It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Sekali lagi ambo mengucap Assalamualaikum untuk kawan di Forum ini,
selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.
Jangan kawatir, tidak berapa lama lagi ambo tidak akan lagi muncul memberi pendapat di forum ini.
Ambo lah jauh, bukan lagi bagian dari Rusli, bukan lagi yang berhak untuk bercerita di hadapan pendukung Rusli.
Hidup menurut ambo adalah seperti pepatah leluhur kita yaitu bagaikan roda pedati, kadang di atas dengan kesenangan, kadang di bawah dengan kekecewaan.
Berhubung sangat letih, pagi-pagi olah raga mesum hihihi, habis ujian akhir semester, rapat dan membeli tiket di stasiun kereta api, sekarang ambo menyerah. Maka Rusli lah yang menyetir waktu jalan menuju ke Pd Panjang.
"Heemm tiketnyo 4 bang ?" Tanya Rusli. Itulah tiket kereta api Wisata ke Pantai Pariaman dengan segala keunikannya berupa kuliner, alam yang terbentang, serta pulau Angso Duo nya.
"Siapa tahu saja ada dua orang lebih yang mau ang ajak, ayo pikir-pikir siapa itu ?" goda ambo
"hahah siapa ya ? belum ada ide bang" jawab Rusli
"Sampai di sana ide itu akan datang dengan sendirinya" kalimat ambo
"Eeehh orang ahli strategi ini, agak susah mencerna jalan fikiran nyo" kata si Rusli
Ambo indak tanggapi, ambo berusaha untuk tidur sesaat. Remuk tulang ini.....
Memasuki kelok si Laing setelah air terjun Lembah Anai tu, ambo buka sedikit kaca jendela mobil. Ada angin pegunungan yang sejuk menyentuh wajah ambo.
Pohon hijau nan rindang baris-berbaris menjaga lereng agar tidak longsor sehingga jalan yang hanya satu-satunya ini masih menjadi akses yang berfaedah untuk penduduk melangsungkan aktivitasnya.
Ambo buka pembicaraan yang sederhana dengan Rusli yang kelihatan sudah keletihan juga menyetir
"duuuh yang ceria selalu kalau ke Pd Panjang" kata ambo
"Ceria apa ?, biasa saja ! toh leluhur aku dari Pd Panjang" kata si Rusli
"Apa bukan karena yang lain ?" tanya ambo
"Abang nie, ada pula orang cerah ceria mau menjenguk orang meninggal, teori dari mana itu" kata dia
"Dari Ulzam" ambo balas
"Sensi amat ! Abang lagi apa ? lagi M ? harusnya ga boleh bersetubuh" tanggapan Rusli
"hahahha, ado-ado sajo ang !" ambo menanggapi dengan tidak siap, bahwa Rusli membalas dengan kalimat yang tidak terperkirakan wkwkwkwk
Mobil diarahkan Rusli ke halaman rumah Ulzam. Sudah agak longgar posisi parkirnya. Kemaren malam riuh sekali sanak saudaranya dengan kendaraan. Ruang tamu rumah itu masih terlihat rame oleh pelayat.
Waktu kami turun dari mobil Tito dan Kaka berlari mengejar Rusli, sedangkan si Ulzam berpaling ke dalam rumah.
Yaahh silahkan, kabur aja sekalian. Toh si Rusli hanya ingin melihat puasara adik ang ! banyak bacot benar dia nih.
Sebenarnya ambo tidak takut sama anak mami nih, sekali gebrak saja terjungkang nih anak mami. Tapi sekali lagi, Rusli tidak suka kekerasan.
Rusli dan dua orang anak kecil ini beriringan ke belakang rumah menuju jalan setapak ke arah kaki gunung. Kira-kira disana ada pemakaman kaum.
Cekatan sekali si Rusli sebelum magrib tiba, dia harus menemukan makam itu untuk berdo'a. Semua demi si Putri.
Ambo bersalaman dengan papa si Ulzam dan kaum kerabatnya. Mulailah perbincangan adat Minang tu. Ini keahlian ambo heeemmmm jangan ditawar-tawar.
Dari jauh si Ulzam larak-lirik, apa dia ngerti apa topik kami. Orang lahir dan besar di Jakarta, kurang paham tentunya pada tema Native yang dibicarakan orang Minang saat acara belasungkawa seperti ini.
