It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Otho_WNata92 aq stuju memg sgt kasian..
@Otho_WNata92 aq stuju memg sgt kasian..
Memang yg plng sulit untuk cinta sejenis kalo sudah berhubungan dg ortu.
Ternyata dugaannya memang benar Aron tak semudah itu menerima ucapannya tentang mengakhiri hubungan mereka. Aron terus mencoba menemuinya tapi sekeras perjuangan Aron untuk bertemu dengannya sekekras itu pula ia menghindarinya. Dia menghindar bahkan saat dengan nyata Aron sudah ada di depanya.
Aron terlalu gigih untuk di lawan dan Arka sangat tahu itu tapi entahlah Arka hanya tak tahu harus bicara seperti apa jika bertemu dengan pemuda yang selalu bisa menggetarkan hatinya.
Kali ini dia gagal menghindar karena sudah lebih dulu Aron memegang lengannya dan mengunci tubuhnya dengan tangannya. Sudah terlambat untuk menghindar saatnya menghadapi.
“Berhenti menghindar dariku, berhenti menyiksa hati kita.” Aron menatap dengan penuh kerinduan yang bersarang di sana, satu minggu tak pernah berhasil menyentuh tubuh pria yang di cintainya membuat rasa rindu itu menggebu di hati Aron.
“Aku tidak pernah menghindar, aku sudah bilang aku ingin kita mengakhirinya. Tidakkah itu sudah menjadi alasan yang cukup untukku tidak bertemu lagi denganmu?” Mata Arka mengarah kesegala arah tapi tidak kemata Aron karena jika ia melakukan itu maka kebohongan itu akan mudah terbaca oleh Aron, mengingat ia sangat tak pandai berbohong.
“Bohong banget.” Aron berkata cepat membuat Arka tak tahu harus menjawab apa.
“Tidak ada yang berbohong dan lepaskan aku, kita sekarang ada di parkiran. Kamu tidak lihat banyak orang yang memperhatikan kita.” Aron tetap tak bergeming dia malah semakin dalam menatap wajah Arka yang melirik kearah tak karuan.
“Apa yang mama katakan padamu?” Deg,, pertanyaan itu sontak membuat mata Arka menatap mata Aron. Bagaimana Aron tahu tentang pertemuannya dengan sang mama, Arka membeku di tempatnya. Bahkan ia masih saja diam saat Aron memegang kedua pipinya. “Katakan apa yang dia katakan?” Suara lembut Aron mampu membuat Arka mengangkat wajahnya yang tetunduk.
Arka menggeleng.
“Dia menyuruhmu menjauhiku? menyuruhmu putus dariku?” Tebakan yang sangat tepat, tapi Arka masih juga tak mau berbicara.
“Jika kamu tidak mau bicara, semua tidak akan selesai.” Frustasi itulah yang di rasakan Aron saat pemuda yang ada di depannya hanya terus terdiam dengan wajah sendunya.
“Mamamu benar.” Akhirnya kata itu yang keluar.
“Siapa yang bilang itu benar, kamu tega lihat aku seperti ini? Tega lihat aku menderita? Lihat aku jangan, jangan tutup mata dengan semua ini. Kamu sudah terlalu membuat kita berdua menderita. Kamu ketemu dengan mama tidak memberitahuku bahkan dengan tanpa kamu pikirkan bagaimana perasaanku, kamu malah memutuskan hubungan kita sepihak. Kamu puas sekarang setelah semua jadi kacau seperti ini.” Aron terus bicara tanpa peduli Arka terluka dengan kata-katanya atau tidak. Aron hanya ingin Arka bisa mengerti kalau caranya sungguh sangat mempersulit mereka berdua.
“Maafkan aku, maafkan aku.” Hati itu hancur sudah, hancur sehancur-hancurnya. Dia tahu caranya salah hanya saja tak ada cara lain untuk membuat semua bisa baik yaitu dengan mengobankan perasaanya dan Aron.
“Tatap aku sekarang dan bilang apa yang kamu rasakan.” Aron memegang kedua bahu Arka membuat pemuda itu menatap matanya dengan tatapan yang begitu dalam.
“Aku mencintaimu.” Suaranya langsam tapi mampu membuat Aron menarik bibirnya menjadi sebuah senyuman.
“Aku tahu, dan aku juga tak akan menyerah begitu saja. Akan ku perjuangkan cinta kita.” Ucap Aron sangat yakin.
“Mamamu tak menginginkan kamu bersamaku.” Arka menggeleng.
“Aku tak peduli.” Tebakan Arka lagi-lagi benar kalau di suruh memilih tentu Aron akan meilihnya dan itu menyakitkan untuk Arka.
