It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
gw harap kalian berdua ttp spt ini dan lancar updatenya.
Bikin orang tambah galau klu begini jadinya
2.Senang
3.Ga Sabar nunggu update nya!!!
@Asu12345 semoga ntar tukeran pacarnya pada suka yah /peluk/
@NanNan kalo bikin tukar hati aja gimana, hati kamu untuk aku dan hati aku untuk kamu, karena kita sudah saling memiliki hati masing masing. yuk jadian :v EAAA
@balaka buat abang balakaciprut mah apa sih yang kaga /jitak/
@cute_inuyasha udah? kakak gitu doang komennya? /ngarep/
@dimasalf9 waduh makasih ya apresiasinya
@nakashima wattt? /ikutan kaget/
**
"Whaattt!!?" Gue menjauhkan ponsel dari telinga mendenger teriakan Zizi dari line seberang. "Ngga mau!"
Duh. Apa sih yang baru aja merasuki gue? Kenapa juga gue bisa bisanya melayangkan permintaan kayak begitu ke Zizi? "Hmm.. yaudah. Maaf ya" Balas gue. Niatannya sih mau mengakhiri panggilan, tapi bocah itu dengan cepat menahan.
"Jangan ditutup kak!"
"......"
Gue kembali mendekatkan ponsel ketelinga dan mendengar nafas berat dari seberang. "Kak Irga ngga menghubungi aku sama sekali kemarin malam"
Mungkin, ada baiknya gue kali ini mendengarkan curhatan tentang pacarnya. "Kenapa?" Dia ngga segera menjawab tapi, gue yakin dia masih ada disana.
"A.. aku.."
"Lo kenapa?"
"......"
"Zizi?"
"A.. aku takut Kak Irga selingkuh dengan Rasya"
"Rasya?" Gue berjalan menuju piano sambil menahan ponsel dengan bahu. Gue pun juga mendengar suara seperti bunyi orang orang berbicara. Yang gue yakin itu pasti suara TV.
Zizi akhirnya bercerita tentang siapa Rasya, sosok yang katanya begitu kemayu dan cukup populer dikalangan teman teman Irga. Termasuk Irga sendiri. Dan disanalah Zizi takut kalau kalau Irga sudah menaruh simpati padanya.
Hmm.. gimana yah. Gue menggumam sendiri di depan piano sambil menarik sheet baru.
"Kak Adam... ? Masih disana kan?"
"Oh. Ya. Gue disini" sahut gue. "Gimana yah Zi.. dulu gue malah mempergoki Wawan tidur satu ranjang sama orang asing"
Gue bisa mendengar Zizi terkejut, ketara sekali. "Beneran kak? Jadi Kak Wawan selingkuh?"
"Ngga" Balas gue cepat. Emang agak kesel sih mengingat ngingat itu. Apalagi membayangkan wajah Maru yang seperti rubah berekor sembilan, tapi bedanya ekor Maru cuman 1. Dia licik. Ekstra bajingan.
"Jadi?"
"Udahlah ga usah bahas itu" Tukas gue cepat. "Yang penting sekarang, percaya aja sama Irga. Selama dia berjanji akan selamanya sayang dan cinta ama lo, itu artinya dia benar benar sayang dan cinta ama lo" Jelas gue panjang lebar.
Zizi cuman menghela nafas hingga beberapa saat kemudian gue mendengar bunyi bunyian aneh dari seberang. "Lo kentut?" Tanya gue.
Si bocah mala cengengesan. "Ngga. Aku cuman belum makan kak. Hehe"
"Kenapa engga makan?"
"Biasanya makan pagi selalu bareng dan dimasakin Kak Irga" Dengan polosnya dia menjawab seperti itu. Gue mulai menebak nebak seperti apa sifat aslinya. Pasti Irga kelabakan mengurusi sosok manja sepertinya.
"Dasar manja. Yaudah makan dulu sana"
"Oke kak. Bye"
"Bye" balas gue lagi dan menutup panggilan.
Selingkuh, huh?
***
'Fatamorgana di ufuk samudera
Ku relakan semuanya
Cintaku tak terbalas tak apa
Asal selamanya kau ada disana sendirian, Ooohhh'
Gue menekan akor kuat kuat. Saat ini gue sedang mencoba menyanyikan lagu gue sebelum merekam demonya dan mengirim ke si Kubil. Well, ya.. ini emang lagu untuk D'Masasiv itu sih.
Gue baru selesai mengerjakan lagu ini beberapa jam setelah adzan dzuhur berkumandang. Lebih tepatnya beberapa menit sebelum Ashar. Hari ini gue sendirian di apartemen. Bosen sih. Tadi anak anak juga ngajakin hang out, tapi, rasanya gue lebih baik tinggal dan stay dirumah untuk mengerjakan lagu.
