BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Don't

1434446484975

Comments

  • Tai 20: Koi!

    Cahaya matahari yang datang menyerbu menembus kaca jendela membuat gue mau tak mau harus bangun. Rasanya gue begitu males untuk sekolah hari ini. It's 4 days before the concert dan rasanya gue juga merasakan hal yang sama dengan apa yang gue rasakan saat ini tentang sekolah. Bagaimanapun juga, sebagai seorang siswa gue mau ga mau juga harus tetap sekolah untuk menuntut ilmu. Satu hal yang selalu membuat gue bertanya tanya, si Ilmu salah apa?

    Selesai dengan Ba Bi Bu di kamar, gue langsung gabung sama bonyok dan Khaeela di ruang makan. Hari ini Mama cuman masak nasi goreng. Kebiasaan banget masakin masakan kesukaan Khaeela mulu. Tapi enak sih. Dan seperti biasa juga, Khaeela yang mengambil alih TV. Pada tau kan pagi pagi subuh jam 6 kartun di GlobalTV apaan? Benar, Naruto. Bodo ah

    "Tumben bangunnya ga digedor gedor" Jir, baru juga pagi udah disindir gue ama si setan kecil. Gue sempat melirik dia sebentar dan kembali fokus pada makanan gue. "Mata lo sembab kak" Dengan cepat gue langsung ngambil serbet dan mengusapkannya ke wajah gue. "Gue becanda doang kok" Anjing! Gue dikerjain pagi pagi!"

    "Setan lo!" Nih setan kecil bisanya bikin gue gregetan doang!

    "Kalo gue setan, berarti lo kakaknya setan dong" Gue langsung menghentakkan kaki gue ke lantai mencoba membunuh Khaeela dengan garpu yang ada di dekat tangan gue. But,

    "Adudududuh!!" Gue sampe lupa kalau kaki gue masih sakit.

    "Tuh kan Adam, jangan gangguin adek kamu dong. Kualat sendiri kan jadinya" Papa malah lebih mihak dia. Orang yang dibela cuman memberikan gue tatapan cemoohan dari seberang meja. Sialan!

    "Oh iya, kaki kamu gimana?" Kata Mama sambil meletakkan segelas susu putih didepan piring gue.

    "Ehmm.. masih berasa sakit sih.."

    "Emang sakit kali kak. Lo kan emang lemah! Cih percuma gue berharap kakak gue bisa jadi sekeren Lee Min Ho di film City Hunter kalo gitu aja sakit" Etdah. Nih anak

    "Hush! Gaboleh gitu dong dek"

    "Noh Papa belain gue kan! Bwek! Emang nasib anak buangan tuh kayak gitu"

    "Siapa bilang gue anak buangan? Gue kan anak dari princess cantik Alisya. Iya kan, Ma?" Mama langsung mangut mangut semangat dan memeluk Khaeela dengan bersemangat.

    "Ahh! Anak mama tau aja deh kalau mama tuh cikal bakal seorang princess"

    "Udah ketuaan kali Ma" timpal gue

    "Heh! Jangan ngelunjak ya! Mentang mentang sakit seenaknya bilang Mama jelek. Uang jajan kamu Mama potong!"

    "Lah? Yah.. Mama..." salah omong lagi.

    Mama meraih dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna hijau pada setan kecil itu. "Nih Mama tambahin jajan kamu yah" Dan kemudian berjalan ke arah gue dengan memasang wajah cemberut. "Nih"

    "Loh? Kok cuman lima rebu , Ma?"

    "Soalnya dua puluh lima rebu lagi bakal Mama buat nyalon biar ga dibilang jelek lagi ama Anak sendiri" kampret. Dasar Khaeela setan!!

    Gue yang masih kesel karena jajannya dikurangi tiba tiba dikejutkan dengan getaran ponsel yang gue letakkan diatas meja. Dua SMS bertengger di inbox. Gue letakkan jari gue diatas layar dan membuka lockscreen.

    From: Om Harris
    +628xxxxxxxxxx
    Aku berada di depan pintu rumahmu.

    Huh?

    From: Om Harris
    +628xxxxxxxxx
    U don't have to go to school. Aku sudah meminta izin ke wali kelasmu.

    Loh? Maksudnya apa-apaan ini? Benar saja, selang beberapa saat setelah gue membaca SMS kedua, bunyi daun pintu yang diketuk beberapa kali mengagetkan Mama yang sedang asyik diporotin ama Khaeela.

