It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Tengah malam. Ga salah lagi. Meski samar, mata gue dengan pasti dapat melihat jam yang terpasang tepat diatas TV menunjukkan pukul 00:02. Gue tiba tiba terbangun lantaran mimpi buruk.
Seseorang sedang menjilat jilat pantat imut gue.
Hiiy!
Gue melihat keluar jendela, kerlap kerlip cahaya dari gedung gedung tinggi di Kota Harapan terpahat jelas disana. Gue tebak, mungkin ini ruangan berada di lantai 3 atau 5. Mungkin. Kemudian mata gue pindah ke sofa. Seseorang dengan badan besar tengah tidur disana. Koi. Siapa lagi yang punya badan besar diruangan ini selain si ikan?
Kalau diingat ingat, malam ini gue dibikin ngakak. Semaleman kita nonton film 21 Jump Street di HBO. Koi bahkan sampai menirukan gaya Jenko waktu lagi menangkap pencuri dengan gaya "doggystyle" nya. And it makes me laugh!
Gue pandangi lagi badannya. Dia keliatan begitu lelah. Banget. Mungkin yang salah gue, Koi udah ngantuk duluan. Gue udah nyuruh dia buat tidur, tapi dia malah nanyain gue ngantuk apa kaga. Kebetulan banget gue masih mau nonton film selanjutnya, Hansel and Gretel : The Witch Hunter . Tapi dia malah maksain buat nemanin gue.
Kembali gue balikkan kepala ke Bunga Bakung yang dibawakan Koi. Meski salah moment sih (karena gue belum mati), tapi gue ngehargainya. Gue ngga bisa berhenti senyum waktu ngeliat bunga itu. Tapi panggilan alam jauh lebih menyiksa daripada luka di kaki gue.
"Koi.." panggil gue yang sama sekali tak direspon olehnya. "Koi... bantuin gue dong" coba gue untuk yang kedua kalinya. Apa gue ngerepotin dia yah?
Ehm.. gue coba ke WC sendirian aja kali yah. Ya,ini gantungan harus di lepas dulu. Gue mencoba bangkit dari tidur dan menggapai gantungan. Melepaskan dan menurunkan secara perlahan kaki gue yang kata suster patah. Sakit sih. Tapi kalau pipis disini kan malu juga..
Gue menggeser badan dan menjatuhkan satu persatu kaki ke lantai. Mencoba meraih alat bantu jalan (gue ga tau namanya) yang diletakkan mama di samping meja dan kemudian mencoba berdiri perlahan lalu menggantungkan badan gue disana. Ketek gue ga nyaman banget. Err. Kaki gue apalagi. Beuh
Satu langkah.. sakit
Dua langkah.. sakit sekali
Tiga langkah.. aduhai sakit sekali
Dan langkah ke empat saat gue menggerakkan tongkat, gue ga sengaja keinjek sepatu kets Koi dan kemudian terjatuh tepat didepan WC.
"PLETAKK!!" Gue jatuh menindih lantai. Kaki gue berasa remuk. Badan gue apalagi.
"Huh!? Adam!!" Koi terbangun dan dengan sigap ngebantu gue berdiri. Gue meringis kesakitan, dia menggendong gue dengan kedua tangannya. "Adam mau ngapain? Kok ngga bangunin Koi dulu?"
Dalam rengkuhannya gue bisa melihat mata asianya menyiratkan kekhawatiran yang begitu mendalam pada keadaan gue saat ini.
"Adam jawab Koi! Adam ngapain?!" Suaranya meninggi. Gue bisa menangkap nada ketakutan didalam suara beratnya.
"Gue.. mau pipis. Bisa turunin gue?" Akhirnya setelah beberapa saat tertegun mulut gue bisa berbicara.
"Adam masih belum boleh jalan!" Kenapa matanya bisa jadi begitu indah?
"Ya.. mau gimana lagi. Tadi lo susah banget dibangunin". Dia terkejut. Lucu. Kali ini prediket wajah papan tulis yang sempat gue sematkan sirna sudah saat dia menunjukkan ekspresi itu didepan gue.
"Ma.. maafin Koi. Tadi Koi ngantuk banget. Maafin Koi.. Koi udah bikin Adam kayak gini.. " Kenapa bibirnya jadi begitu menggemaskan saat berbicara seperti ini? "Koi minta maaf udah jammmppphhh"
Dia terlalu menggemaskan!
**
"Satu suapan lagi nih..." Kata Koi sambil mengarahkan sendok yang berisikan nasi kedalam mulut gue. Tepat tiga jam setelah subuh petugas memberikan gue jatah makan pagi.Nasi dan kuah gulai. Dan beberapa buah. Gue sih maunya baso, atau pizza. "Abis ini minum obat yah"
Dia meletakkan piring ke atas nampan lalu berjalan ke arah WC. Kayaknya mau cuci tangan. Gue ga bisa berhenti memperhatikan punggung lebar dan kokohnya dari sini. Ngga. Ga mungkin. Ini ga mungkin.