“Kita pergi ada seseorang yang ingin bertemu.” Ajak Aron membuat Arka bingung. Siapa yang ingin bertemu dengannya.
Sebelum tanya keluar dari mulut Arka, Aron sudah lebih dulu menarik tangannya dan membawanya masuk kemobilnya.
***
Di sana berdiri dua orang dengan raut ceria mereka. Dirga dan Elsa saling berpegangan melihat mereka berpakaian seperti itu, tentu saja mereka akan bepergian.
“Kalian mau kemana?” Tanya Arka saat sudah ada di depan mereka berdua yang masih saja setia dengan senyumnya.
“Dirga akan berobat di luar negeri dan maaf kami baru memberitahumu sekarang karena semua serba mendadak.” jawaban terdengar dari mulut cewek manis itu.
“kamu benar-benar akan pergi?” Pertanyaan itu khusus tertuju pada Dirga, dan anggukan yang didapati Arka setelah itu baru pelukan dari Dirga. tentu saja itu pelukan persahabatan. Tak ada lagi sakit hati atau cemburu.
“Jadi kamu berhasil meyakinkannya?” Pertanyaan Dirga untuk Aron.
“Ya dengan sedikit drama.” Balas Aron dengan senyumnya membuat wajah Arka memarah dan menatap Aron dengan tatapan sebalnya.
“Hidup memang penuh drama.” Suara Dirga lebih kepada dirinya sendiri.
“Kabarin kalau kalian sudah sampai di sana, aku pasti akan merindukan kalian apalagi kita pernah melakukan hal yang bernama double date.” Suara Aron dengan tawa yang ia tahan.
“Aku pasti sangat menyebalkan waktu itu,” Timbal Dirga.
“Kamu memang menyebalkan.” Timbal Aron.
“Apaan sih kalian.” Balas Arka.
“Sebentar lagi kami berangkat, kalian harus jaga diri baik-baik dan ingat jangan pernah berantem lagi. Udah saling cinta juga masih aja suka berantem.”
“Kamu juga jaga diri, semoga cepat sembuh dan jaga wanita yang sangat mencintaimu ini.” Balas Arka dengan memegang bahu Elsa yang membuat Elsa hanya tertunduk malu.
“Akan ku jaga dia, sampai tuhan memanggilku untuk kembali.” Mata Elsa berbinar mendengar ucapan Dirga dan mengeratkan genggamannya di tangan Dirga. seolah ia siap apapun yang terjadi asal Dirga bersamanya.
“Baiklah sampai jumpa.” Mereka pamit dengan senyum persahabatn. Senyum yang akan selalu mereka ingat walau jarak pemisah sejauh apapun.
***
“Antar aku pulang dan temui mamamu.” Ucap Arka saat mereka sudah ada di dalam mobil Aron yang melaju dengan lenggang di jalanan.
“Aku sudah tidak tinggal di sana, aku pergi dari rumah saat mama memberitahuku telah bertemu denganmu dan menyuruhmu untuk menjauhiku.” Ucaqpan Aron membuat Arka sangat terkejut jadi selama ia menghindari Aron, Aron hidup seorang diri.
“kenapa harus seperti itu?”
“Karena aku mencintaimu.” Tentu saja karena cinta, bukankah cinta selalu mempunyai peranan besar dalam semua tindakan manusia.
Aron bukanlah pemuda yang pantas di abaikan, dia mencintai Arka dengan sangat cinta bahkan semua tahu kalau tidak ada pilihan dalam hidup Aron selain Arka. Bahkan dengan sangat sadar Aron tahu kalau sangat berdosa telah menentang mamanya tapi memang tak pernah ada pilihan dalam hidup Aron.
***
Arka sibuk merapikan bukunya, hari ini dia ada rencana untuk main kekosan Aron. Pemuda itu sedang terbaring sakit di sana dan itu teramat memukul hati Arka.
“Ka, ada yang nyariin kamu!” Suara lantang terdengar dari mulut Alin yang membuat Arka langsung menengok.
“Siapa?”
“Tahu deh, lihat saja.” Alin menghilang dari pandangan Arka berganti dengan sosok paruh baya yang menatapnya dengan tatapan tersiksanya tatapan seorang mama yang sangat merindukan putra satu-satunya. Begitu tersiksa karena di tinggalkan oleh putranya akibat dari keegoisannya sendiri.
“Tante,” Arka bergumam dan mendekati wanita yang terlihat ringkih itu.