Selesai mencoba memainkan lagu yang gue beri judul "Friendzone" , gue lantas merenggangkan badan sambil mengucek ucek mata.
"Trilililit" Gue langsung menoleh ke pintu melihat siapa yang datang. "Yo, Adam!" Ucapnya sambil mengangkat tangan
Yoga. "Yo" balas gue. Dia mengangkat barang barang bawannya dan meletakkannya didepan TV lalu menghempaskan badannya diatas sofa. "Itu apaan?" Tanya gue.
"Aaarrgghhh! Cape banget nemenin ibu ibu shopping"
Ibu ibu? Ahh... gue bisa mengerti sekarang. "Sokor!!"
"Sohib macam apa lu? Bukannya nolongin juga" Yoga menggerutu. Gue lalu mendekati barang bawaan yang dibawanya tadi dan mengeluarkan isinya satu satu.
Deodoran.
Shampoo.
Beberapa kotak celana dalam.
Hair-Conditioner.
Dan sebuah kamera DSLR.
"Lo beli DSLR ga?" Tanya gue yang membuat Yoga menoleh sebentar dan lalu kembali memejamkan matanya.
"Iya"
Melihat DSLR di tangan membuat sebuah ide kecil nan durjana terbersit di benak gue. Langsung aja gue membuka tutup lensanya dan menjepret Yoga yang sedang tertidur berkali kali.
Kebiasaan Yoga kalau tidur adalah, dia suka mangap mangap dan sebelah matanya pasti akan terbuka dikit kayak zombie. Gue mengembungkan pipi saat tak mendapat respon apapun dari Yoga. Sohib gue beneran lagi cape ternyata.
Gue kaget tiba tiba Yoga menggumam dan dengan kurang ajarnya dia tersenyum cabul . "Satu foto satu desahan"
"Nih desahan!" Bentak gue sambil nyumpelin sendal tipis ke mulutnya.
"Hawbdam!!!" Gue cekikikan melihat Yoga. "Udah berapa kali gue bilangin jangan sumpel mulut gue pake sendal!!!" Pekiknya yang langsung gue balas dengan cibiran.
"Koi mana?" Yoga bangkit dan celingak celinguk.
"Shooting" balas gue cuek sambil berjalan menuju kulkas mengambil air putih. Sementara Yoga juga mengikuti dibelakang.
Yoga menyuruh gue minggir dan langsung aja gue meletakkan gelas di meja makan dan duduk diatas sofa panjang sambil menghidupkan TV. "Shooting lagi?" Katanya dari dapur. Gue ga menyahut. "Sejak kapan?"
"Baru aja" ucap gue cuek. Yoga duduk disamping gue dan tau tau dia udah membawa semangkok penuh sereal dengan susu coklat aja. Ck.
"Mau?" Tawar Yoga. Gue mendesis dan kembali fokus ke TV.
Nggak ada percakapan selama beberapa saat antara kami. Paling cuman bunyi suara kecipak dari dalam mulut Yoga sesekali. Dan itu benar benar menganggu.
Saat ini kami sedang menonton film THE LUCKY ONE yang dibintangi oleh Zac Efron. Gue cuman tau Zac Efron doang karena dari kecil gue adalah penggemar High School Musical.
Jujur gue ga bisa fokus saat di beberapa adegan dimana Zac mencium wanita itu, mencumbu, mengajaknya duduk di taman, bercumbu lagi didepan danau. Saat itu yang ada dipikiran gue hanyalah Koi. Entah kenapa gue begitu menginginkan bercumbu dengan Koi saat ini. Mengulum bibirnya dan merasakan tangannya nan kekar.
Aargh!
"Lo kenapa? Keinget Koi?" Gue melirik Yoga sebentar yang sekitaran bibirnya basah oleh susu dan remah remah sereal. "Gue tebak, Koi ngga pulang lagi malam ini?" Untuk kesejuta kalinya, tebakan sohib gue yang satu ini lagi lagi tepat.
"Yah.. begitulah" dan beberapa saat kemudian Yoga menepuk nepuk pundak gue dengan tangannya. Gue tersenyum lemah dan menundukkan kepala.
"Sebuah hubungan ga selamanya manis,kan? Bahkan sereal lu aja masih ada yang ukurannya kekecilan"
Bukannya terdengar bijak, tapi kata kata Yoga malah terasa asing di telinga gue. "Apa hubungannya?"
"Tepat sekali. Tidak ada" balas nya cepat. "Menurut komik Yaoi yang gue baca, satu satunya hal yang akan berbuah manis dalam sebuah hubungan adalah ketidak adaan" Jelas Yoga panjang lebar sambil masih merangkul leher gue.