    "Biar Mama yang bukain" katanya serasa bangkit dan berjalan ke pintu. Tapi, gimana yah reaksi mama kalau ketemu ama orang seumuran yang kayak om Harris? Mungkin Mama bakal epilepsi seketika? Atau kejang kejang lalu histeris? Atau mungkin yang lebih parah Mama akan lupa gimana caranya bernafas dan tewas seketika? Oke, itu lebay.

    "Tunggu Ma! Biar Adam aja yang bukain! Mama disini aja. Yang diluar temen Adam" Gue lalu meraih tongkat gue dan berdiri kemudian menyandang tas. "Adam pergi dulu, Pa. Ma"

    Kemudian gue berjalan menuju pintu. Suara ketukan masih terdengar beberapa kali.

    Ah! Gue pake acara kesandung lagi! Untung aja ga sampe jatuh. Tapi suara ketokan di pintu masih aja terdengar lagi dan lagi. Masa sih Om Harris sampe seribet segininya untuk nyuruh gue cepet keluar? Bukannya om Harris tuh orang yang sabar?

    "Iya iya tunggu!" Pekik gue dari dalam sambil memutar knop pintu.

    "Hai Adam"

    Dia bukan om Harris. Oke. Ini mengejutkan.
    **

    Gue masih bingung. Bisa bisanya nih orang nyamperin gue setelah apa yang dia lakukan ke gue dulu dan membuat semua orang membuka semua topengnya kepada gue.

    "Please.."

    Om Harris yang sedang menyetir disamping gue cuman bisa melirik gue sebentar dan lalu kembali fokus pada jalanan. Gue masih memalingkan tatapan gue pada kemacetan di jalan. Entah kenapa om Harris bisa ngajak orang ini yang udah ngancurin hidup gue. Masih terbayang dan terngiang jelas di benak gue saat Kumar mengatakan semuanya. Bahwa dia yang telah menceritakan semuanya. Apapun. Apapun yang terjadi diantara gue dan Koi. Dan sungguh, itu semua membuat gue muak. Dan sekarang dia kembali datang mengatakan kalau dia menyesal melakukan itu semua dan mengatakan kalau dia membutuhkan gue sebagai sohibnya untuk selalu berada disampingnya? Sohib? Bahkan satu satunya kata yang pantas menurut gue untuknya adalah

    "Bajingan"

    "Please, Dam. Lo harus maafin gue! Gue ngerasa hidup gue ga penting tanpa elo! Kurang lengkap! Lo sohib gue satu satunya!"

    Gue bahkan tak sedikitpun sudi untuk melihatnya. Tak secuilpun. Sungguh. Ingat saat dia mengatakan kalau dia bisa gue percaya untuk menceritakan masalah apapun kepadanya? Ingat saat dia mengatakan kalau dia takkan mengatakan kepada Kumar tentang Koi?

    **

    'Pictures in my pocket are faded from the washer
    I can barely just make up your face
    Food your save for later
    In my refrigerator
    It's been too long since later never came

    I know, one day eventually
    Yeah i know. One day i'll have to let it all go
    But i keep it just in case..
    Yeah i keep it just in case..

    In case you don't find what you're looking for
    In case you missing what you have before

  • "Stop! Stop!"

    Gue menjauhkan mulut gue dari microphone dan menghentikan hentakan tangan gue diatas piano saat om Harris menyuruh gue untuk berhenti.

    "Kau harus tinggikan sedikit lagi nadanya di bagian itu! Like 'In case you missing what you have before' . Kau takkan bisa mencapai nada dilirik selanjutnya jika dibagian ini kau belum bisa. Sekarang ulangi. Dari bagian reff"

    Gue cuman bisa mengangguk dan kembali menekan nekan tuts piano.

    'In case you don't find what you looking for
    In case you missing what you have before
    In case you change your' -- "Stop!"

    Damn it! Salah lagi? Om Harris menekan nekan pelipisnya. Terlihat ada yang menganggunya dimana satu satunya menurut gue yang menganggu konsentrasi gue bernyanyi adalah orang yang sedang duduk di kursi penonton sana!

    "Oke. Kau lanjutkan dulu latihan. I need some air"

    Om Harris berjalan menuruni panggung dan meninggalkan gue di belakang piano sendirian. Seseorang yang sedang duduk di bangku penonton cuman terdiam sambil memandang gue tajam. Entah apa maksud dari tatapannya.

