It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
nyari temen aja yg banyak
pinternya apa yaa~ nonton BL movie
anjas masih denial tuh. kesempatan buat ngomong tuh zii
@balaka iya tuh semoga zizi nya bisa ngmong deh
@RenoF jitak pake bibir boleh#bibir kuda tapi )
di tunggu updatean nya cce @Rika1006
@3ll0 @cute_inuyasha @Unprince @muffle @balaka @4ndh0 @kristal_air @Widy_WNata92 @lulu_75 @Tsunami @Cyclone @arifinselalusial @Tsu_no_YanYan @Adi_Suseno10 @RenoF
Bagian 7
"Zi..Zizi.." Ku rasakan tubuhku di goncang-goncang pelan. "Udah jam setengah 5 Zi.. Ayo bangun!" Suara kak Farid membangunkan aku.
Ku buka mataku perlahan. "Huaaaah" Aku menguap dan mengucek-ngucek mataku. Aku masih sangat mengantuk dan belum mau bangun sebenarnya. Tapi aku ingat saat ini aku berada di tempat kak Farid. Aku harus segera bangun!
Semalam aku baru bisa tidur sekitar jam 2 malam. Ku lihat di sampingku ada kak Anjas yang masih tertidur pulas. Semalam aku memperhatikan kak Farid dengan telaten mengurus kak Anjas yang mabuk. Kak Anjas terus merancau tidak jelas sehingga membuatku sulit tertidur.
Gak ada percakapan antara aku dan kak Farid semalam. Aku fikir kak Farid membiarkan aku menganalisis sendiri tentang apa yang terjadi di antara mereka. Dan sudah ku putuskan pagi ini sebelum aku pulang, aku harus memberitahu kak Farid tentang jurnalnya. Aku ingin memberitahu kak Farid, kalau dia tidak sendirian. Kak Farid bisa mempercayaiku.
"Kakak antar kamu pulang, sekalian kita lari pagi ya.." Kak Farid memberitahu saat aku bergegas bangun dari ranjangnya.
"Kakak semalam tidur?" Seingatku sampai aku tertidur kak Farid masih terjaga.
"Udah tidur sebentar, lumayanlah.." Jawab kak Farid tersenyum.
"Aku cuci muka dulu ya kak." Pamitku dan langsung keluar dari kamar kak Farid menuju kamar mandi yang berada di luar kamar kost-nya. Kak Farid hanya tersenyum dan mengangguk menjawabku.
**********
Aku dan kak Farid keluar dari tempat kost-nya sekitar jam 5 subuh. Kami meninggalkan kak Anjas yang masih tertidur. Kak Farid bilang, nanti dia yang akan membangunkan kak Anjas setelah pulang mengantarku. Sebenarnya aku bisa pulang sendiri, karena memang kebetulan kost-an kak Farid dari rumahku lumayan dekat. Tapi aku fikir ini kesempatan untukku bisa membicarakan masalah jurnal dengan kak Farid nanti di jalan menuju rumahku.
Udara dingin terasa sejuk menyapa ku. Aku hanya berlari kecil karena aku masih memakai pakaian yang kemarin aku pakai. Celana jeans pendek selutut dan kaos lengan pendek. Kak Farid sendiri memakai celana training panjang dan kaos lengan buntung. Lengannya tidak besar tapi cukup berotot. Walaupun tubuhnya tidak se-atletis kak Irga atau kak Anjas, tapi tubuh kak Farid terlihat cukup kokoh. Membuat pemandangan di pagi hari ini benar-benar menyejukan mata. Lumayan buat cuci mata.Hehe..
"Kak..!" Aku manghentikan gerak kakiku memanggil kak Farid.
Kak Farid yang berada sedikit di depanku berhenti berlari dan menoleh melihatku di belakangnya. Kedua tangannya memegang sisi pinggangnya, dia mencoba mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
"Kak maaf.." Lanjutku dan memberanikan diri menatap kak Farid.
Kak Farid mengerutkan dahinya dan menaikan kedua alisnya. "Untuk?" Tanya kak Farid kemudian.
"Jurnal kak Farid gak sengaja aku temukan di ruang mading waktu itu.. Ma-af kak.." Dengan perlahan dan sedikit gugup, akhirnya aku bisa mengatakannya. Ada perasaan lega dan sedikit takut terhadap reaksi kak Farid.