"Ah! Seger banget udah cuci muka sama cuci tangan" dia berjalan keluar WC dan kembali mendekati gue. Mengambil obat dan mengeluarkan obat yang akan gue minum. Tak lupa menyodorkan air dulu sebelum gue menelan benda setan itu. Gue ngga suka obat!
"Mama Adam bentar lagi nyampe, barusan aja dia SMS Koi. Jadi, abis ini Koi mau pamit dulu yah.."
"Loh?"
Koi tersenyum dan lalu kembali duduk. Tangannya terjulur membelai dahi gue lagi. Ia menggerak gerakkan jempolnya disana. "Koi harus pulang, Adam. Papa dan Ayah pasti khawatir. Lagian Koi juga belum mandi.."
"Oh"
"Loh? Adam kok ngambeg?"
Ahh senyuman itu! Bangsat! Gue ini kenapa sih!? "Adam emang bukan cewek. Tapi Adam itu pacar Koi"
Gue memejamkan mata saat ia mengecup tepat di kening dan kembali tersenyum lalu kemudian pamit dan berlalu meninggalkan gue sendirian di ruangan ini.
**
"Jadi..." gue melanjutkan main Naruto Ultimate Evolution di laptop Yoga saat ia bertanya. "Lo gabakal bisa jalan normal selama 2 bulan?"
Gue menekan tombol O pada joystick yang Yoga bawa. "Malah keasikan ngegame lu" Kata Tri
"Lo kenapa sih sampai kayak begini?" Kali ini Kevin yang bersuara.
"Bentar! Nanggung!" Ah! Naruto Kyuubi Mode vs Juubi. Ayo!
"Adam!"
"Eh gue lagi main! Jangan diambil dong!" Ketiga teman gue semakin mengerubungi gue saat Kevin menjauhkan leptop itu dari pangkuan gue.
"Jawab!"
"Harus ye?" Dan satu jitakan melayang di jidat gue. "Iye iye! Jadi tuh gue lagi bawa motor..."
Mata mereka semakin mempelototi gue. Kenapa sih? Apa gara gara sakit ketampanan gue jadi meningkat 1000%? Wah, bisa jadi.
"Habis gitu gue engga sengaja nabrak truk tinja yang lagi parkir.." Kata gue sambil menundukkan kepala. Gue yakin ni anak ber-3 pasti lagi ketawa ngakak. Setan! Ketauan banget dari suara cekikikan yang gue denger.
"Pffftt..." satu pelototan melayang ke Kevin dari gue "Oke. Oke. Terus abis itu gimana?" Tanya Kevin
"Well.. yang gue ingat cuman.. " Perkataan gue terhenti saat tiba tiba sosok berbadan besar datang bersama mama gue dan suster.
"Yo! Adam!"
"Wah.. ada nak Kevin, nak Teri sama nak Yoga"
"Tri , tante" interupsi orang yang berada di samping mama.
"Oh iya iya. Itu" Mama berjalan mendekati gue sambil mengecek jidat apa masih demam apa kaga. Well, kayaknya udah turun sih. Dikit. Eh kok jadi keinget Koi ya. Mama mundur sedikit dari kasur saat suster memeriksa kondisi gue, entah apa segala macem gue juga kaga ngerti tuh suster ngapain. Yang pasti nggak memperkosa gue lah yaw. Ide kedua? Boleh saja
Sementara suster memeriksa gue, Mama mengeluarkan beberapa kottak tupperware dari dalam tasnya. Sempat sih menawari anak anak dan juga Kumar yang nunggu didepan kasur gue. Tapi mereka pada nolak karena , yah , emak gue doyan makan jengkol . I mean, jengkol itu enak. Kenapa mereka ga doyan? Gue juga kaga tau.
"Obatnya diminum kan?" Tanya suster memeriksa plastik obat yang ada diatas meja. "Diminum kok" bales gue. Udah tau jumlah obatnya berkurang, malah nanya.
Mama kemudian mengambil remot TV lalu menyelunjurkan kakinya diatas sofa yang ada didekat jendela sambil menghidupkan kubus ajaib itu. Bukan, bukan kubus ajaib, maksud gue TV. Duh sejak kapan sih gue jadi sok bisa berbahasa. Penulisnya ngaco ah!
"Are you O.K?" Kumar berjalan mendekati kepala gue.
"Menurut lo gimana?"
"Nih anak! Heh! Kalo ditanya Kumar tuh jawab!" Gue udah cerita belum kalau Kevin itu udah kayak merajakan Kumar? I mean, pernah nonton film film kerajaan? Mungkin Kevin cocok banget disejajarkan jadi paspampres. Loh, hubungannya? Beda banget sama Tri yang memang anak buah Kumar dan selalu punya cara ga-masuk-anal , eh maksud gue akal , buat ngerjain Koi. Tri lebih bersikap cuek. Mungkin karena pernah ditolak sekali ama Kumar yah. Gue juga ngga tau.