    "Kalau lo ga ada kepentingan disini. Lebih baik lo keluar" kata gue cuek namun penuh dengan kesinisan sambil memposisikan jari jari gue kembali diatas piano.

    'In case you don't find what you looking for
    In case you missing what you have before
    In case you change your mind' ah. Masih kurang tinggi suara gue.

    "I'll be wait here , in case you just wanna go home. In case. Itu kan lirik selanjutnya?" Entah sejak kapan dia udah berada diatas sini. Tiba tiba bersandar pada piano membelakangi gue menghadap ke bangku penonton. "Gue ga pernah nyangka kalau lo masih tetap berkeinginan untuk mendapatkan kontrak itu"

    "....."

    "Jujur. Gue benar benar takut untuk mendatangi lo sejak saat lo dikucilin semua orang di sekolah"

    "....."

    "Gue tau semua konsekuensinya waktu Kumar memaksa gue untuk menceritakan semuanya tentang elo"

    "Bohong"

    "Terserah lo percaya apa ngga"

    "........"

    "Lo masih ingat ngga cita cita kita berdua waktu itu? Waktu kita kelas 2 SMP. Lo bilang pengen jadi penyanyi terkenal di Hollywood dan gue yang akan menjadi partner lo dalam hal itu?"

    "........"

    "Gue menantikan masa masa itu Dam. Melihat lo yang dilatih oleh orang sehebat Calvin Harris , membuat semangat gue terbakar untuk bisa.."

    "Lo sengaja kan?"

    Dia bergeming masih memunggungi gue.

    "Lo dari awal emang sengaja menceritakan semuanya ke Kumar untuk menjatuhkan gue kan? Gue kini sadar kalau lo ga ada bedanya sama semua orang orang itu! Lo bilang kita sohib? Kenapa lo ngelakuin itu? Kenapa lo biarin gue kluar dari band? Lo tau ga rasa sakitnya gimana saat semua orang yang sayang dan care ke elo pergi ninggalin lo begitu aja?"

    "Gue lebih dari itu dam!" Suaranya meninggi. Meski dia memunggungi gue, gue tau pasti dia sedang di bakar emosi saat ini. "Lo ga tau kan rasanya saat fakta mengatakan kalau lo telah melawan arus dan menyukai orang yang salah?" Ucapnya sambil memutar badannya menghadap gue.

    "Ma.. maksud lo?"

    "GUE GAY!"

    DEG! Apa maksudnya mengatakan itu kepada gue?
    "Lo ngerti kan rasanya saat orang yang lo taksir lama tiba tiba jadi pacar orang lain?"

    Tiba tiba hawa di sekitar gue terasa memanas. Antara gue dan Yoga hanya menyisakan piano. Tatapannya begitu membunuh. Menelisik kedalam setiap gerak gerik bola mata gue. Bibirnya bergetar dan alisnya bertaut satu sama lain.

    "LO GA TAU KAN SAKITNYA HATI GUE SAAT GUE TAKUT MENYATAKAN PERASAAN GUE KE SAHABAT YANG GUE PIKIR NORMAL TAPI MALAH JADIAN SAMA COWOK!?"

    Mata gue membelalak. Glek. Yoga menyukai gue? Ngga mungkin. "Lo pasti becanda"

    "Gue tau Koi bakal sakit hati waktu tau lo lebih milih mengikuti kehendak Adam. Gue tau Koi sudah mendapatkan tawaran bermain di film itu. Gue tau Koi bakal menerima tawaran itu saat lo membuatnya sakit hati"

    Amarah membuat semua darah naik ke ubun ubun gue. Tangan gue terkepal diatas tuts.

    "BAJINGAN LO!BANGSAT!!"

    Dan secara mendadak wajahnya berubah menjadi lusuh ketika gue membalas teriakannya. Dia cuman bisa menundukkan wajahnya. Gue yang melihatnya seperti itu juga menjadi bingung. "Gue ngerti kalau gue brengsek dam.. gue ngerti kalau yang gue lakuin itu salah. Seharusnya gue ngga ngelakuin itu. Lo boleh mengatakan itu" katanya sambil menatap gue dalam. Entahlah, rasanya sosok yang sedang berdiri didepan gue saat ini bukanlah Yoga yang pernah gue kenal.