Kak Farid tersenyum kecil, menundukan wajahnya dan memainkan sebelah kakinya di tanah. "Ternyata benar dugaan gw.." Gumam kak Farid lebih seperti mengatakan untuk dirinya sendiri.
"Maaf kak, aku gak sengaja melihat jurnal itu terjatuh di ruang mading.." Aku menundukan kepalaku, tidak berani lagi menatapnya.
Kak Farid menarik nafasnya dalam. "Kamu lihat di dalamnya?"
"Gak sengaja.. Photonya terjatuh dari dalam jurnal itu.. Aku hanya membuka di tulisan awal di jurnal itu, cuma itu.." Aku mencoba menjelaskan.
"Apa jurnalnya ada di rumah kamu sekarang?"
Aku hanya mengangguk menjawabnya.
"Ayo cepat udah mulai siang!" Kata kak Farid kemudian dan melanjutkan larinya. Kak Farid terlihat tenang, tidak ada tanda kemarahan darinya. Aku benar-benar kagum dengan sosok kak Farid. Padahal tadi aku sudah gemetar sedikit takut akan reaksinya.
Setelah itu kami berdua terus berlari kecil tanpa ada obrolan apapun sampai ke rumahku. Ada sesuatu dalam diriku yang ingin merengkuh kak Farid. Aku ingin dia percaya padaku, dan aku seperti ingin bisa bersandar padanya. Apa rasa ini karena kami berdua 'sama'? Entahlah..!
Sampai di rumahku, kak Farid menunggu di depan teras rumahku sambil mengobrol dengan papa. Sementara aku langsung menuju kamarku untuk mengambil jurnal kak Farid.
"Wiitts udah bangun dek?" Sapaku ke Okha yang baru keluar dari kamar mandi.
Dia melirikku sekilas dan memandangku jutek. Sepertinya adikku ini masih kesal tentang kemarin aku yang sengaja berbohong tentang mimpiku.Hehe.. Aku jadi gatel mau menggodanya lagi!Haha..
"Farah seksih yah dek.." Aku tersenyum mengejeknya.
"Maaaa.. Bilangin sama anak mama yang sok kegantengan itu kalau aku lagi mogok ngomong sama dia!!" Teriak Okha sesaat sebelum masuk ke kamarnya dan membanting pintunya kuat.Hahah! Aku langsung tertawa melihat reaksi adikku itu. Entahlah aku sangat suka menggodanya, dan karena memang Okha tuh rada nyebelin juga!
"Aaaaaa...!Benci kak Zizi! Aaaaa!" Okha berteriak-teriak sendiri di dalam kamarnya..Haha Aku tertawa kencang!
"ZIZIIII!!!!" Teriak mama dari dapur. Upss! Itu bertanda aku harus segera menutup rapat mulutku!
Aku langsung segera mengambil jurnal kak Farid yang aku simpan rapih di dalam laci meja belajarku. Bergegas aku menemui kak Farid dengan membawa jurnalnya. Ku lihat kak Farid duduk sendiri di bangku teras rumahku. Papa sudah tidak menemani kak Farid lagi.
"Kak.." Aku memberikan jurnal Kak Farid ke pemiliknya.
Kak Farid tersenyum menerimanya. "Kakak pamit dulu ya, udah siang. Salam untuk Papa dan Mama kamu." Pamit kak Farid dan langsung melangkahkan kakinya.
"Kak..!" Aku menahan kak Farid dengan memegang lengan kanannya. Kak Farid yang sudah melangkah berbalik lagi menoleh padaku.
"Aku sama kayak kakak.." Kataku pelan. Kak Farid diam, dia mengerutkan dahinya, menatap mataku dalam seolah mencari jawaban dari dalam mataku. Ku tarik nafasku dalam sebelum melanjutkan kata-kataku. "Aku berbeda.. Sama kayak kakak, aku punya warna yang beda.." Entahlah apakah kak Farid mengerti maksudku dengan 'warna'? Aku gak bisa berkata dengan lantang secara jelas tentang itu! Aku ingin kak Farid tahu, bahwa dia dan aku sama!
Kak Farid diam sejenak, dia seolah sedang menganalisis kata-kataku. Kak Farid menepuk bahuku pelan. "Warna yang kita miliki bukan berbeda, tetapi special.." Ujar kak Farid penuh senyuman. Senyuman yang begitu menenangkan, seolah dia ingin memberi tahuku 'jangan khawatir'.
