It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kayaknya ulzam udah mulai berubah nih.
pak ridwan udah sadar mungkin dan wiji ckckck bener2 deh
Akhirnya datang juga kabar dari Rusli setelah ditunggu berasa 20 tahun, lama nian Rus !
Dan ...
Bahagia juga bertemu Ulzam dan adik-adiknya sudah berada di Jakarta kembali. Bagi seseorang yang mau kenalan dengan Ulzam serta ketemuan dengan Tito dan Kaka di Arion, silahkan deh ! hahahah moga bro Balaka belum pindah kos
Maka kita lanjutkan ya sahabat, tentang perjalanan nasib Rusli. Mhhhh dari mana kita mulai ya ? agak kagok setelah sekian lama tidak menulis.
Pada cerita terakhir diketahui bahwa Wiji, Ulzam, Pak Ridwan dan aku, sejenak berkaroke di De'Tones daerah boulevard Serpong.
Werrrrrrgggg ternyata Wiji segitu aja, ganteng sih. Namun tidak diiringi dengan budi-pekerti yang baik.
Pada kesempatan pertama ini kita serahin podium pada Ulzam ya, sabar, bentar lagi Rusli hadir berbagi cerita.
P. O. V dari ULZAM
"Ya udah ayo kita pulang" kata bang Eton
"Sana, ikut sekalian sama Ulzam, saya mau istirahat" kata Pak Ridwan, kkkkkkkk kena batu juga dia
"ga usah ngusir-ngusir, gue juga mau balik ! nyesel gue kesini" gerutu si Wiji
"santai men, tidak ada juga saya suruh kamu kesini" pembelaan diri pak Ridwan
"ga disuruh maka gue akan sering-sering datang, dah lama ga muncrat nih" kata si Wiji ngajak pak Ridwan tersenyum
Betul saja, keluar senyum lebar yang bikin gue muntah
"aduh bulan Ramadhan ngomong gituan, Om ajak ajalah dia noh, kami mau balik" kalimat bang Eton
"bulan Ramadhan ini tidak boleh, ok hati-hati di jalan !" kalimat penutup dari pak Ridwan sebelum satpam rumahnya menutup pintu gerbang
"ayo masuk" gue perintahin Wiji dan bang Eton segera masuk mobil gue
"ogah gue sama orang ini, gue sebarin juga nih kelakuannya dalam Tabloit" ancam bang Eton
"sebarin aja, biar gue tambah terkenal dan banyak orderan" tanggapan santai si Wiji hahahah beneran deh ga takut dengan siapapun anak ini.
"ya aku naik taxi saja Zam, sampai jumpa ya dan baik-baik di Padang sana" kalimat bang Eton
Yeaaaahhhhh bang Eton keras juga prinsipnya. Dia ga mau berdekatan dengan Wiji. Jangan gitu bang, benci-benci nanti jadi suka hahahah
Setelah memastikan bang Eton naik taxi, maka gue dan Wiji meluncur menuju Rawamangun, istirahat, makan sahur, dan gue siap-siap untuk terbang ke Padang menjemput adik-adik dan ortu gue.
Di dalam mobil Wiji membuka pembicaraan,
"dah berapa lama elu pacaran dengan dia ? sok kecakepan" kata si Wiji
"pacaran apa ? bang Eton itu bukan tipe gue, Rusli saja yang cakep gue tolak" kalimat gue
"hahahah benaran elu tolak si cemeng ? syukur dah" kata si Wiji
"napa elu mendadak bahagia ? gue tolak dia karena sekarang dia lagi pacaran dengan ketua BEM, anak sastra yang begitu kharismatik" kalimat gue
"bhuuukkssss" melayang gebukan tangan si Wiji pada pundak gue
"aww sakit ! tolol elu yah" umpat gue
"gunjingan ga bermutu, bilang aja elu lagi jadian sama si cemeng" kata dia
"cemen, cemeng, apa elu ? dia bukan cemeng lah ! elu sanggup apa hidup sendiri dan dibuang ke negeri orang ?" gue pancing jiwa si Wiji ini
"ga urusan gue" tanggapannya dengan santai
"elu turun dari mobil gue ! gampang elu berkata ini bukan urusan elu!" kali ini benaran habis rasa sabar gue
"berani elu nurunin gue, maka elu yang gue pacarin selanjutnya" ancam si Wiji
"hahaha si tolol inie" gue kembali sadar bahwa orang ini ga mempan dikasarin, ditonjok juga dia ga bergeming !