"Maksud lo?"
"Lihat aja kita. Dulu, gue kehilangan lo gara gara gue membeberkan foto itu. Dan itulah ketidak-adaan pertama yang paling menyakitkan bagi gue. But, lihat sekarang! Kalau bukan karena itu, gue ga akan bisa kenal ama Sasha, akrab ama Caca dan menjadi lebih dekat kayak sekarang kan ama Lo?"
Gue menerawang, masih tidak paham dengan perkataannya. "Maksud lo?"
"Lu bego ato pea sih? Kok ngga ngerti ngerti?" Balas Yoga yang langsung menerima jitakan dari gue.
"Ga, malam ini temenin gue yah.. Koi ngga pulang. Bosen dirumah"
"Dan itu berarti..." Gue kesel saat Yoga mengangkat angkat kedua alisnya dan langsung saja gue dengan cepat menginjak kakinya. "Awwww!!!"
"Tenang aja,gue juga bakal ngajak Caca ama Sasha kok"
Yoga langsung menekuk bibir bawahnya dan sejurus kemudian bangkit meletakkan mangkuk kotor itu ke tempatnya. "Okelah. Tapi gue keluar dulu bentar. Entar malem gue kesini sekalian jemput anak anak. Oke!?" Yoga sedikit berteriak di dapur.
Gue cuman tersenyum kecut (lagi) saat melihat adegan ciuman Zac tanpa menghiraukan Yoga.
***
"Babe..."
"....."
"Ayolah.. Koi minta maaf. Jangan ngambeg dong" gue menghela nafas berkali kali saat mendengar suara Koi dari seberang.
"Gue paham"
"Hanya sampai hari Selasa dan Koi bakal dapat libur selama beberapa hari. Ngga apa apa kan?"
Gue mendengus sebal. Sesaat yang lalu gue udah cukup senang saat menerima panggilan dari Koi. Pernah ngerasain pas lagi ikutan kuis YKS dan tiba tiba telfon lo diangkat, para host memberikan pertanyaan dan lo dapat duit? Nah seperti itu rasanya.
Tapi semua berubah saat Koi bilang dia nggak akan pulang sampai hari Selasa depan. Dan itu rasanya kayak tiba tiba semua baju yang membalut semua senti kulit lo dilepas begitu saja dan hanya menyisakan pakaian dalam. Dingin. Sepi.
"Ya. Nggak apa apa kok" Balas gue akhirnya. "Lo jangan lupa makan ya disana"
"Koi kangen makan makanan Luthfia bareng Adam daripada makan nasi kotak rame rame disini" Meski begitu, Koi selalu tau cara cara yang membuat gue senyam senyum sendiri.
"Gue juga"
"Dadah!" Dan kemudian panggilan diputus. Mata gue menerawang ke setiap sudut kota dari atas balkon apartemen sambil tetap mengenggam ponsel di tangan.
Setiap sore, seperti udah menjadi kewajiban tersendiri bagi gue untuk melihat pemandangan senja. Bukan karena gue terlalu melankolis, bukan. Hanya, yah.. gue merasa selalu tenang jika melihat langit langit senja saat Koi tak ada. Suara lalu lintas yang terkadang macet. Lampu lampu jalan yang dihidupkan, dan lampu di beberapa rumah beserta gedung tinggi.
Koi, apa lo juga ngeliat hal yang sama? "Ding!" Tangan gue bergetar saat bunyi notification khas BBM terdengar. Dengan cepat gue langsung membukanya.
Wah, dari Zizi. "Kak Adam. Apa kakak suka langit senja?"
Gue terperangah. Apa dia juga lagi melihat hal yang sama? "Suka" balas gue. Tak perlu menunggu lama, balasan dari Zizi datang. Kali ini bukan obrolan, tapi lagi lagi foto sebuah pemandangan langit di sote hari. "Lo lagi dimana sekarang?"
Dan setelah itu ga ada balasan lagi dari Zizi.
"Adaaaaammm!!!" Gue dengan segera berpaling ke belakang dan menemukan Sasha sedang tergopoh gopoh lari ke arah gue.
"Eh, eh, jangan didorong ntar gue jatoh!!"bukannya menggubris, Sasha malah mendorong gue hingga hanpir saja gue jatoh.
"Duh, you don't how much i miss you"
"Heh, lo itu punya Ello. Plis deh" balas gue sinis. Sasha hanya cengengesan dan berdiri di samping gue.
"What are you looking at?"
"Pemandangan sore" Ucap gue singkat. "Yang lain mana?". Baru aja gue menanyakan hal itu, Yoga dan Caca kemudian muncul dari dalam ruangan dan menyusul kami di balkon.
