It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Sam tersenyum, memamerkan deretan gigi yang terpelihara baik. Dimple di pipi kanan ketika ia tersenyum. "Lama nggak kelihatan?"
"Well, kemana saja? Aku baru disini dua bulan. May I sit?", tanya Sam sambil melihat Angi. Angi mengangguk sambil tersenyum.
"Sam, this is Angi. Angi, this is Sam.", aku memperkenalkan mereka berdua.
"Oh, ini Angi yang pernah tinggal di London?", tanya Sam. Angi mengangguk.
"I am his ex pillow.", Sam menambahkan dengan air-quote dan tekanan pada kata "ex" dan "pillow".
"Mantan temen bobok?", Angi menunjuk kami berdua dengan garpunya. Memang, Angi membutuhkan table manner course yang appropriate.
"Mungkin lo nanya bisa dari menara mesjid pake Toa ya?", aku mencubit lengan Angi gemas.
Sam hanya terkekeh. "Boleh gabung?"
Aku menatap Angi. Dan Angi menatapku kembali. "Boleh.", ucapku.
Seorang waiter memberikan buku menu kepada Sam. Aku mendengar kata kata foie gras, seared, potato herbs, bacon dan sour dough. Jelas bukan sebuah menu disini. Ia juga memesan caesar salad dengan potongan grilled Chicken dan segelas Ginger Ale.
"Masih ngga suka ati?", tanya Sam padaku sehabis memesan makan siangnya. Aku mengangguk.
"Lebih suka sakit hati dia.", Angi dengan cueknya berkata sambil mengoles welcome bread dengan herb butter. Sam terkekeh dan aku hanya bisa terdiam.
"Sakit hati sama siapa lagi, sih?"
Aku diam, lebih tertarik dengan pemandangan diluar ruangan ini. Aku menatap beberapa pegawai mall yang sedang beristirahat. Duduk diam dibawah rimbunnya pohon beringin, ditemani sebatang rokok dan segelas kopi sachet di gelas plastik.
Sam menggenggam tanganku. Hangat, menenangkan.
*
People travels for some reasons. Inilah kata yang membuatku memutuskan untuk kembali ke Jakarta, setelah iseng membaca Antologi Rasa tulisan Ika Natassa. Sebuah novel bergenre MetroPop yang sangat kugemari. Aku sudah melahap dulu Jakarta-Paris via French Kiss karangan Syahmedi Dean dikala liburan semester, hasil membuka-buka rak buku kakakku sambil membayangkan aku bekerja dalam balutan Armani suit, Tods dan menggenggan tote bag dari Mont Blanc. Having quick lunch dengan beberapa partner kerja yang sama sama stylist, blouse dari Givenchy, pencil skirt Maxmara, stiletto dari Manolo. Zara is our casual dresscode while H&M just out from our closet in the evening, ditemani layar TV yang menyiarkan beberapa seri gLee yang hanya ditangkap oleh telinga sementara mata masih asyik berkutat dengan layar 4" nya iPhone.
Well, c'est la vie. Before Armani suit, we should wore this fabric shirt that we can buy at Tanah Abang. Before H&M for our evening, we could be in Barong shirt a giveaway from our friend. Sebelum duduk di nyamannya sedan seri 7 atau seri S, kita harus terbiasa dengan 3 jam perjalanan dari kantor ke rumah diatas kursi plastik metromini 640 yang berderit dan hanya Tuhan yang tahu tingkat keamanannya. Urban living?
I move back to Jakarta awal tahun lalu. Setelah merasa waktu untuk menyepi di kampung halaman ibuku sudah cukup. At least, traffic disini menjadi hal yang mengejutkan untuk penduduknya, bukan menjadi hal yang biasa seperti yang aku rasakan. I sit at Starbucks in every weekends, lebih sering sendiri atau berinteraksi dengan laptopku, hingga beberapa barista disini mengenalku.
I move back sebenarnya karena beberapa hal: kerjaan dan kehidupan. Aku diterima bekerja masih disebuah chain hotel internasional yang baru membuka kantor regionalnya di Jakarta sebagai hub kantor-kantornya di Bangkok, New Delhi dan Shanghai. Kehidupanku sebenarnya semakin membaik, tapi kehidupan sosialku tidak. Seperti yang aku ceritakan diatas, aku hampir sendirian ketika weekend. Rekan kerjaku yang kebanyakan sudah berkeluarga lebih memilih untuk menghabiskan akhir pekannya bersama keluarga. Kehidupan cinta?
Aku pindah ke Solo tepat ketika Hamish memilih untuk mengambil kesempatan training di Jerman. In fact, aku dan Hamish sama sama berada di airport pada saat hari terakhir. Dia boarding di terminal 3 dan aku di terminal 1. Kita hanya mengucapkan kata perpisahan via telepon.
Ah, sudahlah. Kalian lebih tertarik dengan Sam? I told you, he was my college crush. Konyolnya, ia adalah mantan pacar sahabatku dan kami sering hanging out bersama. Iya bersama, jadi aku dan mereka. Dari awal aku sudah sempat berpikir kalau Sam ini bisex, and yes (ohmagay, I was so bitchy) aku pernah grepe grepe waktu Sam dan pacarnya berantem. Jadi Sam memintaku untuk menginap di unitnya, bukan hal yang aneh. Kita sering sleepover bersama. Mungkin karena pengaruh wine yang habis disesapnya, Sam lebih memilih tidur terlebih dahulu sementara mataku masih menatap layar TV.
"Icak.", aku mendengar Sam memanggilku. Aku menoleh.
"Apa?"
"Nggak papa."
Sam mengganti posisinya, menghadapku.
"Cak, sini."
Aku menoleh padanya, matanya terpejam. Hidungnya merah. Aku membenahi posisiku, tidur menghadapnya.
"Mau jackpot?", aku bertanya. Tiba tiba Sam melingkarkan tangannya.
"Sam?"
Aku merasakan ada sesuatu yang mengeras di bagian bawah. Ia mengelus lenganku. Aku dapat merasakan hembusan nafas hangat. Makin lama posisi kami makin merapat. Tangannya berangsur turun.
"Sam?"
Ia merapatkan posisinya, menggesek kemaluannya.
"Stay ya Cak?"
Ka @cute_inuyasha
Ko @Tsunami
@octavfelix
@sastrs
@adinu
@kaka_el
Ka @lulu_75
@arifinselalusial
@centaury