"hidup ini indah Bro, nikmati saja ! ga harus yang gimana-gimana gitu nimbang perasaan orang lain" filosofi dari dia wkwkwkwk filosofi naon
"lanjutlah elu pada ! gue bahagia aja kebayang Padang di pelupuk mata" gue panasin dia
"Jangan gitu dong Bro, elu janji ya ga ngapain-ngapain si cemeng ? dia masih perawan Bro, belum sempat gue apa-apain" kalimat dari si Wiji
"elu kenapa sih Ji ? elu sayang sama Rusli, elu juga nafsu sama pak Ridwan, itu yang tidak benar Ji ! kalau elu yang digituin orang ayo !" saran gue
"sering lagi gue digituin orang" jawab dia
woooh...... gue juga bukan orang tua si Wiji, dulu waktu kecil teman akrab, sekarang lain dong ! dah sama-sama dewasa dengan pandangan hidup masing-masing. Jadi gue hentiin sumbang saran itu setelah mobil gue manapaki rumah peninggalan ortu si Wiji, dan empat rumah setelah itu adalah rumah ortu gue di Jalan Bawal bilangan Rawamangun ini.
...........
Pagi jam 06.45 gue sudah di Bandara Soeta di minggu awal bulan Juni 2015 ini. Seiring dengan musim libur anak sekolah dan kedatangan bulan Ramadhan, sepagi ini dah berjubel aja penumpang merek singa merah tujuan Sumatra. Aduuuuhhh papa, kapanlah mau membeli tiket pesawat biru kebanggan Indonesia. Rusli saja ke Jambi harus dengan dua kali terbang Padang-JKT dan JKT-Jambi pakai pesawat biru, ini rute direct saja papa terlalu perhitungan beli tiket.
Jadi deh gue ngantri yang panjang dengan penumpang dengan bertumpuk barang-dagangan yang akan dibawa ke bagasi. Serasa gue dikepung barang-barang, padahal gue hanya bawa satu tas kecil.
Lancar bahasa Padang mereka, poooolll hahahahah bergema-gema.
Benar, kata teman kala SMP dulu kalangan sedulur gue itu Brisik versi teman yang dari Jateng atau Jabar sana, heheheh.
Di dalam pesawatpun mereka masih ngobrol berapi-api dan menyala-nyala, padahal sudah delay 20 menit. Syukurlah, dibanding dahulu, delay sehari juga kejadian hahahah.
Mendaratlah pesawat yang gue tumpangin di bandara Minang-Kabau,
ga terlalu menunggu lama, karena pengaturannya top-cer
kalau Soeta ? hahah sudah terlalu banyak pesawat yang perlu perhatian.
Di pintu kedatangan, gue disambut oleh pak tuo yaitu sepupu papa. Sepertinya papa sibuk mengatur barang sama mama, jadi ga perlu pula jemput gue ke daerah bandara ketaping yaitu Minang Kabau ini.
Di perjalanan gue diam..... alangkah bahagia jika Rusli yang menjemput gue. Hmmmmmmm hanya hayalan.
Gue berharap Rusli minggu-minggu ini menghabiskan waktu di perguruan Pd Panjang tidak beraktivitas di Padang, jadi gue bisa kasih kejutan sama adik-adik gue.
Sampai di depan pintu rumah Pd Panjang gue disambut mama dan adik-adik dengan kalimat pembuka :
"mana uda Rusli ?" kalimat adik-adik gue
"Iya mana, katanya kamu mau bawa" sergah mama
"maneketehe..... orang lagi libur !" gue mengelak
"apaan tuh, mencari Rusli saja kamu ga bisa" protes mama
hahahah..... yah gitulah, kalau gue layanin ga masuk-masuk gue dalam rumah ini.
Setelah berbuka puasa, aku ajak keluarga ke mesjid besar Pd Panjang untuk sholat Isya dan Taraweh berjamaah, semoga kami bisa bertemu dengan Rusli disana. Seperti cerita Rusli yang terakhir, dia akan sibuk dengan perguruannya mengurus kegiatan Ramadhan kota Pd Panjang.
Mesjid hampir penuh, dan kami segera menuju barisan yang lowong. Gue, papa, adik-adik gue duduk sebaris. Mama dan saudara perempuannya duduk di bagian ibu-ibu.
makin rame
makin seru
ada sorakan anak-anak khas suasana Ramadhan hahahah dimana anak-anak jadi cerewet
entah apa yang mereka cerewetin padahal puasa juga tidak ! hahaha biarlah namanya juga anak-anak, tapi adik-adik gue ga tuh ! dia ada feeling kenapa gue ajak dia kesini,
mata mereka mendelik-delik kanan kiri mencari sosok seseorang, mereka gelisah, ....