"Kalau maksud lo yang lain itu gue, ada baiknya mulai sekarang lo mulai memikirkan untuk menjadikan gue selingkuhan lo" Caca yang berdiri di samping Yoga dengan cepat mencubit pinggangnya. "Aww!!"
"Lo ngapain sih Dam? Tadi diajakin hang out kok ngga mau?" Ini Caca yang berucap.
"Kerja" balas gue.
"Ooh pantes cuman pake boxer ama baju kaos doang" Gumam Caca. "Eh, Ga. Fotoin dong! Lagi bagus nih spot nya!" Tiba tiba saja Caca berusul seperti itu. Sasha juga dengan cepat setuju dan membalikkan badannya menghadap Yoga. Sohib gue itu dengan cepat mengangkat jempolnya dan dengan sigap membuka penutup lensa dari DSLR baru yang ia gantungkan di leher.
"Merapat dikiiit" Katanya sambil menggerak gerakkan telapak tangannya. Caca mendekat sedikit ke gue sedang di sebelah kanan gue ada Sasha yang membentuk huruf V dengan tangan kanannya. "1... 2... 3"
'Jepret!'
Caca dan Sasha berhamburan menuju Yoga dan menintanya untuk memperlihat hasil. Emang yah, cewek deman banget selfie. Belom ada setengah menit lagi lagi mereka meminta Yoga untuk mengambilkan foto lain. Sekarang dalam berbagai pose. Hingga akhirnya sore hari gue hanya dihabiskan dengan acara foto foto. Err
"Ahh..!" Desah Caca setelah menenggak kaleng kecil fanta. Kami berempat sedang duduk di kursi santai diatas balkon. Balkon apartemen emang rada luas sih, jadi untuk menghabiskan sore hari yang tersisa beberapa menit lagi saja sambil melihat sunset, kita memutuskan untuk bersantai bersama sambil minum minuman kaleng.
"So, Ello membelikanku gadget baru dan mainan baru untuk Tip!"
Caca dengan cepat merespon, "Oh ya?"
"Dasar cewek" cibir Yoga.
"Setidaknya mereka ngga ngenes sih" tambah gue. Yang langsung diikuti rutukan dari Yoga. "Gimana sama aplikasi GaPid?"
"Apanya?" Jawabnya pura pura bodoh. "Gue kan masih nunggu Koi mutusin loAwww!! Apaan sih ah cubit cubit!" Gue cuman mencibir.
"Ding!" Ponsel gue berdering dari atas sofa didepan TV. Langsung saja gue berdiri dan berjalan meraihnya lalu melihat pesan BBM siapa yang masuk.
"Kak Adam.." Dari Zizi ternyata.
Dari ekor mata, gue bisa melihat Caca yang sedang memperhatikan gue dari luar balkon. "Dari siapa!?"
"Yo. Kenapa?" Ketik gue cepat. "Ngga dari siapa siapa" Susul gue lalu kembali duduk santai di kursi balkon.
Caca dan Sasha terlibat obrolan ibu ibu dan sesekali melibatkan Yoga didalamnya.
Sedang gue berkutat sendiri dengan layar ponsel ditengah tengah mereka. Sesuatu dari gue merasa khawatir akan BBM Zizi. Apa terjadi sesuatu yah antara dia dan Irga?
Beberapa saat kemudian balesan darinya datang. "Aku dan Kak Irga berantem.. " mata gue membelalak.
"Serius?" Ketik gue.
":'(" Oke, gue beneran serius sedih. Kenapa? Karena gue berpikir... berdasarkan cerita Zizi tentang Irga yang cuek. Itu semua juga terjadi ke gue. Gue mulai takut, apa ini pertanda bahwa gue dan Koi juga akan berantem?
"Kok bis-" Tiba tiba ponsel gue langsung berpindah tangan ke Caca. "Eh balikin HP gue!" Gue sedikit teriak. Caca menyipitkan matanya dan dengan cepat menyuruh Yoga dan Sasha untuk bersama sama menginterogasi ponsel gue.
Err. Kenapa malah disaat saat begini sih? Gue menggigit bibir bawah saat satu persatu dari mereka sesekali menoleh ke gue. Damn it! Gue lupa menghapus history chat Zizi lagi! Gimana kalau misalnya mereka baca..
- -History Chat- -
A: Jadi lo belum pernah nyobain?
Z: Belum kak...
A: Ah rugi lo! Coba aja lo tau gimana rasanya punya Wawan!"
Z: Apanya?
A: ?
Z: Kenapa cuman "?" doang?