    "Gue sadar dam.. kalau gue emang ga pantes buat lo. Buat ngejaga lo. Buat ngelindungi elo. Gue mundur dam"

    "......"

    "Gue sadar satu satunya orang yang lo butuhkan untuk menjadi pendamping lo cuman Koi. Gue tau itu. Gue tau pasti"

    "......."

    "Mana mungkin lo mau sama orang yang gendut kayak gue. Yang sehari hari cuman bisa makan. Yang sehari hari cuman bisa memuja lo dari jauh..."

    "Ga.."

    "Gue mundur, dam..."

    Terlalu banyak rasa sakit yang ia simpan dalam 3kata itu. Meski tak dapat gue menangkap bola matanya, tapi rasa pedih itu entah mengapa juga ikut menyayat hati gue.

    "Ga.. lo.." -- "Maaf gue udah bikin lo diusir dari band" Dia kembali berbalik lalu berjalan menuruni panggung. Gue hanya dapat melihat punggungnya yang perlahan mulai menghilang di bangku penonton dan lenyap setelah melewati pintu keluar.

    **

    Esok paginya om Harris kembali 'menculik' gue dari rumah. Alih alih pergi ke sekolah, gue malah pergi ke 'studio' nya om Harris buat latihan. Ngga ada Yoga lagi. 3 hari menjelang konser. Om Harris sangat gencar dan bersemangat untuk melatih gue. Kami mengatur dan telah merencanakan banyak hal sejak beberapa hari yang lalu. Konsep perform gue sangat simpel. Kami akhirnya sepakat untuk membawakan lagu 'Bukan Pujangga' nya siapa itu gue juga lupa, sama lagunya Chris Medina , 'What Are Words'

    Om Harris bilang untuk selalu latihan setiap harinya ke tempatnya. Karena beliau sudah membuat alasan palsu agar gue mebdapatkan izin untuk tidak sekolah hingga hari H. Entah cara apa yang si bule pakai. Apa om Harris berhasil memancarkan sex appealnya didepan Bu Sayang? Oke. Itu mesum.
  • Hari sudah menunjukkan pukul 4 sore. Saat ini gue diajak om Harris buat makan ke sebuah restoran di pusat perbelanjaan terdekat, IndoApril. Kebetulan didepannya ada warung kecil kecilan gitu yang nyediain berbagai makanan daerah. Mulai dari rendang sampai nasi goreng. Mulai dari yang rasanya nendang sampai yang begitu bazeng. Sebut aja, Gulai Ikan Gurame. Itu termasuk makanan yang paling diminati di tempat ini (secara gue ngeliat orang orang pada makan itu disini). Saat gue duduk di salah satu meja dan membaca menu, kami langsung ditawari oleh banyak masakan nusantara. Ada sih masakan luar, cuman berada dalam rasio yang lebih kecil dari masakan indonesia. Setelah cacing cacing di perut gue mengadakan rapat mendadak dan otak gue mengeluarkan UU untuk me-granted-kan keputusan para cacing, jadilah gue memesan Nasi Goreng Udik dan ditemani dengan minumnya Teh Bukan Teh . Wait, Teh Bukan Teh?

    Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya datang juga pesanan gue. Maksudnya pesanan gue dan om Harris. Om Harris mesen Gulai Ikan Gurame kayak yang lainnya. Minumnya juga Teh Manis biasa aja. Cuman pesenan gue yang ngga biasa. Secara gitu gue kan istimewa. Muehehe

    "How is it?"

    Gue menengadahkan kepala gue pada om Harris yang sepertinya begitu penasaran dengan makanan gue. "You want some?"

    "No, i'm not gonna willing my self to become udik like you"

    Gue terkekeh. "But it does good. You should taste it" Gue menggeser piring gue kedepannya berniat untuk menawarkan. Om Harris tampak ragu, Namun pada akhirnya dia mengambil sesendok nasi goreng beserta isi isi yang ada diatas piring gue. "I'm not gonna be an udik person, right?" Kami berdua terbahak saat itu juga. Setelah om Harris memasukkan suapan nya itu kedalam mulutnya, ia tampak mangut mangut. "You right, it's yummy"

    Gue menarik gelas Teh Bukan Teh gue lalu meminumnya sedikit.

    "Well, by the way. Apa kau sudah merasa O.K dengan konsep penampilan kita nanti?"

