuka laptop dan mengarung dunia maya. Apa daya. Nasi sudah menjadi bubur. Tapi sutra lah... masih ada yang jual bubur kok. Mas nya. Hehe...
Aku duduk di bagian halaman. Ada beberapa round table untuk dua orang dan satu meja panjang. Hiasan lampu di atasnya dan pohon mangga menjadi pemanis. Mangganya berbuah. Satu dua tiga sampai puluhan. Baunya harum. Bercampur aroma kopi dan manisnya cake di dalam. Spot telah kutentukan. Aku duduk di dekat pohon mangga itu. Novel dan sketch book aku keluarkan. berikut spidol hitam merah hijau birunya. Rokok mild menthol juga dong! Cucok deh malamku. Malam yang aku pikir panjang. Akan berakhir riang.
5 menit berlalu,
“...”
10 menit berlalu,
“ Maaf ya mas lama. Tadi metik kopi sama apelnya dulu.”
Aku hanya tersenyum krik krik..
Kok garing sih masnya...mending lama-nya buat nemenin aku sini haha...
Ahh... ampun syahrini!! Malam yang panjang pikirku. Aku terganggu dengan sosok barista unyu di belakang sana. Sempat berpikir salah. Tidak seharusnya aku duduk disini jika ingin stalking dirinya. Tapi kan aku tak perlu colokan. Ngga ada wifi juga buat laptop. Disana juga ada 3 pasangan yang sedang kusyuk. Makin ngenes saja aku nanti. Yaudah lah. Aku harus fokus sibuk sendiri. Asik sendiri. Asik ngga asik ya asikin aja.
22.00
Malam yang panjang, tapi memang begitu. Aku tidak memikirkannya lagi. Goresan spidol hitam telah menghiasi kertas putihku. Abstrak. Ngga jelas. Tapi bermakna. Ceritanya aku dan dirinya. Iya, dia yang pernah mengisi hatiku di Bandung. Aku tak banyak ide apa yang bisa direalisasikan. Malam panjangku sekarang bersketsa, mantan.
Nampak Seorang wanita muda duduk. Tepat di meja depan mejaku. Menghadap arahku. Sudah pasti juga tidak melirikku.
Eh,.. dia melirik sedikit ternyata...
Ya mungkin Cuma ingin tahu sekilas. Kenapa ada orang sibuk sendiri dengan buku dan spidol di depannya. Gaya nye-ketch ku memang begitu. Menyerupai calon PNS yang sibuk dengan lembar jawabannya. Aneh? Ngga juga sih. Mungkin karena ini malam minggu dan di Coffee shop aja. Maklum aja ya mbak. Malam saya panjang hari ini. Saya ingin sibuk sendiri.
“ Maaf mas, boleh pinjam lighter nya?” tegur si mbak depanku.
Duh, opo iku lighter.. korek kali ya.
“ Oh silahkan mbak.” Kataku ramah sambil menyerahkan korek jess di meja.
“ makasih mas.”
Untung bener.... fiiuuht
Malam panjangku berlanjut kembali. Sekarang 23.00. Terbesit mengajak sahabatku untuk bergabung. Sejam lagi dia selesai kerja. Aku kirim pesan singkat padanya. Semenit dua menit belum dibalas. Mungkin lagi banyak pengunjung di resto. Baterai sekarat. Duh! Ada-ada bebe soak ini! Padahal tadi sore aku charge penuh. Mager bro mau ke kasir numpang ngecas. Tapi kalau nanti mati aku tak sempat membaca balasan temanku. Plis bebe...dont ruin my night!
“ mas, bisa numpang ngecas ngga ya?”
Malam yang panjang mendekati tengah malam. Mas badai lewat lagi. Dia sedang mengantarkan pesanan wanita tadi. Kesempatan. Sapa tahu bisa menelisik dirinya lebih dalam. Siapa yang ngga mau coba. Senyumnya itu lho. Bagaikan lelehan cokelat di dalam spongecake yang empuk, yang lumer di mulut pas di makan di pinggir pantai bareng panda unyu yang fluffy. ( halaah.....)
“ bisa mas,” dia menghampiriku.
Selangkah, dua langkah, tiga langkah.. satu langkah lagi, slow motion lho ini! Aku menyimpan kekaguman di dalam muka datar yang aku tunjukkan.
“ ini mas. Nanti saya ambil saja ke sana.”
“ tersiksa ya mas, nunggu pacar tapi hape lowbatt? Haha.”