A: Lupakan. Mungkin lo akan gila kalau setiap hari ditanya tentang kehidupan sex oleh teman teman gila
Z: Oh ya? Emangnya sex itu hidup?
A: Ya ampun
- -
Sasha kan tipe orang yang ngga terima kalau dibilang gila. Sedang Caca juga orang yang benci membahas tentang kehidupan privasi. Gue ga mikirin Yoga. Tapi 2 wanita yang ada didepan gue ini. Err. Mereka pasti bakal membunuh gue abis ini. Semoga aja ntar sore Spongebob dapat SIM nya. Dan itu berarti Neptunus juga akan memberikan keajaiban pada gue.
Mereka bertiga secara serempak menyipitkan mata ke gue. Gue bisa melihat Kuntilanak, Wewe Gombel dan Kolor Ijo sedang memangsa gue disatu tempat seperti di film film saat ini.
Gue bergidik ngeri saat melihat Sasha bangkit dari kursinya dan lalu menaikkan lengan bajunya."Ada dua kesalahan dan siapa Arwana?" wajahnya datar seakan akan mau membunuh gue dari kiri.
Kengerian itu makin bertambah saat Caca juga melakukan hal yang sama sambil berdiri di samping kanan gue. "Pertama, lo udah bilang kita seolah olah tergila gila akan cerita kehidupan sex lo, dan kedua----" . "Lo seenaknya bertingkah seolah olah servis Koi lebih enak dari servis gue. Itu sebuah penghinaan bagiAWWW!!!" Gue makin horror saat Caca dan Sasha dengan serentak meninju selangkangan Yoga.
"Now tell us, who is Zizi. Dan kamu kenal dia dimana?"
Gue cuman bisa menelan ludah saat melihat tatapan angker Sasha.
***
Gue menghela nafas panjang setelah menceritakan semuanya ke mereka. Mulai dari curhatan di BoyzRoom, hingga ajakan spontan gue tadi pagi untuk bertukar pacar.
Sasha , Caca dan Yoga hanya bisa melongo. Sedang ponsel gue masih disembunyikan salah satu dari mereka bertiga.
"Jadi, apa yang membuat lo begitu yakin kalau si Zizi ini benar benar memiliki masalah yang sama ama lo?" Caca bersuara.
Gue berdehem, "Well,mungkin ini cuman kebetulan. Tapi.. apapun masalah Irga dengan Zizi, itu benar benar mirip ama masalah gue dengan Koi"
"Such as?"
"Such as.. Irga who sunk in his business and cast his boyfriend aside"
"What business?" Sambung Sasha lagi.
"Yah.. seperti.. main basket, kuliah, organisasi" Jelas gue.
"Dan persamaannya dengan Koi?" Tanya Caca cepat.
Gue kembali menghela nafas panjang dan membuang wajah ke langit yang sudah semakin senja. "Irga juga tak pulang selama berhari hari"
"Damn you, Adam. Kau benar benar seperti seorang istri yang kehilangan suami. Hanya saja ini dalam kasus ini suami dan suami"
Caca kembali menoleh ke gue. "Lalu lo kenapa tiba tiba bisa menawarkan untuk tukeran pacar?"
Gue terdiam.
"Kayaknya gue tau" Yoga yang sedari tadi hanya mendengarkan sekarang ikut bersuara. "Lo menganggap bahwa mahasiswa itu adalah makhluk bebas yang bisa kemana mana sesukanya. Kan? Dan lo menganggap bahwa menghabiskan waktu beberapa hari bersama Irga bisa membuat lo melupakan masalah dengan Koi. Gitu?"
Wow. Salut deh sama Yoga. Biasanya nih anak pea bener.
"Is that true?" Gue hanya mengangguk lemah.
Caca tiba tiba aja mengeluarkan notebook gue dari belakangnya. "Sekarang ayo kita denger kesaksian dari Zizi!"
"Tunggu. Sejak kapan notebook gue ada di elu?" Caca tak menggubris dan sesaat kemudian mengajak kami bertiga masuk kedalam karena memang hari sudah mulai gelap.
Kami semua sudah duduk di sofa sementara Caca dan Yoga mencoba menghubungkan notebook gue dengan TV. Dan beberapa saat kemudian muncul aplikasi skype yang tengah menloading data. Caca dan Sasha sudah duduk disamping gue sedang Yoga masih mengutak atik notebook.
"Tadi gue ngajakin dia video call. Dan dia ngasih gue akun skype nya" bisik Caca di telinga gue. Dan beberapa saat kemudian muncul seseorang dari layar televisi dan Yoga langsung duduk di sofa tempat kami dudui. Lebih tepatnya berdesak desakan sih.
