It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@4ndh0 silahkan
Ko @Tsunami, siniin ko pundaknya, aku mau taroh beras 100kg. Pundakku udh pegl2. Hehhee. Just kidding Ko, sapa tau besok lusa sy emang perlu pundak koko..
Seperti semut berbaris ga ada spasinya xixixi
kata2nya bagus tp ruwet )
tapi masih nyesek an part sebelum nyaa...
andai part ini ama part sebelum nya di gabung... pasti nyesek nya maksimal deh
lanjut kan kaka~
@4ndh0 aku mah gk pnya cerita mas bwt di curhatin.
@jacksmile
@lulu_75 yg sesempurna rika kyknya cuma ada di cerita deh..hehe
@rezka15 tunggu aj ya..
@Muffle hehe jaringan smlm ngadet deh, ngetiknya jga susah, tdinya mw di pnjangin smpe dia janjian di tgl ktmu Rizky.. Sabar dlu ya..
@fian_gundah @d_cetya @4ndh0 @jacksmile @abdulFoo @Cyclone @muffle @haha_hihi12 @lulu_75 @Polonium_210 @Adamx @Unprice
@rezka15 @Adi_Suseno10
############
10 Juni 2008
Aku sudah duduk di pantai ini dari jam delapan pagi. Ku lihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku, jam sudah menunjukan pukul 2 siang. Aku baru saja kembali lagi ke sini untuk menunggu seseorang, setelah tadi sempat aku tinggal sebentar untuk menunaikan sholat dzuhur.
Hari ini langit begitu cerah, dan matahari begitu terik menyengat kulit. Jadi saat ini aku memutuskan untuk menunggunya di bawah pohon, tempat dia menyimpan sesuatu untuk kami lihat bersama hari ini.
"Apa dia akan datang?" kataku lirih melihat ke atas langit, seolah langit tahu akan jawabannya.
Mungkin aku tidak akan segelisah ini, kalau saja Rika ada di sini menemaniku. Masih aku rasakan saat Rika menyandarkan kepalanya di pundakku. Ku Pegang dadaku, seolah aku ingin menggenggam yang ada di dalamnya.
Dulu aku fikir, akulah yang akan meninggalkan mereka, tetapi aku salah. Ternyata rasanya lebih sakit di tinggalkan dari pada berfikir untuk meninggalkan. Tetesan air mata berjatuhan lagi dari mataku. Rasa sepi dan sendiri mulai menyelimuti lagi. Aku sudah kehilangan Rika, akankah aku akan kehilangan Rizky juga?
'Jangan pernah merasa sendiri, Ta. Aku akan selalu berada di sini.'
Kata-kata Rika berputar di kepalaku. Saat dia mengatakannya dan tangannya yang halus menyentuh dadaku. 'Kenapa waktu itu aku tidak menyadarinya?' aku merintih dalam hati mengingat kebodohanku yang tidak peka, terhadap Rika.
..............................
Untuk kesekian kalinya aku melihat jam yang berada di pergelangan tanganku. Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore. Aku baru saja kembali dari menunaikan sholat ashar. Sekarang tidak ada lagi yang mengingatkan aku untuk cepat melaksanakan sholat, saat adzan berkumandang. Tetapi suara adzan terdengar seperti suaranya yang selalu terngiang di telingaku.
Aku duduk di pinggir pantai di sisi tempat yang sudah kami berdua patenkan. Tidak ada yang berubah di sini, hanya keadaannya saja yang berubah. Masih aku ingat pertama kali aku duduk di sini. Seseorang tersenyum memamerkan gigi kelincinya. 'Ya Tuhan aku merindukan orang itu.' rintihku mulai tidak percaya diri akan melihat sosoknya akan datang di hadapanku.
Aku tidak berharap dia membalas cintaku, aku tidak berharap untuk bisa memilikinya. Aku hanya berharap dia bisa ada di sini, aku hanya ingin tetap bisa melihatnya, itu saja.
Ku keluarkan kalung yang tertutupi oleh kemeja yang aku kenakan. Benda ini tidak pernah lepas dari leherku. Ku perhatikan burung perak kecil, dan ke pegang erat.
Ku tiup ekornya, dan burung itu mengeluarkan suara nyaring seperti priwitan. Rizky pernah mengatakannya padaku untuk meniupnya saat aku merindukannya. Aku tidak berfikir meniup liontin burung perak ini akan menjadi kebiasaanku. Karna aku selalu merindukan kamu Ky.
"Apa kamu mendengarnya? Apa angin akan menyampaikan suaranya kepadamu? Bahwa aku begitu merindukanmu....Muhammad Rizky.." ku hapus air mata yang mengalir di pipiku.
Langit sudah berwarna orange, membias waktu senja yang akan menutup hari dengan kegelapan. Dia yang aku tunggu tidak jua terlihat sosoknya. Ku usap pasir pantai di sebelahku, tempat Rizky dan Rika pernah duduk di sini, di sisiku. 'Aku sudah kehilangan mereka.'
Aku berjalan menuju pohon itu, aku masih ingat di mana Rizky menepuk-nepuk tanah tempat dia menyimpannya.
Dengan menggunakan batu yang sedikit runcing, aku memutuskan membongkarnya seorang diri tanpa Rizky. Tidak begitu dalam, tapi cukup untuk menyimpan sebuah kotak kayu berukuran kotak sepatu. Setelah aku menemukannya, ku bersihkan kotak itu membuang sisa-sisa tanah yang masih tertingal.
