It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
*ambil garpu,klitikin kaki @3ll0*
“Apa katanya?” Tanya Putra.
“Kita diperintahkan untuk membawa Nial ke Pelabuhan
Yinyang..” jawab koki itu.
“Kenapa harus kesana? Pelabuhan Yinyang yang diperbatasan kota Harapan dan kota Pelangi kan?” Tambah Putra memastikan dan langsung dijawab dengan anggukan oleh Bima. “Kenapa harus dibawa kesana?”
“Entahlah Put, aku juga tidak mengerti”
Putra terlihat mangut mangut mendengar jawaban dari Bima yang dinilai kurang memuaskan oleh dirinya. Bima melibatkan dirinya dan juga Ghina dalam hal yang sangat sangat berbahaya, akan tetapi ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang ia hadapi. Bahkan ia sama sekali tidak diberi tahu rincian dari misi yang akan dilakukannya.
“I get it..” Putra dan Bima lalu langsung berpaling kepada Ghina. “Mengerti apaan , Ghin?”. Bima menatap Ghina dengan tatapan serius seperti elang yang tengah mengunci mangsanya dari atas langit. Entahlah, filosofisnya terasa benar seperti itu.
“Kalian cakap, Keith ni punya banyak budak budak tau? Saya masi ingat korang cakap si Keith ni punya banyak helicopter dan airplane” terang Ghina. “korang tak bilang kalau dia juga punya kapal”
“Aku mengerti sekarang” Bima tiba tiba seperti mendapat sebuah pencerahan. “Sepertinya kita akan mengantarkan Nial ke Filipina agar mendapatkan penerbangan yang aman”
“Maksudmu?” Putra terlihat kebingungan.
“Begini, kau pernah menonton film Saving Private Ryan?” Tanya Bima. “Anggap saja Nial adalah sang Ryan, dan kita adalah tentara yang bertugas untuk menyampaikan berita tentang kematian saudara Ryan. Bedanya disini, kita akan mengantarkan Nial untuk menjadi saksi dosa busuk yang telah dilakukan Keith”
“Kenapa harus ke Filipina segala?”
“Karena Indonesia sudah tidak aman, Put. Keith pasti akan memerintahkan semua bawahannya di Indonesia untuk menangkap Nial”. Penjelasan Bima yang begitu rumit membuat Putra dan Ghina terbengong-bengong.
“Baiklah jika kita harus mengantarkan Nial ke Filipina , tapi aku punya satu pertanyaan yang masih mengganjal dibenakku” Putra memerengkan sedikit kepalanya.
“Bagaimana dengan Koi?”
**
“Oh, nggak apa-apa kok Dokter Glenn. Saya malah seneng banget bisa ngerawat anak seimut Koi”. Dokter Fatimah menimang nimang Koi didekapan tepat didepan rumahnya. Wanita cantik yang berusia 30 tahunan itu terlihat begitu senang menerima permintaan dari kolega terdekat di rumah sakit tempatnya bekerja. Meski ia bekerja sebagai Dokter Spesialis Anak Anak dan Bidan , tapi itu tak menjamin dirinya untuk bisa mendapatkan momongan secepat teman-temannya yang telah menikah muda diusia 23 tahun. Ia benar-benar iri dengan mereka semua. Maka dari itu, ia dengan senang hati mengasuh Koi sewaktu Glenn dan Nial akan bepergian selama beberapa hari.
“Wah makasih banget ya Dok!” Glenn mengembangkan senyuman termanisnya. “Ga tau deh musti minta tolong ke siapa lagi” dan sebelah tangannya menggaruk garuk kepala yang sama sekali tak gatal.
“Aneh aneh aja. Kita kan udah deket gitu. Coba aja Dokter ngga belok, mungkin saya udah jadi istri dokter. Hahahaha” Ujar Fatimah sambil memukul bahu Glenn pelan. “Kalau gitu rencananya mau pergi kemana nih? Bulan madu yaaa?”
“Ah, nggak kok Dok” Pipi Glenn merona.
“Eh, gimana sama….”
Glenn mengernyit , “Gimana sama apanya dok?”