Sosok yang ada didalam layar kayaknya nggak sadar kalau udah tersambung. Terlihat dari matanya yang masih tak fokus dan berjalan kesana kemari. Terlihat lebih muda dari yang ada di DP
"Bocah?" Bisik Yoga ke gue. "Bocah SMP ini udah tinggal serumah ama pacar?"
"Dia udah 20 tahun!" Sergah gue. "Hai Zi!" Panggil gue yang kemudian membuat Zizi langsung tersadar. Matanya agak sedikit sembab.
"Oh. Hai kak Adam dan.."
"I'm Sasha"
"Gue Caca"
"Hai cantik.." Ucap Yoga genit sambil melambai lambaikan tangannya.
Zizi seperti terheran heran dan juga kaget. "Aku pikir.. yang mau skype-an itu kakak sendirian tadi"
Gue melirik Caca. Pasti tadi dia bilang gue ingin video call-an ama dia.
"Maafin gue. Yang tadi dibajak Caca" ujar gue lemah. "Mata lo sembab" Kata gue. Zizi tersenyum lemah. "Cerita aja" Zizi tampak ragu. Ya jelas. Dia baru pertama kali melihat orang orang yang ada di samping gue. "Tenang aja. 2 cewek ini fujoshi dan bajingan ini sama kayak lo. Jadi ga usah takut"
Zizi tersenyum. Miris. Apa sebegitu hebatnya mereka bertengkar?
"Come on Zizi. You will always can count on us" Bujuk Sasha. Zizi masih ragu hingga akhirnya setelah Caca dan Sasha beberapa kali membujuk barulah Zizi bercerita kenapa.
***
Gue lantas mengangkat koper dan lalu berjalan sambil menyeretnya. Ini sudah sekitar jam 10 di Bandung. Dan jujur,ini pertama kalinya gue menginjakkan kaki di tempat ini. Seumur umur gue belum pernah naik pesawat. Masuk lebih dalam ke bandara aja belom.
Gue mengedarkan pandangan mencari seseorang yang Zizi bilang akan menjemput. Katanya dia akan memakai sesuatu berwarna biru dengan gambar panda dibagian depan bajunya.
But shit, terlalu banyak orang yang memakai baju warna biru hari ini. Gue cuman bisa bengong didepan pintu keluar ruang keberangkatan.
"Mas Adam! Mas Adam!"
Sayup sayup gue mendengar seseorang memanggil gue dari keramaian. Gue menyipitkan mata meneliti sumber suara.
"Mas Adam! Mas Adam! Siniii!!!"
Gue melihat seorang remaja sedang melambai lambaikan tangannya dari belakang gerbang keberangkatan ke arah gue. Gue celingak celinguk untuk memastikan apa yang dilihatnya gue ato bukan. Tapi kemudian dia teriak lagi dan membuat gue yakin kalau dia sedang memanggil gue. Lantas gue menyeret koper dan menghampirinya. "Gue pikir orang yang menjemput gue bakal memakai pakaian warna biru"
"Biru?" Alisnya naik sebelah. "Bukannya ungu?"
"Sudahlah. Lupakan saja. Lo ngga sekolah?" Kata gue sambil berjalan keluar bersamanya.
"Sekolah?" Lagi lagi dia mengernyit. Damn! Anak ini menggemaskan sekali!
"Lo masih SMA kan?" Tanya gue keheranan dan semakin bertambah heran saat cowok itu tertawa terbahak bahak.
"SMA? Baru kali ini loh mas ada yang bilang kalau aku anak SMA"
"Emangnya lo kelas berapa?"
"Gue udah kuliah semester 5 di Fakultas XXX Universitas XXX" Menarik. Wajahnya muda, tapi dia udah kuliah? "Aku udah denger dari Zizi. Jadi, dari sini kita naik bus aja yah?"
Gue mengernyit. "Bus?" Cowok itu mengangguk. "Loh? Trus barang barang gue gimana?" Gila aja kalau disuruh ngangketin. Bisa cape gue.
"Ehmm.. kamu bisa angkat?" Astaga! Nih anak bener bener.
"Taksii!!!" Akhirnya gue berteriak sambil mengangkat tangan. Gue ga mau tangan indah gue putus kelamaan ngangketin barang barang segini banyak.
***
Damn. Akhirnya Rasya berhasil membujuk gue buat naik bus. Gue ga tahan sama tatapannya saat dia ketakutan melihat taksi yang datang. Aneh. Tapi menggemaskan. Benar benar seperti anak kecil.
Cukup banyak penumpang bus saat ini. Gue, terpaksa banget berdiri saat ibu ibu hamil tiba tiba naik dan ga ada yang mau merelakan kursinya. Saat gue nengok ke sebelah , Rasya udah tidur aje tuh di pundak gue. Mau ga mau ya gue harus relakan deh tempat duduk itu.