"Guys, kalian bisa out bentar ga? Gue mau ngomong empat mata dulu ama Adam" dan bisa kalian tebak, Kevin dengan sigap langsung menggiring anak anak buat keluar kamar. Sementara Kurma duduk di sebelah gue. "Emak lo ga baka denger kan? I mean, she'll screw it"
"Nyante aja. Mau ngomong apa lo? Tolong ambilin air putih dong" kata gue menunjuk nunjuk tatakan gelas yang ada diatas dispenser.
"When did you start to order me things that i will never want to do?"
Oh, shit. Gue lupa kalau yang lagi disamping gue bukan Koi. "Maaa.. tolong ambilin air minum doongg"
"Bentaaaaar!!" Gue berpaling ke arah Mama yang lagi serius banget kayaknya nonton TV. Acara apaan deh gitu jam segini, oh, MAHABROTOT.
"Well, first of all. Gue turut berduka cita ama kondisi lo yang kayak gini , bro"
"Ok. It's fine"
"Gimana ceritanya lo bisa hitted by Tinja's car? I mean, that disgusting! I mean, like seriously, i mean.." -- "Eh apaan lo Amin Amin, doain gue mati lu?"
"Oops, my bad" jawabnya cengengesan.
"Nih airnya" Mama memberikan gue segelas air putih dan membantu gue minum. Kemudian kembali meletakkan gelas ketatakan lalu kembali fokus nonton MAHABROTOT.
"Jangan bahas tinja bisa ngga?" Gila aja. Gue aja yang membayangkannya jiji. Apalagi menerima kenyataan bahwa kata susternya waktu dilariin kesini tinjanya pada belepotan di baju gue. Shit
"Yaudah. Gue kesini mau ngomong soal yang waktu itu" suaranya mulai melambat. Yang mana yah, gue abu abu nih.
"Yang mana?"
Dia berdehem, sejenak mendongakkan kepalanya melihat Mama yang kadang gigit gigit kuku waktu liat salah satu aktor MAHABROTOT lagi perang perangan. "Soal .. Koi"
"Excuse me? Sumpah, gue kaga ingat!"
"Don't tell me this accident makes you got Amnesia permanently!" Gue mencibir saat ia mengeluarkan kalimat itu. Oh, yàng waktu itu ya.. di atap sekolah..
**
"Lo ingat kan peraturan geng kita?" Tanya Kumar menyandarkan badannya ke salah satu dinding. Udin menyodorkan gue kotak bekal makan siangnya yang berisi sandwich. Sayang, gue lagi males makan waktu itu.
"Ga boleh mempunyai hubungan spesial dengan Koi dan harus menyediakan ide untuk mengerjainya dan blah blah blah hingga ladang gandum dihujani coklat Kokokurangcrunch?" Dengan malas bin sedikit nge rap gue ucapkan kalimat ngaco itu.
"Tepat sekali. Dan lo tau kan hukuman bagi orang yang.. lo tau.." ia menaikkan dagunya menunjuk ke Udin yang berkacak pinggang tepat didepan gue yang sedang duduk bersama bosnya, Kumar. Berantem? Ayo! Siapa takut! Eh, tapi kan Udin anggota Taekwondo..
"Iye ah gue tau!"
Dia tersenyum sinis pada gue sebelum mengunyah sandwhich yang ia ambil dari kotak bekal Udin. Selesai dengan kunyahan pertama ia langsung menyeka kedua ujung mulutnya dengan sapu tangannya dari dalam saku celana.
"I heard , lo tadi duet ama Koi di kantin. Correct?"
Glek. Gila. Mampus deh gue. Mana matanya melotot lagi. Habis dah keperjakaan gu.. eh kok jadi perjaka sih? "Well.. ehm.. uh.. kalau.. ya.. begitu.. maksud gue.."
"JAWAB!" Suaranya menggelegar bagai petir yang menghujam bumi disiang hari.
"I.. iya!" Sesaat gue udah memejamkan mata bersiap untuk menerima tonjokan dari Udin dan Ucok. 2 Bule kembar berambut pirang dan berbadan kekar anak buah Kumar berbasis bodyguardnya. Tapi gue tunggu beberapa saat, ngga satupun bogem mentah yang dilayangkan ke wajah gue.
"Kayaknya kalian punya hubungan khusus ya.."
What? Jangan bilang kalau seantero sekolah mengira kalau gue pacarnya Koi. Bukan! "Maksud lo?"
"What kind of relationships do you involved with?"
"Te.." damn! Lidah kenapa jadi kelu begini sih!
"Te.. apa?"
"Tem.. teman!" Kumar membuang Sandwhich nya kebawah. Matanya masih tetap tajam membunuh gue secara perlahan. "Bagus"
Huh?
"Apanya yang bagus?" Tanya gue. Wajah gue bagus? Emang sih.
"Kerja bagus. Lo emang anak buah gue yang paling baik!" Dia menepuk nepuk kepala gue dengan telapak tangannya. Sesekali ia tertawa. Entah apa maksud dari itu semua.
Petama: aq gak di mention
Kedua: kenapa scene koi nyerocos itu di korupsiiii????
Weleh-weleh Kumar bin kumur kenapa tuh ketawa2 :-?
si kumar pasti mau ngerjain koi lewat adam deh
Oh, jadi Abub masi sekolah? Whoaa.