Fatimah menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum mesum , “Ituloh.. ehem ehem” yang disambut oleh O panjang dari Glenn. Glenn memang sudah terbuka kepada semua orang dirumah sakit tentang kelainan seksual yang ia miliki. Tapi ia tak pernah seterbuka apapun dengan orang lain kecuali dengan orang yang berada di depannya ini. Dokter yang dulu pernah menyatakan perasaan kepada seorang Glenn Hadiputro.
“Asik nggak?”
Glenn terkekeh pelan , “Kami.. We haven’t do anything yet but some kisses”
“Really?” Ia terkejut. “Kalian sudah hampir berkencan selama 1 bulan lebih lamanya dan tak ada satupun dari kalian yang ingin melakukan itu?” Fatimah membelalak kaget. “Apa kau tidak memberi tanda tanda kau sedang menginginkannya?”
Kekasih Nial tersebut menundukkan kepalanya sambil menahan tawanya yang berusaha ia halangi untuk meluncur . baru pertama kali ini seseorang begitu peduli tentang kehidupan menyimpangku dan rasanya begitu lucu. Batin Glenn.
“TINNNNNNN!!!!!”
Glenn menoleh kebelakang, tepat didepan pagar. Dimana 2 buah mobil sedan yang masing masing berwarna hitam dan abu-abu terparkir rapi didepan rumah Dokter Fatimah. “Sepertinya ada yang sibuk dengan liburannya yah” katanya sembari mengulum senyum.
“Baiklah kalah begitu. Saya pergi dulu ya dok” pamit Glenn dan lalu berlari menuju mobil. Ia menuju mobil sedan abu-abunya dan kemudian duduk di kursi pengemudi. Tak lupa ia membunyikan klakson 2 kali sebagai tanda bahwa ia akan segera berangkat. Ia kemudian berpaling kepada Nial yang duduk tepat disampingnya, tampak seperti tak tenang meninggalkan Koi begitu saja kepada orang lain.
“Tenanglah, Koi akan baik baik saja..” Ucap Glenn menenangkan kekasihnya itu sambil mengusap-usap kedua pipinya dengan tangan.
“Ehem. Bisa ngga mesra-mesraannya nanti aja?”
Putra menginterupsi Glenn yang sepertinya melupakan kehadiran seorang wanita di dalam mobil ini. Mobil hitam yang berada di depan mobil Glenn –dikemudikan oleh Bima dan ditemani oleh Ghina – kemudian mulai bergerak. Glenn mengikuti sesudah memperingatkan Putra dan Nial untuk memasang sabuk pengaman terlebih dahulu.
**
Cuaca malam yang begitu buruk membangunkan Keith dari tidurnya diatas pesawat pribadinya sendiri. Dalam perjalanannya menuju Indonesia, ia kebanyakan menghabiskan waktunya untuk menenangkan pikirannya setelah lelah menghadapi ratusan bahkan jutaan pertanyaan dari wartawan , kolega serta teman temannya sendiri tentang isu yang membahas dirinya sebagai dalang dari semua pengedar barang barang haram buatan organisasinya. Pikirannya kembali melayang layang kepada masa lalu, disaat ia lengah dan membiarkan tentara ingusan mencuri kertas kertas saham. Ia juga menyesali tindakannya telah membuat sekutu dengan Harold –yang pada akhirnya juga ia habisi—karena orang itu sama sekali tak bisa diandalkan.
Pesawat ini berukuran cukup besar, meski pesawat pribadi. Sedikitnya 30 orang bisa diangkut diatasnya. Maka dari itu Keith membopong beberapa orang terpercayanya untuk ikut terbang bersama. Seperti Natalie si penari striptease yang selalu melayaninya , atau Paul yang selalu lengket dengan gadgetnya dan mengawasi gerak gerik target untuk misinya kali ini, dan juga Ginnie –petarung jalanan yang ia pungut karena terlantar dijalanan setelah diusir kekasihnya sendiri—bodyguard kepercayaannya.