Datanglah Rusli, dan di badanyo sudah menempel dua anak kecil,
kira-kira anak kecil itu kecapekan berjalan dan minta digendong pas jalan pulang hahahah........
"Ondeehhh kalian nih mau mbunuh uda Rusli ?" sergah mama mereka
"uh ah uh ah uh ah, olah raga sore tante" kata Rusli
"kerajinan olah raga tuh tante, tadi pagi juga olah raga" kalimat guyon ambo.... yang pasti diartikan sakit oleh si Ulzam yang mendengar dari dalam rumah
"Dah di Jakarta nanti, Tito susah lagi adaptasinya kehilangan Rusli" kata papanya
"Emang kenapa om" tanya ambo
"Habis naik kelas sebelum idul fitri nanti, kami pindah lagi ke Jakarta" kata papa si Ulzam
"Pindah ? mirip ayam bertelor sajo om nih" ambo sergah
Rusli tertegun, dan dia kehilangan kata-kata
"Kami ke Pd Panjang untuk penyembuhan Putri biar bahagia dengan udara yang sejuk. Tapi Allah berkata lain" kata mama si Ulzam
"dan Putri kalian tinggalkan sendiri di Pd Panjang" kata ambo
"ada kalian ada Ulzam juga" kata mama si Ulzam
"yah tidak apa om, Tito akan kembali ke komunitas asalnya, lagian papa ku juga di jakarta. Sekali liburan akan ketemu Tito dan Kaka lagi" kata si Rusli, tanpa sedikitpun minta persetujuan sama ambo
"Jangan ingkar janji ya Rusli" pesan mama si Ulzam
Terlihat wajah si Ulzam senyum di dalam rumah itu
Selamat untuk kalian semua
Ambo tidak marah sedikitpun, sepantasnyalah. Sebelum kenal ambo, Rusli sudah masuk sangat dalam pada keluarga ini. Si Ulzam saja yang tidak bisa bersyukur.
Tapi suatu waktu si Ulzam ini akan dapat pembalasan.
Ambo cairkan suasana
Menjelang hari-hari terakhir bahwa ambo yang pernah bahagia mendampingi Rusli, ambo akan pergi dengan cara yang sangat baik. Jauh di atas semua ini, ambo meletakkan kebahagian pada Rusli. Tidak terbesit niat sedikitpun untuk membuat Rusli sedih. Inilah nasib percintaan yang tidak pernah dapat redho dari manapun. Makin didaki, makin terasa TERJAL.
Besok Uda dan Uda Rusli mau jalan-jalan naik kereta api Wisata ke Pantai Pariaman ..... ambo bersorak
Anak dua tuh lebih kuat malah membalas sorakan
"Aku ikuuuuttttttttttttttt" kata mereka kompak
"Ayo lihat ini ada empat tiket.... cililiiiittt satu untuk Uda, satu untuk Uda Fikri, satu untuk Tito, dan satu untuk Kaka" kata Rusli yang akhirnya mengerti inilah idenya untuk mengasihkan dua tiket pada dua anak kecil ini
Tugas ambo benar-benar mendekati masa akhir.
Setelah makan malam dan beramah-tamah, ambo minta numpang mandi, Rusli juga. Ulzam mempersiapkan kamar mandi dan peralatanya.
Kami tidak boleh pulang oleh orang tua Ulzam, mereka baik sekali. Setelah berhutang budi untuk kepulangan jenazah Putri ke Pd Panjang ini.
Rusli bertahan untuk tinggal disini, karena dua anak kecil ini menangis.
Ambo turuti asal pacar ambo nih bahagia.
Ada ranjang super-besar di salah satu ruangan.
Dua anak kecil itu di tengah, tito memerangkap Rusli di sebelah kiri. Sehingga ambo terpinggir ke sebelah kanan dekat Kaka.
Ulzam berhasil tidur di samping Rusli.
Hitung-hitung ini untuk pengobat kesedihan Ulzam selama dua hari ini.
Mereka sangat letih selama dua hari ini, dan sekejab saja mereka sudah tertidur, termasuk pacar ambo.
Tadi di mobil ambo lah tidur, jadi jam-jam ini masih belum ngantuk.
Ambo melangkah ke ruang tengah, dingin sekali udara Pd Panjang ini kalau malam.
Tapi asik.