“Maafkan saya, saya tidak bermaksud seperti itu. Saya salah.” Suara menyedihkan keluar dari mulut mama yang terjatuh lesu di dekat Arka. membuat Arka langsung terduduk untuk meraih tubuh mama kekasihnya.
“Jangan seperti ini tante,” Arka ikut sedih melihat keadaan wanita itu.
“Maaf maaf maaf maaf maaf” Hanya kata itu yang keluar dari mulut wanita itu bersama dengan lelehan airmata yang mengalir deras.
“Kita akan temui Aron, dia sedang sakit sekarang.” Suara Arka memberitahu membuat wanita itu semakin di hujam rasa bersalah karena tak berada di dekat putranya saat sakitnya menyerang. Dada wanita itu di penuhi dengan bayangan terkulai lemah dari putranya.
Di sinilah mereka di depan kosan yang tidak terlalu sempit. Wanita itu terus berusaha menata hatinya, pikiran aneh itu terus bergelayut di hatinya. Bagaimana kalau putranya tak mau menerimanya lagi dan bagaimana kalau putranya mengusirnya.
“Ayo tante.” Ajak Arka.
“Duluan nak.” Arka berjalan lebih dulu yang langsung di ikuti oleh wanita itu. Kamar Aron ada di paling depan hingga tak susah untuk menemuinya. Arka membuka pintu dan melihat Aron sedang tidur memainkan hapenya.
“Sweetheart.” Suara Aron keluar saat mendapati Arka sedang berdiri diambang pintu.
“Ada yang mau bertemu denganmu.” Aron bangun dari tidurnya.
“Siapa?” Tanyanya saat sudah berdiri. Munculah sang mama dengan senyum dan tangisnya.
“Nak!”
“Ma!” Suara Aron tercekat saat mamanya berhambur kepelukannya dan mendapati mamanya menangis sejadi-jadinya di pelukan Aron membuat hati Aron menyalahkan dirinya.
“Mama minta maaf, mama tak seharusnya melarang hubunganmu dengan Arka. Mama khilap.”
“Aron yang minta maaf karena pergi dari mama.” Suara Aron keluar dengan isakan melihat keadaan mamanya seperti itu. Arka hanya bisa berkaca-kaca melihat anak dan mama itu saling menangisi. Ada kebahagian yang melingkupi hati Arka.
***
Begitulah kisah seorang Arka, saat cinta lamanya datang hanya untuk menyadarkan kalau cinta yang di tawarkan oleh seorang arin bukanlah cinta yang biasa bahkan cinta Aron mampu mengalahkan cinta lima tahun yang di milik Arka.
“Jadi kamu ingin menyiksaku seperti ini?” Tanya Aron saat Arka hanya memandangnya dengan hanya memakai celana pendeknya.
“Ayolah, aku mau menggambar tubuhnmu jadi bisakah kamu diam dan menungguku menyelesaikan gambarku yang kuyakini akan bagus hasilnya.”
“Tapi ini sangat menyiksa sweetheart.”
“Bolehkah ku jawab dengan aku tidak peduli?”
“Jawablah!” Tantang Aron.
“Aku tidak peduli” Aron turun dari ranjang dan menghampiri Arka yang hanya melotot karena Aron sudah langsung menyerang bibinya dengan lumatan-lumatan buasnya.
“Kamu membuat lantainya kotor!” Sergah Aron saat cat yang ada di tangnya jatuh semua.
“Aku tidak peduli.” Kini Aron sudah berhasil membawa Arka keranjangnya dan berhasil pula membuka kaus yang di kenakan Arka. “Kamu sudah membuat aku menginginkannya jadi kamu harus tanggung jawab.”
Tidak ada jawaban dari mulut Arka, hanya desahan-desahan erotisnya yang keluar karena Aron memelintir putingnya. Kini ciuman Aron sudah berada di tubuh Arka. Bahkan Aron mencium seluruh tubuh Aron hingga Arka tak berdaya.
“Ak-aku Ing-ing” Suara Arka sudah tak lancar, incaran Aron kali ini adalah zipper Arka. Dan itu mudah karena mereka memang sudah sering melakukannya. Arka hanya bisa mencengkram punggung Aron dengan jari tangannya.
Tanpa sadar kini Arka sudah tanpa busana, Aron menatap tubuh Arka seperti itu baru pertama kali dia melihat tubuh dari kekasihnya. Di tatap seperti itu membuat Arka malu dan menarik wajah Aron agar mencium bibirnya yang langsung di lakukan oleh Aron.
***
YEEE TAMAT… *KIPASKIPAS
ini sih terlalu dipaksain ceritanya..
alurnya terlalu cepat neng..
udah mumet ya mikirin jalan ceritanya??