Ah, berbicara soal Harris. Anak pembangkang itu, batinnya. Andai saja waktu itu ia dengan suka rela mengatakan dimana letak kertas kertas itu, maka ia tak akan berakhir di rumah sakit dengan ingatan yang dihapuskan. Calvin Keith, sama sekarlli tak menyesal telah melukai anak semata wayangnya itu sedemikian parah. Karena itu kesalahannya sendiri. Mungkin sebaiknya ia harus mulai membiarkan Harris hidup dibawah sinar matahari setelah sekian lama ia penjarakan.
Seorang Pramugari menghampiri Keith dengan sebuah nampan yang berisikan segelas wine lama tahun 1970-an. “Want to drink, sir?” tawarnya. Keith mengambil segelas dan kemudian menegaknya. Pramugari itu kemudian kembali pergi.
“Paul” Keith kembali menenggak anggurnya. “Masih berapa jam lagi menuju Indonesia?”
Paul yang masih focus pada laptop nya berhenti sebentar melihat jam tangannya dan kemudian kembali mengutak atikkan jarinya pada keyboard. “Sekitar, 4 jam lagi Mr. Keith”
“Jam berapa sekarang?” tambah ayah Harris itu lagi.
“It’s 2AM, kita akan langsung landing di Bandara International Harapan. Dan setelah itu kita akan langsung menuju rumah Nial”
**
Pukul 2 dinihari, beberapa sedan hitam berhenti didepan pagar rumah Glenn. Didalam mobil itu disembunyikan banyak pistol dan juga perlengkapan perang lainnya. Seseorang keluar dari salah satu sedan itu, masih berpakaian serupa dengan Eric. Lengkap dengan kacamata hitamnya.
Ia berjalan memasuki rumah Glenn dan menangkap beberapa keganjilan, pertama yaitu mobil Eric yang menghilang. Kedua, rumah ini terlalu hening untuk ukuran sepasang kekasih yang telah menghuni rumah ini selama satu bulan belakangan.
“Dinan” Orang yang lainnya keluar dari sedan yang sama lalu mengikuti pria bersetelan hitam tadi. “Apa kau juga merasakan keanehan seperti yang ku rasakan?” Dinan menganggukkan kepalanya. Benar, meski ia hanya baru memasuki pagar rumah Glenn saja, ia sudah bisa memastikan bahwa hampir hampir tak ada orang didalam rumah minimalis ini. Kecuali sekolam ikan. “Kau benar, Alvin. Aku juga merasakan keanehan”
“Apa kita tetap stick to the plan?” Alvin kembali bertanya.
“Eric akan memberikan kita aba-aba disini jika kita akan melakukannya. Bom bom itu tak akan berguna jika kita memasangnya pada timing yang tidak tepat”
Alvin mangut-mangut. Ia membuka topi beserta jasnya. “It’s pretty hot. Padahal ini jam 2 malam. Mungkin, Eric sedang pergi buang air kecil?”
Satu bentakan diterima oleh Alvin yang berbadan agak lebih kecil. “Mana mungkin Eric rela kehilangan mobilnya hanya untuk buang air kecil?”
“Jadi, apa hipotesamu?”
Dinan mengeluarkan kotak rokok dari sakunya dan mengeluarkan pemantik dari sakunya yang lain. Ia menyulut rokok dan kemudian menghisapnya. “Kupikir sesuatu telah terjadi pada Eric”
Kedua alis Alvin bertaut satu sama lain. “Maksudmu?”
“Misi kita disini hanya untuk menangkap Nial, bukan?” pertanyaan itu spontan mendapatkan anggukan dari Alvin. “Dan menurut data dan informasi yang kita dapat, Nial bukan orang yang pandai membela dirinya dalam sebuah pertarungan. Tapi dia begitu pintar dalam hal mengasah otak” dan lagi Alvin hanya bisa mengangguk angguk. “Kau tahu bahwa menurut data yang dikirimkan Eric ke pusat, Nial tengah menjalin sebuah hubungan special dengan seseorang. Aku curiga kalau kalau orang itu telah melakukan sesuatu kepada Eric”.