Sehubungan dengan suhu udara Pd Panjang yang begini, Rusli akan enjoy berada di samping Ulzam sebenarnya, kalau si Ulzam bisa sedikit saja merubah sifatnya. Tapi itu bukan salah Ulzam nurutku, begitulah hormon sex di tubuh Ulzam.
Tidak bisa dipaksa suka cowok kalau tuntutan dirinya butuh wanita saat-saat tertentu.
Aku lihat-lihat buku cerita dua anak kecil itu. Menarik, mereka suka baca kisah manusia. Tidak ada aku lihat yang berupa cerita robot atau cerita manusia bisa terbang atau hewan-hewan aneh yang bisa bicara. Sekecil itu, dua anak tersebut sudah memanusiakan manusia. Aku yang ahli sastra suka konsep ini. Ketimbang konsep komik atau cerita kartun zaman sekarang.
Jam 23.00 malam mataku mengantuk juga. Dari semua kamar sudah ku dengar suara dengkuran, hihihi
Pengen rasanya tidur di samping pacar ambo, tapi ada Ulzam yang memepet. Yahhh harus tidur saja, mengingat besok akan sangat letih seharian berwisata ke Pariaman.
Sesudah sholat subuh, kami meluncur ke kota Padang. Tito dan Kaka sedemikian senangnya baru pertama kali naik kereta api selama di Sumbar ini.
Jam tujuh lewat pagi itu, kami sampai di Stasiun Simpang Haru. Mobil kami parkir di Tempat yang aman dan masih harus menunggu persiapan kereta setelah itu juga berangkat.
Nanti sore Ulzam juga sudah masuk Padang karena akan mempersiapkan diri untuk ujian semester jadi dia bisa jemput adik-adiknya.
....Perhatian-perhatian, yang sudah memiliki tiket silahkan naik kereta......
kata pengeras suara
Ambo membeli tiket kelas spesial
Masuklah kami ke dalam kereta api itu
Ini kelas spesial, pendingin ruangannya ala kadar,
rame amat sih anak-anak
Satu bangku, tapi isi anaknya tiga.
Ambo Protes sama si petugas
"Kami beli karcis empat, ini orang-orang malah satu bangku tiga anak" kata ambo
"Biarlah adiak. Saling berbagi" kata petugas
Tito dan Kaka terpana
..................................
Selamat siang om tante abang mas uda uni mbak, apa kabar hari libur ini ?
Aku senang saja sih baru pertama naik kereta.
Bang Fikri, Tito, dan Kaka agak risih dengan anak-anak yang banyak hihihihi berkerumunan di samping dua adikku ini.
Bangku kami dekat jendela, sudah ada Tito dan Kaka asik melihat pemandangan, eh anak-anak tetangga menyerobot
"hoi...hoii ini bertiket.... duduk dekat bangku masing-masing" kata Bang Fikri wahaahahah sadis amat abang nih kurang mau berbagi hihihihihi aku fine-fine saja karena aku sayang sama anak-anak harapan Indonesia.
Masuklah kami di daerah Alai namanya
Kereta berhenti sebentar, Banyak orang naik itu hanya untuk gerbong ekonomi. Gerbong ini sudah tertutup rapat.
"Nah tuh bang, gerbong itu sudah meledak, mereka senyum-senyum saja tuh bang" candaku
Bang Fikri dan dua adikku senyum hahahha ada-ada saja
Setelah 30 menit barulah mereka santai, dan sudah tidak terpengaruh oleh anak-anak tetangga ini. Pada dasarnya anak-anak tetangga ini baik kok.
Namanya anak-anak tentulah mencari jendela untuk melihat-lihat pemandangan.
Aku fotoi wajah orang-orang yang kusayang ini, menarik dan bahagia kami di atas kereta ini. Kereta masuk darah st Tabing, masuk lagi penumpang ekonomi lebih padat dan sebentar lagi gerbong itu benaran meledak, wahahaha.
Ada Jembatan setelah itu, terlihat laut dan pohon kelapa itulah daerah Kuala Nyiur, kereta jalaaaaaan terus dengan pemandangan yang indah rentetan kebun pepaya, kelapa, ubi kayu, dan tentunya pisang. Hemmm pisang agak geli-geli ndengarnya hahahah.
Kereta berhenti di st Duku, eehhhhh banyak yang turun
ternyata para pedagang hasil bumi di gerbong itu.