Dihh.. sotoy ayam deh mas! Mending nunggu kamu jadi milikku.hahaha...
“ hahaha... iya iya ngga mas.” Jawabku sekenanya.
Mas Barista berlalu. Wanita tadi menjemu. Dan lagi, ia meminjam lighter ku untuk menyalakan rokoknya. (udah tau nama kerennya, bukan korek jess lagi lah ya nyebutnya! haha) aku mempersilahkannya. Tapi menyindir dalam hati. Malam panjang kayak gini bisa-bisanya tanpa persiapan. Rokok sih boleh mojito, korek ngga punya. Mana sendiri lagi. Jomblo mungkin dia. Duh kasihan.. (yang nyindir ngga sadar diri)
23.30
Malam yang panjang. Malam minggu hampir berakhir. Mendekati Minggu dini hari. Aku mulai bosan dengan sketch book ku. Bosan juga mengenang mantan untuk menjadi fantasi seniku. Aku lirik novel. Mungkin saatnya baca sekarang. Barang sepuluh menit aku tersadar. Aku perlu bebe untuk melihat balasan sahabatku. Baiklah aku kesana sekarang. Mas,. I am coming..!
Sekilas aku melirik mbak-peminjam-lighter-ku-yang-kayaknya-jomblo ketika melewatinya. Tampak risau. Apa memang lagi nunggu pacar terus ngga dateng? Atau PMS? Atau ngga ada duit untuk bayar? Ah sabodoh. Aku berlalu. Kenapa aku jadi mengurusinya. Tak peduli. Tak doyan. Doyan mas nya.
“ mas, hape saya.”
“ wah, sudah saya jual mas, gimana?”
“ oya? Laku berapa?”
“ haha.. serius boleh?”
“ BB kayak gitu ga laku mas...”
Mending mas nya saya beli...
“ Saya mau lho mas. Haha”
Daripada bebe nya mending saya aja mas, haha...
“ haha.. nanti saya ngga bisa sms-an sama pacar saya dong!”
“ tuh kan, lagi nunggu ya!”
Aku hanya tersenyum dan meninggalkannya...
Malam panjang telah berakhir. Bersambut dini hari Minggu. Riuh masih terasa. Jalanan Yogya dan imbas gegap gempita malam tadi tercermin dari gaduhnya knalpot kendaraan. Sahabatku berkabar. Dia memilih pulang dan istirahat. Aku memaklumi. Menjadi seorang pekerja paruh waktu resto memang tak mudah. Penuh tenaga yang dikeluarkan tak sebanding paruh waktu yang dihabiskan. Legowo sendiri malam tadi, dan dini hari ini.
Malam panjang yang kini menjelang pagi. Aku buka lagi novel petualangan pemuda yang aku baca. Cerita Popiuler, klasik tapi asik. Fiksi atau kisah nyata aku tak tahu. Tak peduli tepatnya. Ceritanya cukup menarik untuk mengisi waktu. Menemani mataku yang tetap menyala seiring tandasnya americano. Lepas tawa dan senyumku. Tak urung humor segar ada disitu. Sekali kadang garing. Berkali sering lucu.
Aku pandang awangan. Jeda semenit. Teringat keinginanku untuk menulis kembali. Fiksi ataupun fakta. Yang penting goresan tinta (ngetik sih) yang berkisah. Teringat tunggakanku. Teringat situs itu. Teringat cerita pendakianku. Ah, banyak juga cerita yang ngentang. Efek terlalu moody-nya diriku. Ada ide langsung ber-alkisah. Ada kesan langsung curhat tertulis. Ada yang cucoks langsung dijadiin fantasi fiksi. Kalau kebangetan berakhir masturbasi. Hina memang.
Bukannya aku tak bisa. Tetapi aku lebih sering dan mengalir jika menulis tentang LGBT terkhusus Gay. Apapun itu fokusnya. Yang penting ada bumbu-bumbu sesama jenis. Paling aku buat setting yang lagi kena saja. Seperti pendakian gunung, kehidupan mahasiswa. Sempat sih berpikir tentang perpolitikan. Atau bahkan kolosal. Ya tunggu saja semoga aku menjadikannya. Ini saja banyak yang ngentang belum terselesaikan. Apalagi situs tempat aku menarsiskan ceritaku sering kena block. Entah Internet cafe atau paket data selular. Sebel kan! Jadi bete dan males gitu deh! (alasan emang.. )
Ohya kembali lagi ke malam panjangku...
Eh, udah dini hari ternyata.