**********
Pagi ini aku berangkat sekolah dengan malas. Aku masih merasakan kantuk akibat kurang tidur semalam. Ah, aku merasa sedikit lega setelah aku dan kak Farid sekarang sama-sama mengetahui keadaan kami masing-masing. Kak Farid tentu seseorang yang bisa di percaya, dan mungkin bisa di andalkan? Eh, aku gak mau menambah beban kak Farid dengan masalahku. Dia sendiri sudah cukup sulit dengan masalahnya!
"Lu napa pucet gitu?" Tanya Gustaf saat aku baru sampai di bangku ku.
"Kurang tidur gw." Jawabku malas.
"Kemarin jadi keluar sama Edo?" Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Gustaf.
"Huaaaa!" Aku menguap lagi. Entah sudah berapa puluh kali aku menguap pagi ini.
"Bagadang lu yee.." Tanya Gustaf lagi. Eitts dah nih anak kepo banget deh!
"Lu ganteng deh pagi ini.." kataku genit merayu Gustaf.Hehe..
"Napa lu? Pasti ada maunya nih lu! Sok imut lu!" Gustaf memukul kepalaku pelan dengan buku yang di pegangnya.
Aku berdecak lalu menjatuhkan kepalaku ke meja. "Pijitin gw dong bray.."
"Njiir kan bener lu pasti ada maunya muji-muji gw gitu! Walaupun emang gw akuin kalo kegantengan gw gak bisa di sangkal lagi!" Kata Gustaf Pe-De tingkat kecamatan.
"Najiis!" Ari tiba-tiba muncul menyahut Gustaf. Sebenarnya kata 'najis' itu hampir keluar juga dari mulutku, tapi kemudian aku batalkan seketika ku rasakan tangan Gustaf sudah memijit pundakku.Hehe..
"Bener ya kata orang, 'jangan suka berdua-an karena yang ke tiganya pasti SETAN'!" Gustaf menatap tajam Ari saat menyebut 'setan' dengan penekanan suaranya.Haha aku hanya terkekeh melihat mereka berdua, lumayan bisa sedikit ngilangin rasa kantukku.
"Eh, babu gantian nih pijitin gw!" Ari membalas Gustaf.
"Setan lu! Pergi sana ke neraka tempat asal lu!" Gustaf menghentikan pijitannya dan memukul-mukul Ari dengan bukunya.Haha!
"Haha Lanjutin dong ganteng mijitnya!" Pintaku lagi ke Gustaf.
"OGAH!!" Tolak Gustaf matap! Huh gara-gara Ari nih, emang beneran setan deh dia!
Pandanganku tertuju pada Dita yang baru datang. Dita terus melihat ke arahku dan dia berjalan melewati bangkunya yang berada 3 bangku di depanku. Dia terus berjalan dan berhenti tepat di bangkuku. Dari tatapannya aku tahu ada yang ingin di bicakan denganku.
"Zizi bisa minta tolong gak?" Tanya Dita lembut, tapi dengan makna yang tajam! Huh mau minta tolong apa lagi sih nih cewek?
"Apa ya?" Jawabku datar. Ada rasa takut untuk ku mendengar apa yang ingin Dita sampaikan. Ketakutan akan hatiku yang akan tercabik-cabik sebentar lagi!
"Hmmm.. Gw udah jadian sama kak Irga."
Deg.. Mereka sudah jadian? Bukannya aku sudah mempersiapkan diri akan hal ini? Tetapi kenapa sekarang aku merasa sangat gak rela mendengarnya?!
"Weeits serius lu?" Tanya Ari antusias. Perasaan ku mulai tidak nyaman. Dada ku sesak!
"Terus?" Terus mau minta tolong apa lagi? Mau lebih buat aku sakit hati sampai bunuh diri gitu?! Aissh Amit-amit deh!
"Lu kan sebagai orang yang udah di anggap adek sama kak Irga, dan sebagai orang yang nyita separuh waktu kak Irga, gw harap mulai sekarang lu bisa ngertiin kak Irga." Jelas Dita tanpa beban! Apasih maksudnya nih cewek?
"Maksud lu? Lu mau Zizi jaga jarak sama kak Irga karena lu udah jadi ceweknya kak Irga gitu? Lu gak mau kak Irga waktunya terbagi sama Zizi gitu?" Gustaf berdecak memperjelas maksud Dita.
"Ya kurang lebih begitu lah.. Kalian pasti bisa ngerti kan?" Dita tersenyum manis?