Makin lama pemandangan makin Indah dan masuk pada daerah Pasar Usang dengan pegunungan dan di Parik Malintang sawaaaaaahhhhhhh luas sekali membantak tak henti-henti
Orang sini ada pepatah Piaman Laweh (Pariaman Luas)
Benaran luas dan subur.
Kereta berhenti di Lubuk Alung kami singkat (LA) hahahha ada-ada saja LA, pantai Karolina, Malibu anai sok amrik-amrik an.
Disini, penumpang banyak yang turun banyak juga yang naik.
Kalau langsung saja menuju Pariaman lebih asik pastinya. Tapi ini untuk bagi rasa sesuai filosofi hidup orang Minang.
Ehhhh akhirnya kereta berhenti di stasiun dekat tepi laut, ohhh pantesan orang mau berwisata ke Pariaman ini karena praktis, terus kereta menunggu lagi hingga sore hingga kita puas berkeliling pantai tanpa takut ketinggalan kereta api hahahah.
Pantai itu bernama Pantai Gandoriah.
Pas datang saja, Tito sudah melonjak-lonjak minta Sala Lauak yang lucu bulat-bulat terbuat dari nasi yang diremas-remas dengan daging ikan yang berbumbu kuning agak pedas waw siiiiippp.
Kalau Kaka menarik-narik tangan bang Fikri minta rakik Udang, apa ini aku ga bisa translatenya seperti goreng udang krispi dan udangnya swegerrrr langsung digoreng kebayang fresh nya.
Ada sih kelihatan pulau nya Angso Duo di tengah laut, ngeri amat obak nya tinggi,
kalau datang Tsunami wahahahahahahahahaha oh tidaaakkkk.
Kirain kata Bang Kim-Juliant pulau itu dekat eh ternyata jauh dan mengerikan takut Tsunami.
"Gimana, kita ke Pulau itu ?" ajak aku
"Tidaaaakkkkk " sorak mereka
"Hahah... percuma saja orang Bungus" hinaku
"Abang jarang ah dek ke pulau-pulau seperti itu, serem, ombak dan anginnya" kata bang Fikri
Akhirnya kami membayar tikar dan tidur-tiduran di semilir angin laut di bawah pohon waru.
Tito dan Kaka tidak henti-hentinya tertawa.
Di depan kami, rame sekali orang duduk makan siang dengan nasi yang dibungkus-bungkus kecil hahahah.
Terlihat pertama orang beli lauk, lalu minta satu nasi kecil,
habis, tambah lagi satu nasi kecil
dan seterusnya hingga kenyang
menarik, wahahahaha
Dulu namanya nasi SEratus Kenyang = SEK, nasi SEK ada-ada saja. Karena bungkusnya kecil, maka satu bungkus harganya adalah seratus rupiah saja, duluuuuuu, sekarang sudah mahal.
adakah ini konotasi bahwa orang-orang sini suka SEK ? sepertinya iya karena anaknya banyak-banyak. Dan Obrolan mereka selalu menjurus ke arah SEK ga cewek gak cowok. Lah iyalah siapa lagi yang ga suka SEK semua manusia dewasa suka SEK.
Tito menghabiskan 4 bungkus nasi, Kaka cuma 3, hahah meski Kaka lebih besar tapi Tito lebih jagoan dalam hal makan.
Setelah kenyang dua adik ini jadi super ngatuk, bang Fikri Juga
Heeemmmm tidurlah mereka
Aku masih melek mengawasi barang bawaan kami sambil memoto wajah yang lucu-lucu dari bang Fikri, kaka, dan Tito.
Mereka sudah semakin akrab, syukurlah ......
Namun aku tidak pernah membayangkan sedikitpun bahwa semua ini akan berakhir beberapa minggu setelah acara keakraban di pantai Pariaman ini.
Bersambung ......
Kereta Api dan Pantai
bro @balaka , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212, bro @kim_juliant27 , bro @ken89 , bro @sky_borriello , bro @NanNan , bro @PeterWilll , bro @chioazura , bro @Ndraa , bro @ularuskasurius , Bro @RereLiem28 , Bro @SteveAnggara , Bro @Asu123456 , bro @boy , bro @andrean20 , bro @Raenaldi_Rere , bro @Rifal_RMR , mbak @Watiwidya40Davi , bro @kvnandrs6
Benaran Bro Tio, aku ingin kesana, pengen makan rakik udang
Bro Yadi piknik kemana long weekend ini ? moga menyenangkan ya