"ado apo Tito ?" kata papa gue
"aku mau ke tempat uda Rusli" tiba-tiba si Kaka yang berguman
"ada apa sih Tito ? tambah gelisah !" tanya papa lagi
"Ini mesjid uda Rusli pa, mana ya uda Rusli ?" Tito balik bertanya
papa tambah bingung, dan aku sedikit senyum sebelum kakai papa menghantam, dan aku segera menjawab hahahahah :
"kan papa mau ketemu calon menantu" kata gue
"gila kamu Zam, bilang dong Rusli disini ! dah papa cari pastinya" kalimat papa
"hahaha papa ga tanya !" jawabku
"iya uda Ulzam crang, kata uda bukan begitu" sorak Kaka
"iyo, uda Rusli indak libur" protes Tito
Berjalanlah seseorang dengan pakaian sholat yang begitu bagus, motif Jambi dan berkelas, yah anak nenek terhormat dari kota Jambi. Anak itu menuju podium mengumandangkan azan
"aiiihhhh itu uda Rusli ! uda Ulzam emang boong" gerutu Tito
"tuh calon menantu papa akan mengumandangkan azan" kalimatku dan papa senyum sambil menyuruhku berhenti berkata aneh dalam mesjid menantu kok laki-laki, hahahaha
Baru kali ini aku dengar Rusli azan, kalau mengaji pernah di mesjid air tawar dulu. Ya Allah, yang tadi jamaah BRISIIIKKKKKKK sekarang terhentak, mereka diam dalam merdunya suara Rusli menusuk pintu tobat,
kalau tidak malu sama papa, pasti menitikk air mata gue ketika suara Rusli penuh kepedihan menyuarakan dengan tinggi dan panjang .......Hayya'alaSholaaaaaaah ...... artinya mari dirikan sholat hai orang-orang yang menutup pintu hati........
ya Allah, ini kami sudah memenuhi panggilanmu untuk mendirikan sholat
Papa gue tercengang, adik-adik gue terapana mendengar nada yang tidak biasa dari mulut uda yang sayang pada mereka.
Di akhir lantunan azan dari Rusli, papa mengelus rambutku, entah apa maksudnya
hahaha apa bokap ini setuju aku kawin dengan Rusli, atau mungkin berharap, itu nak ! jadilah anak alim seperti Rusli, wkwkwkwkw papa, papa, .... tapi gue malah berharap dikawinin dengan Rusli
Setelah itu saat jamaah lain bersiap untuk sholat sunah, adik-adik gue berhamburan mengejar Rusli, hahahaha, terlihat jelas jamaah lain terganggu dan mneggerutu. Adik gue ga peduli yang penting dia dah berada di samping Rusli.
Lalu mereka sholat sunnah bersama, heheh......
Ada bapak tua, itu guru kepala sepertinya. Beliau juga senyum melihat Rusli yang terkaget dan syock dengan kedatangan adik-adik gue.
Sepanjang khultum jelang Taraweh adik-adik gur tahu diri, dia mantap dan penuh senyum tiduran di pangkuan Rusli. Papa gue begitu bahagia akhirnya orang yang ditunggu datang juga.
Akhir sholat Taraweh itu, agak sedikit memaksa mama minta izin untuk Rusli pulang ke rumah, hmmmm dan janjinya jam 11 malam akan segera dijemput oleh perguruan, karena banyak acara esok hari yang akan dimatangkan konsepnya.
Hmmmm gue perkirakan Rusli emang sudah menjadi karyawan sini seperti penyataan Rusli di cerita terakhirnya. Alhamdulillah, Rusli dibutuhkan oleh ilmu yang disenanginya, ini jauh lebih mulia dari perlakuan orang-orang yang membuatnya sedih, termasuk gue. Namun gue sudah paham bahwa gue salah, jauh sebelum kedatangan bulan Ramadhan ini. Jika hari ini Rusli masih bersama Fikri, namun gue paham betul bahwa guelah orang yang dicintainya. Gue akan sabar menunggu sebagai wujud penyesalan gue.
Karena pembaca tahu, bahwa gue punya pede yang tinggi.