    "Ehm!" Gue menelan minuman yang masih berada didalam mulut. "I think konsep dimana aku ditemani oleh 30 penyanyi gospel itu terlalu berlebihan"

    "Justru menurutku itu lebih bagus, Adam" Om Harris kembali lanjut menikmati makanannya.

    "Kenapa? Menurutku lagu What Are Words bukan lagu seperti Love On Top yang memerlukan vokal bagus untuk menyanyikannya"

    "Suara choir akan memperindah suaramu dibagian chorusnya. Apa kau pernah mendengarkan lagu 'Stay With Me' nya Sam Smith?"

    Gue menggeleng. Gue tau sih lagu itu lagi marak maraknya jadi perbincangan hangat dikalangan penikmat musik dunia, but entah kenapa judulnya menurut gue terlalu pasaran dan membuat nafsu gue untuk mendengarkannya ngga hidup. Alih alih mendownload satu albumnya, gue malah menghapus lagu itu dari tracklistings gue di hp.

    "Kupikir kau harus mendengarkannya satu kali" Kata Om Harris lalu menenggak minumannya.

    Gue memutar bola mata. Well, gue udah kehabisann beberapa puluh ribu untuk mendownload lagu itu di iTunes dan sekarang ia menyuruh gue untuk membelinya lagi? No.

    "Adam?"

    Gue langsung memutar kepala gue kebelakang menuju arah suara tersebut. Sasha.

    "Good afternoon! Hi Mr. Harris. Good to see you"

    Om Harris membalas sapaannya dengan sebuah senyuman lalu mempersilahkan Sasha untuk duduk di sebelahnya. Seperti biasa, pakaiannya Sasha begitu.. Beha-Kutang-able. Lo tau lah maksud gue kayak gimana.

    "What do you guys eat? Kebetulan sekali, sekarang aku juga sedang lapar. Tadinya sih mau makan dirumah aja, tapi ketemu kalian disini. Sekalian aja makan disini"

    Gue cuman terdiam menanggapi bule bohay itu dan lebih memilih untuk kembali kepada Nasi Goreng Udik gue. Sementara Sasha ber-basbisbus-ria bersama om Harris, gue hanya mendengar perkataan serta ocehannya dengan cuek.

    "Oh! Here it is! Itadakimasu!" Kata Sasha setelah menerima pesanannya.

    "You can speak japanese?" Tanya om Harris

    "Well, buyutku adalah orang jepang"

    Gila nih keluarganya Sasha. Sendirinya besar Amerika, Abangnya keturunan India, buyutnya malah orang jepang. Menakjubkan.

    "Impressive" balas om Harris. "Kau kesini dengan siapa?"

    "Kumar"

    Hah? Kumar? Kok? Eh

    "Easy, dude. I told you i'm gonna kick Kumar's ass wasn't i?" Matanya berkilat saat mengatakan itu. "Well, aku tak benar benar menendang bokongnya sih. Hanya.. yah.. keeping the secret away from the atmosphere"

    "Maksud lo?" Balas gue

    Sasha kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam tas Versace yang selalu dia bawa kemana mana kemudian menekan nekan entah apa dan menyodorkannya ke gue. Itu bukan Kumar. Gue ga kenal siapa orang itu. Seorang laki laki yang tengah berfoto bersama seseorang berwajah datar dan berambut panjang menutupi matanya. Lebih kayak emo sih. But tunggu. Ekspresi datar.

    "Itu Koi?" Tanya gue yang langsung di jawab dengan anggukan oleh Sasha. Gue semakin menelisik kedalam foto itu. Ini seperti foto masa kecil Koi dan seseorang yang gue ga tau di sebuah taman bermain. Koi sedang memegang sebuah bola ditangannya sedangkan anak laki laki yang satunya menggandeng lengan Koi.

    "Itu Pandu. Dia adik kelasnya Koi dan Kumar" terang Sasha. Oh benar, di bajunya ada nametag Pandu Prince. Wait.

    "Prince?" Sosor gue lagi.

    "Dia bule. Blasteran Padang dan Prancis. Sehari harinya ia selalu sendiri sebelum suatu hari Koi membantu menurunkan kucingnya yang nggak bisa turun dari atas pohon di taman itu" Terang Sasha lagi.

    "Hubungannya dengan Kumar, apa?" Tanya gue sambil tetap memperhatikan layar ponselnya Sasha lebih dalam. Disana ada dua buah ayunan dibelakang Koi dan Pandu.

