It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@4ndh0 haha kgak cocok deh mas di pnggil kakak kayaknya :P
udaah relain aja irga sama yg lain yh pentingkan dia ttp kakak lo zi. klo gini terus yg ada mah lo sakit hati terus
@balaka kayaknya ada yg berpengalaman nih mslah sakit hati :>
@balaka kayaknya gk ad deh org yg gk prnh ngalamin sakit hati
Haha ayah
)
@3ll0 @cute_inuyasha @Unprince @muffle @balaka @4ndh0 @kristal_air @Widy_WNata92 @lulu_75 @Tsunami @Cyclone @arifinselalusial @Tsu_no_YanYan.
Bagian 6
Ku rasakan pelukan hangat tubuh kak Irga. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh kami. Aku terus merancau menahan sensasi yang dia berikan. Satu satu bagian tubuhku setiap sentinya tak luput dari cumbuannya. Dia berada di atas tubuhku terus bergerak-gerak memberikan kenikmatan. Arrgggghh!!!! Lepas sudah aku kalah, ku pandangi wajah kak Irga yang tersenyum manis penuh kepuasan dan dia mengecup bibirku lembut.
"Makasih ya, kamu hebat.." Dia berbisik pelan di telingaku dan kemudian menarikku kedalam pelukannya. Kami pun bercumbu lagi..
"Kak Zizi bangun!!" 'Siapa sih yang mengganggu tidur ku?'
Ku raba-raba sebelahku untuk mencari keberadaan kak Irga, mataku masih tertutup. 'Gak ada siapa-siapa?' Ku buka mataku untuk memastikannya.
"Kak Zizi ngapain?" Okha nyengir melihatku.
"Ngapain di sini?" Aku berbalik bertanya padanya. 'Kemana kak Irga?'
"Suruh mama bangun sudah siang! Kak Irga udah dari tadi turun dan bantuin mama bikin sarapan.." Aku masih mencerna kata-kata Okha. Roh ku belum berkumpul semua. "Kak Zizi ngapain nyium-nyium guling?" Tanya Okha tersenyum jahil melanjutkan kata-katanya.
Shit! Ku rasakan celana boxer ku basah dan lengket. Aku mimpi basah! Oh Okha gak bisa kah kamu membiarkan kakak mu ini menyelesaikan ronde keduanya bersama kak Irga? Kapan lagi mimpi kayak gituan sama kak Irga?!
Aku malas menjawab pertanyaan Okha. Aku tenggelamkan lagi wajahku ke dalam bantal, berharap mimpi tadi dapat di lanjutkan.(?)
"Mamaaa.. Kak Zizi mimpi jorok....!" Okha berteriak sambil berlari keluar dari kamar ku. Kulempar bantal ke arahnya. Sial gak kena! Awas dia!
***********
Setelah mandi membersihkan seluruh tubuhku, aku langsung keluar dari kamar dengan ragu. Aku mengingat detail mimpi ku bersama kak Irga, aku masih malu bertemu dengannya setelah apa yang kami lakukan tadi di dalam mimpi!
"Cieee cieee kak Zizi mandi basah." Okha cengengesan saat melihatku. Keluargaku plus kak Irga sedang berkumpul di meja makan. Aku malu sekali, mengacak-ngacak rambutku yang basah.
Aku melirik ke arah Mama dan Papa, mereka tersenyum penuh arti melihatku? Dan Kak Irga seperti menahan geli melihatku. Aku yakin kalau sekarang gak ada Mama dan Papa, dia pasti sudah tertawa terpingkal-pingkal. Awas saja si Okha, gak akan selamat dia!
"Kata Okha kamu mimpi basah sayang?" Mama senyam senyum bertanya padaku.
"Ngaco tuh anak Ma.. Jangan percaya sama dia deh, dia aja tuh yang otaknya mesum!" Aku merengut dan memberikan tatapan mematikan kepada Okha.
"Siapa yang mesum? Okha lihat kak Zizi tadi pas bangunin dia lagi nyium-nyium guling dengan ganas Ma!" Sial!! Reflek aku langsung melemparkan roti yang berada di tanganku ke arahnya.
"Hahaha" Kak Irga akhirnya gak bisa lagi menahan tawanya. Dia sampai hampir terjatuh dari kursi karena tebahak-bahak. Gak tahu apa kalau dia penyebab masalahnya!
"Mimpi sama cewek mana?" Papa ikut-ikutan!
'Cewek? Aku mimpinya sama cowok di depan Papa!' Ingin rasanya aku berteriak begitu, melihat mereka menelanjangiku dengan tatapannya!
"Zizi mimpi sama Farah!" Aku tersenyum menaikan satu alisku menatap Okha.
Okha langsung melotot, menghampiriku dan mengguncang-guncang tubuhku. "Batalin kak! Batalin mimpinya! Aku gak terima pokoknya! Aku gak Rela! Gak Ridho! Gak Ikhas kakak menjamah Farah! Aaaaaaa..BATALIN!" Okha seperti orang kesurupan berteriak-teriak meraung di lantai seperti anak kecil. Aku gak perduli.. Sukurin! Aku dengan cuek melanjutkan sarapanku.Haha Mama, Papa dan kak Irga gak berhenti tertawa dari tadi!