Sampai di rumah Rusli tambah syock dengan makanan yang disipakan adik-adik nya hahahha
"aduh Tito, uda sudah makan" kata dia
"ayolah uda, besok kami sudah di jakarta" kata Tito
"cobalah uda cendol nih, tadi kami bantu mama, uda Ulzam juga" kata Kaka
Rusli mendelik wajahku, hehehe seolah ga percaya bahwa cendol ini enak dan dia segera mencoba
"sruuuuuuppppppp" dan wajahnya merona
"iyah, paling ini Tante beli kan ??" protes Rusli
"benaran Rus, tadi anak-anak nolongin" kata mama gue
"hahaha itu hadian untuk yang bersuara bagus" kata papaku
"Om saja yang jarang sholat ke mesjid" kalimat Rusli merendah
"gimana ma, pa, cocok kan jadi menantu ????" mata gue kedip-kedip, adik gue cengengesan
"bungkus ma sekalian, biar si Ulzam terurus di Jakarta sono" kalimat papa yang tidak gue perkirakan
"hahahah kalian ini, masuk penjara kalian ngambil aset perguruan Pd Panjang milik ormas Islam besar tanah air" alasan mama gue
Saat papa gue merokok di halaman rumah yang snagat sejuk udara malam Pd Panjang, dan mama gue membersihkan semua peralatan masak, kami bercengkrama di dalam kamar tidur gue
"wooh malam kemaren gue bertemu sama papa elu" kata gue
"dulu bang, sekarang bukan papa aku lagi" kata Rusli
sentak Tito dan Kaka menatap mata Rusli, tapi mereka masih asik dengan games di Tablet mereka.
"Kurus loh papa elu, syukur ada Wiji yang nemani" gue pancing emosi Rusli
eehhhh namun Rusli tidak terpancing, syukurlah, satu lawan lain yaitu Wiji sudah tidak perlu dikawatirkan
"syukurlah bang, andai mas Wiji tahu bahwa papa benaran sayang sama dia" kata Rusli
"benar itu, malah kami ke karaoke afgan" pancingku lagi
Rusli senyum....
"uda kita kesana kapan-kapan yuk" ajak Kaka
"hehehe mentang-mentang mas Afgan orang Pd Panjang, itu De'Tones ya bang ?" tanya Rusli yang selalu perhatian sama seni tarik suara wkwkwkwk
"iya Rus, orang Pd Panjang gitu loh" gue agak sombong memanasi Rusli
"Tunggu saja ntar ada karaoke orang jambi" kata Rusli dengan sabar agar gue tidak sombong dengan unsur Pd Panjang yang disayangi oleh Rusli.
Setelah itu masuklah mama gue,
"waah ngomongin afgan anak Pd Panjang, Rusli lebih lah ! bisa azan juga bisa ngaji juga" kata mama gue
"Tapi Rusli tidak terkenal" sentak gue hahahah
"Hahahah kamu tuh yang pengen terkenal" kata mama gue
masuk juga papa gue.......
"heheh asik benar, dah mau balik yo Rus ? Kami titip Ulzam yo Rus, urus dia baik-baik" kata papa gue
"hahah Om ini, cewek bang Ulzam ini banyak Om, mereka pasti akan ngurus bang Ulzam" kata Rusli dengan penuh kekeluargaan
"awas ang yo Zam ! tolong laporin ya Rus kalau dia masih kegatelan ! Tante paksa balik ke Jakarta" ancaman dari mama gue
"heheh tuh rasain bang" kalimat dari orang Jambi ini wkwkwk
"iyo.... rasain !" Tito menyepak kaki gue heemmmmm
"yo lah Rus, mokasih lah mau mampir, anak-anak bertanya terus mana uda Rusli ! besok kami ke Jakarta" kata mama gue
"Iyo Om, Tante, dan Tito Kaka jangan nakal yah" nasehat dari Rusli
"iyo uda" kata adik-adik gue
"Besok barang-barang sini diangkut pakai truk sewaan, barang lain kami bawa ke bagasi pesawat" kata papa gue
"Jam berapa pesawatnya Om" tanya Rusli
"hampir jam Tiga sore" kata papa gue
"iyolah, Om lihat sendiri kerjaanku, ga akan keburu ke Pd Panjang nyiapin berbuka dan kultum" kata Rusli
"Ga apa Rus, sudah kami sewa yang membantu" kata papa gue lagi
"sekali lagi kami titip Ulzam yo Rus, dan tolong kunjungi Tito dan Kaka" harapan mama gue yang pooool tuh kan rencana gue berjalan baik, elu ga akan bisa menolak gue Rus. Begitu banyak benang penghubung yang menyatakan bahwa elu akan balik untuk gue seorang.