"Parah lu! Zizi udah dekat sama kak Irga sebelum lu dekat sama dia.." Kata Ari kesal. Baru ini aku melihat Ari berkata ketus terhadap seorang cewek!
Aku sendiri masih menahan perasaanku yang sudah seperti adonan yang di aduk-aduk!
"Sorry! Gw ngomong begini juga karena kak Irga. Kak Irga kayak kurang nyaman deh lu suka smsin dia." Jelas Dita langsung menusuk tepat di jantungku!
Ya, memang kemarin saat aku ketemu kak Farid di KFC. Aku sms kak Irga memberi tahunya akan hal itu, lalu kami smsan terus berlanjut sampai malam walaupun balasan sms tertunda-tunda. Aku juga tahu kemarin kak Irga bersama Dita. Tapi kenapa kalau kak Irga gak nyaman smsan sama aku, dia gak ngomong langsung? Kenapa harus Dita yang nyamperin aku seperti ini!
"Malam minggu kemarin kak Irga batalin janjian kita. Dia bilang ada perlu mau ke rumah lu. Pasti itu lu yang nyuruh kan?" Dita melanjutkan kata-katanya alias tuduhan-nya! Atas dasar apa nih cewek bisa menuduh aku seperti itu! Gak sadar dia gimana minta tolong ke aku buat nyomblangin dia ke kak Irga?! Nyesel dah!!
Dadaku semakin sesak, aku mencoba menahan air mataku. "Emang kak Irga ngomong apa sih sama lu? Oke, mulai sekarang gw akan jauhin dia.. Selamat atas jadian kalian!" Kataku tajam dan langsung bangun dari dudukku. Aku segera keluar kelas, aku gak mau mereka melihat aku menangis!
Aku masih mendengar Ari dan Gustaf beradu argumen dengan Dita. Aku benci Dita! Aku benci kak Irga!
Dengan cepat aku sedikit berlari keluar kelas meninggalkan mereka. Air mata sudah berada di ujung mataku. 'Ada yang menegurku sedikit saja, aku yakin air mataku akan bercucuran dengan derasnya!'
"Zi mau kemana?" Sebuah tangan menghentikan langkahku. Lenganku di pegangnya sedikit kuat. Suara yang tidak asing lagi itu membuat pertahanan air mataku jebol! Ya, itu kak Irga!
Dengan terisak aku menahan suaraku. Oke, seharusnya sebagai cowok, aku gak boleh nangis seperti ini! Aku merasa sangat menyedihkan saat ini.
Dengan kuat aku melepaskan lenganku dari tangan kak Irga. 'GW BENCI LU!' Jeritku dalam hati!
Kak Irga terbengong melihatku. Cepat ku hapus air mataku dengan kedua tanganku. Baru dia ingin membuka suaranya lagi, aku sudah berlari cepat berlalu dari hadapannya. Arrrgghh aku gak mau melihat dia lagiii!
Dita jengkelin banget!! Hih! Kezeeeeellll!
Lanjuuut><)/
Harus nya irga?
nyesek ka~~ T^T
Dita nya iyuuhhhh *yuks*
Wahhh sialan banget tuh si dita harusnya zizi bentak aja tuh si dita,,, " hehhh,gue yah yg udah bikin lu deket ama kak irga,,, gak tu malu lu,gak ada rasa terimakasih2nya. Kalo gue mau,gue bisa bikin kak irga ngejauhin lu, ngerti lu". Dan aq gak suka karakter lemah yg selalu butuh perlindungan. Kalo emang suka perjuangin donk.
*sewot
Hihihi keliatan banget betapa evilnya diriku. Karna aq emang type2 yg gak suka ditindas. Sekali ditindas dan kita keliatan lemah,kita akan ditindas terus, aq udah pernah di bully pas SD itu cukup aq jadiin pengalaman buruk. Pas smp aq yg ngebully biar gak dianggap lemah, terbukti gak ada yg berani nindas aq. Pas smu baru tuh sadar dan jadi murid normal,gak ada geng2 an, gak ada berantem2an. Mengisi waktu luang denan al positif dan berorganisasi ternyata lebih menyenangkan. Jangankan ditindas teman, sama ayah tiri juga aq berani kalo diperlakukan tidak adil.
Keberanian itu tumbuh dr diri sendiri. Ketakutan juga ada diipikiran kita sendiri.