**********
Sekitar jam 11an kak Irga pamit pulang, katanya dia ada janji sama Dita. Aku sedih, sakit, perih! Tapi mau bagaimana lagi, aku harus belajar mengikhlaskannya kan? Walaupun aku gak rela!
Dari pada mengurung diri di rumah meratapi nasib cintaku yang menyedihkan, aku memilih pergi ke luar di hari minggu ini. Siapa tahu bisa sedikit mengurangi kegalauan yang sedang melanda! Aku hubungi Ari, Gustaf dan Edo, tetapi karena Ari dan Gustaf sedang ada acara sendiri hari ini, aku akhirnya jalan berdua dengan Edo.
Aku dan Edo berkeliling mall, aku menemaninya mencari kaos. Aku sendiri tanpa sadar mataku terus mengitari mall berharap melihat sesuatu!
"Lu suka warna putih apa hitam?" Edo menyodorkan dua kaos yang sama dengan warna yang berbeda kepadaku.
"Gw sih suka warna putih, tapi kan yang mau pakai lu." Kataku sambil meneliti kaos yang di sodorkan Edo. Bagus juga sih, pengen beli juga. Tapi tanggal tua begini harus ngirit!
"Tunggu bentar ya!" Dia membawa kembali kedua kaos itu dan menuju kasir. Aku hanya tersenyum memberi anggukan.
"Nih ambil!" Edo menyodorkan satu tas plastik ke arahku.
"Apaan?" Tanyaku heran.
"Katanya lu suka yang putih, jadi ini ambil buat kita kembaran.hehe" Dia tersenyum dan masih menyodorkannya padaku.
"Ah, apaan? Lu beliin gw?" Tanyaku belum yakin.
"Ambil aja susah banget sih! Kita kan sohib, jadi gw mau punya baju couple biar kembaran sama lu.Haha" Jelas Edo sambil tertawa.
Aku pun langsung mengambilnya dari tangan Edo. Rezki pemali kalau di tolak! "Couple Couple, kayak orang pacaran aja lu!Hehe Tapi Thanks ya.. Gw gak nolak nih.Haha"
Edo hanya tertawa dan merangkul bahuku. Aku merasa nyaman berteman dengannya. Aku bilang begini bukan karena sudah di beliin baju sama Edo! Tetapi Edo tuh benaran baik!
"Ada cewek yang lu taksir gak di sekolah?" Tanyaku pada Edo untuk memulai obrolan lagi. Aku merasa Edo hari ini lebih pendiam dari biasanya, mungkin dia mau curhat tentang sesuatu, tapi masih ragu untuk menceritakannya padaku. Saat ini kami sedang menikmati makan di KFC.
Edo diam sebentar dan menatapku sekilas. "Gak ada." Jawabnya singkat dan melanjutkan makannya.
"Yakin? Cewek di sekolah kita kan cantik-cantik, masa gak ada yang lu taksir?" Tanyaku lagi masih belum yakin dengan jawabannya.
"Lu sendiri?" Dia bertanya balik kepadaku.
"Hmm gw juga gak ada sih..hehe" Aku mengacak-ngacak rambutku sambil membuang pandangan dari tatapan matanya yang tajam dengan mata menyelidik. Kok jadi aku yang salah tingkah begini? Tapi jawabanku kan gak bohong, memang gak ada cewek yang aku suka. Yang aku suka kan kak Irga, dan kak Irga cowok! Jadi aku gak bohong kan?hehe
"Zizi.." Ku rasakan tepukan pelan di pundakku.
"Kak Farid?" Kak Farid tersenyum dan langsung duduk bersama kami.
"Boleh gabung?" Tanya kak Farid dengan masih tersenyum.
"Boleh lah kak." Jawab Edo tersenyum. Aku pun mengangguk dan tersenyum menyetujuinya.
Aku masih gugup setiap bertemu kak Farid. Aku tahu kak Farid pasti sedang gelisah mencari jurnalnya. Aku harus segera memberitahu kak Farid!
Kak Farid ikut makan bersama kami. Kebanyakan yang kami bertiga obrolin gak jauh dari mading, karena memang kami bertiga kebetulan menjadi pengurus mading dan kak Farid sendiri sebagai ketuanya. Kak Farid sendirian ke sini karena ingin mencari buku. Aku rasa mungkin aku harus membicarakan tentang jurnal itu hari ini.
"Kak aku pulang boleh mampir ke rumah kakak?" Aku bertanya dengan sedikit gugup.
Kak Farid diam manatapku. "Hmm oke!" Jawab kak Farid tersenyum simpul. Sepertinya Kak Farid sudah bisa menebak mengapa aku ingin kerumahnya.
Sekitar jam 7 malam kami berpisah dengan Edo. Dengan alasan ada artikel yang ingin aku bahas bersama kak Farid, Edo mengerti dan gak banyak bertanya. Kami saling diam sepanjang perjalanan. Aku dan kak Farid menggunakan angkot menuju rumah kak Farid. Saat ini kami berdua tenggelam dengan fikiran masing-masing. Aku sendiri masih berfikir mencari cara untuk mengatur kata-kataku yang ingin aku bicarakan.