Akhirnya kita turun di sebuah halte dan Rasya lalu meminta gue untuk mengikutinya. Ya ampun nih anak bukannya nolongin gue ngangkatin barang barang, eh malah nyuruh ngikutin dia.
"Masih jauh ngga si?" Gue menggerutu sendiri di belakangnya saat cahaya terik matahari siang terasa membakar kulit.
Rasya bukannya ngejawab malah terus aja jalan. Kita melewati beberapa rumah dan sebuah taman kecil. "Ngga! Udah deket kok"
"Yaudah! Paling engga jalannya ga usah jauh jauh dari guee!" Duh nih anak! Bener bener deh. Sampe mata gue udah berair aja gara gara kecapean masih aja jalannya jauh dari gue. "Rasya!" Panggil gue lagi. Nih anak telinganya budek atau apa sih?
Rasya kemudian berhenti didepan sebuah rumah berwarna biru. Ngga biru juga sih jatohnya, mungkin biru muda. Yaelah sama aja. Dengan cepat gue berlarian dan menjatuhkan barang bawaan didepan pagar. "Ini rumahnya?" Rasya mengangguk dan lalu mendorong pagarnya kemudian mempersilahkan gue masuk. Ia mengeluarkan kunci dari sakunya dan membukakan pintu.
"Silahkan masuk" ucap Rasya.
Woah. Jadi ini rumah Zizi ama Irga? Keren euy. Didepan rumahnya ada pohon yang rindang. Mana rumput jepangnya idup lagi. Di apartemen gue malah jarang banget ada yang ijo ijo. Kecuali celana dalam Koi sih. He he he
Gue lalu mengeluarkan ponsel. "Ngapain?' Tanya Rasya. "Mau ngabarin Zizi dulu!" Balas gue cepat.
- -
- Mari kita mundurkan waktu ke beberapa jam sebelumnya. Mata Zizi udah sembab lagi dan keliatan pengen nangis setelah bercerita. Sasha, dan Caca terlihat begitu bersimpati. Sedang Yoga dan Gue cuman diem. Mungkin Yoga diemnya lebih ke arah ngenes. Kalau gue diemnya lebih ke arah takut dan kasihan.
"Irga lagi kecapean mungkin, Zi. Kan tau sendiri semaleman ga pulang" Akhirnya Caca bersuara. Zizi tampak memaksakan senyum dari layar.
"You don't have to be so sad. We always by your side" ujar Sasha. "Makasih kak Sasha"
"Tapi masa sih dek, kalian segitu banget marahannya?" Yang ini Caca yang ngomong. Zizi cuman diem. Sedang gue mendadak jadi berkeringat dingin.
"Wajar kali Ca" Tukas Yoga. "Zizi menuntut perhatian Irga karena pacarnya udah mulai sibuk dengan dunianya sendiri. Mana pakai nuduh nuduh yang aneh aneh. Yaiyalah Irga marah"
"Oh, Jadi lo nyalahin Zizi?!" Suara Caca meninggi. "Loh? Siapa yang nyalahin Zizi?"
"Secara eksplisit emang gitu" tambah gue. Caca mencubit pinggang Yoga dan membuatnya meringis kesakitan "Lo bener bener ya Ga"
"So, Irga leave you by yourself in your home?" Zizi mengangguk menjawab pertanyaan Sasha. "Aku udah ngga tau lagi harus kayak gimana. Kak Irga keliatan marah..."
Gue menghela nafas berat. "Apa mungkin Irga udah ga sayang lagi ama kamu, dek?"
"Enggak mungkiiiin!" Jawab Zizi sedikit berteriak. Gila nih bocah galak juga ternyata!
"Nah sekarang lo malah ngomong yang ngga ngga, Ca!" Kata Yoga.
"Seenggaknya gue ngga nuduh Zizi" bales Caca sarkas.
"Caca, Don't say such a thing!"
Gue memijit mijit kepala sendiri. Kasian juga Zizi. Apa nanti gue dan Koi juga bakalan berantem kayak gitu yah? Sementara gue sibuk dengan pelipis gue sendiri, Sasha kemudian bangkit dari kursi.
"I got an idea!"
Ide? "Ide?" Gumam semua orang di ruangan ini.
"Yeah. Kenapa kalian ngga mencoba untuk tukar tempat?"
"Haahh?" Kami semua serempak mengernyit.
"Adam, you can be Irga's boyfriend. Zizi you can be Koi's boyfriend"
Gue cuman diem. Perasaan gue kenal dengan ide ini.
"Semacam tukar pacar gitu?" Sahut Yoga yang langsung diberi anggukan oleh Sasha. "But, how?"