Di atas mobil jemputan, wajah Rusli melamun panjang. Sepertinya dia terperangkap oleh omongan ortu gue, dia sepertinya mulai memikirkan cara untuk mempertahankan Fikri.
P.O.V dari Rusli
Assalaamu'alaikum om, tante, abang, uda, mas, mbak, dan rekan-rekan seperjuangan. Maaf ya baru bisa hadir setelah begitu sibuk mempersiapkan Ramadhan.
Sreeetttt ........ byuuuurrrr, dummmmmmm
Sreeetttt ........ byuuuurrrr, dummmmmmm
Alunan suara ombak yang selalu merdu di telingaku di rumah bang Fikri tepi laut Bungus yang sangat mempesona.
Kami sedang berkumpul mempersiapkan perbukaan puasa hari ini yaitu hari Minggu saat aku off dari Pd Panjang,
Intinya kami lagi menunggu proses kelahiran anak si Cinta Karolina yaitu adik bang Fikri. Tidak ada wajah kekhawatiran dari dia, bahagia ditengah orang-orang yang sayang sama dia termasuk suaminya.
Alunan angin laut nan sejuk membuatku makin semangat memotong kelapa muda warna keemasan yang begitu manis dari daerah Bungus ini. Suami si Cinta dan bang Fikri memotong batu es berupa balok-balok besar. Kalo di Jambi tinggal ambil dari dalam kulkas besar, duh kembali ingat nenek dan uwo, lagi apa mereka saat ini ?
Apak bang Fikri masih asik di koperasi nelayan
Saat jelang berbuka baru Apak itu datang dengan senyum cerah menyambut berbuka yang terasa istimewa setelah aku bawakan beberapa masakan khas Pd Panjang. Wajah yang amkan begitu sembringah melahap masakan itu. Lain halnya dengan bang Fikri, dia ada feeling itu akan membandingkan dia dengan bang Ulzam, atau dia sudah tahu bahwa aku sudah bertemu Ulzam sebelum kepindahan keluarga itu ke Jakarta ? karena baik bang Ulzam dan bang Fikri punya nomor kontak ! Mengapa selalu begini ? mengapa bang Ulzam tidak ingin melihatku sedikit bahagia ? Mengapa bang Fikri selalu terpancing dengan permainan bang Ulzam ? Seperti yang pembaca ketahui, aku sudah tidak mau berurusan dengan orang-orang yang dekat dengan mas Wiji termasuk papa Ridwan dan bang Ulzam. Aku tidak akan terpuruk lagi oleh tingkah mereka. InsyaAllah strategiku dalam mempertahankan bang Fikri akan berjalan dengan baik. Terserah dengan mereka semua, kalau aku lebih memilih bang Fikri, mereka tentunya tidak akan bisa berbuat apa-apa.
BERSAMBUNG ....
Menyentuh laramu ...... Semua lukamu tlah menjadi milikku
bro @balaka , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @centraltio , bro @fallyandra_07 , bro @fian_gundah , bro @haha_hihi12 , bro @Gabriel_Valiant, bro @cute_inuyasha , bro @Urang_Tap1n , bro @yadi212, bro @kim_juliant27 , bro @ken89 , bro @sky_borriello , bro @NanNan , bro @PeterWilll , bro @chioazura , bro @Ndraa , bro @ularuskasurius , Bro @RereLiem28 , Bro @SteveAnggara , Bro @Asu123456 , bro @boy , bro @andrean20 , bro @Raenaldi_Rere , bro @Rifal_RMR , mbak @Watiwidya40Davi , bro @kvnandrs6 , bro @nakashima , bro @j4nji , bro @abyyriza , bro @DItyadrew2 , @Mami100C , bro @raka rahadian , bro @alvin21 , bro @Sho_Lee , bro @Flowerboy , bro @yeltz (kalau berkenan ya bro yeltz)
Bahagia selalu membaca tanggapan dari Bro Raka Apa kabar Bro ? ga lagi syuting ya ? Lebih baik gitu Bro, ambil istirahat kala Ramadhan. Iyah nih Bro Rusli menyempatkan ngasih kabar. Sebelum ini kabar Ulzam mulu yang sering ketemuan di Jakarta. Hahah kalau kata Ulzam itu benar, ya susah juga ya Bro, kalau Rusli lebih sreg dengan Ulzam. Namun Rusli sudah menuju dewasa, suka harus ada logika. Fikri yang paling tepat untuk saat ini.
Owhhhh kalau si Wiji balik ngeles bahwa si om-om genit itu yang merayu dia ? wah makin malu keluarga nenek Jambi heheh