Aku terdiam sendiri setelah sampai di tempat kak Farid. Aku menelitinya, 'ini bukan rumah, ini kost-kostan?'
"Ayo masuk!" Kak Farid menegurku yang masih meneliti bangunan di depanku.
"Hmm Iya kak." Aku pun mengikuti kak Farid berjalan masuk kedalam. Kak Farid menaiki tangga ke lantai dua. Di lantai dua ini ada sekitar lima kamar membentuk L.
"Mau minum apa?" Tanya kak Farid setelah kami masuk ke kamar kost nya. Ruanganya gak terlalu luas, terlihat sederhana.
"Air putih aja kak." Kak Farid mengambilkan aqua gelas dan memberikannya padaku.
"Memang adanya air putih..hehe"
"Kakak kok ngekost?" Tanyaku akhirnya tidak bisa lagi menahan rasa penasaran.
"Orang tua kakak tinggal di kampung, di sini sama abang yang udah berkeluarga, tapi semenjak SMA kak Farid memutuskan untuk ngekost aja." Jelas kak Farid.
Aku hanya mengangguk-ngangguk mencoba mengerti mendengar penjelasan kak Farid. Kami berdua ngobrolin banyak hal tentang mading, tentang sekolah, tentang novel-novel yang kak Farid baca. Tapi aku belum berani membahas tentang jurnal kak Farid yang aku temukan. Seperti ada yang mengganjal di tenggorokanku saat aku ingin memberi tahunya. Kak Farid juga tidak menyinggung masalah itu. Sampai tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Malam kian larut, tetapi aku gak boleh pulang sebelum memberi tahu kak Farid!
"Kamu belum mau pulang?" Tanya kak Farid melirik ke arah jam yang menempel di dinding kostan-nya.
"Kak aku boleh nginap sini?" Aku memutuskan akhirnya. Malam ini juga aku harus memberi tahu kak Farid! Aku gak mau kak Farid terus cemas dan gelisah.
"Boleh aja sih, tapi kamu belum bilang sama orang rumah kan? Besok juga kan mau sekolah." Jelas kak Farid.
"Hmm nanti aku akan nelpon orang rumah kak, dan subuh nanti aku pulang. Rumahku gak jauh kok dari sini." Kilahku meyakinkan.
"Yudah kalau gitu, asal jangan buat orang rumah kamu khawatir aja." Kak Farid tersenyum dan memandang ke arah laptopnya kembali.
"Siip kak!" Aku tersenyum memberikan jempol tanganku. Aku langsung menelpon mama meminta izin. Tidak susah untuk meminta izin dari mama dengan sedikit berbohong.Hehe maaf Mama..
Hampir jam 12 malam kami memutuskan untuk tidur. Kak Farid tidur di sebelahku, membelakangiku. Tapi aku belum bisa tidur, aku belum memberitahu kak Farid tentang jurnalnya!
"Kak udah tidur?" Tanyaku pelan.
"Hemm" Kak Farid hanya menjawabku dengan bergumam. Walaupun aku mengagumi kak Farid dan menikmati ke elokannya, tetapi aku menghargai kak Farid seperti seorang kakak. Mungkin ini yang membuat nafsuku bisa di kendalikan. Bukan seperti saat aku tidur bersama kak Irga yang membuat malam-malamku tidak tenang sampai bermimpi bercinta dengannya. Aku malu mengingatnya, apalagi sampai di pergoki adikku sendiri. 'Eh, apa jangan-jangan kak Irga juga memergoki aku ya?'
"Doorr..Doorr..Dooor!" Suara gedoran keras dari balik pintu kak Farid membuat kami bangun dari ranjang.
"Siapa kak?" Tanyaku sedikit takut dan kesal. Orang gak tahu diri siapa coba yang menggedor pintu orang tengah malam begini?! 'Tapi kok kak Farid terlihat tenang ya?' Ah, dia memang selalu terlihat tenang!
Tanpa menjawab pertanyaanku, kak Farid melangkah menuju pintu dan langsung membukanya.
'Kak Anjas?' Pekik batinku.
Dengan wajah yang merah dan mata yang sedikit merah. Kak Anjas berdiri di sana dengan tubuh sempoyongan. 'Kak Anjas mabuk!'
Kak Anjas langsung menubruk tubuh kak Farid dengan keras sampai membuat kak Farid hampir terjatuh kebelakang.
"Gw kangen lu.. Farid.." Rintih kak Anjas memeluk kak Farid erat, dan aku bisa mendengar kata-kata itu dengan jelas! Kak Anjas berulang kali mangatakannya tanpa melepaskan pelukannya.
Aku bisa melihat itu, melihat di depan mataku sendiri! Kak Anjas lebih erat memeluk kak Farid, dan bisa ku lihat kak Farid dengan penuh kasih menenangkan kak Anjas. Kak Farid mengusap-ngusap punggung kak Anjas, memeluknya dengan sayang. 'Seperti apa sih hubungan mereka sebenarnya?'