00.45
Dini hari yang hangat. Aku menguap. Pengunjung menyepi. Wanita muda itu beranjak. Dan masih sendiri. Ok, dia menghabiskan waktu dengan kesendirian di Serafin. Tangguh juga. Dua jam lebih lho sendiri di coffee shop. Aku menyesal menyindirnya. Aku yang terkadang merutuki kesendirian tapi dia seorang wanita mampu bertahan. Jarang kan wanita seperti itu. Bukan, bukan karena aku pria presto atau tulang lunak. Masih tulen kok. Hanya saja juga mengagumi sesama. Bukan hanya wanita. Toh kalau jodoh pun aku siap menerima wanita. mantan-mantanku juga bervagina semua.
Dini hari yang hangat pikirku. Ingin juga aku beranjak pulang. Tapi kan aku ngga perlu ke kasir lagi ya. Order and Pay System. Mbok sekali lagi aja mas barista nongol, harapku.
Dan ternyata benar, Tuhan.. Kok Kamu lagi baik malam ini
Aku berkemas,
Dia menata kursi di depanku.
Aku memburu berkemas,
Dia masih menata kursi di depanku,
Aku belum selesai berkemas,
Dia masih menata kursi di depanku.
Aku resah. Takut dia beres dan berlalu.
Dia selesai menata kursi.
Fak mau cabut kayaknya... eh, masih main hape di tempat ternyata...
Aku selesai. Aku beranjak. Berjalan melewatinya. Berharap mampu menatap lagi raut seri mukanya. Tapi dia menunduk melihat hape-nya. Hanya nampak hitam legam rambut klimisnya.
“ permisi mas,..” aku menegur meminta jalan keluar. (dan wajah tentunya).
“ oh, maaf mas. Silahkan.” Jawabnya sambil tetap memandang hape.
“ ... “
Sial, ngga noleh sini
“ pacarnya ngga jadi dateng mas?”
Eeaaa, ngomong juga akhirnya, hehehe...
Aku menoleh, “ hahaha, ngga mas. Lagi sibuk ama yang lain orangnya.”
Mas barista mengrenyitkan dahinya. Keheranan.
Dini hari yang berkesan pikirku. Akhirnya hasil tidak mengkhianati usaha. Untuk terakhir saat itu. Aku sekali lagi melihat wajah badai itu. Mas barista berpolo merah hati. Kau berhasil menemani hati dan malam panjangku.
“ terima kasih mas! Silahkan berkunjung kembali!”
Berkunjung kembali? Kamu mengharap itu ya boy? Okay deh kalau kamu yang nyuruh. Hehe...
Aku masih terdiam. Berjalan ke parkiran. Menaiki motor. Berkunjung kembali, itu kata terakhir darinya. Mungkin akan untuk besok atau lusa. Dia yang bilang sih. Yaudah mau dikata apa haha... malam panjangku tadi, mungkin akan berlanjut ke jilid dua. Beriring dengan dini hari yang hangat. Entah seperti apa. Aku ingin segera pulang. Dengan tetap mengimajinasinya. Segera menorehkan sensasi dan imaji dalam sebuah tulisan. Tulisan tentangnya.
Dan yang kalian baca sekarang, itu tentangnya.
Barista Serafin Coffee Shop and Patisserie, Yogyakarta.
Soba ni itai yo,
Kimi no tame ni dekiru koto ga,
Boku ni aru kana..
“ Halo?” jawabku mengangkat panggilan nomor tak dikenal.
“ Maaf, ini Agung ya?”
Yogyakarta, Pas nya di Kranggan
25 Oktober 2014
cerita saya lanjut kembali, Maaf untuk :
1. cerita yang baru dan masih pendek
2. cerita "black parka" yang belum kelanjut.
3. efek wifi yang sering ngeblock BF (semoga menkominfo baru kita ngebuka block nya) hehe...
secepatnya bisa saya lanjut lagi yang cerita ke 3 ini. pendek kok sebenarnya. cuma karena efek paket wifi aja yang mepet. (curhat)
ENJOY!
spontan sih mas. kebetulan cerita ini 98 % real story. ada lah bumbu dikit. hehehe.. malam minggu kemarin lagi.
dan malam ini baru dari sana lagi. mau dilanjut terbentuk koneksi dan blocking-an BF.
thanks sudah baca dan mampir mas @lulu_75
terutama yang tentang pendakian. itu sudah tamat?
sukaaa juga yang ini!></
lanjut lanjut^^/