Alvin terlihat mencoba mencerna kalimat demi kalimat yang dilontarkan oleh Dinan tadi. Ia terlihat berpikir sejenak. Kembali badannya disandarkan pada pagar rumah. Terlihat masih berpikir. “Apa kau sudah mencoba menghubungi Eric?”. Pertanyaan itu membuat sesuatu dalam pikiran Dinan terbangun.
“Aku sudah menghubungi Alvin. Tapi tak ada sama sekali respon” Pupil matanya melebar. “Apa kita bisa melacak keberadaan ponsel itu?”
“Maksudmu?”
“Aku curiga kalau kalau ponselnya telah berpindah tangan”
**
Beberapa sebelumnya, sesaat sebelum keberangkatan Glenn dan kawan kawan menuju Pelabuhan Yinyang…
Glenn menyiapkan Hoodie nya dilengan dan menyandarkan badannya pada salah satu pintu mobilnya. Sementara Bima menceritakan semua hal yang telah ia dengar dan ia setujui dari Ayah Koi. Termasuk juga praduga dan juga asumsinya akan beberapa hal. Seperti Nial yang harus segera diberangkatkan ke Amerika guna menghancurkan Keith dengan cara ditransportasikan melalui jalur air, dan Koi yang dititipkan pada kolega Glenn yang telah membantu penyelamatan dan memberikan pertolongan pada anak semata wayangnya itu dulu.
“apa kau yakin akan melakukan itu sendiran?” Tanya Glenn pada Bima yang langsung ia jawab dengan anggukan. “Kupikir sebaiknya kita harus mencari kertas itu secara bersama sama, Bima”
Bima menggeleng, “Kau sama sekali tidak aa hubungannya dengan ini, Glenn. Ini adalah tanggun jawabku. Biar aku saja yang mencari kertas itu”
Glenn menatap Bima mencoba mencari sesuatu yang mungkin saja bisa ia temukan dalam sorot mata sahabat Harris yang sarat akan keputus asaan itu. Ini adalah tahun ke sepuluh setelah Harris memindahkan kepemilikan surat surat pentin itu kepadanya dan bahkan saat ini Bima sendiri tela lupa dimana ia dulunya menyembunyikan kertas kertas itu. Tapi ia yakin bahwa ia dulu menyembunyikan kertas itu didalam tempat bekas penginapannya.
“But I still I can’t trust you. Kau mengambi resiko untuk memancing orang orang Keith mengejarmu kesana dengan cara menghidupkan GPS serta membawa serta HP bajingan itu bersamamu hanya untuk memastikan bahwa takkan ada yang menganggu perjalanan kami. Itu terlalu gegabah , Bima”
“Kau tahu bahwa aku membencimu kan?” Bima menatap Glenn yang juga melakukan hal yang sama padanya. “Dan kau tahu bahwa aku juga telah salah mencintai Nial dan menyembunyikan semua fakta yang sesungguhnya?”
“Korang lagi bicara apa ni?”
Glenn dan Bima sontak memalingkan kepala mereka ke asal suara. Ghina. Pria kepercayaan Bima itu tiba tiba muncul diantara perdebatan mereka berdua. “apa maksud korang ni nak korbankan diri sendiri?”
Bima terdiam. Glenn kembali menatap Bima.
“Kita ni teman. Sahabat. Kita ni dah cam jari jari tangan yang tak bisa dipisahkan. Korang tau itu”
Bima tersudut.
“Aku tahu bahwa kebencianku padamu itu melebihi jumlah bulu bulu yang tumbuh disekujur tubuhku. Tapi Ghina benar, kuputusanmu untuk mengorbankan diri sendiri itu tidaklah benar. Aku akan ikut denganmu” Kalimat terakhir membuat Bima terbelalak kaget.
“Tak, tak usah. Nial ni butuh korang , Glenn. Biar aku yang tolong Bima”
@Tsunami @3ll0 @cute_inuyasha @lulu_75 @balaka @arifinselalusial @Tsu_no_YanYan @Unprince @marco69 dan gue lupa lagi siapa
Bang @haha_hihi12 @Wita Kak @d_cetya @Adi_Suseno10 @caetsith @ramadhani_rizky @keanu_
Bang @haha_hihi12 jadi malu akunya
boleh d mensen lagi yaaaaa