Sasha mendehem sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Well, kita bisa pesan tiket ke Bandung untuk Adam, dan ke Kota Harapan untuk Zizi"
"Bukan itu masalahnya!" Ini Yoga yang bersuara. "Maksudnya gue tuh gimana caranya tukar pacar?"
Sasha terdiam. "Aku belum sampai kesana" Kami bertiga serempak nepok jidat masing masing.
Beberapa saat kemudian Caca juga ikut berdiri, "mungkin.. Adam bisa pergi ke bandung, menjadi pacar Irga untuk sehari saja dan lalu membuat Irga menyesal telah menyia-nyiakan Zizi?"
"Kenapa bukan gue aja?" Kata yoga ngga terima.
"Loh? Kalau jadi pacar Irga, berarti Zizi jadi pacar Koi dong?" Ucap gue. Zizi yang sedari tadi kebingungan sekarang makin tambah bingung."Koi?" Tanya Zizi keharanan
"Iya" sambung Caca. "Pacarnya Adam tuh Koi yang si artis"
"APAA!!!???"
Gue langsung melayangkan tatapan membunuh gue ke Caca yang langsung ia bales dengan , "Ups"
"SERIUS KAK!? AKU MAU! AKU FANSNYA KOI! " Ya ampun. Bener bener deh. Berikutnya gue bisa melihat Zizi memasang tampang tampang aneh didepan layar. Kayaknya gue harus nyumpel mulut Caca kayaknya.
"Sorry dam" kemudian Caca masang tampang kayak gini (^o^"a). "Oke, kalau begitu sudah jelas" Caca juga berdiri disamping Sasha sambil berkacak pinggang. "Yoga, tugas lo pesen tiket. MALAM INI"
"Tapi kak.. Aku kan ga punya duit" Ucap Zizi.
"Kan udah nyuruh Yoga buat pesen tiket dek" Sambung Caca. "Ya berarti pakai duit Yoga dong"
"LOH?! KOK DUIT GUE?!"
"Soalnya kalau pakai duit gue kan sayang" balas Caca. Dasar cewek. Yoga kemudian cuman bisa sumpah serapah disamping gue sambil komat kamit. "Nah dan Zizi , tugas kamu adalah menyadarkan Koi untuk tidak terlalu sibuk dengan shooting nya"
Zizi masih terlihat tidak percaya. Ugh, pasti nih anak mau macem macem ama Ikan gue.
"Tunggu!" Ucap gue akhirnya. "Gue mau mengajukan beberapa persyaratan!"
"Syarat.. apaan kak?" Ini Zizi yang nyahut. Sasha, Caca dan Yoga menatap gue bingung.
"Gue mau setiap 3 jam sekali kita saling menginformasikan keadaan!"
"Lo takut Koi diapa-apain ya..." bisik Caca tiba tiba ditelinga yang membuat gue merinding. Gue yakin pipi gue memerah sekarang.
"Oke. Aku juga punya syarat! Jangan sentuh Kak Irga seujung kuku pun!" balas Zizi.
Gue pun langsung mengangguk melihat Zizi yang sudah menatap gue dengan tatapan tajam.
"Kalau gitu gue pesen tiket dulu" Tukas Yoga. "Tapi dengan satu syarat, Zizi cantik besok sama abang Yoga yah jemput dari bandaranya?" Kata Yoga sambil memasang wajah aneh yabg membuat gue mual.
"AKU GAK CANTIIIK!" Teriak Zizi langsung.
"IH NAJIS!!" Bentak Caca dan Gue bersamaan.
-
- -
Gue sedang duduk di sofa. Kayaknya ini ruang tengah. Rehat sebentar setelah meletakkan semua barang bawaan ke dalam kamar. Gue lantas berjalan ke arah dapur dan ngga menemukan apa apa selain sebungkus pecel didalam kresek hitam.
"Ding!" Gue mendengar bunyi notif feed BBM nangkring dan dengan cepat gue mengeceknya. Dari Zizi.
"Baru aja keluar dari Bandara!" Tulisnya. Eh, DP nya juga berganti. KayaknyaYoga ngajakin selfie dulu deh sebelum jemput Zizi.
Gue lalu mencari tatakan piring dan mengambil satu darinya. Mungkin, Zizi sengaja beliin pecel buat gue sarapan mungkin? Tapi ini kan udah jamnya makan siang. Ugh
Baru aja gue mau membuka bungkusan itu, bunyi seseorang membuka pintu terdengar.
"Zizii! Kakak pula--" wajahnya mendadak berubah datar dan tanpa ekspresi. Persis seperti Koi dulu.
"Hai. Gue Adam"