    "Kumar itu orang yang bikin Pandu nggak punya teman. Dari kecil Kumar begitu terinspirasi dengan Power Ranger dan menganggap Koi dan 4 orang lainnya adalah teman teman power rangernya. Dia selalu menganggap semua anak yang ia jumpai adalah monster dan parahnya menggebuki mereka semua bersama teman teman power ranger. Hanya saja Koi ngga mau ikut ikutan dan lebih memilih untuk membaca komik saja di taman"

    "Lalu?"

    "Pandu adalah salah satu 'monster' itu. Gara gara keroyokan Kumar, ngga seorangpun yang mau berteman dengannya karena menganggap berteman dengan Pandu adalah aib karena pandu lemah. Pada awalnya sih Kumar merasa puas karena satu lagi 'monster' yang ia kalahkan. Namun lama kelamaan melihat Pandu yang semakin dikucilkan setiap harinya membuat Kumar semakin merasa bersalah dan selalu dihantui oleh tangisan Pandu disetiap malamnya didalam mimpi. Well, i have no idea kenapa suatu hari dia menghilang tiba tiba bertepatan dengan habisnya koleksi bunga bunga mawar merah Mama di kebun. Dan dia malamnya kembali dengan senyuman anehnya. He is weird" Sasha menekankan kata Weird di akhir kalimatnya. "Dan lalu, ya.. suatu hari saat aku pulang dari sekolah melewati taman itu, aku melihat Pandu sedang menangis menjerit jerit entah kenapa. Aku hanya melihatinya dari jauh karena kemudian Koi datang mendekati Pandu. Dan ternyata waktu itu kucingnya nyangkut di Pohon dan saat Koi memanjat pohon dan menurunkan kucingnya, Pandu terlihat begitu senang dan langsung memeluk Koi. But suddenly disaat yang bersamaan di seberang jalan, i've seen Kumar with a bunch of roses in his palmhand stand there dengan wajah penuh amarah. Semenjak saat itulah Kumar membenci Koi"

    Gue mangut mangut dengan penjelasan Sasha. But, "Apa hubungan ini semua dengan pandu? I still can't get anything at all"

    Sasha memutarkan bola matanya sambil menggerutu. "It means Kumar loved Pandu! Kumar is gay!"

    "What?"

    "Inilah pembalasanku. Kau tahu kan kalau Kumar adalah orang yang paling ditakuti disekolahmu?"
  • Gue mengangguk.

    "Jadi, kalau Kumar bisa menghancurkan hidupmu dengan sehelai foto saja. Kenapa kau tak bisa?"

    Benar juga. Pintar sekali. "So..?" Kata gue berupaya memastikan

    "Ya. Inilah yang aku maksudkan dengan pembalasan waktu itu"

    Tiba tiba sebuah notifikasi singkat dari Whatsapp muncul di ponsel Sasha. Butuh beberapa waktu bagi gue untuk menstabilkan kondisi smartphone si bule ini karena sedikit hang waktu Pesan itu datang.

    'I'm heading to Harapan City this friday with Abdul Foo to attend the concert and the audition also. There's something i want to tell you so meet me there at the airport'

    Hari jum'at. Tanggal 13 Februari. Satu haru sebelum Valentine. Wait, Koi bakal datang ke audisi itu!?

    **
  • wosah, makin seru nih.
  • Jadi Yoga itu gendut. Bhahahahazeng Bub. Ini ngakak. Pemainnya pada belok semua. XD jadi ga sabar pas hari H xD
  • *ambil cemilan nunggu kedatangan koi
  • makin seru nich...
  • Ada Tokoh baru yaitu Pandu :-?
  • sebenernya Pandu itu gue bikinnya sambil ngeliatin fbnya @Unprince loh
  • Waaaaah cucok....tapi Kumar kayak sapa?
  • ASTAGA DRAGOON. JAHAT BANGET ABUB /berlarian dgn derai air mata/
  • ciyeee uun @unprince

    asiiik koi mau kembali muncul. tp dia kira2 marah gak ye sama adam

    jadi kumar juga belok? hmm. makin seru nih
  • @Wita @Uci @Widy_WNata92 @klintu_darnyep ah maaf lupa mention T.T

    @balaka marah ngga yah. marah nggak yah
  • jadi Yoga yang melakukan semua itu... Kumar ternyata gay juga ...
Sign In or Register to comment.