Ku buka kotak itu, ada sebuah album photo kecil, dan sebuah surat. 'Lagi-lagi aku mendapatkan surat' ku tersenyum lirih. Aku memutuskan tetap duduk di bawah pohon itu untuk membaca surat yang bertuliskan tangan Rizky.
'Untuk seorang bermata bening
Tirta, kalau saat ini aku berada di hadapanmu, untuk melihat kamu membaca surat pengakuan diriku, plisss jangan goda aku..hehe karena wajahku pasti sangat merah karena malu. Tetapi kalau saat ini kamu membaca surat ini tanpa kehadiranku, aku harap kamu dalam keadaan yang berbahagia.
Aku meminta kamu untuk datang mengantarku pergi, karena itu akan memutuskan untuk apa yang akan aku pilih. Kalau kamu tidak datang, aku tidak akan berada di sini bersamamu membaca surat ini. Dan begitu pula sebaliknya.
Tirta Aditya, nama itu sudah teramat dalam mengukir di hatiku. 'Kenapa harus kamu?' itu yang selalu aku tanyakan pada Tuhan. Aku merasa tidak melakukan apa pun yang salah sebelumnya, tetapi mengapa Tuhan membiarkan namamu begitu indah bersemi dengan subur di hatiku. Aku sudah mencoba membuang perasaan aneh itu, dan coba menanam perasaan sebagai sahabat. Tetapi rasa itu selalu muncul di hatiku. Saat melihatmu aku selalu menahan diri untuk tidak menyentuhmu, dan itu sangat menyiksaku. Tetapi saat aku mencoba menjauh darimu, bayangmu selalu muncul mengusikku. Setiap malam kakiku selalu melangkah ketempatmu tanpa bisa aku kendalikan. Aku selalu berdiri di depan rumahmu, hanya untuk melihat lampu kamarmu sudah di matikan atau belum. Apa perasaan aku salah? Tapi aku selalu merasa nyaman dengan perasaanku, aku tidak merasa ada ketakutan bahwa kamu akan membenciku, tapi aku takut dengan Tuhan.
Kamu ingat saat kita tidur bersama seranjang saat ulang tahunmu, aku tidak bisa tidur semalaman. Aku habiskan sepanjang malam untuk memandangi wajahmu yang polos seperti bayi. Sampai aku rasakan kamu terbangun dan aku berpura-pura tertidur membelakangimu. Saat itu jantungku berdetak cepat, saat aku rasakan hangat tanganmu memeluk pinggangku. Ku rasakan hangat nafasmu di telingaku, dan aku mendengar bisikanmu saat kamu mengatakan 'Rizky aku mencintaimu'. Saat itu perasaan senang dan takut menjadi satu, aku ingin sekali berbalik dan membalas pelukanmu erat, dan mengatakan 'Tirta aku juga mencintaimu', tetapi aku sangat takut Ta, aku takut pada Tuhan, takut akan norma. Cukup bagiku untuk mengetahui kalau kita saling mencintai.
Saat abi meninggal, aku tersadar akan posisiku. Aku harus menjadi dewasa, menjaga bunda dan Rara, aku harus melindungi keluargaku menggantikan abi. Kamu juga seperi menghilang, setiap malam aku menunggumu di depan rumahmu. Aku sudah putus asa tidak akan bertemu denganmu sampai aku pergi.
Aku merindunganmu, aku mencintaimu, Tirta.
Kalau kamu datang mengantar kepergianku, maka aku akan kembali 6 bulan lagi, kita perjuangkan cinta kita bersama. Tetapi kalau kamu tidak datang, aku tidak akan kembali, dan aku akan hidup sesuai norma. Walaupun aku tidak kembali, namamu akan terus terukir di hatiku. Aku akan selalu mencitaimu lewat doa.
Aku juga memberikan album yang berisikan photo-photo kita. Di setiap photo ada perasaan yang aku tulis pada saat moment itu.
Tirta, semoga kamu bahagia selalu dan semoga Tuhan selalu melindungi kamu.
Untuk pangeranku
Tirta Aditya
Dari yang mencintaimu
Muhammad Rizky '
...............................
Ku genggam erat surat yang baru selesai aku baca. Air mataku sudah mengalir deras sedari tadi. Dadaku sesak. Ku buka album photo itu, ke buka setiap halamanya, ku rangkai photo-photo itu yang mengingatkan aku saat-saat moment bersamanya. Ku baca setiap kata perasaan Rizky yang di tandai di setiap photo.
Ternyata sudah lama Rizky mencintaiku, dan aku baru mengetahuinya saat ini. Aku merindukan tangan Rizky yang membelai lembut kepalaku. Sentuhannya yang terakhir kali saat tangannya membelai wajahku di malam itu, genggaman tangannya yang hangat saat kami melihat kembang api di pantai ini, dan pelukan tubuhnya yang erat terakhir kali. Kami menangis bersama dalam pelukan seakan tidak ingin saling melepaskan. Apa itu bertanda bahwa kami tidak akan bertemu lagi?
"Rizky...!" aku menjerit lirih di tengah isakan tangisku, memeluk erat album photo dan surat cinta dari Rizky.
'Aku sangat mencintaimu Ky, kembalilah.. Ku mohon...'